TUGAS TUTORIAL 2 BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PDGK 4109
Nama : ARUM KUSUMASTUTI
NIM : 857699711
Program Studi : PGSD – S1
Pokjar : Boja
1. Yang dimaksud dengan homonim, homofon, dan homograf :
Homonim : kata yang sama lafal dan ejaannya, tetapi berbeda maknanya. Contoh : genting bisa bermakna situasi yang gawat bisa juga bermakna atap rumah, selang dapat diartikan sebagai jeda waktu bisa juga diartikan alat untuk menyalurkan air. Homofon : kata yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaan dan maknanya. Contoh : Bank (pelafalan ‘bang’) – makna: lembaga keuangan penyedia kredit ataupun tempat menyimpan uang. Bang – makna: panggilan dalam budaya betawi yang ditujukan kepada kakak laki – laki maupun laki – laki yang lebih tua dari kita. Homograf : kata yang sama ejaannya, tetapi lafal dan maknanya berbeda. Contoh : Apel – maknyanya suatu jenis buah – buahan, yang kedua maknyanya kegiatan berkumpul seperti akan melaksanakan upacara. Per – berati benda sejenis pegas, yang kedua berarti kata yang menunjukan pembagian. 2. Alasan bisa terjadi kata khusus dan umum adalah karena bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar. 3. Cara menumbuhkan kemampuan dalam memahami suatu karya sastra anak pada diri seorang anak itu sendiri adalah dengan cara memberikan kebebasan pada anak untuk berkreasi dalam berbagai jenis karya sastra yang mereka sukai walaupun sebagaimana kita ketahui anak SD belum mengetahui atau memahami secara utuh bagaimana jenis – jenis karya sastra tersebut. Ajarkan sastra itu seperti sebuah kebebasan, tidak ada tekanan, anak bebas melakukan apa yang mereka inginkan. Guru juga perlu mengetahui bagaimana karakteristik, ciri khas dan kemampuan yg dimiliki peserta didiknya serta mengembangkan sesuai tahapan usianya. Selain itu, guru harus mencoba memberikan pelajaran – pelajaran baru tentang sastra yg sesuai dengan bakat dan minat serta menganggap siswa sebagai anak dan sahabat yang dapat menerima segala keluhan – keluhannya.Sasaran jangka panjang pengajaran sastra di SD ialah mengembangkan kesukaan membaca karya sastra yang bermutu. Pengajaran sastra untuk sekolah dasar, terutama kelas-kelas awal difokuskan pada tahap pertama yaitu kesenangan yang tidak disadari (unconscious enjoyment). Jika semua siswa bisa diberi kesempatan menemukan kesenangan terhadap bacaan, mereka akan bisa membangun dasar yang kokoh bagi apresiasi sastra. Diawali dari menyenangi karya sastra yang dibacanya itulah, siswa akan meningkat ke tahap berikutnya. Setelah merasa senang dengan bacaan baru kemudian siswa didorong untuk menginterpretasikan makna cerita atau puisi melalui diskusi atau aktivitas kreatif, mereka bisa memasuki tahap kedua, tahap kesadaran pada apresiasi. Berangkat dari bekal itulah siswa dapat diajak untuk memberi tanggapan terhadap buku, membahas bagaimana perasaan mereka tentang cerita itu dan apa makna cerita itu bagi mereka. Siswa juga dapat diajak untuk memberi alasan “mengapa” mereka memiliki perasaan seperti itu dan cara-cara pengarang atau seni man menciptakan perasaan itu. Para siswa akan memerlukan bimbingan dari guru untuk melalui tahap-demi tahap tersebut, namun bukan mendiktenva atau memberi tafsiran yang harus diterima begitu saja oleh siswa. Guru hanyalah pemberi jalan setapak untuk masuk ke dunia indahnya sastra. 4. Pendapat saya tentang mendongeng dalam pembelajaran sastra anak : Mendongeng memiliki manfaat besar bagi perkembangan kepribadian anak terutama dalam pengembangan intelektual, emosi, bahasa, estetika, dan etika/moral. Mendongeng berfungsi sebagai media yang relevan dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan moral/etika, sosial, budaya, adat-istiadat, kemanusiaan, multikulturalisme, dan keagamaan. Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi bagi guru SD untuk tidak mengaplikasikan metode mendongeng dalam pembelajaran di sekolah dasar. 5. Perbedaan dan persamaan cerita anak dengan cerita umum atau cerita dewasa Persamaannya : Cerita dewasa dan cerita anak sama-sama mempunyai tujuan yang sama, yaitu memberi kesenangan dan pemahaman tentang kehidupan. Kemudian, baik cerita anak dan cerita dewasa merupakan teks cerita sebagai produk penulisan yang dipandang sebagai sebuah citraan kehidupan dan secara potensial juga sebagai metafora kehidupan. Perbedaan : Perbedaan cerita anak dan cerita dewasa, yaitu pertama anak sebagai pusat penceritaan. Isi kandungan cerita anak dibatasi oleh pengalaman dan pengetahuan anak yang dapat dijangkau dan dipahami serta yang sesuai dengan dunia anak sesuai dengan perkembangan emosi dan kejiwaannya yang cendenrung . Sementara cerita dewasa yaitu, cerita yang melibatkan proses emosional yang ruwet dengan bahasa yang abstrak. Dua, keterbatasan isi dan bentuk. Perbedaan antara cerita anak dan cerita dewasa adalah terdapat dalam hal tingkatan pengalaman yang dikisahkan dan atau yang diperlukan untuk memahani, bukan pada hakikat kemanusiaan yang dikisahkan. Pada cerita anak diceritakan fantasi-fantasi seperti cerita binatang yang berbicara dan bertingkah laku seperti manusia, cerita dewa, sesuatu yang bagi orang dewasa tidak masuk akal. Sedangkan cerita dewasa menceritakan cerita yang melibatkan pengalaman hidup yang kompleks.Ketiga, bahasa dan cara pengisahan. Pada cerita anak, bahasa yang digunakan berkarakteristik sederhana, sederhana dalam struktur, kosa kata dan ungkapan. Bahasa cerita anak masih lebih lugas, apa adanya, dan tidak berbelit. Alur cerita haruslah yang juga sederhana, mudah dipahami dan diimajinasikan, tidak berbelit dan tidak kompleks. Sementara cerita dewasa menggunakan kosakata dan kalimat yang kompleks.