Anda di halaman 1dari 8

PEMICU 2 BLOK 13

BENJOLAN DI GUSI

OLEH:
Rezfuazah Erwin
180600128

FASILITATOR:
Aida Fadhilla Darwis, drg., MDSc

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Nama pemicu : Benjolan di gusi
Penyusun : Indri Lubis, drg., MDSc; Irma Ervina, drg., Sp.Perio(K); Armia Syahputra,
drg., Sp.Perio(K)
Hari/tanggal : Selasa/12 Mei 2020

Seorang pasien perempuan berusia 26 tahun datang ke praktik dokter gigi dengan
keluhan terdapat benjolan dan perdarahan di gusi selama 2 bulan. Dari anamnesis diketahui
benjolan tidak pernah terasa sakit namun makin hari ukurannya bertambah besar dan sering
berdarah bila tersentuh. Pasien sedang hamil 6 bulan. Pada pemeriksaan ekstra oral tidak
ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan intra oral, di daerah papila interdental gigi 11 dan 12
terlihat nodul eritematus, bertangkai, berdiameter 10mm x 8mm, tidak sakit (Gambar). Pada
gingiva terdapat inflamasi dengan konsistensi oedematus, berdarah jika diprobing, ada
kehilangan perlekatan pada beberapa gigi. OHIS 3,8.

Pertanyaan:
1. Jelaskan prosedur penegakkan diagnosis penyakit pasien tersebut!
1) Anamnesis/subjektif
 Keluhan utama (lokasi lesi, onset dan kronologis, kualitas, kuantitas, faktor
yang memperberat dan memperingan keluhan)
 Riwayat dental
 Riwayat penyakit sistemik
 Riwayat sosial dan ekonomi
2) Pemeriksaan klinis/objektif
 Melihat pasien secara visual/tampilan umum pasien
 Pemeriksaan intraoral (mukosa, lidah, gigi geligi, dasar mulut)
 Pemeriksaan ekstraoral (kelenjar lymph)
3) Pemeriksaan penunjang
Pada kasus ini, bisa dilakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk epulis
gravidarum dan radiografi untuk periodontitis.

Sumber:
Setyawan F. Komunikasi medis: hubungan dokter-pasien. J Unimus. 2017; 1(4):54.

2. Jelaskan diagnosis dari keluhan benjolan dan kelainan periodontal pada pasien
tersebut!
a. Kelainan mukosa
Diagnosis untuk kelainan mukosa (keluhan benjolan) tersebut adalah epulis
gravidarum (pregnancy epulis). Epulis gravidarum adalah suatu kelainan pada
gingiva dengan lesi berbentuk nodul yang tumbuh cepat dan jinak yang muncul
pada masa gestasi (kehamilan). Lesi epulis yang muncul pada saat hamil ini
merupakan lesi yang identik dan memiliki struktur histologi yang sama dengan
pyogenic granuloma. Prevalensi epulis gravidarum meningkat seiring
bertambahnya usia kehamilan sampai akhir kehamilan ketika level estrogen
mencapai puncak, dan akan menyusut setelah melahirkan karena terjadi
penurunan level estrogen secara drastis.
Gambaran klinis:
 Lesi berbentuk nodul atau tumor yang sifatnya jinak
 Lesi berwarna merah terang
 Mudah berdarah karena banyak vaskularisasi
 Bertangkai
 Ukuran dapat mencapai 2 cm
 Tidak menimbulkan keluhan selain benjolan
b. Kelainan periodontal
Diagnosis kelainan periodontal untuk kasus adalah periodontitis. Dilihat dari
kasus, adanya kehilangan perlekatan pada beberapa gigi mendukung diagnosis
ini. Selain karena skor OHIS pasien yang tinggi (menandakan OH buruk),
periodontitis pada masa gestasi juga dapat muncul karena hipersekresi hormon.
Sumber:
1. Glick M. Burket’s oral medicine. 12th ed. Shelton: PMPA-USA; 2015:151-2.
2. Cawson RA, Odell EW. Cawson’s essentials of oral pathology and oral medicine.
8th ed. Philadelphia: Elsevier; 2008:413-4.

3. Jelaskan diagnosis banding dari keluhan benjolan pada pasien tersebut!


1) Peripheral ossifying atau cementifying fibroma (POF)
Lesi berbentuk nodul dengan warna bervariasi dari merah pucat sampai merah
terang. Lesi ini berlokasi di gingiva (tepatnya pada interdental papilla) dan tidak
tumbuh di mukosa oral lainnya. Gambaran histologi peripheral ossifying atau
cementifying fibroma ini tampak adanya kalsifikasi karena adanya hiperplasia
fibroblast.
2) Peripheral giant cell granuloma (PGCG)
Lesi berbentuk nodul berwarna merah keunguan. Pada gambaran histologi
terlihat giant cell multinukleus dengan jaringan mesenkimal dan sel darah merah.

Sumber:
Glick M. Burket’s oral medicine. 12th ed. Shelton: PMPA-USA; 2015:151-2, 676.

4. Jelaskan etiologi dan patogenesis penyakit pasien tersebut!


a. Epulis gravidarum
Perubahan hormonal dapat meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah yang
mengakibatkan gingiva mengalami peradangan, eritematous, dan peningkatan
permeabilitas kapiler yang menyebabkan gingiva bengkak.
b. Periodontitis
Peningkatan kadar hormon wanita (estrogen dan progesteron) selama
kehamilan mengubah komposisi mikroba biofilm. Bakteri yang berperan adalah
Treponema denticola, Porphyromonas gingivalis, Bacteroides forsythus, dan
Agregatibacter actinomycetemcomitans. Kadar estrogen dan progesteron selama
kehamilan dapat menyebabkan peradangan pada gingiva. Oral hygiene buruk,
sikap ibu hamil yang kurang peka dalam memelihara kesehatan gigi dan
mulutnya dan kurangnya edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut pada ibu
hamil dapat memperparah kondisi ini menjadi periodontitis.
Peningkatan Peningkatan
Diperparah oleh
estrogen dan komposisi mikroba
OHIS score tinggi
progesteron rongga mulut

Aktivasi mediator
Penyakit inflamatori (IL-6, PGE2,
periodontal TNF-α, IL-1

Sumber:
1. Soulissa AG. Hubungan kehamilan dan penyakit periodontal. J PDGI.
2014;63(3):71-5.
2. Suwandi T. Hubungan penyakit periodontal pada kehamilan dengan kelahiran
bayi prematur. JKGT. 2018;1(1):53-6.

5. Jelaskan pertimbangan-pertimbangan dental ketika melakukan perawatan


pasien tersebut!
Pertimbangan dental yang dilakukan untuk pasien hamil:
1) Risiko hipotensi dalam keaadaan supin, hindari perawatan dalam keadaan supin
2) Kemungkinan hipertensi kehamilan
3) Kemungkinan defisiensi besi dan asam folat yang dapat memperparah kondisi
rongga mulut
4) Terjadinya muntah, terutama karena penggunaan anastesi umum. Hindari
penggunaan anastesi umum
5) Penting dilakukan edukasi dental sejak awal kehamilan
6) Hindari hal-hal yang dapat membahayakan janin, seperti:
 Sinar x, terutama pada trimester 1
 Penggunaan benzodiazepine
 Pigmentasi dental karena penggunaan tetrasiklin
 Risiko menurunnya metabolisme vitamin B12 karena nitrous oxide
 Methaemoglobinaemia karena penggunaan prilocaine
 Risiko kontraksi uterin karena felypressin (vasokonstriktor non-katekolamin)
 Risiko teratogenik karena penggunaan thalidomide, retinoid, azathioprine
 Perdarahan neonatal karena penggunaan aspirin

Sumber:
Cawson RA, Odell EW. Cawson’s essentials of oral pathology and oral medicine. 8 th
ed. Philadelphia: Elsevier; 2008:413-4.

6. Jelaskan rencana perawatan pada pasien tersebut!


Rencana perawatan dental pada pasien hamil:
1) Trimester 1
 Masa rentan terhadap janin karena masih tahap organogenesis, Hindari
prosedur eletif atau tunda perawatan kecuali darurat
 Menilai status kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh
 Mendiskusikan perosedur perawatan
 Instruksi oral hygiene
 Hindari radiografi
 Koordinasi dengan dokter kandungan
2) Trimester 2
 Waktu terbaik untuk melakukan prosedur dental
 Bisa dilakukan prosedur perawatan dental rutin
3) Trimester 3
 Awal trimester 3 masih waktu aman
 Pada akhir trimester 3, hindari atau tunda perawatan dental
 Lakukan perawatan dengan singkat
 Hindari posisi supin untuk mencegah supine hypotensive

Pada kasus, pasien datang dengan epulis gravidarum dan periodontitis pada
trimester 2 kehamilan. Prosedur dental yang dapat dilakukan pada trimester 2 pada
pasien hamil bertujuan untuk merawat penyakit yang aktif dan melakukan pencegahan
terhadap penyakit yang dapat timbul pada trimester 3. Yang dapat dilakukan dokter
gigi untuk merawat pasien adalah kontrol plak dan instruksi oral hygiene. Untuk
periodontitis bisa dilakukan scalling dan kuretase, sedangkan epulis gravidarum akan
menyusut sendiri seiring menurunnya kadar hormon.
Sumber:
1. Wijaksana IK. Dental treatment consideration in pregnant woman. J Kesehatan
Gigi. 2019;6(2): 119-20.
2. Glick M. Burket’s oral medicine. 12th ed. Shelton: PMPA-USA; 2015:151-2.

7. Jelaskan pengaruh penyakit periodontal pada pasien tersebut terhadap bayi


yang akan dilahirkan!

Penyakit periodontal dapat menyebabkan terjadinya kelahiran prematur.


Bakterimia yang terjadi karena perdarahan gingiva menyebabkan translokasi atau
perpindahan bakteri beserta produknya (seperti polisakarida yang memicu pelepasan
modulator imun seperti IL-1β, TNF-α dan PGE-2) ke membran plasenta melalui
sirkulasi darah. Hal ini menyebabkan terjadinya kontraksi otot rahim dan peningkatan
dilatasi dinding rahim karena fungsi sitokin yang berperan dalam pengaturan
kontraksi. Hasilnya, bayi dilahirkan sebelum waktunya, bisa diikuti dengan BBLR
atau tidak.

Sumber:
1. Soulissa AG. Hubungan kehamilan dan penyakit periodontal. J PDGI.
2014;63(3):71-5.
2. Suwandi T. Hubungan penyakit periodontal pada kehamilan dengan kelahiran
bayi prematur. JKGT. 2018;1(1):53-6.

8. Jelaskan prognosis penyakit pasien tersebut!


Peradangan pada gingiva dan epulis gravidarum yang dialami pasien saat
hamil akan menyusut seiring dengan menurunnya level estrogen dan testosteron. Jika
pertimbangan dental dan rencana perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi tepat,
maka prognosis dari penyakit pasien adalah baik.

Sumber:
Glick M. Burket’s oral medicine. 12th ed. Shelton: PMPA-USA; 2015:151-2.

Anda mungkin juga menyukai