PERAWATAN ORTODONTIK
Abstrak: Retensi merupakan fase dalam perawatan ortodontik yang mempertahankan
gigi pada posisinya setelah koreksi ortodontik. Pilihan yang tepat dari retainer
merupakan suatu hal penting untuk penurunan resiko relaps setelah perawatan
ortodontik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan pertimbangan dalam
pemilihan retainer untuk menurunkan frekuensi relaps setelah perawatan ortodontik.
Bahan dan metode : Penelitian ini melibatkan 403 subjek yang dipilih secara acak,
berusia 7 hingga 61 tahun, yang ditangani dan dipantau oleh spesialis ortodontis yang
sama, keparahan maloklusi, status periodontal, tipe piranti ortodontik, periode dan
tipe retensi berdasarkan data dari rekam medik yang dimiliki, model studi dan
dokumentasi foto. Hasil : Didapatkan korelasi antara usia, tipe dan keparahan
maloklusi, status periodontal, tipe piranti ortodontik, tingkat kooperatif pasien dan
pilihan retainer. Retainer yang paling banyak digunakan pada semua kelompok pasien
ditentukan. Simpulan : Retainer ortodontik bertindak sebagai penghalang dari adanya
kecenderungan alami gigi untuk kembali ke posisi semula dibawah pengaruh tekanan
periodontal, oklusal dan jaringan lunak.
Kata kunci : Ortodontik, retainer, Aligner, Trainer, Dent@lign.
1. Pendahuluan
dan jaringan lunak. Durasi dari periode retensi berbabnding lurus dengan waktu
yang tepat dari retainer merupakan suatu hal penting untuk menurunkan resiko
relaps dan untuk stabilisasi gigi dan jaringan periodontal. Evaluasi dari fase
piranti retainer.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa setelah penyelesaian perawatan
umum berlangsung selama sekitar 12 bulan. Untuk tiap pasien durasi dari fase
permanen. Retensi yang lebih panjang dibutuhkan pada pasien dengan riwayat
mengalami resorpsi akar atau kehilangan tulang. Pada pasien tersebut terdapat
periode retensi. Retensi akan dibutuhkan pada pasien dengan perubahan posisi
lebih dari 2 mm pada arah depan-belakang dari insisivus rahang bawah, yang
Piranti retainer diklasifikasikan debagai lepasan (RR) maupun retainer cekat (FR).
retainer Hawley, Essix, dan retainer vacuum merupakan retainer lepasan. Retainer
hanya pada kedua kaninus, dengan insisivus yang tetap bebas), retainer cekat dari
kelompok retainer cekat. Retainer cekat dapat dibuat baik dari kawat dengan
ketebalan dan diameter yang berbebda, maupun dari fiber komposit. Kawat yang
digunakan dapat berupa kawat ortodontik dengan penampang bulat, fleksibel,
pada gigi, walau sifatnya cekat pada gigi tetangga. Selanjutnya, pada tahun 1982,
hanya pada kaninus. Pada tahun 1983, Zachrisson mengajukan untuk melekatkan
2. Tujuan
ortodontik.
Penelitian ini melibatkan 403 pasien yang dipilih secara acak berusia 7 hingga 61
tahun. semua pasien dirawat dan dipantau oleh spesialis ortodontis yang sama,
(kelompok 1 (6- 12), Group 2 (12-21), Group 3 (21-40), Group 4 (40-61)), tipe
maloklusi (berjejal, diastem, overjet, deep overbite, open bite, hubungan oklusi
Angle Klas II, hubungan oklusi Angle Klas III, crossbite) dan keparahan
(ringan, sedang, berat), tipe piranti ortodontik (cekat atau piranti lepasan, piranti
ekstraoral, piranti myofungsional dan aligner), periode retensi (< 12 bulan, 12-48
bulan, > 48 bulan), tipe retainer (retainer cekat, vacuum retainer (VR), plat,
rekam medic pasien, model studi dan dokumentasi foto. Data dimasukkan dan
diproses dengan software statistika SPSS 13.0.1. untuk tingkatan signifikan, yang
4. Hasil
Dari hasil pengolahan data secara statistika korelasi antara usia pasien dan pilihan
retainer telah ditetapkan. Pada kelompok usia pertama, retainer yang paling sering
digunakan adalah plat lingual (45.2%), pada kelompok dua – FR dari kaninus ke
44.3% diikuti oleh kombinasi FR dan VR dengan persetase yang relative tinggi
Evaluasi dari tipe dan keparahan maloklusi dan tipe retainer menunjukkan bahwa
premolar dengan persentase yang relatif besar (63%), pada kasus berjejal berat –
FR (43.2%). Setelah perawatan diastema, yang disebabkan oleh kebiasaan buruk
VR merupakan yang paling umum digunakan (68.1%). Pada kasus dengan deep
penggunaan di malam hari digunakan sebagai piranti retainer pada 59.5% kasus
(Gambar 2c). perawatan dari bruxism/ Bruxomania diakhiri dengan piranti TMJ
sebesar 93.2% dari kasus. Dengan kondisi adanya gigi molar tiga yang impaksi
stripping pada tiap 6 bulan. Perawatan dari open bite dengan resiko relaps
ditangani dengan VR dan perlekatan untuk traksi intermaksiler pada 38.2% kasus.
gingivitis dan penyakit periodontal (ringan, sedang, berat). Pada pasien dengan
riwayat gingivitis ringan hingga sedang dan penyakit periodontal ringan paling
Pada gingivitis sedang dan tahap lanjut pada penyakit periodontal paling banyak
Berdasarkan tipe piranti ortodontik dan tipe retainer yang digunakan, pasien
– aligner tersebut tetap digunakan sebagai retainer pada 73.7% kasus, maupun
pada kasus dengan sistem Trainer – Trainer terakhir digunakan sebagai piranti
tertinggi rahang atas adalah FR (3-3) – 57% yang disusul oleh penggunaan FR (2-
2) – 18% dan VR -15%. Pada rahang bawah, FR (3-3) juga menjadi metode
paling sering untuk tujuan retensi setelah perawatan ortodontik -64%, yang
Korelasi yang signifikan secara statistik antara pasien bermanifestasi pada tingkat
kooperatif pasien dan penggunaan retainer ditetapkan. Pada 89.9% pasien yang
5. Diskusi
dan lepasan. Penelitian ini menetapkan bahwa pilihan dari piranti retainer
paling banyak digunakan adalah retainer cekat, yang dapat berhubungan dengan
estetik dan sistem retainer yang sederhana, dan memberikan retensi dalam jangka
waktu 24 jam.
retainer cekat pada pasien dewasa. Dimana terdapat pula pertimbangan patologi
Tipe dan keparahan maloklusi dan pilihan retainer. Pada kelompok usia 1 (6-
ortodontik lepasan pada kelompok usia ini. Dengan peningkatan usia dan patologi
yang semakin kompleks, retensi yang lebih besar dapat diperoleh dengan
kombinasi metode retensi (FR+VR) atau dengan membuat kondisi gigi geligi
lebih stabil dan merupakan piranti yang dapat diandalkan – double fixed retainer.
Pemilihan retainer ini berkaitan dengan perubahan, yang terjadi pada jaringan
pendukung- lebih sering dijumpai penyakit periodontal pada pasien dewasa dan
tingkat tinggi pada FR dari premolar ke premolar (4-4). Hal ini dilaksanakan
juga digunakan sebagai retainer pilihan. Berdasarkan Little, pilihan yang lebih
baik untuk pencegahan relaps pada kasus dibutuhkannya retensi jangka panjang,
Ketika melaksanakan perawatan pada pasien deep bite, retensi terbaik yang
sabuk otot bagian dalam (lidah) dan bagian luar (pipi dan bibir), tingkat bidang
dapat dicapai hasil stabil dalam jangka panjang. Pada kasus dengan impaksi molar
kooperatif, terdapat resiko tinggi relaps dan berjejal pada segmen anterior bawah.
ekstraksi molar tiga untuk mencegah terjadinya kondisi berjejal pada segmen
penggunaan retainer lepasan akan lebih efektif, utamanya untuk mencegah relaps
Pada kasus open bite, fase retensi dilakukan dengan VR dan pelekatan untuk
traksi intermaksiler.
tidak menimbulkan gangguan terhadap fungsi estetik, berbicara, nutrisi dan tidak
dibutuhkan untuk mendapatkan retensi yang estetik dan sederhana. Hal ini
menentukan FR sebagai metode yang lebih dipilih untuk retensi setelah perawatan
ortodontik.
periodontik awal dan fase aktif, dan terapi periodontal tambahan dimulai,
kunyah pada gigi dengan penurunan jaringan periodontal. Pada kasus ini tekanan
kunyah normal dapat menjadi hal patologikal, dan disitribusikan pada permukaan
bawah akar. Kondisi ini membutuhkan splinting pada gigi dan karenanya
keras gigi.
semakin dibutuhkan retensi yang lebih besar pula (kombinasi FR+VR. DFR).
tinjauan literature oleh Bearn terlihat bahwa diameter yang semakin besar dan
estetik yang lebih baik, menurunkan resiko relaps dari segmen anterior bawah
dengan penggunaan jangka panjang. Dan juga turut memberikan kesempatan gigi
dukungan periodontal, dan untuk retensi setelah perawatan diastema. Oleh karena
itu, Lumsden dan Artuno melaksanakan pengamatan pada 47% tingkat kegagalan
retainer cekat, utamanya pada insisivus rahang atas dan pada kasus deep bite.
Tipe piranti ortodontik dan pilihan retainer. Berdasarkan penelitian ini ketika
individual ditangani dengan piranti lepasan maka tipe retainer yang diberikan
tetap sama. Sebagai contoh, ketika plat digunakan untuk perawatan pada masa
anak-anak (Kelompok 1), piranti tersebut dapat tetap digunakan sebagai piranti
dengan tujuan untuk tidak suppress pertumbuhan tiga dimensi pada rahang. Plat
distorsi, untuk menyeimbangkan kinerja otot, dan karenanya akan diperoleh hasil
stabil untuk jangka panjangl pada perawatan dengan aligner, piranti ini tetap
digunakan sebagai piranti retensi pada kasus kooperatif pasien yang baik (Gambar
3); ketika ditangani dengan piranti cekat, maka retainer yang banyak digunakan
dalah FR (80.4%) dan pada kasus penanganan dengan EOA – kombinasi retainer
pada rahang atas, retainer yang paling banyak digunakan adalah FR (3-3) disusuk
oleh FR (2-2) dan VR. Pada rahang bawah, FR (3-3), merupakan metode yang
lebih dipilih untuk retensi, disusul oleh kombinasi FR dan VR, dan paling sedikit
– FR (4-4) (pada kasus ekstraksi). Adanya gigi molar tiga, terutama pada rahang
bawah, akan meningkatkan resiko relaps, dimana biasanya terjadi pada segmen
anterior, karena gracile roots insisivus bawah. Sebagai tambahan, sepanjang masa
hidup gigi cenderung bergerak ke medial – hal inilah yang menyebabkan relaps
Tingkat kooperatif pasien dan pilihan retainer. Pada mayoritas kasus dengan
piranti retensi lepasan (vacuum retainer). Pada pasien yang tidak kooperatif,
Penelitian oleh Attack dkk, yang merekrut 58 pasien yang dibagi ke dalam dua
kelompok- satu dengan retainer lepasan tipe Hawley, dan kelompok lain dengan
retainer cekat, menunjukkan bahwa insidensi relaps pada segmen anterior bawah
pda kelompok yang diberikan retainer lepasan diperoleh tinggi secara signifikan.
Namun, relaps juga turut diamati pada kelompok dengan penggunaan retainer
cekat. Hal ini dijelaskan oleh kebutuhan pematuhan instruksi yang lebih baik pada
yang tidak teratur menyebabkan tingginya resiko pergeseran gigi, relaps pada
6. Simpulan
bergantung pada usia pasien, tipe dan keparahan maloklusi, penggunaan piranti