Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS NON PSIKOTIK

EPISODE DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK (F32.2)


Identitas pasien:
No.status/no.reg

: 20 23 42

Nama

: Tn.R

Jenis kelamin

: laki - laki

Tanggal lahir

: 21 april 1994

Status pernikahan

: belum menikah

Agama

: Islam

Warga negara

: Indonesia

Pekerjaan

: Pelajar

Pendidikan terakhir

: SMA

Alamat

: BTN Kodam D3/12

Tanggal masuk

: 01 april 2016

LAPORAN PSIKIATRIK
I.

Riwayat Penyakit
A. Keluhan utama dan alasan MRSJ/terapi:
Merasa tidak lagi memiliki semangat
B. Riwayat gangguan sekarang, perhatikan:
a. Keluhan dan gejala
Pasien datang diantar oleh ibunya, dengan keluhan tidak
lagi memiliki semangat dalam beraktivitas, pasien sudah
tidak mau masuk kuliah sejak 1 bulan yang lalu karena
merasa tidak bisa berkonsentrasi dan tidak mampu
memahami pelajarannya. Pasien menganggap segala hal
dirasakan tidak menarik lagi, dan hobinya yang dulu sangat
ia sukai sekarang tidak lagi menyenangkan. Pasien juga
sering diam, menyendiri dan berpikir untuk mengakhiri
hidupnya karena merasa sudah tidak berguna lagi. Hal ini
pasien alami sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengaku hal
ini terjadi 1 minggu setelah orang tua (ayah) di phk dari

kantornya.

Tidak terdapat riwayat keluarga yang sama

dengan keluhan pasien.


b. Hendaya/disfungsi:
Hendaya sosial
: (+)
Hendaya pekerjaan
: (+)
Hendaya waktu senggang
: (+)
c. Faktor stressor psikososial:
Orang tua (ayah) pasien di phk dari pekerjaannya.
d. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit
fisik dan psikis sebelumnya: tidak ada
C. Riwayat gangguan sebelumnya: tidak ada
D. Riwayat kehidupan pribadi:
Masa perinatal dan prenatal (0-1 tahun)
Pasien lahir dengan persalinan cesar karena tekanan darah
ibunya meningkat, lahir dengan cukup bulan di Rumah

Sakit Bersalin dibantu oleh dokter.


Masa kanak awal (1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan usia

sebayanya.
Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pada masa kanak kanak pasien dapat berinteraksi baik
dengan keluarga. Masa sekolah dasar dimulai pada umur 6

tahun dan dilalui dengan baik.


Masa kanak akhir (11-18 tahun)
Pada masa kanak akhir mulai SMP hingga SMA pasien
adalah anak yang rajin , mudah bergaul, dan tidak pernah
mempunyai masalah disekolah atau pun dengan temannya.

Masa dewasa (>18 tahun)


Setelah tamat SMA pasien tidak langsung melanjutkan ke
bangku universitas karena terkendala masalah ekonomi,
sehingga pasien memilih untuk bekerja di mini market. 2
tahun kemudian pasien melanjutkan kuliah di STIE LAN
jurusan

Managemen

dan

pasien

tetap

melanjutkan

pekerjaan sampingannya. Tetapi pada semester 4 pasien


tidak mau lagi masuk kuliah dengan alasan tidak mampu

berkonsentrasi, semenjak tingkah laku pasien berubah ibu


pasien menyuruhnya untuk berhenti bekerja.
E. Riwayat kehidupan keluarga:
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, adek pasien
juga laki-laki. Pasien tidak dekat dengan adeknya karena sering
merasa dibeda-bedakan oleh kedua orang tuanya.
F. Situasi sekarang:
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan adeknya. Keadaan
sosial ekonomi pasien sedang terganggu karena ayah pasien di
PHK dari pekerjaannya dan pasien sendiri telah berhenti kerja.
G. Persepsi tentang diri dan kehidupannya: pasien merasa jiwanya
II.

sakit.
Status mental
A. Deskripsi umum
a. Penampilan:
Seorang pasien datang dengan menggunakan baju kaos
biru, celana jeans hitam, rambut di cukur botak. Perawatan
b.
c.
d.
e.

diri baik, perawakan sedang, wajah sesuai dengan usianya.


Kesadaran
: baik
Perilaku dan aktivitas psikomotor
: tenang
Pembicaraan
:lambat, intonasi biasa
Sikap terhadap pemeriksa
: kurang koperatif

B. Keadaan afektif (mood), perasaan, dan empati, perhatikan:


a. Mood : hipotimia
b. Afek : afek depresi
c. Empati : dapat dirabarasakan
C. Fungsi intelektual (kognitif):
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan:
Taraf pendidikan pasien hanya sampai tingkat kuliah
fakultas managemen semester 4 dan kecerdasan kurang
karena

tidak

mampu

berkonsentrasi

dan

memahi

pelajarannya sehingga banyak nilai mata kuliah yang error.


b. Daya konsentrasi
: terganggu
c. Orientasi (waktu, tempat dan orang): tidak terganggu
d. Daya ingat:
o Daya ingat jangka panjang : tidak terganggu
o Daya ingat jangka pendek
: tidak terganggu
o Daya ingat jangka segera
: tidak terganggu
e. Pikiran abstrak
: tidak terganggu

III.

IV.

f. Bakat kreatif
: tidak ada
g. Kemampuan menolong diri sendiri : cukup
D. Gangguan persepsi:
a. Halusinasi
: tidak ditemukan
b. Ilusi
: tidak ditemukan
c. Depersonalisasi: tidak ditemukan
d. Derealisasi
: tidak ditemukan
E. Proses berfikir:
1. Arus fikiran
a. Produktivitas
: cukup
b. Kontiniuitas
: relevan
c. Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi pikiran
a. Preokupasi
: ada
b. Gangguan isi fikir : tidak ada
F. Pengendalian impuls : tidak terganggu
G. Daya nilai:
a. Norma sosial
: tidak terganggu
b. Uji daya nilai
: tidak terganggu
c. Penilaian realitas
: tidak terganggu
H. Tilikan (insight)
: derajat 5
I. Taraf dapat dipercaya
: dapat dipercaya
Pemeriksaan Diagnostik Lebih lanjut
Pemeriksaan fisik:
Status internus :
Tekanan darah
: 100/80 mmHg
Denyut nadi
: 84x/menit
Suhu
: 36,5 c
Pernafasan
: 20x/menit
Pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya: tidak dilakukan
Ikhtisar Penemuan Bermakna
Pasien laki laki berumur 21 tahun datang ke poli RSUD Kota Makassar
dengan ibunya dengan keluhan pasien tidak lagi mempunyai semangat
dalam beraktivitas, menjadi pendiam, sering menyendiri, tidak mau
melanjutkan kuliah, berhenti bekerja, dan sering ada keinginan untuk
mengakhiri hidupnya, hal itu pasien rasakan sejak 2012 setelah ayahnya di

V.

phk.
Evaluasi Multiaksial
Aksis I
Berdasarkan

autoanamnesis,

alloanamnesis

dan

pemeriksaan status didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu


pasien tidak lagi mempunyai semangat dalam beraktivitas, menjadi

pendiam, sering menyendiri, tidak mau melanjutkan kuliah,


berhenti bekerja, dan sering ada keinginan untuk mengakhiri
hidupnya,. Keadaan ini menimbulkan distress pada penderita dan
menimbulkan gangguan disability dalam merawat diri sehingga
dapat menimbulkan bahwa pasien menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya ringan
dalam menilai realita sehingga pasien dapat disimpulkan sebagai
gangguan jiwa non-psikotik. Serta tidak ditemukan adanya
kerusakan atau disfunsi otak sehingga dapat disimpulkan sebagai
non-organik
Dari hasil alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan
status mental didapatkan 3 gejala dari kriteria gejala utama yaitu
afek depresi, kehilangan minat dan kegembiran dan berkurangnya
energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah bekerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Serta 7 gejala dari gejala lainnya yaitu konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan
tentang rasa bersalah dan tidak berguna, gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan
berkurang sehingga dapat disimpulkan sebagai episode depresif
(F32) karena memiliki 3 gejala utama ditambah 7 gejala lainnya,
dan sudah berlangsung selama 3 bulan sehingga didiagnosa sebagai

episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2)


Aksis II
F60.6 Gangguan kepribadian cemas (menghindar)
Aksis III
Tidak ditemukan kelainan organobiologik

VI.

Aksis IV
Merasa terbebani karena orang tua (ayah) di phk
Aksis V
GAF 60 51 : gejala sedang (moderate), disabiliti sedang

Daftar problem

a. Organobiologik :
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna namun diduga
terdapat

ketidakseimbangan

neurotransmitter

maka

pasien

membutuhkan farmakoterapi.
b. Psikologi :
Terdapat hendaya ringan dalam menilai realita sehingga pasien
membutuhkan terapi.
c. Sosiologik :
Adanya hendaya dalam bidang sosial, penggunaan waktu
VII.

senaggang dan pekerjaan sehingga membutuhkan sosioterapi.


Prognosis
Dubia ad bonam
Faktor pendukung : Dukungan dari keluarga untuk sembuh sangat baik
Faktor penghambat : Ekonomi yang sedang terganggu

VIII.

Pembahasan dan tinjauan pustaka


DEFINISI
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, dan rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.(2)
EPIDEMIOLOGI
Gangguan depresi berat merupakan gangguan yang sering terjadi,
dengan prevalensi seumur hidup sekitar 15%, kemungkinan sekitar 25 %
terjadi pada wanita. Terlepas dari kultur atau negara terdapat prevalensi
gangguan depresi berat yang dua kali lebih besar pada wanita dibanding
laki-laki.(1)
Angka gangguan depresi berat pada anak-anak pra sekolah
diperkirakan adalah sekitar 0,3 % dalam masyarakat, dibandingkan dengan
0,9% dalam lingkungan klinis. Diantara anak anak usia sekolah dalam
masyarakat, kira kira 2 % memiliki gangghuan depresi berat.
ETIOLOGI

Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi


diduga faktor faktor dibawah ini yang berperan.
a. Faktor biologis
Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis
bahwa gangguan depresi berat berhubungan dengan disregulasi
heterogen pada amin biogenik (norepinefrin dan serotonin).
Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada
beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik
serotonin di dalam cairan serebrospinal yang rendah serta
konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di trombosit.
Faktor neurokimia lain seperti adenilate cyclase, phsphotidyl
inositol, dan regulasi kalsium mungkin juga memiliki relevansi
penyebab.
Peneltian anak pra pubertas dengan gangguan depresif berat
dan remaja-remaja dengan gangguan mood telah menemukan
kelainan biologis.(1)
Anak pra pubertas dalam suatu episode gangguan depresif
berat mensekresikan hormon pertumbuhan yang secara bermakna
lebih banyak selama tidur dibandingkan dengan anak normal dan
anak dengan gangguan mental nondepresi. (1)
b. Faktor Genetika
Memiliki satu orang tua yang terdepresi kemungkinan
meningkatkan resiko dua kali untuk keturunan, memiliki kedua
orang tua terdepresi kemungkinan meningkatkan resiko empat kali
bagi keturunan untuk terkena gangguan depresi sebelum usia 18
tahun.(1)

c. Faktor Psikososial
Peistiwa

kehidupan

dan

stess

lingkungan,

suatu

pengalaman klinis yang telah lama direplikasikan adalah bahwa


peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering
mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode
selanjutnya. Hubungan tersebut telah dilaporkan untuk gangguan
depresi berat.(1)

Data yang paling endukung menatakan bahwa peristiwa


kehidupan paling berhubungan dengan perkembangan depresi
selanjutnya adalah kehilangan orang tua sebelum usia 13 tahun.
Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu
episode depresi adalah kehilangan pasangan.(1)
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat) :

Efek depresif,
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.

Gejala lainnya(4)
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri.
f. Gangguan tidur
g. Nafsu Makan berkurang
Untuk episode depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala
luar biasa beratnya dan berlangsung lama.
Pedoman diagnostik untuk episode depresi berat tanpa gejala psikotik
:(4)

Semua 3 gejala utama depresi harus ada.


Ditambah sekurang-kurangnya 4 gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat.

Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau refardasi psikomotor)


yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu

untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.


Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang kurangnya 2
minggu, tetapi jika gejala amat berat dan beronset cepat, maka masih
dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang

dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.

Pedoman diagnostik untuk episode defresif berat dengan gejala


psikotik(4)
Episode depresif berat yang memenuhi kriteria tanpa gejala psikotik

tersebut diatas
Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresi. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa , kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.
Halusinasi auditorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju stupor.

DIAGNOSA BANDING
Dalam menegakkan suatu gangguan depresi, diagnosa lain perlu
dipikirkan,

seperti

adanya

gangguan

organik,

intoksikasi

atau

ketergantungan
zat dan abstinensia, distimia, siklotimia, gangguan kepribadian, berkabung
dan gangguan penyesuaian.
Perubahan instrinsik yang berhubungan dengan epilepsi lobus
temporalis dapat menyerupai gangguan depresi, khususnya jika fokus
epileptik adalah sisi kanan.
PENATALAKSANAAN

Mekanisme kerja obat anti depresi adalah adalah :

Menghambat reuptake aminergic neurotransmitter


Menghambat penghancuran oleh enzim monoamine

oxidase

sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic transmitter pada


sinaps neuron di SSP.(1,3)
Golongan obat anti depresan antara(1,3)

Trisiklik : Amitriptyline, Tianeptine, imipramine, Ciomipramine,

Opipramol.
Tetrasiklik : Maprotiline, Mianserin, Amoxapine
MAOI Reversible : Moclobemide
Atypical : Trazodone, mirtazepin
SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) : Sertraline, Paroxetine,
Fluvoxamine, Fluoxetine, Citalopram.

PROGNOSIS
Gangguan depresi berat bukan merupakan gangguan yang ringan.
Keadaan ini cenderung merupakan gangguan yang kronis dan pasien
cenderung mengalami relaps. Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk
episode pertama gangguan depresif memiliki kemungkinan 50 % untuk
pulih di dalam tahun pertama. Rekurensi episode depresi berat juga sering,
kira-kira 30 sampai 50 % dalam dua tahun pertama dan kira-kira 50
sampai 70 % dalam 5 tahun. Insidensi relaps adalah jauh lebih rendah dari
pada

angka

tersebut

pada

pasien

yang

meneruskan

terapi

psikofarmakologis profilaksis dan pada pasien yang hanya mengalami satu


atau dua episode depresi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, Sadock, Sinopsis Psikiatri, Jilid II, edisi Ketujuh, Binarupa
Aksara, Jakarta, 1997, 685- 817.
2. Kaplan, Haroid I: Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Widya Medika,
Jakarta, 1998, 227 32.
3. Maslim, R: Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropika, edisi II,
Jakarta, 2001 : 23 30.

4. Maslim, R : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas


dari PPGDJ III, Jakarta, 2001: 64 5.
IX.

Rencana terapi
1. Psikofarmaka : Fluoxatine 10 mg 1 0 1
2. Psikoterapi :
Ventilasi : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menceritakan masalahnya dan meyakinkan pasien dapat
mengatasi masalahnya.
Konseling : Memotivasi pasien agar selalu berpikir positif agar
pasien memahami kondisi dirinya dan memahami cara
menghadapinya, serta memotivasi pasien agar tetap minum
obat secara teratur.
3. Sosioterapi
Memberikan pengertian kepada keluarga pasien agar dapat
memahami keadaan pasien sekarang ini dan mampu mengerti
kebutuhan pasien serta terus dapat menjaga hubungan dengan pasien.

X.

Follow up
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya
serta efektivitas terapi dan efek samping dari obat.

Anda mungkin juga menyukai

  • Jurnal Orto Uya
    Jurnal Orto Uya
    Dokumen13 halaman
    Jurnal Orto Uya
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Book 1
    Book 1
    Dokumen8 halaman
    Book 1
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Indikator Mutu Pengendalian Resistensi Anti Mikroba
    Indikator Mutu Pengendalian Resistensi Anti Mikroba
    Dokumen10 halaman
    Indikator Mutu Pengendalian Resistensi Anti Mikroba
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Indikator Mutu Nasional
    Indikator Mutu Nasional
    Dokumen18 halaman
    Indikator Mutu Nasional
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Daftar Obat Hars
    Daftar Obat Hars
    Dokumen7 halaman
    Daftar Obat Hars
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • 654
    654
    Dokumen20 halaman
    654
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen58 halaman
    Tugas
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Pino
    Pino
    Dokumen8 halaman
    Pino
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Portofolio Bagian Mata
    Portofolio Bagian Mata
    Dokumen35 halaman
    Portofolio Bagian Mata
    L M Akhiruddin
    100% (2)
  • Anti Emetik
    Anti Emetik
    Dokumen12 halaman
    Anti Emetik
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Diare
    Diare
    Dokumen41 halaman
    Diare
    destria25121993
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen43 halaman
    Presentation 1
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Laps
    Laps
    Dokumen29 halaman
    Laps
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Asam Urat
    Asam Urat
    Dokumen4 halaman
    Asam Urat
    NurulUmmahA
    Belum ada peringkat
  • Nanik
    Nanik
    Dokumen2 halaman
    Nanik
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Referat Illeus Obstruktif
    Referat Illeus Obstruktif
    Dokumen40 halaman
    Referat Illeus Obstruktif
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Portofolio Jiwa
    Portofolio Jiwa
    Dokumen33 halaman
    Portofolio Jiwa
    rahmi
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran 14
    Surat Lamaran 14
    Dokumen6 halaman
    Surat Lamaran 14
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • PORTOFOLIO NEURO Tingkat 1
    PORTOFOLIO NEURO Tingkat 1
    Dokumen39 halaman
    PORTOFOLIO NEURO Tingkat 1
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Pergerakan Tidur (Psykiatri
    Gangguan Pergerakan Tidur (Psykiatri
    Dokumen11 halaman
    Gangguan Pergerakan Tidur (Psykiatri
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Refarat Gangguan Somatisasi
    Refarat Gangguan Somatisasi
    Dokumen11 halaman
    Refarat Gangguan Somatisasi
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat
  • Isi PPPP
    Isi PPPP
    Dokumen12 halaman
    Isi PPPP
    Anggun Dwi Jayanti
    Belum ada peringkat