Anda di halaman 1dari 16

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

MODUL 1: GUSI MEMBESAR


BLOK PENYAKIT PERIODONTAL

Disusun Oleh:
NAMA : UMMI SALAMAH
NIM : J011201116
KELOMPOK : 13 (TIGA BELAS)

Semester Akhir 2022


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Modul 2 yang berjudul “Gusi Membesar” di dalamnya terdapat
sebuah skenario yaitu: “Seorang perempuan, 25 tahun, datang ke RSGM
dengan keluhan gusi membesar pada gigi depan atas sejak satu tahun
yang lalu. Hasil pemeriksaan intra oral pembesaran gingiva regio 11, 12,
21 dan 22, kedalaman pseudopocket pada setiap sisi 4-5 mm, OHI-S
sedang. Hasil pemeriksaan.”
Dari skenario tersebut terdapat sasaran pembelajaran yang harus
dicapai Mahasiswa mampu mengethui pemeriksaan, diagnosis dan
diagnosa banding, etiologi, patomekanisme, perawatan dan cara kerja
obat pada kasus sesuai skenario,indikasi dan kontraindikasi, prognosis
dari kasus pada skenario.
Oleh karena itu, dilakukan tutorial dan diskusi kelompok yang
menghasilkan beberapa tujuan pembelajaran yang menjadi batasan topik
untuk penyusunan makalah ini. Adapun penulis menyusun makalah
terkait berdasarkan hasil diskusi yang diverifikasi melalui sumber-
sumber terpercaya, seperti textbook dan jurnal. Laporan ini diharapkan
dapat memberi manfaat, baik bagi penulis maupun pembaca, khususnya
yang berkecimpung dalam dunia Kesehatan.

1.2 Skenario

Seorang perempuan, 25 tahun, datang ke RSGM dengan keluhan


gusi membesar pada gigi depan atas sejak satu tahun yang lalu. Hasil
pemeriksaan intra oral pembesaran gingiva regio 11, 12, 21 dan 22,
kedalaman pseudopocket pada setiap sisi 4-5 mm, OHI-S sedang. Hasil
pemeriksaan radiografis tidak terlihat kehilangan/resopsi tulang alveolar.

1.3 Kata Kunci

1. Seorang perempuan

2. Berusia 25 tahun
3. Keluhan gusi membesar pada gigi depan atas sejak 1 tahun yang lalu

4. Pembesaran gingiva pada regio 11, 12, 21 dan 22

5. Kedalaman pseudopocket pada setiap sisi 4-5 mm

6. OHI-S sedang

7. Tidak terlihat kehilangan/resopsi tulang alveolar

1.4 Pertanyaan Penting


1. Apa yang menyebabkan gusi membesar?
2. Apa saja pemeriksaan klinis yang dilakukan pada kasus di skenario?

3. Apa diagnosis dari kasus pada skenario?

4. Bagaimana patomekanisme dari kasus pada skenario?

5. Apa perawatan yang sesuai dengan kasus pada skenario?

6. Bagaimana prognosis kasus pada skenario ?

7. Apa saja tindakan pencegahan yang dapat dilakukan berdasarkan


diagnosis kasus sesuai skenario?

1.5 Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan yang dilakukanuntuk


menegakkan diagnosis pada kasus di skenario.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis dan diagnosa banding pada
kasus tersebut.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dari kasus sesuai dengan
skenario
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patomekanisme pada kasus sesuai
skenario
5. Mahasiswa mampu menjelaskan perawatan dan cara kerja obat pada
kasus sesuai skenario
6. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dan kontraindikasi jenis
perawatan pada kasus sesuai skenario
7. Mahasiswa mampu menjelaskan prognosis dari kasus pada skenario
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan yang Dilakukan untuk Menegakkan Diagnosis Pada Kasus Di


Skenario
Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
diantaranya :
a. Pemeriksaan Subjektif1

Pemeriksaan subjektif merupakan anamnesis atau tanya jawab kepada


pasien. Anamnesis dapat dilakukan dengan menyanyakan :
1) Riwayat Medis

Riwayat medis sebaikanya di dapat pertama kali melalui kuisioner


tertulis. Setelah kuisioner ini dilengkapi, apa yang tertulis sebaiknya
dibahas kembali dengan pasien, sehingga dapat diberikan penjelasan
yang menyeluruh untuk bidang – bidang penting. Alasan pentingnya
riwayat medis adalah :

 Untuk menemukan manifestasi oral dari kondisi sistemik tertentu seperti


leukimia, diabetes militus gangguan hormonal dan lain lain.
 Untuk menemukan manifestasi oral dari kondisi sistemik tertentu
seperti leukemia, diabetes mellitus, gangguan hormonal, dan lain-lain.
 Untuk memastikan adanya kondisi sistemik seperti kehamilan,
diabetes mellitus, kelainan darah, defisiensi nutrisi, dan penyakit
kardiovaskular-hipertensi yang dapat mengubah respon host terhadap
bakteri

 Untuk menentukan ada atau tidaknya kondisi sistemik tertentu yang


membutuhkan modifikasi, baik pada terapi periodontal, primer maupun
suportif. Aspek ini meliputi kondisi alergi, sindrom demam-rematik,
diabetes militus, gangguan endokrin, penyakit kardiovaskular dan katup
jantung buatan, terapi obat (endokrin, kortikosteroid, antu koagulan),
masalah psikologis dan pemakaian produk tembakau.
2) Riwayat Kesehatan Gigi

Sebelum pemeriksaan intraoral dilakukan ada baiknya praktisi


mencari riwayat kesehatan gigi secara lengkap, karena memberi
kesempatan untuk menilai prilaku pasien, membangun hubungan dan
mempelajari penyakit gigi yang telah lalu serta responnya terhadap
perawatan. Juga penting untuk mengetahui cara pemeliharaan kebersihan
mulut yang selama ini dilakukan oleh pasien dirumah yang mencerminkan
pengetahuan pasien tentang kebersihan gigi.

b. Pemeriksaan Objektif

1) Pemeriksaan Ekstraoral2

Pemeriksaan ekstraoral merupakan pemeriksaan yang dilakukan di


daerah sekitar mulut bagian luar. Meliputi bibir, TMJ, kelenjar limfe,
hidung, mata, telinga, wajah, kepala dan leher. Pemeriksaan ekstraoral
dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan yang terlihat secara visual
atau terdeteksi dengan palpasi. Seperti adanya kecacatan, pembengkakan,
benjolan luka, cedera, memar, fraktur, dan dislokasi lain sebagainya.
2) Pemeriksaan Intraoral atau Klinis Rongga Mulut
Pemeriksaan rongga mulut meliputi1:
 Oral hygiene

Oral hygiene atau kebersihan rongga mulut dinilai dari tingkat


akumulasi debris makanan, plak, material alba, dan stain permukaan
gigi. Pemeriksaan jumlah kulitatif plak dapat membantu menegakkan
diagnosis.
OHI-S adalah keadaan kebersihan mulut dari responden yang

dinilai dari adanya sisa makanan dan kalkulus pada permukaan gigi
dengan menggunakan Oral hygiene Index Simplifield. OHIS merupakan
jumlah indeks debris (DI) dan Indeks kalkulus (CI) yang umumnya
indeks digunakan untuk menilai pengumpulan plak gigi menggunakan
skala numerik untuk mengukur bagian permukaan gigi yang tertutupi
oleh plak. Pengukuran kebersihan gigi dan mulut dapat dilakukan
dengan OHIS. Skor OHIS didapat dengan menjumlahkan banyaknya
Debris Indeks (DI) dan Calculus Indeks (CI). Ada 3 kriteria skor OHIS
yaitu3:
Baik (good), apabila nilai berada diantara 0-1,2;
Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 1,3-3,0;
Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 3,1–6,0
 Pemerikasaan Gigi menyeluruh

Melihat restorasi yang jelek, pembentukan defek, anomaly bentuk


gigi, hipersensibilitas, hubungan kontal proksimal. Stabilitas, posisi, dan
jumlah implant, dan hubungan di dalam rongga mulut.
 Pemeriksaan jaringan periodontal

Ini dilakukan dengan melihat plak dan kalkulus, gingiva (apakah


terjadi perubahan warna, inflamasi, ukuran, kontur, konsistensi, posisi,
struktur pasien), poket periodontal.

c. Pemeriksaan penunjang1
 Pemeriksaan Radiografi
Dilakukan untuk mendapatkan gambaran leng kung gigi dan
struktur di sekitarnya. Radiografi berguna untuk mendeteksi
perkembangan ano mali, lesi patologis pada gigi dan rahang, fraktur
tulang, serta screening gigi.
 Pemeriksaan laboratorium
Tes laboratorium dapat membantu dalam diagno sis penyakit
sistemik yang dapat menyebabkan penyakit pada mulut dan jaringan
periodontal. 1,2

2.2 Diagnosis Dan Diagnosa Banding Pada Kasus Tersebut


Pada Skenario pasien memiliki keluhan gusi membesar pada gigi
depan atas sejak satu tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan intraoral terdapat
pembesaran gingiva regio 11, 12, 21 dan 22, dan kedalaman poket 4-5 mm,
serta memiliki OHI-S sedang. Dari keluhan serta pemeriksaan klinis, dapat
didiagnosis bahwa pasien mengalami gingival enlargement. Pemberaran
gingiva berawal dari sedikit pembengkakan pada papila interdental dan
gingival margin. Pada tahap awal pembengkakan berbentuk pelampung di
sekitar gigi 11. 12. 21 dan 22. Pembengkakan ini dapat bertambah besar
hingga menutupi mahkota, dan terus membesar / bengkak secara perlahan dan
tanpa rasa sakit kecuali jika diperparah oleh Infeksi akut / trauma. Gingival
enlargement biasanya mempunyai kedalaman probing yang lebih dalam
seperti pada kasus 4-5 mm 37 derajat gingival 4,5. Derajat gingival
enlargement :1
 Grade 0 : Tidak ada tanda-tanda pembesara gingiva
 Grade 1 : Pembesaran terbatas pada papilla interdental

 Grade II : Pembesaran melibatkan papila dan marginal gingiva


 Grade III: Pembesaran meliputi ¾ atau lebih dari sebagian mahkota.
Pada kasus ini, gingval enlargement berada paada derajat 2, yaitu telah
melibatkan papila dan marginal gingiva.

Diagnosa Banding2
Diagnosa banding kelainan pada skenario adalah enlargement gingival acute
yang sama-sama melibatkan marginal gingiva dan papila interdental. Namun,
enlargement gingival acute berkembang karena bakteri yang masuk ke dalam
jaringan gingiva dan karena adanya cidera pada gingiva oleh benda asing,
sedangkan enlargement gingival kronik penyebab utamanya adalah karena
pembesaran inflamasi kronis pada gingiva. Selain itu drug induced enlargement
juga dapat menjadi diagnosis banding pada kasus ini,dimana terdapat kesamaan
secara klinis dengan gingival enlargement kronis yaitu pembesaran pada
margin dan papila interdental. Drug induced enlargement bersifat kronis dan
perlahan-lahan bertambah besar.

2.3 Etiologi Kasus pada Skenario


Gingival enlargement chronic disebabkan oleh iritasi lokal yang
berkepanjangan dan faktor etiological khas yaitu oral hygiene buruk,
abnormal,hubungan gigi yang berdekatan dan gigi antagonisnya. Kurangnya fungsi
gigi, kavitas servikal,overhanging margin dari dental restorasi, impaksi makanan,
iritasi clasps dari protesa lepasan, nasal obstruksi, kebiasaan bururk, kebiasaan
bernapas dengan mulut dan tongue thrusting. Pada pasien yang bernapas melalui
mulut dapat dilihat :
1. Gingivitis dan gingival enlargement sering telihat
2. Gingiva tampak merah dan edematous degan permukaan mengkilap.
3. Regio anterior rahang atas paling sering terjadi gingival enlargement yang
dikaitkan dengan iritasi permukaan.

Etiologi Drug Induced Gingival Overgrowth (DIGO)


Drug Induced Gingival Overgrowth (DIGO) disebabkan oleh
penggunaan antikonvulsan, calcium channel blocker (CCB), dan
imunosupresan yang merupakan obat-obatan yang digunakan untuk pasien
dengan masalah kesehatan yang serius seperti epilepsi, hipertensi, dan
pasien yang menjalani
transplantasi organ. Secara
klinis, lesi yang ditimbulkan
akan sedikit berbeda
tergantung jenis obat apa yang
dikonsumsi. Berikut adalah
beberapa contoh obat yang
termasuk kedalam kategori
antikonvulsan, calcium
channel blocker (CCB), dan
imunosupresant1,9 :
Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya Drug Induced
Gingival Overgrowth (DIGO) yaitu10 :
1. Usia dan jenis kelamin

Pembesaran gingiva dapat terlihat pada semua usia tergantung dari


berapa banyak obat yang dikonsumsi. Anak-anak dan remaja berisiko
untuk terkena pembesaran gingiva yang disebabkan oleh phenytoin.
Individu pada usia menengah dan usia tua rawan terhadap pembesaran
gingiva yang disebabkan oleh calcium channel blocker. Usia dan umur
bukan merupakan faktor risiko yang penting akan tetapi pada individu
berjenis kelamin laki-laki tiga kali lebih mungkin terjadi Drug Induced
Gingival Overgrowth.
2. Predisposisi genetik

Tidak semua orang yang mengkonsumsi phenytoin, cyclosporine,


atau calcium channel blockers mengalami GE. Hal ini bergantung pada
basis genetik, yaitu: polimorfisme P-450 gen, polimorfisme HLA,
heterogenitas fibroblas, fenotip makrofag.
3. Variabel periodontal
Meskipun pembesaran gingiva dapat terjadi meskipun tidak ada
plak, adanya plak dan inflamasi gingiva dapat meambah keparahan dari
pembesaram gingiva.
2.4 Patomekanisme Kasus pada Skenario
Pembesaran gingiva terjadi tidak lepasdari adanya respon tubuh terhadap plak,
kemudian diperparah oleh pemberian obat-obatan yang memberikan efek
samping berupa pembesarangingiva seperti obat antikonvulsan, obat anti
immunopresan dan obat calcium channel blockers.
Pemberian ini awalnya terjadi pada 2-4 bulan setelah pemberian atau
dimulainya asupan obat. Biasanya pada tahap awal pembesaran tidak disertai
rasa nyeri. Pembesaran dimulai pada bagian interdental gingiva7. Obat
antihipertensi dari golongan calcium channel blockers dapat mempengaruhi
metabolisme kalsium dengan mengurangi aliran kalsium intraseluler dan
mengurangi produksi kolagenase aktif. Pada keadaan ini, sitokin, interluekin 6
dan interleukin 1 berperan penting secara fisiologis merespon terhadap paparan
calcium channel blockers. Kemudian hal ini diperparah akibat adanya plak
sekitar gingiva yang menyebabkan peningkatan sitokinin pada daerah tersebut.8

2.5 Perawatan Kasus pada Skenario


1. Tindakan nonbedah12

Tindakan nonbedah dapat dilakukan dengan skeling dan root


planning. Tindakan ini dilakukan untuk menghilangkan faktor etiologi
utama dari kasus di skenario yaitu plak dan kalkulus. Penghilangan
kalkulus maupun plak pada supragingiva dan subgingiva bertujuan untuk
mencegah perluasan inflamasi dan perkembangan dari pembesaran
gingiva. Ukuran gingiva dapat dievaluasi kembali setelah 1 pekan setelah
dilakukannya skeling dan root planning, namun biasanya tidak ada
perubahan yang cukup signifikan. Selain itu pada langkah perawatan ini
juga disertai dengan DHE (Dental Health Education).
2. Tindakan bedah12

Pada tindakan bedah dapat dilakukan gingivektomi untuk keperluan


estetika dengan memotong bagian berlebih dari gingiva sehingga mencapai
ukuran dan kontur normal. Selain itu gingivektomi juga akan dapat
menghentikan potensi rekurensi dari akumulasi plak dan kalkulus.

Untuk pasien Drug Induced Gingival Overgrowth (DIGO),dapat dilakukan


subtitusi obat. Pasien dirujuk ke internis untuk digantikan obatnya yang
memiliki fungsi yang sama namun efek samping dari pemberian CCB dapat
dihindari dengan pemberian obat antihipertensi dari golongan ACE Inhibitors,
Angiotensin II receptor blockers, dan sebagainya.12,13
2.6 Indikasi Kelainan pada Skenario
Indikasi Skeling

1. Kalkulus, plak, dan stain permukaan mahkota gigi Inflamasi ringan pada
gingiva karena kalkulus
2. Reduksi perdarahan dan kedalaman poket
3.Pasien dengan masalah pernapasan dan penyakit sistemik tak terkontrol

Indikasi root planning

1.Kalkulus, plak, stain pada subgingiva

Kontraindikasi root planning


1.Gigi mobile parah dan telah ruak parah7

Indikasi Gingivektomi

1. Adanya poket supraboni dapat diinikasikan untuk perawatan gingivektomi


karena dasar poket berada pada permukaan bagian atas tulang alveolar,
sehingga prosedur bedah gingivektomi masih dapat dilakukan.
2. Hiperplasi dilantin berhubungan dengan konsumsi obat yang menyebabkan
terjadinyahiperplasi selama pasien mengkonsumsi obat tersebut, sehingga
dibutuhkan bedah gingivektomi untuk memperbaiki gingiva.
3. Hiperplasi inflamasi kronis berbentuk membulat seperti balon pada
interdental papil danmargin gingiva serta ukurannya dapat meningkat hingga
menutupi sebagian dari mahkotagigi. Hiperplasi inflamasi kronis
diindikasikan untuk gingivektomi karena membutuhkan perbaikan gingiva
yang mengalami hiperplasi kronis (berkepanjangan / lama)8
Kontraindikasi Gingivektomi

1. Apabila dinding jaringan lunak poket terbentuk oleh mukosa alveolar maka
dikontraindikasikan untuk perawatan gingivektomi, karena dinding
jaringan lunak poket terbentuk oleh mukosa alveolar merupakan ciri poket
intrabony yaitu memiliki pola destruksi tulang alveolar vertikal dan dasar
poket berada pada apikal alveolar crest sehingga tidak memungkinkan
menggunakan prosedur gingivektomi

2.7 Prognosis
Chronic enlargement bersifat reversible dan dapat diatasi berdasarkan
etiologi,termasuk biofilm dan faktor lingkungan. Scalling dan root planing menjadi
tahap pertama perawatan yang dapat menurunkan pembesaran gingiva.Namun
kekambuhan dapat terjadi lagi paling cepat 3-6 bulan. pada rasus ini scaling dan
root planning tidak menghasilkan progres yang baik. Oleh karena itu gingivektomi
(Prosedur bedah) menjadi penatalaksanaan yang baik Jika OHIS terus dijaga, dan
akan kembuh kembali setidaknya 12 bulan jika terdapat beberapa faktor
predisposis yang tidak dicegah / dihilangkan.1,11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gingival enlargement merupakan pemberaran gingiva yang berawal dari
sedikit pembengkakan pada papila interdental dan gingival margin.
Pemeriksaan klinis untuk kasus ini dapat berupa pemeriksaan
subjektif,objektif dan pemeriksaan penunjang berupa radiografi dan
pemeriksaan laboratorium. Perawatan utnuk chronic enlargement gingival
dapat berupa skeling, root planning dan dilanjutkan dengan kuretase bila
perlu.Chronic enlargement bersifat reversible dan dapat diatasi berdasarkan
etiologi,termasuk biofilm dan faktor lingkungan. Scalling dan root planing
menjadi tahap pertama perawatan yang dapat menurunkan pembesaran
gingiva.
3.2 Saran

Diharapkan dari penjelasan diatas pembaca dapat mengerti mengenai


pemeriksaan, diagnosis dan diagnosa banding, etiologi, patomekanisme,
perawatan dan cara kerja obat pada kasus sesuai skenario,indikasi dan
kontraindikasi, prognosis dari kasus pada skenario.

Adapun saran dari penulis bagi pembaca menyadari bahwa penulis masih
jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail
dalam menjelaskan tentang laporan individu ini dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggungjawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Takei N, Carranza K. Clinical Periodontology. 13th Ed. Philadelphia : Elsevier


; 2018. pp. 378-82,2077,1526-8,1533
2. Bathla S. Textbook of periodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers, 2017. Pp. 276-7
3. Basoni, Cholil, Putri DKT. Gambaran indeks kebersihan mulut berdasarkan
tingkat pendidikan masyarakat di desa guntung ujung kabupaten banjar.
Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 2014; 2(1): 21
4. Newman MG. Takei HH, Klokkevold PR. Carranza FA. ClinicalPeriodontology
3rd Asia.India: Elsevier, 2019.pp.880-1.
5. Palmer R, Floyd P. Periodontology.4th Ed. UK: Springer,2021. pp.9
6. Reddy S.Essentials Of Clinical Periodontology and Periodontitics. 5 th Ed. New
Delhi: Jaypee,2018.pp.189
7. Agiawal AA. Gingival enlargement: differential diagnosis and review of
literature. WJCC.2015;3(9):782.
8. Teleghani F, Shekhnejad H, Shidjars, Hemzelowie, Zohri Z. Drug induced
gingival enlargement. J Chem Pharm.2016;8(1):444.
9. Bharti V, Bansal C. Drug-induced gingival overgrowth: the nemesis of gingiva
unraveled. J Indian Soc Periodontal. 2013; 17(2): 183,185-6
10. Utami S, Thahir H. Perawatan pembesaran gingiva pada pasien dengan calcium
channel blokers: laporan kasus. Makassar Dent J. 2019; 8(2): 106
11. Sintha
12. Shouterland JH, Gill DG, Ganguala PR, Helpern LR, Condona CY, Mounton
CP. Dental Management in patient with hypertension. Clin cosmet dent.
2016;8(1).:114
13. Pasupuleti MK, Musalaiah SV, Mayasree M, Kumar PA. Combination of
inflamatory and amphlodiphine induced gingival overgrowth in patient with
cardiovascular disease. Avicenna J med. 2013;3(3):68-7
14
15
16

Anda mungkin juga menyukai