Anda di halaman 1dari 14

MODUL CONSERVATIVE DENTISTRY

SELF LEARNING REPORT

CASE STUDY

CAVITAS KELAS I

Tutor:

drg. Supriyati

Disusun oleh:

Khansa Murtaja Salsabil

G1B020023

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2021
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1. Skenario ............................................................................................................1
1.2. Capaian Pembelajaran.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................1
2.1. Cara Diagnosis Pasien ......................................................................................2
2.2. Diagnosis Pasien ...............................................................................................5
2.3. Klasifikasi karies pasien...................................................................................5
2.4. Rencana perawatan pasien tersebut ...............................................................6
2.5. Tahapan kerja secara detail ............................................................................6
2.6. Ciri anatomis gigi yang dipreparasi ................................................................8
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 12

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Skenario
Seorang pasien perempuan berusia 27 tahun datang ke raktek dokter
gigi dengan keluhan gigi geraham kiri bawah berlubang dan sering terselip
sisa makanan. Pasien merasakan gigi tersebut berlubang sejak 3 bulan yang
lalu dan khawatir lubang pada gigi tersebut semakin bertambah besar,
sehingga pasien ingin gigi tersebut segera ditambal dengan tumpatan
sewarna gigi. Pemeriksaan intraoral menunjukkan kavitas dengan
kedalamanan dentin pada permukaan oklusal gigi 36, perkusi (-), palpasi (-
), dan tes vitalitas dengan chlor ethyl (CE) (+) ngilu. Pasien merupakan
seorang dokter praktek swasta dan 1 bulan yang lalu telah melakukan
scalling.

1.2. Capaian Pembelajaran


1. Cara diagnosis pasien tersebut
2. Diagnosis Pasien
3. Klasifikasi karies pasien tersebut
4. Rencana perawatan pasien tersebut
5. Tahapan kerja secara detail
6. Ciri anatomis gigi yang dipreparasi (Uraikan dan Gambarkan)

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Cara Diagnosis Pasien
1. Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan subjektif merupakan sebuah informasi terkait
Riwayat penyakit yang meliputi gejala-gejala yang dirasakan oleh
penderita dan dilaporkan kepada dokter berupa anamnesis, yaitu
dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada pasien yang
relevan dengan tujuan mengetahui diagnosisnya. Pemeriksaan
subjektif ini terdiri dari
A. Chief Complaint (CC)
CC atau keluhan utama ialah masalah atau keadaan
pasien yang dirasakan oleh pasien yang menyebabkan ia
pergi berobat. Pada scenario ini keluhan utama pasien
adalah gigi geraham kiri bawah berlubang dan sering
terselip sisa makanan.
B. Present Illness (PI)
PI ialah Riwayat penyakit sekarang terkait Riwayat
perjalanan penyakit yang diderita pasien. Berdasarkan
scenario diatas pasien merasakan gigi tersebut berlubang
sejak 3 bulan yang lalu dan khawatir lubang pada gigi
tersebut semakin bertambah besar.
C. Past Medical History (PMH)
PMH berupa Riwayat penyakit terdahulu, seperti
Riwayat perawatan atau pemeriksaan kondisi sistemik.
Sesuai dengan kasus diatas, PMH pasien tidak diketahui
D. Past Dental History (PDH)
PDH merupakan Riwayat penyakit dan perawatan
gigi untuk mengetahui sikap pasien terhadap kesehatan gigi,
pemeliharaan, dan perawatan gigi. Sesuai dengan scenario
diatas, diketahui pasien telah melakukan scalling satu bulan
lalu.

2
E. Family History (FH)
FH ialah Riwayat penyakit keluarga untuk membantu
menegakkan diagnosa dengan menemukan transmisi
genetic atau predisposisi suatu penyakit yang dapat
berhubungan dengan keluhan pasien. Pada scenario tidak
dijelaskan terkiat FH dari pasien.
F. Social History (SH)
SH ialah kebiasaan pola hidup pasien yang meliputi,
pekerjaan, penyalahgunaan obat, perokok, alkoholisme, dan
traveling kea tau dari luar negeri. Berdasarkan scenario
diatas pasien merupakan dokter praktes swasta.
2. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan objektif merupakan pemeriksaan yang
dilakukan oleh dokter kepada pasien terkait kondisi umum,
pemeriksaan intra oral, dan pemeriksaan ekstra oral dengan
beberapa tes, yaitu
A. Pemeriksaan Visual
Pemeriksaan visual ialah pemeriksaan dengan
melihat ekstra oral dan intra oral pasien. Pemeriksaan ekstra
oral dengan melihat kondisi fisik pasien, kebiasaan pasien,
penyakit sistemik, penyalahgunaan obat, kesimetrisan
wajah pasien, luka atau scar pada pasien, dan ukuran pupil
pasien. Untuk pemeriksaan intra oral dengan melihat lebar
pembukaan mulut, gigi pasien (karies, diskolorasi, goyang,
fraktur, kalkulus), mukosa bukal dan labial, palatum durum,
palatum molle, dasar mulut, lidah, dan regio retromolar.
Alat yang dapat digunakan dalam pemeriksaan ini ialah
kaca mulut untuk melihat oermukaan gigi dan mukosa,
sonde untuk melihat adanya karies, kekerasan dentin,
keutuhan permukaan gigi, kalkulus, dan tepi restorasi,
pinset bergigi dan bersudut untuk memegang kapas, cotton
roll, dan mengambil kotoran atau benda kecil dari mulut,

3
dan excavator untuk mengambil jaringan karies dari kavitas.
Pada scenario tersebut disebutkan bahwa berdasarkan
pemeriksaan intraoral terlihat adanya kavitas dengan
kedalaman dentin pada permukaan oklusal gigi 36.
B. Palpasi
Palpasi ialah pemeriksaan dengan menyentuh,
merasakan, dan meraba dengan ujung jari bagian distal
untuk melihat kosnistensi jaringan, respon rasa sakit, dan
rangsangan, fluktuasi jaringan, intensitas dan lokasi rasa
sakit, lokasi lymphadenopathy, indurasi, dan krepitasi
tulang. Berdasarkan scenario diatas, palpasi telah dilakukan
pada pasien dan tidak ada yang abnormal.
C. Perkusi
Perkusi merupakan pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui status jaringan periodontal pasien denfan
mengetuk permukaan gigi dengan cepat dan tidak keras.
Pertama-tama dengan jari dengan intensitas rendah
kemudian intensitas ditingkatkan dengan tangkai
instrument. Perkusi posistif jika terdapat abses periodontal,
nekrosis pulpa, restrorasi yang overhanging, dan perawatan
orthodonsi. Berdasarkan scenario diatas, perkusi telah
dilakukan pada pasien dan hasilnya perkusi (-).
D. Tes mobilitas
Tes mobilitas ialah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengevaluasi tingkat mobilitas gigi dalam alveolus
dengan menggerakan gigi kea rah lateral dalam soketnya
menggunakan jari atau lebih diutamakan menggunakan jari
atau tangkai dua instrument. Pada scenario tidak dijelaskan.
E. Tes vitalitas
Tes vitalitas ialah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui vitalitas gigi dan status pathological pulpa. Tes
ini meliputi tes elektris, tes termal, tes kavitas, dan tes

4
jarum. Tes elektris ialah pemeriksaan menggunakan
electronic pulp tester, tes termal meliputi tes panas dan
dingin. Tes dingin menggunakan Chlor etyl, salju
karbondioksida, dikloro-difluoro metan, es, frigident, tes
panas menggunakan air panas, burnisher panas, gutta-
percha panas, dan lain-lain. Lalu, tes jarum dilakukan
dengan menggunakan jarum miller, k-fille ukuran kecil no
8 atau no 10 yang dimasukkan ke dalam saluran akar hingga
timbul rasa sakit.
Berdasarkan scenario diatas, pasien terasa ngilu
ketika tes vitalitas menggunakan chlor etyl yang
mengartikan tes vitalitas positif.
2.2. Diagnosis Pasien
Berdasarkan pemeriksaan diatas, maka didapatkan hasil:
1. Pemeriksaan visual diadapatkan adanya kavitas pada oklusal gigi
36 dengan kedalaman mencapai dentin
2. Pemeriksaan intraoral dengan tes perkusi hasilnya negative yang
mengartikan status jaringan periodontal normal
3. Pemeriksaan intraoral dengan tes palpasi hasilnya negative yang
menandakan status jaringan periodontal normal
4. Pemeriksaan vitalitas dengan tes thermal dingin menggunakan
chlor etyl hasilnya positif, pasien terasa ngilu menandakan gigi
pasien masih vital
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan berdasarkan scenario di
atas maka diagnosis pada pasien ialah pulpitis reversible et cause karies
media.
2.3. Klasifikasi karies pasien
1. Berdasarkan anatomi gigi (Baume’s classification) termasuk
karies pada pit dan fissure pada permukaan oklusal gigi posterior.
2. Berdasarkan keparahan atau kecepatan berkembangnya
karies, termasuk karies ringan karena karies pasien terjadi di daerah
oklusal gigi molar permanen (daerah yang sangat rentan karies).

5
3. Berdasarkan kedalamannya, termasuk dalam karies media
karena karies pasien telah mengenai enamel dan dentin.
4. Berdasarkan WHO system, karies pada pasien termasuk karies D3
karena kedalaman karies sudah mencapai dentin.
5. Berdasarkan G. V. Black¸ termasuk pada karies kelas I karena
pasien megalami karies pada pit dan fissure pada oklusal gigi 36.
6. Berdasarkan G. J. Mount, karies pada pasien termasuk karies site
1 size 2, site 1 (#1.2) ialah karies yang terjadi pada pit dan fissure
dan size 2 ialah moderate yaitu karies dengan penyebaran yang
cukup signifikan hingga dentin, tetapi gigi tersebut masih kuat
untuk menerima restorasi.
2.4. Rencana perawatan pasien tersebut
Rencana perawatan yang akan diberikan kepada pasien ialah
tumpatan dengan bahan komposit, sesuai dengan permintaan pasien untuk
ditambal dengan tumpatan sewarna dengan gigi. Namun, bahan resin
komposit dapat menyebabkan iritasi pada pulpa, oleh karena itu diperlukan
liner/ basis.
2.5. Tahapan kerja secara detail
1. Teknik Preparasi Kelas I
a. Mengioslasi daerah kerja dengan rubber dam atau cotton
roll
b. Mahkota gigi dibuka menggunakan diamond bur pada
daerah yang terdapat lesi karies
c. Mempersiapkan lantai pulpa dengan kedalaman 1,5 mm
yang diukur dari central groove
d. Outline form preparasi di lebarkan hingga ke marginal ridge
dan menyisakan ketebalan 2 mm
e. Setelah membuat outline form ke jaringan sehat dan masih
terdapat karies atau restorasi lama yang tertinggal di lantai
pulpa, maka harus dihilangkan dengan diamond bur
berkecepatan rendah atau menggunakan sharp spoon
excavator

6
f. Proteksi pulpa menggunakan lining atau basis
menggunakan GIC tipe III. Agar GIC terpolimerisasi
sempurna maka tunggu selama 24 jam setelah pemberian
liner atau basis baru dapat dilanjutkan dengan restorasi
komposit
2. Teknik Restorasi Komposit Karies kelas I
a. Isolasi daerah kerja menggunakan rubber dam atau cotton
roll
b. Shade selection, memilih warna tumpatan yang sama
dengan warna gigi pasien dilakukan di bawah sinar matahari
tidak boleh di bawah lampu dental chair.
c. Membersihkan kavitas dari karies dan debris
d. Etsa asam, bahan yang biasanya digunakan adalah etsa gel
37% yang dapat diaplikasikan dengan jarum yang ada pada
syringe atau menggunakan brush. Sebelum
mengaplikasikan etsa pastikan enamel benar-benar kerng
lalu waktu yang dibutuhkan ialah 20 detik untuk enamel dan
dilanjutkan 15 detik untuk dentin hingga kondisi dentin
moist.
e. Bilas gel etsa asam menggunakan air, permukaan enamel
yang telah di etsa akan terlihat putih dan buram. Pastikan
untuk tidak menyentuh permukaan yang sudah di etsa
dengan kapas, instrument, atau tangan.
f. Aplikasikan bahan dentin bonding pada permukaan yang
sudah di etsa selama 10 detik
g. Menyinari bonding agent menggunakan light curing QTH
selama 20 detik atau sesuai petunjuk pabrik.
h. Mengaplikasikan matriks logam atau polyester agar
terciptanya kontak dan kontur gigi yang tepat.
i. Aplikasikan bahan komposit ke permukaan gigi
menggunakan instrument yang dilapisi oleh Teflon atau

7
kompul komposit dengan cara selapis-selapis dengan
ketebalan 1-2 mm
j. Sinari bahan komposit baik dengan QTH atau dengan LED,
tetapi jika menyinari menggunakan LED waktu yang
dibutuhkan cederung lebih singkat, yaitu 10 detik.
k. Jika kavitas telah terisi dengan komposit maka lakukan lah
pengecekan dengan articulating paper pada bidang oklusal.
l. Lakukan finishing and polishing, seperti mrnghilangkan
komposit yang berlebihan pada margin cavosurface
menggunakan scalpel atau instrument tajam lain
m. Obtaining final lustre, memoles permukaan komposit agar
mengkilat dengan pasta polishing yang mengandung
partikel silika atau partikel diamond yang diaplikasikan
menggunakan polishing cup dengan kecepatan rendah.
n. Glaze, glazing bertujuan agar daya tahan permukaan
tumpatan terhadap kausan meningkat dan untuk melapisi
cacat mikro dari bahan tumpatan.
2.6. Ciri anatomis gigi yang dipreparasi
Gigi yang akan dilakukan restorasi ialah gigi 36, yaitu gigi Molar 1
pada regio kiri, ciri anatomis gigi 36 diantaranya adalah sebagai berikut
1. Aspek oklusal
a. Outline berbentuk heksagonal
b. Mesial lebih luas dibandingkan distal
c. Terdapat lima cuspid, yaitu mesiobuccal, distobuccal,
mesiolingual, distolingual, dan distal
d. Dimensi mesiodistal lebih lebar dibandingkan dimensi
buccolingual
e. Terlihat mahkota lebih luas pada sisi bukal dibandingkan
lingual dan lebih luas mesial dibandingkan distal
f. Terdapat mesial triangular fossa dan distal triangular fossa

8
g. Terlihat adanya mesiobuccal developmental groove, central
developmental groove, lingual developmental groove, dan
distobuccal developmental groove

2. Aspek bukal
a. Berbentuk trapezium
b. Cuspid mesiobuccal lebih lebar dibandingkan cuspid
distobuccal
c. Terlihat adanya mesiobuccal dan distobuccal
developmental grooves. Mesiobuccal developmental
grooves membatasi cuspid mesiobuccal dan distobuccal dan
distobuccal developmental grooves membatasi cuspid
distobuccal dan cuspid distal.
d. Terdapat dua akar, mesial dan distal. Akar mesial lebih
bengkok dan akar distal lebih lurus.
e. Adanya foramen caecum molarum yang dibentuk alur
dangkal yang meluas dari fissure oklusal diantara cuspid
mesio dan distobuccal dan berakhir pada pit bukal

9
3. Aspek lingual
a. Cuspid lingual terlihat lebih tinggi dan tajam dibandingkan
cuspid bukal
b. Terdapat lingual developmental groove yang membatasi
cuspid mesiolingual dan distolingual
c. Mahkota sisi lingual lebih sempit
d. Berbentuk trapesium
e. Dari sisi lingual dapat terlihat tiga cuspid, dua cuspid lingual
dan cuspid distal bagian lingual

4. Aspek mesial
a. Berbentuk rhomboidal
b. Cuspid lingual terlihat tajam
c. Pada akar terlihat adanya developmental depression
d. Mahkota memiliki kemiringan lingual terhadap sumbu
panjang akar
e. Outline bukal convex dengan kelengkungan pada sepertiga
servikal

10
5. Aspek distal
a. Sebagian besar mahkota oklusal dapat terlihat melalui
aspek distal
b. Permukaan distal lebih pendek dan sempit dibandingkan
permukaan mesial
c. Terdapat distobuccal developmental groove diantara cuspid
distal dan cuspid distobuccak
d. Terdapat developmental depressiob pada akar sisi distal
e. Cuspid distolingual lebih ringgi dibandingkan distobuccal
f. Marginal ridge disal lebih pendek

11
Daftar Pustaka
Sikri, V. K. (2018). Pre-Clinical Conservative Dentistry (2nd ed.). CBS Publisher &
Distributors. India. www.cbspd.com
Singh, Herpreet. (2020). Essentials of Preclinical Conservative Dentistry (2nd ed).
Wolters Kluwer. India
Stanley, J. N., dan Major, M. Ash. Jr. (2010). Wheeler’s Dental Anatomy,
Physiology, and Occlusion (9th ed). Saunders Elsevier. Missouri

12

Anda mungkin juga menyukai