Seorang pasien perempuan berusia 55 tahun datang ke RSGM USU dengan keluhan
sakit pada mulutnya dan hamper seluruh gusi bengkak. Gusi yang bengkak sudah
berlangsung sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh keluhan mulut terasa kering, rasa
terbakar, air ludah terasa kental dan sulit menelan sejak 5 bulan yang lalu. Dari anamnesis
diketahui bahwa pasien sedang dalam perawatan penyakit hipertensi, dan rutin meminum
obat antihipertensi selama 2 tahun ini.
2. Pada mukosa bukal kiri dijumpai ulkus, bentuk tidak beraturan, ditutupi
pseudo membran kekuningan, dan dikelilingi oleh striae putih.
3. Pada gigi 36,37,46,47 dijumpai pada bagian pit dan fissure oklusal karies
enamel dan bayangan hitam dentin di bawah karies tersebut. Tesvitalitas dengan
kloretil : ngilu yang tajam dan berangsur-angsur hilang setelah 2 detik.
Hasil pemeriksaan saliva :
1. Saliva terlihat berbuih dan kental (Gambar 1a), kaca mulut terasa lengket
pada bagian mukosa bukal
2. Pada saatdilakukan pemeriksaan sialometri pasien kesulitan untuk
mengeluarkan ludahnya. Hasil pemeriksaan sialometri terlihat saliva yang berbuih
pada tabung (Gambar 1b,c). Laju alir saliva unstimulasi 0,5 selama 15 menit atau 0,03
ml/menit (Gambar 1d).
Learning issue :
1. Efek samping Obat antihipertensi
2. Gingival enlargement
3. Lesi ulseratif, merah dan putih
4. Penatalaksanaan gingival enlargement
5. Etiopatogenesis Karies
6. Prinsip Minimal Intervention Dentistry (MID)
7. Restorasi Direk
Pertanyaan :
Jawaban :
1. Jelaskan pemeriksaan apa saja untuk menegakkan diagnosis!
Jawaban :
Prosedur diagnosa kelainan jaringan lunak rongga mulut :
1. Anamnesis
2
Anamnesis adalah interview medis yang berdasar dengan teknik komunikasi, relasi
dokter gigi-pasien dan harus ada kontribusi dari pasien. Anamnesis bisa berupa lisan,
ditulis, maupun keduanya. Anamnesis yang dilakukan pada pasien tersebut adalah
autonamnesis.
1) Identitas pasien
Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, status perkawinan, dan
pekerjaan.
2) Riwayat penyakit sekarang
- Awal mula timbul nya gejala penyakit
- Kronologis
- Deskripsi dari gejala yang timbul
(penyebab (jika diketahui), kapan diketahui, lokasi, intensitas, kondisi yang
bisa mengurangi atau memperberat penyakit)
- Perkembangan penyakit
- Pengobatan yang telah dilakukan dan respon yang muncul
3) Riwayat penyakit oro-dental yang lalu
- Adakah riwayat penyakit mulut yang parah ?
- Kalau ada, kapan timbulnya penyakit tersebut ?
- Apa pengobatan yang diberikan dan bagaimana responnya ?
- Apakah ada riwayat operasi yang pernah dilakukan ?
- Apakah ada alergi yang muncul?
Data yang paling penting yang bisa dokter gigi dapatkan dari anamnesis ini
adalah sisa symptom dari penyakit lalu, keterkaitan dengan penyakit mulut dan
keterkaitan dengan perawatan.
4) Riwayat medis
I. Penyakit yang parah
- GGK (gagal ginjal kronis)
- Diabetes melitus
- Jantung, dll
II. Transfusi darah
- Anemia
- Leukemia
- Gangguan hemostasis
3
III. Obat-obatan
- Penyebab lesi di mulut
- Mempengaruhi flora mulut
- Mempengaruhi tindakan dental
- Interaksi obat
- Alergi obat
5) Riwayat keluarga
Pada riwayat keluarga, informasi yang penting untuk dikeathui adalah penyakit
genetik dan penyakit yang bisa disebabkan oleh kontaminasi.
6) Riwayat sosial
Pada riwayat sosial, informasi yang penting untuk diketahui adalah masalah
klinis,, penyakit dan perawatan optimal yang dilakukan pada penyakit yang
timbul di lingkungan sekitar.
2. Physical examination
Melibatkan kontribusi dari dokter gigi dan dokter gigi harus mengetahui perbedaan
kondisi normal dan abnormal suatu kondisi. Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi,
dan perkusi.
- Pemeriksaan penampilan pasien secara umum
(bentuk kepala dan wajah, pergerakan yang abnormal, warna kulit)
- Vital sign
(tekanan darah, nadi, suhu tubuh, respiration rate)
- Pemeriksaan fungsi saraf cranial
- Pemeriksaan ekstraoral
(pemeriksaan bentuk wajah, bibir, sirkum oral, lymph node, TMJ, mata,
tangan dan kulit sehingga dapat diketahui ada tidaknya pembengkakan,
asimetris, lesi, krepitasi, pembatasan gerak, warna dan bentuk)
- Pemeriksaan intraoral
(pemeriksaan pada mukosa bibir, mukosa bukal, palatum, lidah dasar mulut,
saliva, gigi dan gusi sehingga diketahui tipe dari lesi, lokasi, warna, tektur,
ukuran, jumlah, kedalaman dan durasi )
3. Pemeriksaan penunjang/laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk :
- Mengetahui Perluasan dari pemeriksaan fisik
- Mengetahui Lesi di RM => manifestasi penyakit sistemik
4
- Penyakit diragukan
- Meramalkan jalannya penyakit
- Memastikan diagnosa
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan :
- Cytology
- Biopsy
- Hematopatology
- Radiography
- Bacteriology
- Micology
- Virology
- Immunology
Pemeriksaan lab dilakukan untuk mengetahui :
- Interpretations
- Hubungan dengan penyakit mulut
- Hubungan dengan perawatan
5
2. Mendeteksi penyakit/ kondisi sistemik tertentu yang mempengaruhi respon
periodonsium thd iritan lokal
3. Mendeteksi penyakit/ kondisi sistemik yang karena keberadaannya memerlukan
penanganan khusus & modifikasi perawatan
4. Mendeteksi penyakit yg bisa menular dan dapat membahayakan kesehatan
pemeriksa / pendampingnya
Riwayat medis harus mengungkapkan hal-hal berikut :
1. Apakah pasien sedang dlm perawatan dr. umum/ spesialis
2. Apakah pasien pernah dirawat inap di RS dan menjalani pembedahan.
3. Semua obat-obatan yg pernah digunakan baik resep dr. maupun dibeli atas inisiatif
sendiri.
4. Riwayat masalah medis (kardiovaskular, hematologi, endokrin)
5. Riwayat pekerjaan (okupasi)
6. Kecenderungan perdarahan abnormal
7. Riwayat alergi
8. Informasi ttg masa pubertas dan khusus bagi perempuan : menapouse, gangguan
menstruasi, histerktomi, kehamilan (pregnancy), keguguran
9. Riwayat medis keluarga
2) Riwayat dental
- Riwayat kunjungan ke dokter gigi sebelumnya
mencakup : frekuensi, kunjungan terakhir, frekuensi & saat terakhir menjalani
profilaksis oral/ penskeleran
- Penyikatan gigi
mencakup : frekuensi per hari, metoda, jenis sikat & pasta gigi & penggunaan cara
pembersih lainnya mis. obat kumur, stimulator interdental, benang gigi,dll
- perawatan ortodonti yang pernah dijalani
- nyeri sakit pada gigi dan gusi yang pernah dialami
- kecap/rasa bau di mulut atau pada sisi impaksi
- mobiliti
- kebiasaan
- riwayat masalah periodontal sebelumnya
3) pemeriksaan radiografis
Hal-hal yang berkaitan kelainan periodontal yg harus diamati pada analisis radiografis:
- Kontinuitas lamina dura pd krista septum interdental.
6
- Jumlah tulang yg hilang => terbatas pd septum interdental.
- Pola destruksi tulang: horizontal atau angular/vertikal
- Kepadatan tulang alveolar pendukung
- Lebar ruang ligamen periodontal pd mesial & distal akar gigi.
- Rasio mahkota-akar gigi.
- Deposit atau tumpatan yg mengemper pd permukaan proksimal gigi
7
- gigi geligi dalam keadaan tertutup
Bertujuan utk mengungkapkan gigi yg letaknya tidak teratur, gigi yg ekstrusi,
kontak proksimal yg tidak baik, daerah impaksi makanan yg semuanya
mempermudah penumpukan plak
Overbite berlebihan menyebabkan gigi menekan gingiva rahang
antagonisnya sehingga ada impaksi makanan, saku, dan pembesaran gingiva
Openbite menyebabkan pembersihan makanan (-)
Crossbite menyebabkan trauma karena oklusi, dll
- Gigi individual
Diperiksa : karies gigi, tumpatan, restorasi cekat
Khusus tumpatan, restorasi cekat diperiksa keadaannya (baik/tdk baik), kontur
(adekuat/ tdk), tepi (mengemper/ mengiritasi/ tdk)
Bila ada impaksi makanan diperiksa adanya tonjol pendorong (plunger cusp)
- Gigi tiruan dan piranti ortodonti
3. Pemeriksaan periodonsium
4. Analisis fungsi
8
menyebabkan xerostomia. Pada kelenjar saliva, obat ini menekan sekresi air dengan
menutup channel Ca2+sehingga pintu Cl- tidak dapat terbuka. Pintu Cl- yang tidak
terbuka menyebabkan Cl- dari intraseluler tidak dapat keluar melewati membran apikal
sel asinar dan air juga tidak dapat masuk menuju lumen asinar. Mekanisme tersebut
mempengaruhi whole saliva yang terdiri 99% air sehingga akhirnya menyebabkan
xerostomia
10
4. Oral lichenoid reaction (ORL)
ORL karena obat-obatan tertentu bukan merupakan kejadian yang jarang setelah
memulai penggunaan obat tertentu seperti antihipertensi. ORL tidak langsung muncul setelah
menggunakan obat, melainkan memerlukan waktu beberapa minggu setelah mengonsumsi
obat secara rutin. ORL dikenal sebagai penyakit yang sulit didiagnosis karena kemiripannya
dengan oral lichenplanus (OLP). Dapat disimpulkan bahwa OLR adalah suatu kondisi
penyakit dengan etiologi yang tidak dapat diidentifikasi dengan pasti. Adanya kemiripan OLP
dan OLR secara klinis dan histopatologis sangat menyulitkan diagnosis banding. Perlu
dilakukan diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaaan klinis yang baik dan pemeriksaan
penunjang alergi untuk menegakkan diagnosis akhir.
5. Klasifikasi karies gigi 36,37,46,47 menurut ICDAS adalah D4, yaitu Terlihat bayangan
dentin pada kavitas, tetapi karies belum mencapai dentin, baru sampai dentino enamel
junction.
11
tidak terbuka menyebabkan Cl- dari intraseluler tidak dapat keluar melewati membran
apikal sel asinar dan air juga tidak dapat masuk menuju lumen asinar. Mekanisme
tersebut mempengaruhi whole saliva yang terdiri 99% air sehingga akhirnya
menyebabkan xerostomia
12
4) Oral lichenoid reaction (ORL)
Penggunaan obat hipertensi dalam waktu yang cukup lama ini diduga
sebagaipenyebab lesi striae berwarna putih pada mukosabukal, sehingga pasien
didiagnosis klinis dengan reaksi lichenoid karena penggunaan obat.m Secara patogenesis
ORL terjadi oleh karena diperantarai sel disregulasi imun. Ada data terbaru yang
menunjukkan bahwa OLP adalah penyakit autoimun dimediasi oleh sel T yang auto-
sitotoksik CD8+ sel T merangsang apoptosis cells. Pada ORL, ekspresi antigen
keratinosit mungkin disebabkan oleh obat sistemik (erupsi obat lichenoid), alergen
kontak dalam bahan restorasi gigi (reaksi hipersensitivitas kontak), trauma mekanis
(Koebner fenomena), infeksi bakteri atau virus atau agen tak dikenal. Sel-sel T CD8+
sitotoksik dapat memicu apoptosis keratinosit melalui aktivasi sel-sel oleh antigen yang
terkait dengan major histocompatibility complex (MHC) kelas I di basal keratinocytes.
Tampak adanya autoantibodi dan sel plasma. Jika ada efek langsung pada limfosit B, ini
juga terjadi dalam darah perifer dan getah bening regional nodes. Banyak obat yang
menyebabkan degranulasi sel mast. TNF-α dan sitokin lain menyebabkan perkembangan
lesi dan menetap. Proses ini menunjukkan eksaserbasi reaksi lichenoid dari OLP.
Hubungan antara OLP dan OLR karena penggunaan obat.
4. Jelaskan perubahan yang terjadi pada gingiva dari kasus tersebut dan bandingkan
dengan keadaan yang normal!
Jawaban :
13
Perubahan yang terjadi pada gingiva pasien tersebut adalah hampir seluruh gusi bengkak.
Gusi yang bengkak sudah berlangsung sejak 3 bulan yang lalu. Dijumpai pembesaran gingiva
menyeluruh menutupi lebih 1/3 korona gigi, dengan konsistensi padat, hiperemi, terkadang
mudah berdarah, berwarna merah, ada poket supraboni dan tidak terdapat kegoyangan gigi.
Gambaran klinis gingiva sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis yang
terjadi pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit. Menurut (Herijulianti, 2009) gambaran
klinis gingiva normal terdiri dari:
1) Warna Gingiva
Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (coral pink) yang
diakibatkan oleh adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel
pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan
pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu yang
memiliki warna kulit gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat
sampai hitam. Warna pada alveolar mukosa lebih merah disebabkan oleh mukosa
alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.
2) Ukuran Gingiva
Ukuran gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai
darah. Perubahan ukuran gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai
pada penyakit periodontal.
3) Kontur Gingiva
Kontur dan ukuran gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh
bentuk dan susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kontak
proksimal dan dimensi embrasur (interdental) gingiva oral maupun vestibular.
Interdental papil menutupi bagian interdental gingiva sehingga tampak lancip.
4) Konsistensi Gingiva
Gingiva melekat erat ke struktur dibawahnya dan tidak mempunyai lapisan
submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal.
5) Tekstur Gingiva
Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik- bintik
ini biasanya disebut stippling. Stippling akan terlihat jelas apabila permukaan gingiva
dikeringkan.
14
Untuk prognosis xerostomia dan pembesaran gingiva akibat amlodipine komunikasi yang
baik antara dokter gigi dengan dokter penyakit dalam pada pemberian perawatan yang
terintegrasi akan memberikan prognosis yang baik. Kooperatif pasien dengan mengikuti
instruksi-instrukisi dari dokter dalam perawatan juga akan memberikan prognosis yang baik.
Prognosis dari karies gigi umumnya baik apabila karies gigi ditangani dengan cepat.
Menggosok gigi rutin dengan pasta gigi berisi fluoride dan pemeriksaan rutin ke dokter gigi
dapat mencegah terjadinya karies gigi..
(Yadav K, Prakash S. Dental Caries : A Review. Asian J Biomed Pharm Sci.
2016;2(5):2–4.)
(Insisiva Dental Journal, Vol. 6 No. 2 November 2017. Tata Laksana Xerostomia Oleh
Karena Efek Penggunaan Amlodipine: Laporan Kasus oleh Nur Asmi Usman dan Iwan
Hernawan)
16
( Sicca C, Bobbio E, Quartuccio N, Nicolò G, Cistaro A. Prevention of dental
caries : A review of effective treatments. 2016
Rahayu YC. Peran agen remineralisasi pada lesi karies. Stomatogantic.
2013;10(1):25–30.)
7. Jelaskan alasan pemilihan bahan restorasi pada kasus karies dan prosedur
perawatannya.
Jawab: Glass Ionomer Cement
GIC merupakan bahan sewarna gigi yang memiliki kompatibilitas jaringan,
radiopak, melepaskan fluoride dari waktu ke waktu, menghambat demineralisasi, dan
berkontribusi untuk remineralisasi dentin yang berdekatan. GIC adalah bahan
tumpatan yang terdiri atas powder fluoroamino silicat glass dan liquid polyacrylic
17
acid, polybasic carboxylic acid, dan air. Bahan ini bekerja dengan melepaskan fluor
dan menghambat pembentukan asam dengan cara berinteraksi dengan bakteri.
Untuk karies gigi pada permukaan enamel, semen glass ionomer dapat
digunakan untuk mencegah terbentuknya karies sekunder. Bahan ini juga dapat
digunakan pada karies dengan kavitasi. sifat-sifat yang dimiliki oleh GIC, yaitu a)
waktu kerja: 2 menit, b) waktu pengerasan: 4 menit, c) kekuatan kompresi: 202 Mpa,
d) diametral tensile strength: 16 Mpa, (e) shear bond strength email: 4,6 Mpa, (f)
shear bond strength dentin: 4,3 Mpa (Sosrosoedirdjo, 2004)
Menakar bubuk dan cairan Rasio bubuk dan cairan 1 sendok peres bubuk dgn 1 tetes
cairan. Untuk memperoreh penakaran yg akurat, ketuk ringan botol powder pada telapak
tangan, jangan dikocok atau dibalik. Pegang botol cairan secara vertikal dan tekan ringan
Segera tutup kembali botol setelah digunakan.
MANIPULASI BAHAN
1. Ambil bubuk & cairan GIC sesuai petunjuk takaran, letakkan di glass slab. Peletakan
powder dan liquid tidak boleh berjauhan.
2. Dengan spatula, bagi 2 powder menjadi 2 bagian yg sama.
3. Ambil ½ bagian pertama dr powder, campurkan dng liquid, aduk hingga homogen, lalu
ambil lagi bagian kedua dr powder dan aduk dengan campuran pertama hingga diperoleh
18
konsistensi seperti dempul plastis.
Preparasi minimal
Hanya degraded enamel dan infected dentin yang dibuang, sedangkan affected dentin
ditinggalkan.
Bentuk kavitas dibuat sesuai denganbentuk karies
8. Jelaskan level risiko karies dan tindakan pencegahan untuk masing-masing kasus
penyakit pada pasien tersebut?
Jawab: Tindakan pencegahan pada pasien tersebut adalah :
1. Xerostomia et causa obat hipertensi
Sering minum air putih atau cairan bebas gula, mengunyah permen karet bebas gula,
dan menggunakan produk saliva buatan dapat membantu menjaga mulut tetap lembap.
19
2. Periodontitis stage II grade B
Secara umum tindakan pencegahan dibeda-
kan atas 3 (tiga) fase yaitu:
Pencegahan primer (prepatogenesis)
Fase pencegahan timbulnya lesi inisial atau penyakit pada jaringan yang sehat.
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang
dilakukan ialah:
o Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
o Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu
Pencegahan sekunder (patogenesis)
Fase pencegahan untuk mengintersepsi penyakit begitu penyakit telah terjadi,
dengan tujuan untuk mencegah timbulnya cacat atau membatasi cacat. Pencegahan sekunder
dilakukan pada masa individu mulai sakit. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early
diagnosis and prompt treatment), tujuan utama dari tindakan ini ialah 1) mencegah
penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan 2) untuk mengobati
dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya
komplikasi dan cacat. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang
terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga
mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.
Pencegahan tersier
Fase pencegahan yang bertujuan untuk memperbaiki cacat yang ditimbulkan
oleh penyakit. Pencegahan pada tahap ini berupa rehabilitasi, pada proses ini
diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang
menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.
20
Fissure sealant bertujuan untuk mencegahkaries pada daerah pit dan fisura yang
merupakan daerah cekungan yang terlindungsehingga mendukung terjadinya proses karies.
Dimana pada daerah tersebut saliva dan alat pembersih mekanis sulit menjangkaunya
sehingga terjadi penumpukan sisa makanan. Dengan diberikannya bahan penutup pit dan
fisura pada awal erupsi gigi, diharapkan dapat mencegah bakteri sisa makanan berada dalam
pit dan fisura. Selain untuk melindungi pit dan fisura dari sisa makanan, dibutuhkan bahan
fissure sealant yang memiliki daya antibakteri terhadap S. mutans.
21