Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PANUM KONSERVASI

KELOMPOK 6

PERAWATAN SALURAN AKAR

Oleh :

ALMIRA ULFA HARDA BP 1611413005

ANDWITYA PRAMESHWARI BP 1611412003

NAUFAL DELIHEFIAN BP 1611413009

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
TRIAD ENDODONTIK

1. Cleaning and Shaping

Tujuan:
- Membersihkan kamar pulpa dan saluran akar

- Melebarkan, membentuk dan menghaluskan saluran akar

- Mengeluarkan jaringan pulpa nekrotik

Terdiri dari:
A. Preparasi
- Preparasi akses

- Outline form

- Membuang seluruh atap pulpa

- Menghaluskan dinding kamar pulpa

- Membuang isi kamar pulpa


- Mencari orifis
- Preparasi saluran akar

- Eksploring

- Ekstirpating

- Reaming and filling

- Irigasi saluran akar

B. Irigasi
2. Sterilisasi
Srerilisasi saluran akar dapat menggunakan medikamen intracanal yaitu
ChKM, erosphen, kalsium hidroksida. Bertujuan untuk mendapatkan
ruang pulpa yang steril dengan mematikan sisa sisa mikroorganisme yang
terdapat dalam saluran akar dan tubuli dentin yang dengan cara preparasi
saluran akar tidak dapat dicapai. Preparasi biomekanis  eliminasi 70%
kuman-kuman saluran akar dan tubuli dentin. Sterilisasi ruang pulpa dapat
secara kimia, fisis dan kombinasi kimia fisis.

3. Obturasi

TAHAPAN PERAWATAN SALURAN AKAR

Pembersihan saluran akar

Pembersihan saluran akar atau debridement merupakan proses


pembuangan iritan dari system saluran akar. Tujuannya adalah untuk membasmi
iritan tersebut walaupun dalam kenyataannya sulit mengeliminasi semua iritan.
Iritan-iritan tersebut adalah bakteri, produk samping bakteri, jaringan nekrotik,
debris organik, darah, dan kontaminan lain.

Teknik pembersihan saluran akar dengan cara instrumen berkontak pada


dinding saluran akar dan membersihkan secara mekanis dinding saluran akar
untuk melepas debris. Selanjutnya, bahan irigasi secara kimiawi akan melarutkan
sisa-sisa zat organik dan menghancurkan mikroorganisme dan kemudian bahan
irigasi ini akan membersihkan semua debris dari rongga saluran akar dan akhirnya
akan membebaskan saluran akar dari iritan. Bahan irigasi yang digunakan adalah
sodium hipoklorit dimana bahan irigasi ini mampu melarutkan jaringan pulpa dan
sebagai agen antimikroba. Namun pada penelitian diungkapkan, untuk mencapai
pembersihan yang sempurna sangat sulit dicapai walaupun klinisi sudah berupaya
dengan baik. Sehingga tujuan pembersihan adalah untuk mengurangi iritan sampai
ke daerah yang sulit dicapai dan untuk mengobturasi saluran akar sehingga sisa-
sisa iritan itu akan terisolasi di dalam saluran akar.
Preparasi saluran akar

Bertujuan untuk membersihkan dan membentuk saluran akar untuk diisi dengan
bahan pengisi.

 Prinsip preparasi saluran akar

- Convenience form

- Resistence form

- Retention form

- Extention

- Toilet of cavity

- Outline form

Preparasi saluran akar yang ideal meliputi 4 tahap, yaitu:

- Menentukan arah saluran akar

- Membersihkan saluran akar (cleaning)

- Membentuk saluran akar (shaping)

- Preparasi daerah apikal.

Selama proses preparasi saluran akar dilakukan irigasi untuk membersihkan sisa
jaringan pulpa, jaringan nekrotik dan serbuk dentin. Tujuan irigasi saluran akar
yaitu mengeluarkan debris, melarutkan jaringan smear layer, antibakteri, sebagai
pelumas.

Terdapat beberapa teknik preparasi saluran akar, diantaranya teknik standar,


teknik crown down, dan teknik step back. Teknik preparasi standar awalnya
digambarkan sebagai metode yang paling baik untuk membersihkan dan
membentuk saluran akar. Tujuan teknik ini adalah terciptanya preparasi yang
memiliki ukuran, bentuk, kekonusan yang sama dengan instrumen standar.
Namun pada saluran akar yang bengkok sulit dicapai pembentukan saluran akar
seperti itu. Teknik standar diindikasikan untuk obturasi dengan bahan pengisi non
perak.

1. Teknik preparasi crown down

Teknik ini dimulai dari daerah korona menuju apikal. Pelebaran saluran
akar dimulai dari daerah sepertiga tengah dan sepertiga korona saluran
akar dengan menggunakan instrumen rotatif. Selanjutnya daerah sepertiga
apikal dipreparasi menggunakan K-file dengan gerakan memutar tanpa
tekanan, diikuti file berikutnya dengan ukuran yang lebih kecil sampai
salah satu file mencapai panjang kerja sebenarnya (file dimulai dari ukuran
besar ke ukuran yang lebih kecil)

2. Teknik step-back

Teknik ini menghasilkan bentuk corong yang lebih halus dari korona ke
apeks. Teknik ini merupakan teknik yang sering dilakukan di klinik.
Preparasi saluran akar dimulai dari daerah apikal menuju korona
menggunakan MAF yang panjangnya sesuai panjang kerja yaitu panjang
gigi dikurangi 2 mm. File lebih besar digunakan berikutnya dengan
panjang kerja 1 mm lebih pendek dari file sebelumnya sampai tiga nomor
di atas MAF. Setiap peningkatan nomor diikuti dengan pengurangan
panjang kerja sebesar 1 mm dan selalu dilakukan rekapitulasi dan irigasi.
Teknik step-back dapat digunakan untuk sebagian besar saluran akar,
seperti saluran akar lurus, saluran akar bengkok, saluran akar dengan
pembengkokan sempit. Teknik preparasi step-back mempunyai beberapa
keuntungan, yaitu: 1) kemungkinan terjadinya trauma periapikal lebih
kecil; 2) memudahkan pengambilan lebih banyak debris; 3) instrumen
yang menghasilkan bentuk corong yang baik akan memudahkan
penempatan kon gutta perchabaik dengan metode kondensasi lateral
maupun kondensasi vertikal.
Kesalahan pada saat preparasi saluran akar

1. Terdorongnya debris 

2. Tersumbatnya saluran 

3. Fraktur instrument 

4. Perforasi 

5. Kehilangan panjang kerja dan terjadinya step 

6. Instrumentasi berlebihan 

7. Preparasi apikal

PENGISIAN SALURAN AKAR

Tujuan pengisian saluran akar


Tujuannya pengisian saluran akar untuk menutup jalan masuk antara jaringan
periodonsium dan saluran akar agar tidak terjadi infeksi ulang terutama dari
daerah apikal. Selain itu agar saluran akar tidak menjadi :
 Tempat kuman berkembang biak
 Sumber infeksi
Dengan saluran akar yang tertutup rapat/ hermetik akan menyebabkan :
 Mikroflora tidak dapat tumbuh
 Mencegah terjadinya penyakit hiperbarik
 Merangsang penyembuhan jaringan sekitar akar gigi

1. Bahan Pengisi Saluran Akar


Bahan pengisi saluran akar yang digunakan harus menutup seluruh sistem
saluran akar terutama di daerah apikal yang banyak terdapat saluran akar
tambahan. Bahan pengisi saluran akar utama biasanya bahan padat atau
semi padat (pasta atau bentuk yang dilunakkan). Bahan ini terdiri dari atas
inti yang dapat mengisi saluran akar dan dapat disertai dengan semen
saluran akar. Akan tetapi semen saluran akar mutlak digunakan untuk
sebagian besar bahan pengisi. Bahan pengisi dimasukkan ke dalam saluran
akar dalam berbagai bentuk dan teknik pengisian untuk mendapatkan
pengisian saluran akar yang kedap cairan.

Syarat bahan pengisi saluran akar :

 Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar


 Dapat menutup saluran akar dengan rapat ke arah lateral dan apikal
 Tidak mengerut setelah dimasukkan ke dalam saluran akar
 Tahan kelembaban/ tidak larut dalam cairan tubuh
 Bersifat barterisid/ menghambat pertumbuhan bakteri
 Bersifat radiografik
 Tidak menyebabkan perubahan warna pada gigi
 Tidak mengiritasi jaringan periapikal
 Mudah dikeluarkan dari dalam saluran akar bila diperlukan

A. Siller atau pasta saluran akar, sebagai bahan perekat guttap point pada
dinding saluran akar, agar kedap terhadap cairan maupun udara. Siller ini
harus dapat menyatu dengan jaringan gigi dan tidak merangsang jaringan
apeks. Siller yang mnengandung resin dapat mengeras sehingga kebocoran
periapeks dapat dicegah. Konsistensi bentuk cair seperti dempul. Dua
metode yang populer untuk memasukkan ke dalam saluran akar adalah
dengan metode penyuntikan dan penggunaan jarum lentulo. Metode
penyuntikan dilakukan dengan semprit dan jarum khusus. Pasta dicampur
dan dimasukkan ke dalam tabung, tangkai yang disekrup dipasang dan
diputar sehingga pasta keluar melalui jarum khusus. Jarum dimasukkan
sejauh mungkin ke dalam saluran akar. Pasta disuntikkan sambil jarum
ditarik perlahan-lahan.
Konsep pemakaian pasta saluran akar bersama-sama bahan utama adalah
untuk mendapatkan pengisian yang hermetis dan apeksifikasiannya dapat
setipis mungkin.
 Kandungan endomethasone: Zinc Oxide yang dicampur dengan
Paraformaldehyde dan corticosteroids
 Indikasi : Untuk prosedur pengisian saluran akar permanen
 Cara peletakkan pasta saluran akar :
- Teknik sederhana yang efektif adalah mengoleskan pasta saluran
akar pada cone gutta-percha
- Dapat juga dikombinasikan dengan pengulasan pasta pada dinding
saluran akar dengan menggunakan jarum lentulo yang digeserkan
sepanjang panjang kerjanya.
 Pasta saluran akar yang ideal harus :

 memberikan penutupan yang sangat baik bila mengeras


 menghasilkan cukup adhesi diantara dinding-dinding saluran akar
dan bahan pengisi
 bersifat radiopak dan tidak menodai
 secara dimensional stabil dan mudah dicampurkan dan
dimasukkan ke dalam saluran akar
 mudah dikeluarkan jika perlu
 tidak dapat dilarutkan dalam cairan jaringan
 bersifat bakterisidal dan tidak mengiritasi jaringan periapikal
 lambat mengeras waktu kerja cukup lama

 Macam-macam pasta saluran akar


- Zinc-oxide-resin
Sebagian besar pasta ini mengandung resin seng-oksida sebagai
unsur dasar serbuk, misal: tubil seal kem, endomethasone,
kloroperkan N-O+N2 normal. Cairannya biasanya terdiri dari
eugenol atau kombinasi dengan cairan canada, eukaliptol,
creosote.
- Kalsium-hidroksida
Merupakan pasta saluran akar polimetrik kalsium-hidroksida, non
eugenol, mis: CRCS.

B. Gutta-percha berbentuk Kon (conus)


Sebagai bahan pengisi utama. Ukuran gutta percha pengisi yang sama
dengan ukuran jarum endodontik, dari besaran 15 sampai 140, sesuai
dengan standard ADA dan ISO, guttap percha ini dapat disterilkan dengan
alkohol 70%, chlorhexidine 2%, atau sodium hipoklorit (5%). Guttap point
ISO dengan penambahan diameter keruncingan 2% per mm. Guttap point
protaper dengan penambahan keruncingan 4%, 6%, 12% per mm. Namun
demikian masih banyak sistem keruncingan yang berbeda karena
tergantung pada merek misalnya: core filler guttap percha, guttap percha
point, yang menggunakan inti dari resin. Gutta percha dapat beradaptasi
terhadap ketidakteraturan saluran akar yang telah dipreparasi, relatif
mudah dimanipulasi meskipun teknik obturasinya cukup kompleks, mudah
dikeluarkan dari saluran akar, baik sebagian ketika akan mempreparasi
pasak maupun seluruhnya ketika akan melakukan perawatan ulang,
toksisitasnya relatif ringan karena hampir tidak berubah selama berkontak
dengan jaringan ikat.

C. Mineral Trioxide Aggregate (MTA)


Mineral trioxide aggregate (MTA) telah berhasil digunakan pada
perawatan endodontik sejak awal tahun 1990. Kandungannya yaitu
trikalsium silikat, dikalsium silikat, trikalsium aluminat, tetrakalsium
aluminoferit, kalsium sulfat, dan bismut oksida. Materi ini memiliki sifat
bioaktif yang baik dan dapat merangsang pelepasan sitokin dari fibroblas
pulpa, kemudian merangsang pembentukan jaringan keras. Bahan ini
digunakan dalam aplikasi pulp capping, untuk perawatan apikal yang
terbuka pada gigi permanen muda, perbaikan lesi perforasi, dan sebagai
siler (MTA Fillapex) yang diindikasikan untuk pengisian saluran akar gigi
permanen.
MTA dicampur menjadi pasta yang kaku dengan air steril. Konsistensi
dapat disesuaikan dengan memvariasikan rasio powder dan likuid dan
ditutup dengan kasa lembab untuk mencegah pengeringan bahan. Setting
diperiksa kembali setelah 4 jam penempatan dan perawatan selanjutnya
dapat dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan.

D. Kalsium Hidroksid

Penggunaan kalsium hidroksida (CaOH2) dalam bidang endodonti

pertama kali diperkenalkan oleh Herman pada tahun 1920. Ca(OH)2

diklasifikasikan secara kimia ke dalam basa kuat yang menetralkan asam


laktat dari osteoklas sehingga mencegah pelarutan komponen bahan dentin

dan aksi utamanya berasal dari pemisahan ion kalsium (Ca2+) dan ion

hidroksil (OH-) menghasilkan induksi terhadap deposisi jaringan keras dan


anti bakteri. Ca(OH)2 murni memiliki pH 12,5-12,8 yang bertindak
sebagai agen terapeutik, digunakan secara luas dalam berbagai jenis
perawatan endodontic dan dental traumatology.

Keuntungan kalsium hidroksid yaitu cepat dan relatif mudah hanya


melibatkan satu material. Kerugian menggunakan kasium hidroksid yakni
masalah yang umum pada penggunaan setiap material semisolid yaitu
sukarnya mengendalikan panjang pengisian, dapat terbentuknya
gelembung udara didalam material atau di dekat dinding saluran akar
sehingga pengisian kurang hermetis, dan perlu dilakukannya foto rontgen
selama obturasi untuk memeriksa Panjang pengisian dan densitas yang
baik.
Sifat fisik yang cair dari kalsium hidroksid, menyulitkan pengisian karena
sulitnya mengontrol bahan pengisi sesuai panjang kerja. Dari keterbatasan
tersebut, setelah beberapa tahun ditemukan bahan pengisi untuk gigi
permanen dengan tetap menggabungkan keuntungan dari kalsium
hidroksid namun diaplikasikan sebagai bahan pengisi secara tiga dimensi,
memiliki sifat fisik yang tidak cair yaitu kalsium oksida (CaO). Tetapi
bahan ini jarang tersedia dan kurangnya penelitian tentang keberhasilan
pemakaian bahan pengisi kalsium oksida.

Teknik pengisian saluran akar

Banyak cara digunakan untuk pengisian saluran akar dengan gutta-percha dan
sealer. Ada beberapa cara teknik pengisian antara lain:

a. Single cone
b. Kondensasi lateral
c. Kondensasi vertikal
d. Thermoplasticized gutta percha

Pada dasarnya, semua cara menggunakan ciri fisisgutta-percha yang disebut


sebagai sifat plastisitas atau aliran. Plastisitas berhubungan terbalik dengan
viskositas dan dapat di definisikan sebagai kemampuan untuk berubah bentuk dan
mengalir menjauhi kekuatan yang diarahkan pada masanya.

Tiap teknik didesain untuk memaksa bahan pengisi gutta-percha mengalir ke


dalam saluran akar, menekan dindingnya mengisi saluran berluku-liku halus,
menutup berbagai fenomena yang menuju ke periodonsium dan akhirnya ditekan
menjadi suatu bahan pengisi yang padat.

1. Teknik single cone : teknik pengisian saluran akar dengan cara satu gutta
point (cone) yang dimasukkan ke dalam satu saluran akar.
2. Teknik kondensasi lateral
Menggunakan kerucut utama (master cone) yang dipaskan pada
saluran yang telah dipreparasi. Master cone dimasukkan ke dalam saluran
akar pada panjang kerja yang telah ditetapkan. Harus pas sekali dan terasa
sulit jika ditarik (Tug-back). X-ray foto dibuat untuk menentukan
penyesuaian (fit) diapikal dan lateral master cone.
Kerucut gutta-percha disesuaikan, jika menonjol keluar melalui
foramen apikal, ujungnya dapat dipotong sehingga kerucut yang
dimasukkan kembali pas (Tug-back) dan dapat menutup saluran apikal ± 1
mm kurang dari pertemuan pulpo periapikal saluran akar jika master cone
telah terletak tepat dalam saluran akar, maka master cone dikeluarkan
terlebih dahulu (sebaga trial). Kemudian saluran akar di keringkan dan
dinding-dinding saluran akar dilapisi dengan selapis tipis pasta saluran
akar. Separuh apikal master cone dilapisi dengan sealer dengan hati-hati
ditempatkan kembali ke dalam saluran. Sebuah spreader dimasukkan disisi
master cone dan ditekan ke arah apikal pada gutta percha tambahkan,
tindakan ini dilakukan dengan meletakkan gutta percha tambahan
(sekunder lateral) sejajar dengan spreader dan segera memasukkannya ke
dalam lubang yang tercipta setelah spreader dikeluarkan. Pelapisan sealer
tidak diperlukan untuk kerucut-kerucut sekunder. Proses ini diulangi
sampai seluruh saluran terisi dan padat. Setelah ketepatan pengisian
diperiksa dengan x-ray foto, kelebihan gutta percha dipotong dengan
instrument panas, kemudian ditumpat sementara.
3. Teknik kondensasi vertikal (gutta percha panas)
Teknik ini diperkenalkan dengan tujuan untuk mengisi saluran akar
baik lateral maupun saluran aksesori yang tentunya tidak ketinggalan
saluran akar utama. Metode ini digunakan pada teknik preparasi step-back,
menggunakan pluger yang dipanaskan, dilakukan penekanan pada gutta
percha yang telah dilunakkan dengan panas ke arah vertikal sehingga gutta
percha mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar. Dasar teknik
kondensasi vertikal adalah:
a. Bentuk saluran akar harus meruncing seperti corong secara
kontinyu dari orifis hingga apeks
b. Hasil preparasi yang dicapai harus sesuai dengan bentuk asli
saluran akar.
c. Bentuk foramen apikal tidak boleh diubah (mengalami
transformasi).
d. Foramen apikal harus kecil agar kelebihan gutta percha tidak
terdorong melalui foramen saat kondensasi vertikal.

Adapun langkah-langkah kondensasi vertikal sebagai berikut:


 Master cone dipaskan terlebih dahulu sesuai dengan instrumentasi terakhir
 Dinding saluran akar dilapisi dengan sealer
 Gutta percha diberi sealer
 Ujung koronal master cone dipotong dengan instrument panas
 Pluger dipanasi hingga merah dan segera didorong ke dalam sepertiga
koronal gutta percha. Sebagian gutta percha koronal terbakar oleh pluger
bila diambil dari saluran
 Sebuah kondensasi vertikal dengan ukuran yang sesuai dimasukkan dan
tekanan vertikal dikenakan pada gutta-percha yang telah dipanasi untuk
mendorongnya ke arah apikal
 Aplikasi panas berganti-ganti oleh pluger dan kondensasi diulangi sampai
gutta percha plastis menutup saluran aksesoris dan saluran akar besar
hingga ke apek

Menurut Goodman dkk., bahwa temperatur regional maksimum


yang mengenai gutta percha selama metode kondensasi vertikal adalah

0 0
80 C dan temperatur pada daerah apikal 40-42 C. Keuntungan teknik ini
adalah penutupan saluran akar bagus sekali, ke arah apikal dan lateral.
Kerugian teknik ini adalah memerlukan waktu yang lama, ada resiko
fraktur vertikal akar akibat kekuatan yang tidak semestinya, dan kadang
pengisian yang berlebih dengan gutta percha dan sealer tidak dapat
dikeluarkan kembali dari jaringan apikal.

4. Teknik thermoplasticized gutta percha


Peralatan penekan terdiri dari barel alat semprit yang dipanaskan
dengan listrik yang disekat dan seleksi jarum berkisar dalam ukuran dari
18-25 gange derajat panas diatur untuk menetapkan gutta percha yang
tepat menurut ukuran jarum.
Menurut Torabinejad dkk. mengatakan bahwa injeksi gutta percha yang
diplastiskan dari alat semprit tekanan menghasilkan pengisian yang sama
baiknya dengan kondensasi lateral atau vertikal.
Menurut Schilder dkk. mengatakan bahwa metode pengisian

0
thermoplastis dengan gutta percha di atas 45 C memberi kecenderungan
bahan pengisi mengalami pengerutan bila gutta percha menjadi dingin
kecuali bila dimampatkan dengan instrumentasi ke arah apeks.
Metode termoplastik mempunyai satu cacat yang sama dengan
semua teknik injeksi, yaitu kurang dapat membawa gutta percha dengan
tepat ke dekat foramen apikal dan tidak melebihinya, sekalipun metode ini
dapat mengisi saluran lateral pada semua celah-celahnya. Teknik injeksi
mengandalkan gutta percha yang dipanasi dan diplastiskan untuk mengalir
ke apikal dengan tekanan apikal yang minimal, bila dibandingkan dengan
kekuatan dan tekanan yang digunakan pada kondensasi lateral dan
vertikal. Kecuali bila tekanan vertikal dikombinasi dengan metode injeksi
pengisian.

Indikasi teknik pengisian saluran akar


Indikasi untuk teknik single cone adalah: saluran akar bulat sedangkan
untuk teknik kondensasi adalah untuk saluran akar lonjong dan sesuai dengan
teknik yang digunakan pada waktu melakukan preparasi saluran akar misalnya:
preparasi step back, crown down, step down, balance force.

Teknik kondensasi lateral

Indikasi teknik pengisian kondensasi vertikal adalah untuk saluran akar tumbuh
lengkap dan sesuai dengan pemilihan teknik preparasi yang digunakan misalnya
preparasi step back, crown down, step down, balance force.
Selama melakukan teknik kondensasi kemungkinan dapat terjadi keretakan akar,
penyebab :

- Tekanan kondensasi berlebihan atau pemakaian alat kondensasi terlalu


besar
- Keratkan pada septum karena lokasi saluran akar ganda berdekatan

Kegagalan pengisian saluran akar

Kegagalan menempatkan master gutta percha sesuai panjang kerja : Penyebab:

 Serpihan dentin pada 1/3 apikal, irigasi kurang


 Kesalahan pemilihan teknik preparasi
 Penggunaan alat preparasi yang kurang tepat → ledging
 Hasil preparasi saluran akar kurang halus
 Ukuran bahan pengisi (master cone) terlalu besar

Cara mengatasi :

 Pemilihan teknik preparasi yang tepat


 Pemilihan alat preparasi yang tepat
 Selama preparasi dilakukan rekapitulasi dan irigasi saluran akar

Mastercone patah pada waktu trial gutta point, untuk itu dapat dilakukan
pencegahan:

- Penyimpanan gutta point di lemari es


- Dilakukan test dengan ditarik/ direnggangkan
- Gutta percha yang rapuh dilenturkan kembali (proses rejuvenation)
- Suhu 60 derajat celcius selama 60 detik dan direndam dalam air es

PROSEDUR KUNJUNGAN PERAWATAN SALURAN AKAR

Alat dan Bahan Perawatan Saluran Akar


I. Alat

1. Diagnostic set

2. Penggaris atau sliding caliper

3. Bur diamond

4. Jarum miller (smooth broad)

5. Jarum ekstirpasi (barbed broach)

6. File

7. Spuit

8. Root canal plugger

9. Gunting

10. Lampu spiritus

11. Glass lab

12. Spreader

II. Bahan

a. Cotton roll

b. Cotton pellet

c. Kapas

d. Alkohol

e. NaOCL 1.05%

f. H2O22%

g. Calsium hidroxyde

h. Papper point

i. Caviton

j. Eugenol
k. Gutta percha

l. Endometason (sealer)

Tahap Pekerjaan

Berikut beberapa langkah yang dilakukan dalam melakukan perawatan

saluran akar.

Kunjungan 1 :

1. Pemeriksaan subjektif, objektif, foto intra oral, radiografi, diagnosis dan

penentuan rencana perawatan.

2. Penandatanganan Informed Consent

3. Rontgen foto : digunakan untuk melihat kondisi gigi dan menghitung

panjang kerja

4. Penanganan segera terhadap keluhan pasien : ekskavasi karies dan DHE

Kunjungan 2:

1. Outline form, akses preparasi dari palatal dengan menggunakan round bur

2. Buang semua jaringan karies dan email yang tidak didukung oleh dentin

sehat

3. Membuka kamar pulpa dan membuang atap kamar pulpa dengan round

bur

4. Menghaluskan dinding kavitas dengan cilindris bur

5. Membuang isi kamar pulpa dengan ekskavator

6. Mencari orifis dengan jarum miller (smooth broach)

7. Semua tahap preparasi kamar pulpa akan mempengaruhi preparasi pada

saluran akar. Irigasi sesering mungkin dengan NaOCl 1.05% dan H 2O2 2
% secara bergantian. Setiap irigasi harus diakhiri dengan larutan NaOCl

1.05%. Irigasi dengan menggunakan spuit untuk irigasi secara perlahan

Langkah 1: Preparasi Apikal

 Tentukan Initial Apical File (IAF) yaitu nomor file yang pertama kali

bisa masuk sepanjang panjang kerja di saluran akar

 Perbesar bagian apikal dengan gerakan memutar searah jarum jam,

kemudian dengan arah berlawanan ditarik keluar

 Preparasi apikal dilakukan minimal 3 nomor lebih besar dari IAF

misalnya : IAF nomor 15, perbesar dengan file nomor 20, 25 dan 30

 Ukuran file yang terakhir digunakan pada preparasi apical disebut

dengan MAF (Master Apical File). Ukuran MAF akan sama dengan

MAC (Master Apical Cone sama dengan cone gutta percha pertama)

Langkah 2: Preparasi Saluran Akar

 Preparasi saluran akar dimulai dengan file ukuran lebih besar dari MAF

dan panjang kerja dikurangi 1 mm dari panjang kerja

 Lakukan preparasi dengan gerakan yang sama sampai file terasa longgar

 Lakukan rekapitulasi yaitu pengukuran panjang kerja dengan MAF.

Panjang kerja harus sama dengan panjang awal

 Ganti file dengan ukuran 1 nomor lebih besar dan panjang kerja

dikurangi 1mm

 Setiap pergantian file dilakukan irigasi dan rekapitulasi


 Preparasi saluran akar minimal hingga 3 nomor lebih besar dari MAF

 Haluskan dinding saluran akar dengan file MAF dengan gerakan

menekan dinding saluran akar dan tarik file keluar

Sterilisasi saluran akar dan aplikasi bahan medikamen

1. Keringkan saluran akar dengan paper point

2. Aplikasikan Kalsium Hydroxide menggunakan Lentulo pada dinding

saluran akar atau dengan menggunakan spuit sampai pada orifis

3. Letakkan cotton pellet pada kamar pulpa dan letakkan kapas kering

diatasnya

4. Tutup dengan tambalan sementara

5. Cek oklusi dengan articulating paper

Kunjungan 3:

1. Tanyakan apakah ada keluhan pasien dan lakukan tes perkusi, palpasi,

sondasi, tekan dan mobility. Jika tes dan keluhan masih positif, lakukan

penggantian obat kalsium hydroxide.

2. Bongkar tambalan sementara

3. Keluarkan kapas kering dan cotton pellet

4. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 1.05% dan H2O2 2 %

5. Keringkan saluran akar dengan paper point


6. Lakukan penggantian obat dengan menggunakan kalsium hydroxide

dengan lentulo pada dinding saluran akar atau dengan menggunakan

spuit sampai pada orifis

7. Letakkan cotton pellet pada kamar pulpa, tutup dengan kapas kering

8. Tutup dengan caviton (tambalan sementara)

9. Cek oklusi dengan articulating paper

Kunjungan 4:

1. Tanyakan apakah ada keluhan pasien dan lakukan tes perkusi, palpasi,

sondasi, tekan dan mobility. Jika tes dan keluhan tidak lagi dilakukan,

maka sudah bisa dilakukan obturasi

2. Bongkar tambalan sementara

3. Pastikan saluran akar tidak berbau

4. Irigasi dengan NaOCl 1.05% dan H2O2 2 % , pastikan sudah tidak ada

lagi jaringan dentin nekrotik yang keluar

5. Keringkan saluran akar dengan paper point. Ulangi sampai saluran akar

kering dan terakhir gunakan paper point yang berukuran kecil untuk

mencapai apeks

6. Lakukan trial pengisian bahan saluran akar atau gutta percha

menggunakan hand files ukuran terakhir masuk. Masukkan kedalam

saluran akar sampai ±1mm mendekati foramen apical dan beri tanda,

selanjutnya ditutup tambalan sementara

7. Lakukan foto rontgen dan pastikan tidak terjadi over filling atau under

filling kemudian lakukan obturasi


8. Buka tambalan sementara dan cotton pellet dikeluarkan, irigasi dengan

NaOCl 1.05% dan H2O2 2 % lalu keringkan dengan paper point

9. Pengisian saluran akar dilakukan dengan teknik single cone,

menggunakan sealer endomethason. Lakukan pengisian saluran akar

dengan gutta percha yang sesuai dengan hand file yang terakhir masuk

10. Aplikasikan sealer kedalam saluran akar menggunakan lentulo,

kemudian gutta percha dimasukkan kedalam saluran akar secara

perlahan sesuai dengan panjang kerja.

11. Kelebihan gutta percha dipotong sampai orifis kemudian dilakukan

penekanan ke arah apical dengan menggunakan plugger

12. Kavitas dibersihkan dari sisa sealer dan gutta percha kemudian

aplikasikan tambalan sementara

13. Lakukan rontgen foto untuk melihat kehermetisan obturasi

Kunjungan 5:

1. Kontrol 1 minggu kemudian, lalu tanyakan apakah ada keluhan pasien

dan lakukan tes perkusi, tekan, palpasi dan mobility

2. Jika semua pemeriksaan tidak menunjukkan keadaan patologis, maka

dapat dilakukan restorasi pasca endo


DAFTAR PUSTAKA

KSA, S. M. (2009). Perawatan Endodontik Konvensional Seri 1. Jakarta:


Universitas Indonesia - Press.

Siti Mardewi KSA. Perawatan endodontik konvensional. Seri I. 2009

Walton, R. E., & Torabinejad, M. (1998). Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsi
(Penerjemah N. Sumawinata) Cetakan ke-1. Jakarta: EGC.

Zulfi, A. B. 2016. “Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Permanen Anak Dengan
Bahan Gutta Percha.” Jurnal PDGI 65 (2)(2):60–67.

Anda mungkin juga menyukai