Penggunaan Piranti Clear Aligners Lepasan dengan Splint Oklusal pada Kasus
Crossbite Anterior Anak Usia Dini
Oleh :
Andwitya Prameshwari Bp: 2041412021
Marsha Nada M.P Bp: 2041412025
Iswara Sardi Bp: 2041412044
Raudatul Agva Zahira Bp: 2041412032
Pembimbing :
drg. Didin K, Sp.Ort
drg. Nelvi Yohana, Sp.Ort
PENDAHULUAN
Maloklusi merupakan masalah kesehatan mulut yang utama pada anak-anak usia
yang terjadi pada anak-anak usia prasekolah memperlihatkan variabel yang substansial
dengan rata-rata prevalensi 45%-80%. Sebanyak 45,50% anak berusia 2-7 tahun di China
Gangguan oklusal diikuti dengan terjadinya kerusakan jaringan lunak seperti trauma
pada gingiva. Maloklusi juga menyebabkan perubahan posisi kondilus mandibula. Tanpa
perawatan orthodonti yang tepat dan cepat, kondilus akan beradaptasi dengan posisi barunya
sehingga dapat mengakibatkan kondisi patologis. Maloklusi juga akan memengaruhi jaringan
lunak terutama otot, yang akan mengalami rekonstruksi fungsional akibat adaptasi dengan
posisi barunya. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan morfologi kranio maksilofasial
dan kondisi saluran nafas. Akibatnya, sistem saraf dan otot akan memberikan feedback yang
peregangan atau penekanan jaringan lunak akan menyebabkan perkembangan abnormal dari
Kesalahan oklusi yang dibiarkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan beberapa
jenis dari maloklusi yang dapat memengaruhi keseimbangan dari TMJ sehingga
mengakibatkan TMD. Maloklusi pada gigi desidui merupakan masalah yang penting dan
harus diberi perawatan sedini mungkin. Diantara beberapa jenis maloklusi, crossbite anterior
(termasuk relasi edge-to-edge) akan mengakibatkan efek yang berat dan membutuhkan
perawatan sedini mungkin. Mandibula memiliki potensi pertumbuhan yang lebih tinggi
dibanding maksila. Oleh karena itu, jika crossbite menghalangi pertumbuhan rahang atas
akan mengakibatkan ketidakselarasan antara rahang atas dan rahang bawah dan akan menjadi
lebih parah dari waktu ke waktu. Struktur dan fungsi otot pterygoid lateral yang tidak normal
Memperbaiki crossbite pada usia dini akan menurunkan kejadian maloklusi yang
parah saat dewasa. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan perawatan yang tepat dan di
perkembangan maksila dan mandibula dan dapat mencapai profil wajah yang ideal,
menghindari perawatan orthodontic yang kompleks, dan operasi orthognathic di masa yang
akan datang.
crossbite dan maloklusi klas III. Perawatan ini harus mempertimbangkan umur dan
kooperatifan anak. Bentuk perawatan yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan
piranti lepasan dengan lingual spring atau labial bow. Piranti ini terdiri dari 3 bagian utama
dengan fungsi yang berbeda. Cangkolan adam berfungsi sebagai komponen retentif yang
memberikan stabilisasi, oklusal splint pada gigi posterior berfungsi untuk membukan gigitan,
dan lingual spring yang berfungsi sebagai augmenter menghilangkan crossbite. Namun, bau
menyengat dari basis yang berbahan akrilik, dan tekanan dari kawat membuat perawatan ini
kurang nyaman dan berbahaya untuk anak-anak usia prasekolah. Hal ini akan mengakibatkan
komplikasi dan ketidak efektifan perawatan. Selain itu, kontrol berkala diperlukan untuk
menggunakan kawat atau resin akrilik. Untuk menentukan perkembangan dan pertumbuhan
rahang setiap individu cukup sulit. Biasanya praktisi menggunakan alat ini untuk gigi
permanen, dimana perkembangan dan pertumbuhan rahang pada masa gigi permanen lebih
stabil. Namun, alat ini dapat digunakan untuk maloklusi yang ringan dengan pertumbuhan
yang kecil selama perawatan. Beradarkan hal tersebut pemakaian clear aligners dapat
digunakan pada gigi desidui dan gigi bercampur dan menjadikan alat ini sebagai perawatan
Pada artikel ini, penulis menjelaskan tujuan pemakaian clear aligners tipe baru,
menjelaskan gaya makenis, menggambarkan proses perawatan, dan mengevaluasi efek dari
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah menunjukkan piranti lepasan baru tanpa
menggunakan kawat atau basis akrilik untuk memperbaik maloklusi pada anak-anak usia
BAB II
METODE PENELITIAN
Polimer thermoplastic adalah material yang memiliki viscoelastitas yang tinggi, suhu,
kelembapan, working time dan cara manipulasi dapat memengaruhi sifat mekanik . Nilai fisik
yang tersedia hanya nilai fisik yang diukur di bawah tekanan atmospherik. Tidak pernah ada
penelitian mengenai perubahan nilai fisik aligners saat berada dalam mulut. Sifat meaning
dari dental coping dan thermoformed aligners yang dipengaruhi oleh keadaan intraoral telah
Uji kekuatan tarik dilakukan dengan bantuan mesin eksperimental multifungsional pada
suhu ruangan. Dari eksperimen ini didapat kurva tekanan – regangan. Jarak antara titik tekan
dan regang adalah 20 mm dan kecepatan kembalinya adalah 5mm/min. modulus elastisitas
dan kekuatan tarik didapatkan dari kalkulasi hasil pada kurva tekan-regang.
Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah anak usia prasekolah dengan crossbite anterior di
West China Hospital Stomatology. Protokol perawatan telah disetuji oleh komite West China
Hospital of Stomatology dan telah disetujui oleh orangtua yang memilih piranti baru untuk
anak-anaknya. Orangtua/ wali dari sampel juga telah menulis informed consent bahwa
menyetujui anak-anak mereka menjadi sampel pada penelitian ini. Penelitian ini
menggunakan metode case series analytical study. Sampel harus memiliki beberapa kriteria,
seperti :
a. Anak dengan diagnosa crossbite anterior pada gigi desidui
Clear aligners biasanya digunakan untuk memperbaiki maloklusi pada gigi permanen.
Namun piranti ini tidak dapat dipasang tanpa adanya modifikasi. Pada disain piranti harus
membuka gigitan pasien agar terdapat ruangan untuk menghilangkan maloklusi, hal ini tidak
bisa didapat dari clear aligners biasa. Oleh karena itu, peneliti mendisain digital prototypes
dengan menggunakan tonjolan pada gigi posterior untuk menyelesaikan perbaikan pertama
dari piranti baru ini. Permukaan oklusal dan ketinggian bite splint berbeda pada setiap
individu. Semua bagian dari piranti terdapat pada satu lapisan pembungkus gigi.
Pada pasien dengan anterior crossbite aligners didisain untuk proklinasi gigi anterior
atas dan retrusi mandibula. Dari beberapa kasus aligners dapat melakukan gerakan tilting
pada gigi dengan mudah. Semua proses perawatan telah dibuatkan dalam bentuk animasi
menggunakan Romexis 3D Ortho Studio. Pada 3D ini terlihat jelas pergerakan dari gigi.
setelah dilakukan beberapa perubahan, disain piranti ini diubah menjadi bentuk STL untuk
memperoleh bentuk casts dengan posterior oklusal splint melalui teknologi printing 3D.
Kemudian, clear aligners dibentuk berdasarkan urutan metode pressed film. Clear aligners ini
focus kepada pembuatan oklusal splint pada area posterior untuk membuka gigitan dan dan
mengaplikasikan dorongan pada gigi anterior rahang atas untuk memerbaiki crossbite.
Perubahan vertical dimensi dari oklusi pasien ini akan meposisikan gigi insisivus bawah
pasien berada dibelakang lengkung gigi anterior atas. Rotasi mandibula dapat memerbaiki
perubahan pada profil wajah pasien dan membebaskan gigi bawah yang dihalangi oleh
inklinasi bibir atas yang mendorong mandibula kea rah anterior. Pertumbuhan condilus
berhubungan dengan fungsi dari otot pterygoid lateral. Kelainan pada otot pterygoid lateral
sering dijumpai pada pasien maloklusi klas III. Eliminasi sangkutan gigitan dapat mengurangi
spasme pada otot. Untuk memperlambat terjadinya abrasi pada piranti yang disebabkan oleh
pirantinta setiap minggu. Dalam waktu dekat peneliti berencana untuk mengembangkan
material baru dan mengaplikasaikannya pada teknologi printing 3D untuk pembuatan aligners
Proses Perawatan
Pertama lakukan pencetakan gigi dan pengambilan foto pasien untuk mengetahui
keadaan rongga mulut dan wajah pasien. Aligners didisain dan dibuat pada cetakan gigi, oleh
karena itu pencetakan gigi harus benar karena sangat berpengaruh kepada adaptasi aligners.
Penggunakan bahan cetak alginate dapat mempercepat proses pencetakan dan meningkatkan
Kedua, melakukan pembuatan model kerja. Pengecoran hasil cetakan dilakukan secepat
mungkin agar menghindari perubahan bentuk dari bahan cetak alginate. Model kerja discan
dan didigitalisasi menggunakan laser surface scanning system. Kemudian dokumen STL
diubah menjadi Romexis 3D Ortho Studio dan dibentuk secara otomatis menjadi model kerja
digital.
Ketiga, melakukan analisa model kerja, rencana perawatan digital dalam bentuk
software. Kemudian, model kerja yang telah dibuatkan tonjolan pada gigi posterior dapat
Piranti diberikan kepada orang tua pasien dan mengajarkan pasien dan orangtuanya
untuk menggunakan piranti setiap hari dan dilepas pada saat saat membersihkan gigi setelah
makan. Kondisi pasien herus selalu diperhatikan dari saat pertama kali pemasangan, saat
Keadaan Klinis
Hasil dari pemakaian aligners baru dapat dinilai setelah perawatan selesai. Jarak normal
overbite dan overjet pada gigi desidui adalah 0-5mm (overbite) dan 0-4mm (overjet). Waktu
perawatan menggunakan piranti ini juga dihitung. Pertimbangan umur, pemeriksaan rontgen
Kuisioner
kuesioner. Kuesioner ini akan diisi oleh pasien dengan didampingi oleh orang tua. Setiap
Hasil
Gaya Mekanis
Modulus elastisitas dan kekuatan luluh dapat dilihat pada gambar 4. Specimen thermoformed
menunjukkan penurunan modulus elastisitas dan kekuatan luluh dibandingkan coping dental
sebagai kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan). Namun tidak terdapat perbedaan yang
mencolok antara dua kelompok yang diberi perlakuan. Pada pengukuran stress-relaxation,
kurva dari ketiga kelompok memerlihatkan kecenderuangan yang hamper sama. Tekanan
yang dihasilkan dari regangan akan berkurang seiring waktu karena sifat viskoelastisitas dari
polimer thermoplastic. Urutan kelompok yang memiliki ketahanan terhadap tekanan dari
yang paling tinggi hingga rendah adalah dental coping, thermoformed aligners pada suhu
Peneliti memerlihatkan hasil dari pemakaian clear aligners jenis baru pada dua orang
Kasus 1
Seorang anak perempuan berusia 4 tahun dengan crossbite anterior. Foto ekstraoral
menunjukkan profil wajah cekung, dagu protrusif, bibir everted, dan midline wajah normal.
Pemeriksaan intraoral memerlihatkan hubungan rahang mesioklusi pada kedua sisi dan
crossbite pada gigi anterior. Pasien memiliki kebiasaan memprotrusifkan rahang bawahnya,
tapi tidak terdapat kelainan temporo mandilubar. Ayah dari pasien memiliki keadaan
ekstraoral dan intraoral yang sama dengan pasien, yang mengindikasikan salah satu etiologi
dari maloklusi ini adalah genetic. Berdasarkan pemeriksaan objektif pasien didiagnosa
malokluasi klas III, gigitan dalam dan crossbite anterior, dan ketidakseimbangan oklusi.
Kasus 2
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dengan crossbite anterior. Foto ekstraoral
menunjukkan profil wajah lurus dan midline wajah normal. Pemeriksaan intraoral
menunjukkan mesioklusi pada kedua sisi dan moderate crossbite pada gigi anterior. Tidak
tersapat kelainan temporo mandibular. Pada kasus ini tidak terdapat kontribusi faktor genetic.
Berdasarkan pemeriksaan objektif pasien didiagnosa maloklusi klas III angel, moderate
Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk menggunakan clear aligners tipe baru. Peneliti
mendisain dan membuat clear aligners tipe baru mengikuti protocol perawatan dan memulai
perawatan sesegera mungkin. Setelah beberapa jam pasca insersi, pasien sudah bisa berbicara
dan makan menggunakan pirainti tersebut. Menurut pengakuan orangtua pasien, clear
aligners tipe baru ini lebih mudah dipasang daripada piranti konvensional dan anak-anak
merasa lebih nyaman saat memakai piranti. Crossbite sudah terkoreksi setelah pemakaian 2-6
bulan dan gigi anterior atas pasien sudah proklnasi. Aligners selanjutnya di disain dengan bite
splint yang lebih tipis agar gigi posterior dapat tumbuh secara bertahap. Oleh karena itu,
perbaikan pada gigi dan jaringan lunak. Hasil dari kuesioner menunjukkan bahwa perawatan
menggunakan clear aligners tiper baru ini lebih aman dan nyaman untuk anak-anak dan tidak
terlalu menyita waktu orangtua. Setelah pemakaian selesai, check up rutin ke dokter gigi
Diskusi
cara memerbaiki masalah yang komplek pada perawatan yang berkelanjutan. Pemilihan
piranti yang tepat untuk perawatan pada periode ini sangatlah penting. Kebanyakan
perawatan klinis pada orang dewasa bersifat simtomatik dan lebih banyak dipengaruhi oleh
pergerakan gigi dibandingkan pertumbuhan skeletal. Pada pasien anak / pada periode gigi
mandibula dapat mengahalangi pertumbuhan mandibula dengan mengatur arah tiga dimensi
rahang dan oklusal. Namun, penelitian lain menunjukkah bahwa reposisi dari mandibula
dapat memerbaiki fungsi otot pterygoid lateral atas dan bawah. Oleh karena itu, tidak hanya
permasalah dental yang dapat terkoreksi namun juga dapat memerbaikin skeletal. Perawatan
memerbaiki profil wajah. Pada clear aligners tipe baru, posterior bite splint dibuat dari satu
lapis plastic film yang membungkus gigi. Untuk pembuatan posterior bite splints ini
diputuskan secara bertahap. Walaupun posterior bite splint menutupi permukaan gigi namun
alat ini memiliki bentuk anatomis yang sama dengan gigi. Pada kasus ketidakserasian oklusi
tanpa kelainan skeletal, ketika gigitan silang sudah terbuka, mandibula akan kembali keposisi
semula karena ada tarikan dari otot. Oleh karena itu, bisa dipakaikan aligners tanpa struktur
anatomi pada permukaan oklusal. Pada anak dengan kelainan skeletal yang ringan, digunakan
struktur anatomi pada permukaan oklusal agar menambah tekanan pada kondilus untuk
kondilus yang asimetris, posisi vertical kondilus pada fossa articular dapat diatur
mekanik dari thermoformed clear aligners lebih tinggi dibandingkan dengan aligners yang
belum dilakukan thermoforming. Perbedaan ini disebakan oleh perbedaan ketebalan piranti
sebelum dan sesudah proses thermoforming. Sifat mekanis dari material thermoplastic dapat
dipengaruhi oleh faktor struktur dari material, faktor lingkungan, dan suhu. Namun, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan dari thermoformed material ketika berada pada suhu dan
kelembapan yang berbeda. Sebegai contoh, keadaan intraoral hanya sedikit memengaruhi
Ketebalan dan kepadatan dari bite splints dapat mengoreksi ketidakseimbangan oklusi.
Pembukaan gigitan membantu menghilangkan kebiasaan otot pada kondilus untuk tetap
berada pada posisi posterior. Tanpa adanya tekanan dari mandibula, maksila dapat
ortodontik karena piranti ini kecil dan nyaman saat digunakan. Piranti ini membantu pasien
mandibula untuk mengurangi kemungkinan mendapatkan perawatan yang sulit di masa yang
akan datang. Perawatan yang dilakukan sedini mungkin dapat memerbaiki posisi kondilus
yang tidak tepat dan mencegah terjadinya TMD. Clear aligners dapat dibuka-pasang oleh
pasien dirumah, tanpa membutuhkan bantuan dokter gigi. Oleh karena itu, piranti ini dapat
dipakaikan pada pasien yang berada di daerah terpencil. Klinisi dapat mendapatkan data dan
cetakan dari anak dengan maloklusi dari penyelenggaraan survey, kemudian dibuat disain dan
dilakukan pembuatan aligners, kemudian aligners dikirimkan ke daerah terpencil. Hal ini
dapat dilaksanakan ketika sudah ada peningkatan teknologi dan fasilitas yang memadai.
Keberhasilan dari clear aligners tipe baru dapat meningkatkan perawatan gigi anak dan agar
ketidakserasian oklusi.
penelitian dapat lebih mengonfirmasi keefektifan dari clear aligners, tidak hanya dalam
mengoreksi crossbite anterior saja, tapi juga dalam memerbaiki keadaan maloklusi lain.
Kedua, disain yang tepat sangat penting dalam keberhasilan perawatan ini. Pada penelitian
ini, aligners dibuat menggunakan metode pressed film, dimana metode ini kurang akurat
Kesimpulan
Clear aligners dengan oklusal splint merupakan piranti yang dapat mengoreksi
malokusi. Protokol yang sederhana dan nyaman dapat menurunkan ketakukan anak dalam
pemakaian piranti ortondontik dan meningkatkan efisiensi perawatan dengan memerbaiki ke-
kooperatifan pasien. Piranti ini tidak hanya dapat mengoreksi anterior crossbite, tapi juga
dapat mengoreksi posterior crossbite, dan memerbaiki ukuran overjet dan overbite pada
lengkung maksila yang sempit. Perawatan maloklusi sedini mungkin dapat mengembalikan
kondilus keposisi yang sesungguhnya, yang akan memengaruhi TMJ dan pertumbuhan
skeletal. Secara keseluruhan, pemakaian clear aligners dengan oklusal splint menyediakan
kesempatan yang sama bagi anak yang tinggal diperkotaan dan pedesaan dalam mendapatkan
Malocclusion in preschool children: prevalence and determinant factors. Eur Arch Paediatr
Dent. 2014;15:89–96.
Orthod. 2015;85:728–34.
6. Krishna PD, Sridhar SN, Solomon EG. The infuence of occlusal trauma on gingival
health-related quality of life in children—a systematic review and meta-analysis. Clin Oral
Investig. 2016;20:1881–94.
11. Ulusoy AT, Bodrumlu EH. Management of anterior dental crossbite with removable
12. Wiedel AP. Fixed or removable appliance for early orthodontic treatment of functional
13. Liu YH, Yang XJ, Gao XH, et al. Magnetic resonance imaging assessment of the lateral
14. Musich D, Busch MJ. Early orthodontic treatment: current clinical perspectives. Alpha
Omegan. 2007;100:17–24.
15. Barreto DM, Paiva SM, Ramos-Jorge ML, Ferreira MC. Evaluation of the efectiveness of
an educational preventive activity with preschoolers: pilot study for a randomized clinical
16. Moon YM, Ahn SJ, Chang YI. Cephalometric predictors of long-term stability in the
17. Kumar A, Rohilla A, Tandon P, Nager A. Early treatment of class III malocclusion. Int J
Orthod. 2014;84:56–61.
20. Proft WR. Contemporary orthodontics. 5th ed. St Louis: Mosby; 2013.
21. Ryokawa H, Miyazaki Y, Fujishima A, Miyazaki T, Maki K. The mechanical properties
2006;65:64–72.
22. Dawson PE. Functional occlusion: from TMJ to smile design. Amsterdam: Mosby
Elsevier; 2008.
23. Sinsel NK, Opdebeeck A, et al. Mandibular condylar growth alterations after unilateral
partial facial paralysis: an experimental study in the rabbit. Plast Reconstr Surg.
2002;109(1):181–9.
24. Easton JW, Carison DS. Adaptation of the lateral pterygoid and superfcial masseter
treatment for skeletal class II malocclusion: current evidence and controversies. Biomed Res
Int. 2017;2017:1367691.
27. Rabie AB, Hagg U. Factors regulating mandibular condylar growth. Am J Orthod
28. Samayoa SRK, Kim HJ. The efect of alternating tensile & compressive force on new
bone formation during distraction osteogenesis on rabbit mandible. Int J Oral Maxillofac
Surg. 2011;40:1095–6.
29. Morita T, Fujiwara T, Negoro T, Kurata C, Maruo H, Kurita K, et al. Movement of the
mandibular condyle and activity of the masseter and lateral pterygoid muscles during
and masseter muscles during static biting, open/close excursions, and chewing. J Dent Res.
1995;74:1318–27.
31. Meikle MC. Remodeling the dentofacial skeleton: the biological basis of orthodontics and