Disadur dari:
Vasilakos G, Koniaris A, Wolf M, Halazonetis D, Gkantidis N. Early anterior
crossbite correction throughposterior bite opening: a 3D superimposition
prospective cohort study. European Journal of Orthodontics, 2018; 40(4): 364–71
Penyaji:
1. Shabrina Alifah Siregar (210631267)
2. Dinda Tryana Sembiring (210631268)
Dosen Pembimbing:
Tanti Deriaty, drg., Sp.Ort., MDSc
NIP. 198608182019032011
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disadur dari:
Vasilakos G, Koniaris A, Wolf M, Halazonetis D, Gkantidis N. Early anterior
crossbite correction throughposterior bite opening: a 3D superimposition
prospective cohort study. European Journal of Orthodontics, 2018; 40(4): 364–71
Jumat, 29 Juli 2022
Abstrak
Tujuan: Untuk menilai efektivitas, kinerja klinis, dan potensi efek samping dari
koreksi crossbite anterior dini melalui pembukaan gigitan.
Subjek dan metode: Sampel terdiri dari 16 pasien (kisaran usia 6,2– 9,3 tahun)
dengan crossbite anterior pada periode gigi bercampur yang dirawat melalui
pwmbukaan gigitan posterior. Pasien secara prospektif di follow up sampai minimal
6 bulan pasca perawatan dan tidak ada drop-out.
Hasil: Pada 14 pasien (87,5 %), crossbite anterior telah terkoreksi. Perawatan aktif
dari kasus yang berhasil dikoreksi berlangsung 2,5 bulan (kisaran: 0,6-8,9).
Koreksi crossbite anterior pada gigi insisivus sentral dicapai dengan bergeraknya
gigi ke labial 2,05 mm (kisaran: 0,97-5,45) dan inklinasi mahkota bukal 9,25°
(kisaran: 2,32-14,52°) (P <0,05). Gigi antagonis menunjukkan adaptasi spontan
dari posisi dalam arah yang berlawanan (P <0,05). Tidak ada efek samping penting
yang dicatat.
Keterbatasan: Ini adalah studi terkontrol non-komparatif, pada sampel terbatas.
Kesimpulan: Pembukaan gigitan adalah pendekatan yang menjanjikan,
sederhana, dan membutuhkan kepatuhan yang minim untuk koreksi crossbite
anterior dini. Teknik superimposisi 3D dan analisis model digital yang digunakan,
memungkinkan evaluasi yang tepat dari pergerakan satu gigi di ketiga bidang
ruang.
1. Pendahuluan
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan prinsip etik yang dijelaskan dalam
Deklarasi Helsinki (versi 2013). Informed consent tertulis diperoleh dari pasien dan
orang tua mereka sebelum pendaftaran untuk memungkinkan penggunaan catatan
klinis standar dan cetakan gigi untuk tujuan penelitian.
2.1 Sampel
Enam belas pasien berturut-turut (11 laki-laki dan 5 perempuan; usia rata-rata
saat memulai perawatan: 8,0 ± 0,9, kisaran usia: 6,2-9,3 tahun) dimasukkan dalam
penelitian sesuai dengan kriteria kelayakan berikut: tidak ada karies aktif, gigi
bercampur, crossbite anterior (pada setidaknya satu gigi insisivus permanen
rahang atas), adanya ruang yang cukup untuk pergerakan labial gigi pada crossbite,
tidak ada pergeseran fungsional yang ekstrim (>4 mm), tidak ada crossbite
posterior, tidak ada bukti pola skeletal Kelas III (sebagaimana dinilai melalui
evaluasi klinis), tidak ada perawatan ortodontik sebelumnya, dan tidak ada
intervensi ortodontik lainnya sampai kunjungan tindak lanjut, dilakukan minimal
6 bulan pasca perawatan. Semua pasien dirawat di sebuah praktik pribadi di
Cologne (Jerman), yang dirawat oleh tiga ahli ortodontik, sesuai dengan protokol
praktik. Rekrutmen pasien dimulai pada bulan Februari 2013 dan berakhir pada
bulan Maret 2015 berdasarkan kehadiran peneliti utama dalam praktik. Empat
pasien telah dilakukan perawatan aktif pada awal penelitian dan data pra-
perawatan mereka diperiksa secara retrospektif untuk kelayakan. 12 pasien lainnya
terdaftar secara prospektif.
2.2 Prosedur Perawatan
Riwayat pasien, pemeriksaan klinis, foto ekstraoral dan intraoral, cetakan gigi
pada oklusi sentrik, dan radiografi panoramik diperoleh sebelum perawatan
dimulai (T0) sesuai dengan protokol praktik.
Pada awal perawatan, permukaan oklusal gigi molar kedua desidui bagian
kanan dan kiri pada rahang bawah atau molar pertama gigi permanen (bila geraham
desidui tidak ada atau mobiliti) dibersihkan, dikeringkan, dan dietsa dengan asam
fosfat 37% selama 20 detik, kemudian dicuci dan dikeringkan. Lapisan pertama
diaplikasikan (Orthosolo Universal Bond Enhanser, Ormco, CA, USA) dan semen
ionomer kaca yang dimodifikasi resin (Ultra Band-Lok Blue, Reliance Orthodontic
Products, 1540 West Thorndale Ave, Itasca, IL 60143) ditempatkan untuk
menaikkan bidang oklusal dan lakukan light-cured selama 30 detik. Prosedur ini
bertujuan untuk menaikkan gigitan kira-kira 1-2 mm lebih dari hubungan oklusal
anterior edge-to-edge untuk memungkinkan pergerakan labial gigi/gigi pada
crossbite (Gambar 1A dan 1B).
Pasien dan orang tua diinstruksikan bila ada oklusal bite plane yang hilang,
mereka harus membuat janji untuk menggantinya. Pemeriksaan kembali pasien
dijadwalkan setiap 4-5 minggu. Pasien tetap dianjurkan untuk menyikat gigi dan
menjaga kebersihan mulut. Selama kunjungan berkala, oklusal bite plane
dinaikkan seperti pada awal pembuatan oklusal bite plane dimana dalam kasus
overbite positif tidak memungkinkan pergerakan labial gigi/gigi pada crossbite.
Setelah crossbite anterior dan overjet positif dikoreksi, oklusal bite plane segera
dihilangkan.(Gambar 1C)
2.3 Follow up
Kunjungan berkala dijadwalkan setiap 6-8 minggu, tanpa melakukan intervensi
ortodontik atau prosedur retensi, sampai perawatan ortodontik lebih lanjut
direncanakan dan dilaksanakan untuk merawat masalah lain. Penilaian follow up
(T1) termasuk pemeriksaan klinis, foto ekstraoral dan intraoral, dan cetakan gigi
oklusi sentrik dilakukan pada 6-17 bulan setelah perawatan aktif. Enam bulan
ditetapkan sebagai periode tindak lanjut minimum dan diperpanjang sebanyak
mungkin berdasarkan kehadiran peneliti utama dalam praktik. Selain itu, di T1,
semua pasien mengisi kuesioner secara retrospektif menilai rasa sakit dan
ketidaknyamanan selama pengunyahan dan berbicara, dan nyeri sendi
tempororahang bawahr (TMJ) selama minggu pertama dan pada minggu-minggu
perawatan berikutnya. Jawaban- jawaban ini dicatat pada skala 0–10, dengan 0
ditandai sebagai 'tidak sama sekali' dan 10 ditandai sebagai 'ekstrim'.
Selanjutnya, pertanyaan terbuka memungkinkan pasien untuk melaporkan
masalah lain yang mereka anggap penting dalam setiap periode.
Gambar 1. Foto intraoral pasien yang dirawat karena gigitan silang anterior dengan pembukaan
gigitan. (A) Kondisi pra-perawatan; (B) Pembukaan gigitan untuk koreksi crossbite spontan
(bantalan oklusal berwarna biru); dan (C) Hasil akhir setelah 2,6 bulan.
Data berikut dikumpulkan pada T0 dan T1: usia, tanda dan gejala TMJ
(nyeri dan kebisingan saat istirahat dan selama gerakan rahang), gigi pada
crossbite, overjet dan overbite dari semua gigi insisivus permanen atas yang
telah erupsi penuh, gigi berjejal pada rahang atas. dan rahang bawah, kelas
Angel (molar), durasi perawatan aktif, kepatuhan pasien terhadap kunjungan,
gigi di mana oklusal bite plane ditempatkan, penambahan oklusal oklusal bite
plane yang lepas atau ketinggian yang tidak memadai, dan lamanya masa
follow up.
Data kuesioner menilai nyeri dan ketidaknyamanan selama pengunyahan
dan bicara, dan nyeri TMJ dikumpulkan di T1.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya16, model gigi 3D dipindai pada
T0 dan T1 ditumpang tindihkan pada area kecil pada palatum yaitu dua pertiga
medial rugae ketiga dan 5 mm bagian paling dorsal ( Gambar 2), menggunakan
software Viewbox 4 (versi 4.1.0.1 BETA, Perangkat Lunak dHAL, Kifissia,
Yunani. Kesesuaian maksimum dari kedua model diharapkan pada area
referensi spesifik karena stabilitas bentuk anatominya17-22, yang juga tidak
terpengaruhi secara langsung oleh perawatan16.
Algoritma titik terdekat iteratif perangkat lunak (ICP)23
diimplementasikan menggunakan pengaturan berikut: 100% estimasi hubungan
tumpang tindih, pencocokan titik ke bidang, pencarian tetangga terdekat yang
tepat, pengambilan sampel titik 100%, dan 50 iterasi. Selanjutnya, pada model
T0, mahkota klinis gigi yang diinginkan dipilih untuk menilai pergerakan gigi
yang terjadi akibat perawatan dan pertumbuhan dari T0 ke T116. Ini adalah gigi
insisivus sentral permanen crossbite pada T0 dan setiap gigi kontralateral yang
tersedia di kedua model, yang berfungsi sebagai kontrol. Gigi yang dijadikan
kontrol terdapat pada 11 pasien, sedangkan 5 pasien lagi tidak terdapat gigi
yang dijadikan kontrol pada kedua cetakan. Jadi, setelah setiap cetakan
superimposisi, mahkota gigi yang dipilih sebelumnya pada T0 ditumpang
tindihkan secara individual pada masing-masing mahkota gigi di T1,
menggunakan pengaturan yang sama. Dengan sumbu referensi yang sama
digunakan untuk merekam pergerakan gigi yang diposisikan pada pusat
mahkota dari setiap gigi yang diinginkan pada model T024. Dua dari sumbu
ditempatkan pada bidang oklusal, sejajar dan tegak lurus terhadap garis tengah
palatal, dan sumbu ketiga tegak lurus terhadap keduanya (Gambar 3). Dengan
cara ini, translasi dan rotasi gigi (inklinasi, tip, dan rotasi) dari T0 ke T1 relatif
tercatat terhadap sistem referensi tiga sumbu.
Potensi pergerakan (adaptasi) dari gigi insisivus bawah diikuti koreksi
crossbite juga diuji pada kasus dimana satu gigi insisivus sentral rahang bawah
mengalami crossbite pada T0, sedangkan gigi kontralateral tidak, dan gigi
tersebut berkontak dengan gigi atas pada interkuspasi maksimal. (n = 11, 10 di
antaranya crossbite telah terkoreksi; 2 dikeluarkan karena ketidaksempurnaan
cetakan pada daerah insisivus rahang bawah). Karena tidak ada area yang stabil
secara morfologis yang diketahui pada cetakan rahang bawah pasien yang
sedang tumbuh, untuk digunakan sebagai referensi superimposisi,
superimposisi pada rahang bawah dilakukan pada semua gigi posterior yang ada
yang tidak direposisi secara signifikan selama periode T0-T1, seperti yang
dinilai melalui inspeksi visual. Mahkota klinis gigi ini digunakan untuk
superimposisi; tekniknya, termasuk pengaturan software dan asal dan orientasi
dari sumbu referensi dimana pergerakan gigi dicatat, sama dengan yang
digunakan untuk lengkung rahang atas. Dalam delapan kasus, gigi molar
pertama permanen dan gigi molar pertama dan kedua desidui digunakan,
sedangkan dalam tiga kasus lainnya, hanya molar pertama permanen yang
digunakan. Hasil superimposisi rahang bawah ini diperiksa secara visual oleh
dua peneliti (GV & NG) dan dinilai memuaskan.
3. Hasil
4. DISKUSI
Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang melakukan evaluasi
prospektif dari pendekatan yang cukup sederhana untuk merawat crossbite anterior
pada masa gigi bercampur. Dengan pembukaan gigitan sederhana menggunakan
oklusal bite plane pada gigi posterior. Dengan demikian, perawatan ini diharapkan
dapat menjadi alternatif dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan
perawatan konvensional berupa piranti cekat maupun lepasan.25 Hasil dari
perawatan pada penelitian ini cukup menjanjikan karena crossbite dapat dikoreksi
pada 14 pasien dari total 16 pasien, dalam waktu yang relatif singkat, hal ini
sebanding dengan waktu yang dibutuhkan dalam perawatan konvensional.26 Tidak
ada efek samping yang begitu penting yang yang dilaprkan pasien selain rasa tidak
nyaman saat mengunyah pada minggu pertama perawatan, hal tersebut juga terjadi
pada perawatan crossbite anterior dengan piranti cekat.27 Hasil setelah perawatan
tetap stabil, hal ini juga sejalan dengan hasil setelah perawatan konvensional.28
Selanjutnya, penelitian ini juga menggunakan teknik superimposisi gambar 3D dan
analisis model 3D yang memungkinkan untuk mengevaluasi pergerakan satu gigi
dalam ketiga bidang, teknik ini disarankan sebagai alat yang ampuh untuk
mempelajari pertanyaan klinis dan penelitian.
Peningkatan gigitan untuk mengoreksi crossbite anterior telah dilaporkan
sebelumnya dalam kasus gigi desidui.29 Laporan kasus lainnya14,15 juga telah
menunjukkan hasil yang menguntungkan dari teknik ini yang dilakukan pada masa
gigi bercampur. Namun, sejauh ini belum ada yang meletiti kasus seperti ini dengan
studi cohort. Pada penelitian ini, peneliti secara prospektif mengikuti sekelompok
pasien untuk menilai kinerja perawatan ini.
Berdasarkan hasil penelitian, perawatan ini dapat disarankan untuk
mengoreksi crossbite anterior selama awal dan juga pertengahan fase gigi
bercampur pada pasien dengan maloklusi klas I atau klas II dan pola skeletal yang
sesuai. Syarat pada perawatan ini sudah terpenuhi semua pada penelitian ini, yaitu
ketersediaan ruang yang memadai untuk pergerakan gigi insisivus kearah labial.
Semua kasus dengan crossbite pada satu gigi berhasil dikoreksi (n=11), sedangkan
dua dari lima kasus dengan crossbite lebih dari satu gigi gagal. Dengan demikian,
perawatan ini sangat efektif dalam kasus dengan crossbite pada satu gigi.
Sayangnya, kasus yang gagal terlalu sedikit untuk menarik kesimpulan yang valid.
Namun, dari data yang tersedia, peneliti dapat menyarankan bahwa melalui metode
ini, dalam kebanyakan kasus, koreksi crossbite dapat dicapai dalam waktu tiga
bulan dan dalam kasus dimana tidak terjadi perubahan yang signifikan atau tidak
terkoreksi, maka tidak boleh bersikeras untuk melakukan perawatan dalam jangka
waktu lebih dari sembilan bulan.
Superimposisi gambar 3D dari dental gips mengungkapkan pola pergerakan
gigi dari crossbite ke posisi non-crossbite dan gerakan adaptif dari antagonis pada
rahang bawah. Rincian lebih teknis dari teknik ini telah disajikan sebelumnya.16
Dalam penelitian ini, gigi kontralateral yang tidak crossbite digunakan sebagai
kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koreksi dicapai dengan gerakan ke
depan dan inklinasi mahkota bukal gigi rahang atas pada crossbite, sedangkan gigi
pada rahang bawah yang berlawanan menunjukkan reposisi posterior adaptif dan
inklinasi mahkota ke lingual.
Tabel 1. Karateristik sampel. Mengenai variabel kontinu, disajikan dalam nilai median.
Umur Durasi Follow Gigi Tipe gigi Klasifikasi Overjet Overjet Overbite Overbite Crowding Crowding Crowding Crowding
pada peraw -up crossbite crossbite angel pada T0b pada T1b pada T0b pada T1b maksila maksila rahang rahang
T0 atan (Tf-T1) pada T0 pada T0 pada T0a (mm) (mm) (mm) (mm) pada T0 pada T1 bawah pada bawah pada
(tahun) (T0-Tf) (bulan) (mm) (mm) T0 (mm) T1 (mm)
(bulan)
Perawa- - #21 (n=6) Klas 1 Crossbite: Crossbite: Crossbite: Crossbite: Anterior: Anterior: Anterior: Anterior:
tan - #11 (n=5) (n=11, 1/4) -1,5 1,7 1,4 2,2 0,3 0,3 0,5 -0,3
berhasil - #11, #21 Klas 2 Kontrol: Kontrol: Kontrol: Kontrol: Total: Total: Total: Total:
7,9 2,5 9,6 1
n= 14 (n=1) (n=2, 1/2) 1,9 2 1,4 3,2 0.3 0,3 0,1 -0,3
(9 L, 5 P) - #12 - #22 Klas 2
(n=1) (n=1)
Perawa- - #11, #21 Klas I Crossbite: Crossbite: Crossbite: Crossbite: Anterior: Anterior: Anterior: Anterior:
tan gagal (n=1) (n= 1,1/4) -2,4 -1,6 2,5 0,9 -0,3 -5,2 -1,4 -1,4
8,5 10,3 14,5 2
n= 2 - #11, #12 Klas III Kontrol: Kontrol: Kontrol: Kontrol: Total : Total : Total : Total :
(2 L) (n=1) (n=1) - - - - -0,3 -0,7 -1,3 -1,3
Total Crossbite: Crossbite: Crossbite: Crossbite: Anterior: Anterior: Anterior: Anterior:
n= 16 -1,7 1,6 1,5 2,2 -0,4 -0,3 0,1 -0,4
8 2,6 9,6 1
(11 L, 5P) Kontrol: Kontrol: Kontrol Kontrol: Total: Total: Total: Total:
1,9 2,0 1,4 3,2 -0,4 0,3 0,1 -0,3
Keterangan:
Gigi kontralateral digunakan sebagai kontrol
L: laki-laki, P: Perempuan, Tf: Perawatan selesai (Treatment finished)
a
Tidak ada perubahan pada T1
b
Diukur pada gigi insisivus sentral yang crossbite pada T0
Tabel 2. Median pergerakan gigi crossbite pada maksila yang dikoreksi
dibandingkan dengan gigi kontrol kontralateral dari 14 kasus yang berhasil di
rawat .
X Y(mm) Z X- Y- Z-
(mm) (mm) rotation( ) rotation( ) rotation(o)
o o
Perawatan Gigi
berhasil insisivus
(n=14) sentral
yang
-0,09 2,05 -0,38 9,25 1,84 -0,12
berhasil
dikoreksi
(n=14)a
Gigi
insisivus
sentral
sebagai -0,18 0,29 -0,31 -1,31 1,79 -0,13
kontrol
(n=10)
P-valueb
Keterangan :
X = Pergerakan lateral (positif:kanan), Y = pergerakan antero-posterior (positif;anterior), Z =
pergerakan vertical (positif:apikal)
X-rotation = inklinasi (positif:mahkota bukal), Y-rotasi = tip (positif:kiri), Z-rotasi = rotasi
(positif:bukal kanan)
a
Pada tiga kasus, pengukuran dua gigi dirata-ratakan
b
Mann-Whitney U-test
*P<0,05
Tabel 3. Rerata pergerakan gigi antagonis crossbite maksila
X Y(mm Z (mm) X- Y- Z-
(mm ) rotation(o rotation(o rotation(o
) ) ) )
Gigi
insisivus
sentral
yang
0,09 -0,93 0,50 4,15 -1,77 0,18
berhasil
dikoreks
i (n=11)a
Gigi
insisivus
sentral
sebagai -0,19 -0,26 0,39 -0,77 -1,85 -1,40
kontrol
(n=9)b
P-valuec
0,025 0,73
0,342 0,002* 0,849 0,239
* 2
Keterangan:
Antagonis dari gigi kontralateral yang tidak mengalami crossbite, atau gigi dimana crossbite tidak
dikoreksi, digunakan sebagai kontrol. Semua gigi adalah gigi insisivus sentral rahang bawah.
X = Pergerakan lateral (positif:kanan), Y = pergerakan antero-posterior (positif;anterior), Z =
pergerakan vertical (positif:apikal)
X-rotation = inklinasi (positif:mahkota bukal), Y-rotasi = tip (positif:kanan), Z-rotasi = rotasi
(positif:bukal kanan)
a
Pada tiga kasus, pengukuran dua gigi dirata-ratakan
b
Pada satu kasus, pengukuran daua gigi dirata-ratakan. ini adalah satu-satunya kasus yang
menggunakan gigi antagonis dari crossbite yang tidak di koreksi.
c
Mann-Whitney U-test
*P<0,05
Gambar 4. Model rahang bawah sebelum perawatan (hijau muda) dan setelah follow-up (ungu)
pada molar pertama permanen dan molar 2 desidui, menunjukkan reposisi lingual pada gigi 41 dan
42, setelah koreksi gigi antagonis pada crossbite. Perhatikan bahwa pada gigi kontralateral hanya
terjadi pergerakan gigi minor.
Peneliti berasumsi bahwa pergerakan gigi pada rahang atas diinduksi oleh
tekanan dari lidah, yang diberikan kepada gigi yang crossbite selama berfungsi,
seperti berbicara, menelan, serta saat istirahat. Pergerakan gigi rahang bawah juga
dapat terjadi sebagai adaptasi terhadap keseimbangan baru yang dibentuk oleh
pembukaan gigitan (opening bite) dan posisi yang baru pada gigi maksila.30
Kemungkinan lain adalah kekuatan yang diberikan selama penyembuhan dari
kemungkinan trauma oklusal dari insisivus bawah menyebabkan reaksi ini, seperti
yang telah ditunjukkan sebelumnya untuk gigi yang bermigrasi secara patologis
setelah perawatan periodontal.31 Terlepas dari manfaat langsung yang diperoleh
dari koreksi crossbite anterior yang telah dijelaskan sebelumnya, reposisi gigi
rahang bawah di dalam lengkung rahang juga dapat bermanfaat dalam hal
mengurangi risiko resesi.32 Memang pada penelitian sebelumnya33 melaporkan
bahwa satu tahun setelah koreksi crossbite anterior, terjadi pengurangan sekitar 1
mm dari resesi vestibular pada gigi ini, penurunan mobilitas dan penebalan jaringan
periodontal, dibandingkan dengan kondisis sebelum perawatan dan pada gigi
kontralateral yang tidak mengalami crossbite. Normalisasi kekuatan pengunyahan
mungkin dapat menstabilkan gigi pada periodonsium dan menyebabkan
peningkatan status periodontal. Namun, dalam penelitian ini, kami menunjukkan
reposisi spontan ke lingual dari gigi insisivus bawah dalam lengkung rahang setelah
koreksi crossbite. dengan demikian, kami menyarankan bahwa peningkatan status
periodontal dapat dikaitkan dengan reposisi gigi dalam poisi yang lebih
menguntungkan dalam tulang alveolar.32 Selama koreksi dan terutama setelah
melepas oklusal bite plane, trauma oklusal sementara dapat terjadi sampai gigi
anterior mencapai hubungan oklusal yang lebih stabil. Namun, hal ini juga terjadi
pada perawatan dengan piranti ortodonto cekat dan lepasan.32
Tabel 4. Rerata tanggapan pasien yang menilai efek samping pengobatan (0= tidak
sama sekali, dan 10=ekstrim)
Nyeri Ketidaknya- Sakit Ketidakny Saki Komenta
pengunyaha manan saat saat a-manan t r lainnya
n pengunyaha bicar saat bicara TMJ
n a
Minggu 0 3 0 0 0 -
pertama
Minggu 0 0 0 0 0 -
selanjutny
a
Overerupsi gigi yang tidak menggigit dengan antagonis selama perawatan tidak
diharapkan karena lamanya perawatan. Memang, perubahan vertical yang minimal
terlihat jelas pada gigi insisivus selama periode pengamatan. Dengan alasan yang
sama, pengaruh yang signifikan pada perubahan vertikasl dimensi dari wajah juga
tidak diharapkan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bahkan dengan
pendekatan yang lebih ekstensif, sulit untuk mengubah dimensi vertikal dari wajah
menggunakan pendekatan ortodontik konvensional.34 Di sisi lain overbite
meningkat selama masa pengamatan, seperti yang diharapkan pada kelompok usia
ini pada subjek yang tidak diobati.35,36 Peningkatan overbite ini juga dapat
berkontribusi pada hasil yang stabil.
Keuntungan utama dari perawatan ini adalah hanya memerlukan
sedikit/minimum kekooperatifan pasien. Pasien hanya harus menghadiri janji
pertemuan dengan dokter dan menginformasikan kepata dokter gigi jika oklusal
bite plane nya lepas, sehingga dapat diganti tepat waktu. Studi terbaru menunjukkan
bahwa pasien tidak mematuhi waktu pemakaian yang ditentukan bahkan ketika
mereka tahu bahwa kepatuhan mereka dilakukan pencatatan.12 Kepatuhan pasien
dengan piranti lepasan, yang akan menjadi alternatif yang valid dari perawatan ini,
telah terbukti cukup, secara umum dari tujuan retensi, tetapi tidak memadai untuk
pergerakan gigi aktif.12 Mengenai alternatif kedua untuk koreksi gigi crossbite
anterior, yaitu perawatan ortodonti cekat, akan bermanfaat dalam hal efek samping,
kepatuhan pasien, dan kepuasan pasien, jika ortodontis dapat mengurangi waktu
perawatannya.37,38 Bagaimanapun, kebanyakan pasien pasti akan menerima piranti
cekat setelah semua gigi telah berganti menjadi gigi permanen untuk mengoreksi
masalah gigi lainnya. Penyedia perawatan juga mendapat keuntungan dari
perawatan yang lebih efisien.39
4.1 Keterbatasan
5. Kesimpulan
1. Keski-Nisula, K., Lehto, R., Lusa, V., Keski-Nisula, L. and Varrela, J. (2003)
Occurrence of malocclusion and need of orthodontic treatment in early mixed
dentition. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 124,
631–638.
2. Dimberg, L., Lennartsson, B., Söderfeldt, B. and Bondemark, L. (2013)
Malocclusions in children at 3 and 7 years of age: a longitudinal study. European
Journal of Orthodontics, 35, 131–137.
3. Lux, C.J., Dücker, B., Pritsch, M., Komposch, G. and Niekusch, U. (2009)
Occlusal status and prevalence of occlusal malocclusion traits among 9-year-old
schoolchildren. European Journal of Orthodontics, 31, 294– 299.
4. Schopf, P. (2003) Indication for and frequency of early orthodontic therapy or
interceptive measures. Journal of Orofacial Orthopedics, 64, 186– 200.
5. Vadiakas, G. and Viazis, A.D. (1992) Anterior crossbite correction in the early
deciduous dentition. American Journal of Orthodontics and Dentofacial
Orthopedics, 102, 160–162.
6. Chow, M.H. (1979) Treatment of anterior crossbite caused by occlusal
interferences. Quintessence International, Dental Digest, 10, 57–60.
7. De Clerck, H.J. and Proffit, W.R. (2015) Growth modification of the face: a
current perspective with emphasis on Class III treatment. American Journal of
Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 148, 37–46.
8. Iodice, G., Danzi, G., Cimino, R., Paduano, S. and Michelotti, A. (2016)
Association between posterior crossbite, skeletal, and muscle asymmetry: a
systematic review. European Journal of Orthodontics, 38, 638–651.
9. Tsanidis, N., Antonarakis, G.S. and Kiliaridis, S. (2016) Functional changes
after early treatment of unilateral posterior cross-bite associated with rahang
bawahr shift: a systematic review. Journal of Oral Rehabilitation, 43, 59–68.
10. Wen, L., Yan, W., Yue, Z., Bo, D., Xiao, Y. and Chun-Ling, W. (2015) Study
of condylar asymmetry in angle Class III malocclusion with rahang bawahr
deviation. The Journal of Craniofacial Surgery, 26, e264–e268.
11. Olsen, C.B. (1996) Anterior crossbite correction in uncooperative or disabled
children. Case reports. Australian Dental Journal, 41, 304–309.
12. Tsomos, G., Ludwig, B., Grossen, J., Pazera, P. and Gkantidis, N. (2014)
Objective assessment of patient compliance with removable orthodontic
appliances: a cross-sectional cohort study. The Angle Orthodontist, 84, 56–61.
13. Tsichlaki, A., Chin, S.Y., Pandis, N. and Fleming, P.S. (2016) How long does
treatment with fixed orthodontic appliances last? A systematic review.
American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 149, 308–318.
14. Tzatzakis, V. and Gidarakou, I.K. (2008) A new clinical approach for the
treatment of anterior crossbites. World Journal of Orthodontics, 9, 355– 365.
15. Tzatzakis, V. and Gidarakou, I. (2007) Correction of anterior crossbite using
occlusal build-ups. Journal of Clinical Orthodontics: JCO, 41, 393– 397.
16. Vasilakos, G., Schilling, R., Halazonetis, D. and Gkantidis, N. (2017)
Assessment of different techniques for 3D superimposition of serial digital
maxillary dental casts on palatal structures. Scientific Reports, 7, 5838.
17. Bailey, L.T., Esmailnejad, A. and Almeida, M.A. (1996) Stability of the palatal
rugae as landmarks for analysis of dental casts in extraction and nonextraction
cases. The Angle Orthodontist, 66, 73–78.
18. Chen, G., Chen, S., Zhang, X.Y., Jiang, R.P., Liu, Y., Shi, F.H. and Xu, T.M.
(2011) Stable region for maxillary dental cast superimposition in adults, studied
with the aid of stable miniscrews. Orthodontics & Craniofacial Research, 14,
70–79.
19. Christou, P. and Kiliaridis, S. (2008) Vertical growth-related changes in the
positions of palatal rugae and maxillary incisors. American Journal of
Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 133, 81–86.
20. Hoggan, B.R. and Sadowsky, C. (2001) The use of palatal rugae for the
assessment of anteroposterior tooth movements. American Journal of
Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 119, 482–488.
21. Jang, I., Tanaka, M., Koga, Y., Iijima, S., Yozgatian, J.H., Cha, B.K. and
Yoshida, N. (2009) A novel method for the assessment of three-dimensional
tooth movement during orthodontic treatment. The Angle Orthodontist, 79, 447–
453.
22. Kim, H.K., Moon, S.C., Lee, S.J. and Park, Y.S. (2012) Three-dimensional
biometric study of palatine rugae in children with a mixed-model analysis: a 9-
year longitudinal study. American Journal of Orthodontics and Dentofacial
Orthopedics, 141, 590–597.
23. Besl, P.J. and Mckay, N.D. (1992) A method for registration of 3-D Shapes.
IEEE Transactions on Pattern Analysis and Machine Intelligence, 14, 239– 256.
24. Zelditch, M.L., Swiderski, D.L. and Sheets, H.D. (2012) Geometric
Morphometrics for Biologists: A Primer. Elsevier Academic Press, Amsterdam.
25. Wiedel, A.P., Norlund, A., Petrén, S. and Bondemark, L. (2016) A cost
minimization analysis of early correction of anterior crossbite-a randomized
controlled trial. European Journal of Orthodontics, 38, 140–145.
26. Wiedel, A.P. and Bondemark, L. (2015) Fixed versus removable orthodontic
appliances to correct anterior crossbite in the mixed dentition–a randomized
controlled trial. European Journal of Orthodontics, 37, 123–127.
27. Wiedel, A.P. and Bondemark, L. (2016) A randomized controlled trial of self-
perceived pain, discomfort, and impairment of jaw function in children
undergoing orthodontic treatment with fixed or removable appliances. The
Angle Orthodontist, 86, 324–330.
28. Wiedel, A.P. and Bondemark, L. (2015) Stability of anterior crossbite
correction: a randomized controlled trial with a 2-year follow-up. The Angle
Orthodontist, 85, 189–195.
29. Miyajima, K., Imamura, S., Fuwa, Y., Nakamura, S., Nagahara, K., Tsuchiya,
T., Kurosu, K. and Iizuka, T. (1994) Posterior bite raising effects on a primary
anterior crossbite case. The Journal of Clinical Pediatric Dentistry, 19, 131–134.
30. Proffit, W.R. (1978) Equilibrium theory revisited: factors influencing position
of the teeth. The Angle Orthodontist, 48, 175–186.
31. Gaumet, P.E., Brunsvold, M.I. and McMahan, C.A. (1999) Spontaneous
repositioning of pathologically migrated teeth. Journal of Periodontology, 70,
1177–1184.
32. Gkantidis, N., Christou, P. and Topouzelis, N. (2010) The
orthodonticperiodontic interrelationship in integrated treatment challenges: a
systematic review. Journal of Oral Rehabilitation, 37, 377–390.
33. Eismann, D. and Prusas, R. (1990) Periodontal findings before and after
orthodontic therapy in cases of incisor cross-bite. European Journal of
Orthodontics, 12, 281–283.
34. Gkantidis, N., Halazonetis, D.J., Alexandropoulos, E. and Haralabakis, N.B.
(2011) Treatment strategies for patients with hyperdivergent Class II Division 1
malocclusion: is vertical dimension affected? American Journal of Orthodontics
and Dentofacial Orthopedics, 140, 346–355.
35. Phelan, A., Franchi, L., Baccetti, T., Darendeliler, M.A. and McNamara, J.A.,
Jr. (2014) Longitudinal growth changes in subjects with open-bite tendency: a
retrospective study. American Journal of Orthodontics and Dentofacial
Orthopedics, 145, 28–35.
36. Baccetti, T., Franchi, L. and McNamara, J.A., Jr. (2011) Longitudinal growth
changes in subjects with deepbite. American Journal of Orthodontics and
Dentofacial Orthopedics, 140, 202–209.
37. Bukhari, O.M., Sohrabi, K. and Tavares, M. (2016) Factors affecting patients’
adherence to orthodontic appointments. American Journal of Orthodontics and
Dentofacial Orthopedics, 149, 319–324.
38. Pachêco-Pereira, C., Pereira, J.R., Dick, B.D., Perez, A. and Flores-Mir, C.
(2015) Factors associated with patient and parent satisfaction after orthodontic
treatment: a systematic review. American Journal of Orthodontics and
Dentofacial Orthopedics, 148, 652–659.
39. Chate, R.A. (2013) Truth or consequences: the potential implications of short-
term cosmetic orthodontics for general dental practitioners. British Dental
Journal, 215, 551–553.
European Journal of Orthodontics, 2018, 364–371
doi:10.1093/ejo/cjx074
Advance Access publication 20 October 2017
Original Article
Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, Friedrich Schiller University of Jena, Germany, 3Private practice, Cologne,
Germany, 4Department of Orthodontics, School of Dentistry, National and Kapodistrian University of Athens, Greece
Correspondence to: Nikolaos Gkantidis, Department of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, University of Bern,
CH-3010, Freiburgstrasse 7, Bern, Switzerland. E-mail: nikolaos.gkantidis@zmk.unibe.ch; nikosgant@yahoo.gr
Summary
Objectives: To assess the effectiveness, clinical performance, and potential adverse effects of
early anterior crossbite correction through opening of the bite.
Subjects and methods: The sample consisted of 16 consecutive patients (8.0 ± 0.9, range: 6.2–
9.3 years) with dental anterior crossbite in the mixed dentition who were treated through posterior
bite opening. Patients were prospectively followed until a minimum of 6 months post-treatment
and there were no drop-outs.
Results: In 14 patients (87.5 per cent), the anterior crossbite was corrected. Results remained stable
without any retention regime. Active treatment of the successfully treated cases lasted 2.5 months
(range: 0.6–8.9). Crossbite correction of central incisors was achieved by a 2.05 mm (range: 0.97–
5.45) forward movement and 9.25° (range: 2.32–14.52°) buccal inclination of the crowns (P < 0.05).
The antagonists showed spontaneous adaptation of their position in the opposite direction
(P < 0.05). No important adverse effects were recorded.
Limitations: This was a non-comparative controlled study, on a limited sample.
Conclusions: Bite opening is a promising, simple, and non-compliance approach for early dental
anterior crossbite correction. The technique of 3D superimposition and analysis of digital models
used here, allowed precise evaluation of single tooth movement in all three planes of space.
© The Author(s) 2017. Published by Oxford University Press on behalf of the European Orthodontic Society. All rights reserved.
364
For permissions, please email: journals.permissions@oup.com
G. Vasilakos et al. 365
be advisable since the problem is self-corrected in approximately in active treatment at the start of the study and their pre-treatment
half of the cases, and the patient is not expected to have significant files were retrospectively examined for eligibility. The other 12 sub-
benefits from such an early correction (2). jects were prospectively enrolled.
Several methods have been used for anterior crossbite correc-
tion in the mixed dentition, including removable and fixed appli- Treatment process
ances (11). However, patient compliance is essential for successful Patient history, clinical examination, extraoral and intraoral photos,
treatment with removable appliances (12). Fixed appliances do not dental casts with construction bite (centric occlusion), and pano-
demand such a high level of compliance but are associated with ramic radiographs were obtained before treatment start (T0) accord-
time-dependent adverse effects, such as white spots and root resorp- ing to the practice protocol.
tion, and may have a negative impact on patients’ oral health-related At the start of the treatment, the occlusal surfaces of the lower
quality of life (13). right and left mandibular second primary molars or first perman-
For these reasons, simpler methods, without the use of any ortho- ent molars (if the primary molars were not present or were mobile)
dontic appliance, have been suggested to correct anterior crossbite were cleaned, dried, and acid etched with 37 per cent phosphoric
during mixed dentition (14, 15). Namely, bilateral occlusal build-ups acid for 20 seconds. The etched surfaces were then washed and
were bonded on the mandibular second primary or first permanent carefully dried. A layer of primer was applied (Orthosolo Universal
Figure 1. Intraoral photos of a patient treated for anterior crossbite with opening of the bite. (A) Pre-treatment condition; (B) Opening of the bite for spontaneous
crossbite correction (blue-coloured occlusal pads); and (C) End result after 2.6 months.
366 European Journal of Orthodontics, 2018, Vol. 40, No. 4
After the completion of the data collection, the dental casts were incisors in crossbite at T0 and any contralateral tooth available in
scanned in the Dental School of the University of Bern, using a 3D both models, which served as control. A control tooth was avail-
surface scanner (stripe light/LED illumination; accuracy < 20 μm; able in 11 patients, whereas in the rest 5 patients no such tooth was
Laboratory scanner D104a, Cendres+Métaux SA, Rue de Boujean present in both casts. Thus, following each cast superimposition,
122, CH-2501 Biel/Bienne) to obtain the 3D Standard Tessellation the pre-selected teeth crowns of interest at T0 were superimposed
Language (STL) models used in the study. Each maxillary 3D mesh individually on the respective teeth crowns at T1, using the same
consisted of approximately 325 000 vertices, and each mandibu- settings. The origin of the reference axes for recording tooth move-
lar consisted of 300 000 vertices. The dental casts were obtained ment was positioned at the crown centroid of each tooth of interest
according to the regular protocol of the practice, through alginate on the T0 model (24). Two of the axes were placed on the occlusal
impressions (Tetrachrom Alginat, KANIEDENTA GmbH & Co. plane, parallel and perpendicular to the midline palatal suture, and
KG, Herford, Germany), which were poured with plaster (Alabaster the third axis was perpendicular to these two (Figure 3). In this way,
Klasse 3, Wiegelmann Dental GmbH, Bonn, Germany) within the tooth translation and rotation (inclination, tip, and rotation) from
day when the impression was taken. T0 to T1 were recorded relative to a three-axis reference system.
The potential movement (adaptation) of lower incisors follow-
Data collection ing the crossbite correction was also tested in cases where one man-
Results
The paired Student’s t-test showed no statistically significant dif-
ference between the repeated measurements (P > 0.05). The ICC
showed perfect agreement for overjet (mean: 0.95; 95 per cent con-
fidence interval: 0.86–0.98), overbite (mean: 0.96; 95 per cent con-
fidence interval: 0.88–0.99), and crowding (mean: 0.99; 95 per cent
confidence interval: 0.98–0.99) measurements. The mean difference
between repeated measurements was 0.03 mm (95 per cent confi-
dence interval: −0.27–0.33) for overjet, 0.11 mm (95 per cent confi-
dence interval: −0.05–0.26) for overbite, and −0.05 mm (95 per cent
confidence interval: −0.18–0.08) for crowding.
Figure 2. The palatal area used as reference for superimposition of serial In total, 16 patients with anterior crossbite, who fulfilled the
models (red). inclusion criteria, were included in the study and there were no
G. Vasilakos et al. 367
Discussion
The present study is the first to perform a prospective evaluation of
the performance of a quite simple, non-compliance approach for treat-
ing anterior crossbite of dental origin in the mixed dentition. This
concerned simply opening of the bite using cemented bite planes on
Table 1. Detailed patient sample characteristics. Regarding continuous variables, median values are presented, accompanied by range values shown in parentheses.
Treatment
duration Follow- Teeth in Tooth type Maxillary Maxillary Mandibular Mandibular
Age at T0 (T0-Tf) up (Tf-T1) crossbite in crossbite Angle class Overjet Overjet Overbite Overbite crowding crowding crowding crowding
(years) (months) (months) at T0 at T0 at T0a at T0b (mm) at T1b (mm) at T0b (mm) at T1b (mm) at T0 (mm) at T1 (mm) at T0 (mm) at T1 (mm)
Treatment 7.9 2.5 9.6 1 (1, 4) #21: n = 6, Class I: n = 11, ¼ Crossbite: Crossbite: Crossbite: Crossbite: Anterior: Anterior: Anterior: Anterior:
succeeded (6.2, 9.3) (0.6, 8.9) (6.0, 17.7) #11: n = 5, Class II: n = 2, ½ −1.5 (−1.1, −2.4) 1.7 (0.1, 3.4) 1.4 (−0.4, 3.3) 2.2 (0.0, 5.1) 0.3 (−4.5, 4.8) 0.3 (−5.0, 4.7) 0.5 (−3.1, 2.2) −0.3
N = 14 (#11, #21): Class II: n = 1 Control: Control: Control: Control: Total: Total: Total: (−3.2, 1.6)
(9 m, 5 f) n = 2, 1.9 (0.4, 4.0) 2.0 (0.5, 3.8) 1.4 (−1.5, 3.8) 3.2 (0.0, 4.9) 0.3 (−4.5, 6.2) 0.3 (−5.8, 6.5) 0.1 (−3.1, 2.6) Total: −0.3
(#12-#22): (−3.2, 2.6)
n=1
Treatment 8.5 10.3 14.5 2 (2, 2) (#11, #21): Class I: n = 1, ¼ Crossbite: Crossbite: Crossbite: Crossbite: Anterior: Anterior: Anterior: Anterior:
failed (8.1, 8.8) (8.0, 12.5) (9.1, 19.9) n = 1, (#11, Class III: n = 1 −2.4 (−1.7, −3.5) −1.6 (0.7, −2.0) 2.5 (1.0, 3.8) 0.9 (0.1, 2.0) −3.0 (−4.8, −1.2) −5.2 (−5.6, −4.8) −1.4 (−2.2, −0.5) −1.4
N = 2 (2 m) #12): n = 1 Control: Control: Control: Control: Total: Total: Total: (−2.2, −0.5)
- - - - −3.0 (−4.2, −1.8) −0.7 (−1.9, 0.5) −1.3 (−3.1, 0.5) Total: −1.3
(−3.1, 0.5)
Total N = 16 8.0 2.6 9.6 1 (1, 4) - - Crossbite: Crossbite: Crossbite: Crossbite: Anterior: Anterior: Anterior: Anterior:
(11 m, 5 f) (6.2, 9.3) (0.6, 12.5) (6.0, 19.9) −1.7 (−1.1, −3.5) 1.6 (−2.0, 3.4) 1.5 (−0.4, 3.8) 2.2 (0.0, 5.1) −0.4 (−4.8, 4.8) −0.3 (−5.6, 4.7) 0.1 (−3.1, 2.2) −0.4
Control: Control: Control: Control: Total: Total: Total: (−3.2, 1.6)
1.9 (0.4, 4.0) 2.0 (0.5, 3.8) 1.4 (−1.5, 3.8) 3.2 (0.0, 4.9) −0.4 (−4.5, 6.2) 0.3 (−5.8, 6.5) 0.1 (−3.1, 2.6) Total: −0.3
(−3.2, 2.6)
The contralateral teeth were used as controls. M, males; f, females; Tf, Treatment finished.
a
No change at T1.
b
Measured at the central incisors in crossbite at T0.
European Journal of Orthodontics, 2018, Vol. 40, No. 4
Table 2. Movement of the corrected-maxillary teeth in crossbite compared with the contralateral control teeth of the 14 successfully
treated cases.
Central incisor 0.09 (−0.42, 0.93) −0.93 (−2.39, −0.16) 0.50 (−0.76, 1.95) 4.15 (−3.04, 8.76) −1.77 (−3.66, 3.26) 0.18 (−5.43, 7.94)
corrected (n = 11)a
Central incisor −0.19 (−0.97, 0.37) −0.26 (−1.25, 0.49) 0.39 (−0.29, 1.21) −0.77 (−3.03, 3.07) −1.85 (−3.67, 1.27) −1.40 (−5.94, 4.99)
control (n = 9)b
P-valuec 0.342 0.025* 0.732 0.002* 0.849 0.239
The antagonists of contralateral teeth that were not in crossbite, or of teeth where crossbite was not corrected, were used as controls. All these teeth were man-
dibular central incisors. Median values are presented, accompanied by range values in parentheses.
X, lateral movement (positive: right); Y, antero-posterior movement (positive: anterior); Z, vertical movement (positive: up/occlusal); X-rotation, inclination
(positive: lingual crown); Y-rotation, tip (positive: right); Z-rotation, rotation (positive: right buccal)
a
In three cases, measurements of two such teeth were averaged.
b
In one case, measurements of two such teeth were averaged. This was the only case of the group were antagonists of teeth in uncorrected crossbite was used.
c
Mann–Whitney U-test.
*P < 0.05.
Table 4. Responses of patients to the questionnaire assessing adverse effects of treatment with 0 corresponding to ‘not at all’ and 10
corresponding to ‘extreme’.
Mastication pain Mastication discomfort Speech pain Speech discomfort TMJ Pain Other remarks
during the observation period. For the same reason, any significant stability, in comparison with common alternatives, such as remov-
effect on vertical dimension of the face is also not expected. Previous able Hawley type appliances with springs or expansion screws.
studies have shown that even with more extensive approaches, it
is difficult to change the vertical dimension of the face using con-
servative orthodontic approaches (34). On the other hand, overbite Conflict of Interest
was increased during the observation period, as expected for this None to declare.
16. Vasilakos, G., Schilling, R., Halazonetis, D. and Gkantidis, N. (2017) 28. Wiedel, A.P. and Bondemark, L. (2015) Stability of anterior crossbite cor-
Assessment of different techniques for 3D superimposition of serial digital rection: a randomized controlled trial with a 2-year follow-up. The Angle
maxillary dental casts on palatal structures. Scientific Reports, 7, 5838. Orthodontist, 85, 189–195.
17. Bailey, L.T., Esmailnejad, A. and Almeida, M.A. (1996) Stability of the 29. Miyajima, K., Imamura, S., Fuwa, Y., Nakamura, S., Nagahara, K.,
palatal rugae as landmarks for analysis of dental casts in extraction and Tsuchiya, T., Kurosu, K. and Iizuka, T. (1994) Posterior bite raising effects
nonextraction cases. The Angle Orthodontist, 66, 73–78. on a primary anterior crossbite case. The Journal of Clinical Pediatric
18. Chen, G., Chen, S., Zhang, X.Y., Jiang, R.P., Liu, Y., Shi, F.H. and Xu, T.M. Dentistry, 19, 131–134.
(2011) Stable region for maxillary dental cast superimposition in adults, 30. Proffit, W.R. (1978) Equilibrium theory revisited: factors influencing pos-
studied with the aid of stable miniscrews. Orthodontics & Craniofacial ition of the teeth. The Angle Orthodontist, 48, 175–186.
Research, 14, 70–79. 31. Gaumet, P.E., Brunsvold, M.I. and McMahan, C.A. (1999) Spontaneous
19. Christou, P. and Kiliaridis, S. (2008) Vertical growth-related changes in repositioning of pathologically migrated teeth. Journal of Periodontology,
the positions of palatal rugae and maxillary incisors. American Journal of 70, 1177–1184.
Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 133, 81–86. 32. Gkantidis, N., Christou, P. and Topouzelis, N. (2010) The orthodontic-
20. Hoggan, B.R. and Sadowsky, C. (2001) The use of palatal rugae for the periodontic interrelationship in integrated treatment challenges: a system-
assessment of anteroposterior tooth movements. American Journal of atic review. Journal of Oral Rehabilitation, 37, 377–390.
Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 119, 482–488. 33. Eismann, D. and Prusas, R. (1990) Periodontal findings before and after
21. Jang, I., Tanaka, M., Koga, Y., Iijima, S., Yozgatian, J.H., Cha, B.K. and orthodontic therapy in cases of incisor cross-bite. European Journal of