1. Radiografi ekstraoral
● Memberikan survei umum dari fondasi gigi tiruan pasien dan struktur sekitarnya.
2. Radiografi intraoral
● Ukuran film yang kecil » penempatan yang dekat dengan struktur yang diinginkan,
menghasilkan perbesaran yang lebih kecil daripada radiografi panoramik »
menghindari distorsi gambar
- Rahang harus diskrining untuk mencari fragmen akar yang tertinggal, gigi yang tidak
erupsi,, kista, tumor dan gangguan TMJ.
Penilaian Radiografi Resorpsi Tulang. Jumlah resorpsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Kelas II: (resorpsi sedang) hilangnya hingga dua pertiga dari ketinggian vertikal.
- Kelas III: (resorpsi berat) hilangnya lebih dari dua pertiga ketinggian vertikal.
Semakin radiopak hasil radiografi, maka semakin bagus kualitas tulang. Hasil Radiografi
juga menentukan perawatan/protesis yang akan digunakan pada pasien.
Pada gambar A dan B, pemeriksaan klinis dan radiografis menunjukkan bahwa semua
gigi dapat dipertahankan dan maxillary removable partial overdenture bisa
diindikasikan, daripada memakai gigi tiruan lengkap.
Pada C dan D, tidak ada minimal dua abutment yang terletak bilateral dan cocok
untuk mendukung overdenture. Oleh karena itu pasien ini dirawat dengan immediate
denture karena penyakit periodontal yang tidak dapat diobati.
Sumber :
Zarb G.A, et all. Prosthodontic Treatment For Edentulous Patients Complete Dentures and
Implant-Supported Prostheses. 12th Ed. 2004. Mosby. Pg ; 80-83
5. Diagnosis dan Prognosis
Diagnosis
Skenario 4:
Bu Moderna, usia 60 tahun, seorang pensiunan Bank yang aktif pada kegiatan PKK di
lingkungan tempat tinggalnya, datang ke praktek dokter gigi ingin dibuatkan gigi tiruan.
Terdapat beberapa gigi depan rahang atasnya yang goyang dan juga fraktur disebabkan oleh
trauma kecelakaan beberapa hari yang lalu. Selama ini beliau telah memakai gigi tiruan atas
dan bawah karena gigi belakangnya juga sudah banyak yang hilang, tetapi gigi tempat
cengkram GT rahang bawah sudah tinggal sisa akar (gigi 35 dan 45). Gigi tiruan Rahang
Bawah sudah terasa sangat longgar dan tidak nyaman dipakai. Pasien ingin Gigi Tiruannya di
periksa dan dievaluasi. Pasien ingin segera dibuatkan gigi tiruan yang baru pada rahang atas
tetapi tidak ingin tampak ompong selama masa perawatan.
Pemeriksaan intra oral: gigi 12, 11, 21, 22, 23 goyang derajat 3, 11 dan 21 fraktur 2/3
mahkota, gigi yang hilang pada Rahang Atas: 13, 14, 15, 16, 17, 18, 24, 25, 26, 27, 28, pada
Rahang Bawah: 34, 36, 46, 47, dan sisa akar 35 dan 45. Pemeriksaan radiologis: tampak
densitas tulang rahang rendah.
Ringkasan:
• Usia : 60 tahun
• Keluhan Utama :
- Ingin dibuatkan gigi tiruan yang baru tapi tidak ingin tampak ompong
• Pemeriksaan radiologis:
• Ektraksi sisa akar gigi 35,45 dan mobility derajat 3 pada gigi 12,11,21,22,23
• gigi 11, 21 fraktur 2/3 mahkota dilakukan ekstraksi terutama jika ada tanda-tanda
patologi.
Pada skenario dikatakan bahwa gigi tiruan rahang bawah pasien beberapa waktu yang
lalu sudah terasa sangat longgar dan tidak nyaman dipakai. Oleh sebab itu, GTSL yang
longgar akan di relining.
Diindikasikan ketika ada beberapa gigi anterior atau posterior yang tersisa atau
ekstraksi satu rahang dan atau gigi yang mendukung gigi tiruan yang pasien harapkan
tetap digunakan hingga insersi
Diindikasikan pada pasien yang tidak bisa tanpa gigi posterior atau gigi tiruan yang
sudah ada sebelumnya karena estetik dan fungsionalnya
Pada pemasangan IID biasanya baik gigi anterior maupun posterior telah diekstraksi.
Karena gigi posterior tidak diekstraksi sebelum pembuatan IID, dimensi vertikal
oklusi masih terjaga.
Referensi :
Zarb Bolender, 2004, Prosthodontics Treatment for Edentulous Patients, 12th ed., Mosby,
pg : 128
Prognosis
Referensi:
Rahn Arthur. O, John R. Ivanhoe, and Kevin D Plummer. 2009. Textbook of Complete
Detures. Blacklick. P:3-4, 59-61
6. Rujukan
Rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam untuk mengetahui apakah adanya Riwayat
hipertensi atau tidak sebelum dicabut gigi. Alasan harus dirujuk ke spesialis penyakit dalam:
- Untuk melakukan tindakan kedokteran gigi sesuai kondisi medis pasien (menghindari
tindakan yang kontra indikasi)
Referensi: