NIM: 1913101010032
Ralph, E Mc Donald, dkk. 2004. Dentistry For The Child and Adolescent. 8th edition. Page 109-
110
Jurnal Biomedik (JBM) Universitas Sam Ratulangi Manado , Volume 7, Nomor 1, Maret 2015,
hlm. 23-28
2.1.2 Gambaran Klinis dan Radiograf
Belum ada kesepakatan mengenai gambaran klinis karies rampan,hal yang harus
diperhatikan adalah menentukan apakah orang tersebut benar-benar memiliki kerentanan yang
tinggi dan karies yang benar-benar rampan dengan onset mendadak atau apakah kondisi mulut
menunjukkan pengabaian bertahun-tahun dan perawatan gigi yang tidak memadai. Remaja
tampaknya sangat rentan terhadap karies yang merajalela, meskipun telah diamati pada anak-
anak dan orang dewasa dari segala usia
Gambar 2.4-2. Pasien remaja dengan karies rampan. Kadang-kadang ekstraksi mulut
penuh harus direkomendasikan jika terjadi kerusakan parah dengan keterlibatan pulpa.
Gambar 2.4-3.Karies gigi yang rampan dan bukti pengabaian gigi pada anak prasekolah. Telah
terjadi kerusakan parah pada mahkota klinis gigi sulung. B, Molar permanen pertama yang baru
erupsi dengan lesi karies yang luas. Proses penghancuran gigi sulung pada usia dini diperkirakan
akan berlanjut pada gigi permanen. C, Pasien yang sama pada usia 10 tahun. Program preventif dan
korektif telah mempertahankan gigi permanen.
Ralph E. McDonald, David R. Avery, Jeffrey A. Dean - Dentistry for the Child and Adolescent:208-
210 - 8th Edition (2004)
1) Tahap satu/ insisal, terjadi pada anak usia antara 10-20 bulan atau lebih muda,
karies diawali dengan garis berwarna putih seperti kapur, opak (white spots) pada
insisivus maksila, gigi ini yang pertama erupsi pada rahang atas dan paling sedikit
dilindungi oleh saliva.
Garis putih pada enamel, opak (white spot), tanda awal karies
2) Tahap dua, kerusakan/karies terjadi ketika anak berusia 16-24 bulan. Lesi putih pada
insisivus berkembang dengan cepat dan menyebabkan demineralisasi enamel sehingga
mengenai dan terbukanya dentin.
3) Tahap tiga (lesi yang dalam), terjadi ketika anak berusia 20-36 bulan, lesi sudah
meluas pada insisivus sulung maksila, hingga terjadi iritasi pulpa.
Lesi sudah meluas pada insisivus sulung maksila, hingga terjadi iritasi pulpa.
4)Tahap empat (traumatik), terjadi ketika anak berusia antara 30-48 bulan, lesi meluas
dengan cepat ke seluruh permukaan enamel dan dentin, mengelilingi permukaan servikal,
dalam waktu singkat, terjadi kerusakan yang parah di seluruh mahkota gigi hingga terjadi
fraktur dan hanya akar yang tersisa.
Lesi meluas pada seluruh mahkota insisivus maksila.
Msefer, S., ‘Early Childhood Caries: Importance of early diagnosis of Early Childhood Caries’. J
Dent Quebec, 2006, hlm. 6-8
Eric Broderick et al, mengelompokkan kriteria dari nursing caries yang terjadi kedalam
empat tingkat perluasan, yaitu:
a. Tipe I. Minimal
Karies terdapat pada dua permukaan gigi rahang atas dan tidak terdapat pada permukaan
gigi posterior.
a. Host
Gigi pertama yang erupsi adalah gigi incisivus pertama bawah sekitar
umur 6-8 bulan.Kemudian diikuti oleh erupsi gigi incisivus atas.Pada umur 12
bulan biasanya seluruh gigi anterior rahang atas dan bawah sudah tumbuh. Waktu
erupsi gigi sangat bervariasi antara invdividu yang satu dengan yang lain, faktor
asupan nutrisi merupakan salah satu yang mempengaruhinya. Gigi susu lebih
mudah terserang karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan gigi susu lebih
banyak mengandung bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih
sedikit daripada gigi tetap.
b. Bakteri
Salah satu bakteri yang berpengaruh terhadap terjadinya karies adalah
streptoccocus mutans.Bakteri ini tidak tampak pada rongga mulut anak hingga
gigi tersebut erupsi. Streptoccocus mutans tidak melekat secara kuat pada gigi,
sehingga membutuhkan plak yang telah terbentuk sebagi awal pembentukan
kolonisasi bakteri.
c. Substrat
Substrat bagi streptococcus mutans dapat berasal dari jus, susu dan larutan
yang manis yang bias menyebabkan terjadinya fermentasi karbohidrat. Bakteri
dalam rongga mulut menggunakan gula sebagai makanan utamanya, kemudian
mereka memproduksi asam yang akan merusak gigi, asam menyerang gigi sekitar 20
menit atau lebih.
Jurnal Biomedik (JBM) Universitas Sam Ratulangi Manado , Volume 7, Nomor 1, Maret 2015,
hlm. 23-28.
Jurnal Dentofasial Universitas Hasanuddin, Vol.10 No.3 Oktober 2011: 179-183
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob dan gram-negatif dari karies, merupakan
salah satu penyebab terjadinya penyakit pulpa.Pada dasarnya kondisi tersebut didasari oleh
adanya respons inflamasi. Pulpa bereaksi menjadi pulpitis, yaitu inflamasi yang terjadi sebagai
respons langsung terhadap pathogen dan mekanisme imunitas. Mikroorganisme yang mendapat
akses ke pulpa melalui tubuli dentin yang terbuka karena karies, trauma, atau iritan (produk
bakteri, bakteri tersebut, endotoksin, dll) kemudian berpenetrasi serta menghancurkan odontoblas
dan sel-sel di bawahnya. Di sisi lain, faktor komplemen dan immunoglobulin berperan sebagai
mekanisme imunitas. Sebagai hasilnya, mediator inflamasi akan dilepaskan sehingga memulai
adanya proses inflamasi.
Respon awal pada tingkat vaskular yaitu vasokonstiksi yang diikuti dengan vasodilatasi,
memperlambat aliran darah lokal untuk proses akumulasi sel darah merah ke tengah vasa dan
imigrasi leukosit ke dinding vasa. Hal ini menyebabkan adanya celah pada vasa endotel dan
plasma terekstravasasi ke ruang jaringan ikat, menimbulkan edema yang meningkatkan tekanan
lokal dan menekan akhiran syaraf sehingga timbul rasa sakit.
Pada pulpitis reversible, pulpa masih vital walaupun terinflamasi dan memiliki
kemampuan self-repair jika iritan dihilangkan. Proses inflamasi yang terjadi yaitu vasodilatasi,
kongesti, stasis, thrombosis, dan aglomerasi leukosit di dalam pembuluh darah, menyebabkan
edema, pecahnya pembuluh darah, dan hemoragi lokal.Hal ini terjadi karena ada faktor eksternal
yang merangsang terbentuknya kondisi inflamasi, namun dapat kembali jika faktor tersebut
dihilangkan. Faktor tersbut antara lain prosedur restorasi, tubulus dentin yang terbuka, trauma
pulpa karena faktor iatrogenic, dan microleakage material restorasi.
Pada pulpitis ireversibel, pulpa vital, terinflamasi, namun daya self-repair rendah, bahkan
saat stimuli yang menyebabkan inflamasi dihilangkan.Bakteri mencapai pulpa dan tinggal di
dalamnya. Pulpa bereaksi dengan mensekresi mediator inflamasi sehingga menimbulkan edema
interstisial yang akan meningkatkan tekanan di dalam pulpa, menekan saraf, dan menyebabkan
nyeri yang terus menerus, baik spontan atau dengan rangsangan.
Perawatan gigi sangat penting dimulai sejak kecil. Karena cairan yang biasa
diminum oleh anak sangat mungkin mencetuskan kerusakan gigi. Ketika anak sudah
lahir, walaupun giginya belum tumbuh, tidak ada salahnya untuk mengajarkan menyikat
gigi. Membersihkan gusi dan mulutnya secara teratur, merupakan langkah awal yang
dapat dilakukan. Dengan demikian ia terbiasa dibersihkan gigi dan mulutya.
Membersihkan gigi dan mulut sejak bayi tentunya akan membuat si kecil terbiasa,
bahkan hingga gigi susunya sudah tumbuh, pada balita penyebab kerusakan gigi yang
terbesar adalah minum susu atau cairan manis lainnya melalui botol. Upaya pencegahan
karies botol pada anak dapat dilakukan dengan cara:
a. Menggunakan pasta gigi mengandung fluor
b. Membatasi makanan yang mengandung sukrosa, menghindari konsumsi gula sebelum
tidur. Soft drink juga mengandung banyak gula.
c. Berkumur dengan air bersih setelah makan.
d. Menyikat gigi dengan teratur. Belajar menyikat gigi dilakukan sedini mungkin, mulai
saat gigi baru tumbuh, paling penting saat malam sebelum tidur.
e. Bila anak belum dapat menyikat gigi sendiri, bersihkan gigi dan mulut menggunakan
kapas atau kain kasa yang dibasahi air bersih.
f. Secepat mungkin mengganti kebiasaan minum susu menggunakan botol, segeralah
diajarkan minum susu menggunakan gelas.
g. Jangan biarkan anak minum susu botol sampai tertidur.
h. Mulailah mengajak anak mengontrol kesehatan gigi minimal 6 bulan sekali ke
pelayanan kesehatan gigi.
Perawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi dan keluhan pasien
anak. Perawatan yang dibutuhkan pertama-tama adalah menghilangkan rasa nyeri.
Adanya rasa nyeri perlu segera ditanggulangi, karena dapat mengganggu aktivitas anak.
Penanggulangannya dapat secara lokal pada gigi maupun secara oral. Secara lokal dengan
menumpat secara langsung dengan obat-obatan eugenol melalui kapas dan selanjutnya
ditumpat sementara atau langsung dengan zinc oxide eugenol tanpa kapas. Pemberian
obat sedatif dan analgesik dapat diberikan secara oral terutama pada rasa nyeri yang telah
lanjut.
Kedua, dengan mengurangi aktivitas bekteri untuk menghentikan karies dan
mencegah penjalaran yang cepat ke arah pulpa dengan profilaksis oral, yaitu menyikat
gigi secara benar, atau keling.
Ketiga, dengan melakukan impreginasi karies yang diberikan pada karies yang
baru terbentuk atau karies email dan karies dentin, misalnya dengan pengulasan stannum
flouride, silver nitrate, atau silver diamine fluoride. Selanjutnya dapat dilakukan
penumpatan kavitas dengan tumpatan tetap merupakan tujuan utama agar kesehatan gigi
dan mulut serta fungsi dan estetiknya dapat kembali, perawatan saraf gigi bila telah
mencapai pulpa, sesuai dengan indikasinya, mencabut gigi yang sudah tidak dapat
dirawat lagi, dan pengontrolan karies secara klinis dapat dilakukan dengan memantau
kebiasaan makannya dengan cara analisis diet.