Anda di halaman 1dari 14

BLOK 10 SISTEM STOMATOGNASI

PEMICU 2

“GIGI ANAKKU BANYAK YANG HITAM”

Disusun Oleh:

Fayza Adinda Jasmine

200600169

KELOMPOK 5

Fasilitator: drg. Cek Dara Manja, SpRKG(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
Nama Pemicu : Gigi anakku banyak yang hitam…

Narasumber : Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., M.Sc.; Dr. Essie Octiara, drg.,
Sp. KGA.; Minasari, drg., MM

Hari/ Tanggal : Jumat, 01 Oktober 2021

Jam : 07.30 – 09.30 WIB

Skenario:

Seorang anak laki-laki berusia 4,5 tahun diantar Ibu datang ke RSGM FKG USU,
dengan keluhan gigi belakang kiri bawah anak sakit sejak 6 bulan yang lalu dan banyak gigi
lain berlubang. Hasil anamnesis, ibu memberikan ASI (air susu ibu) dengan frekuensi
kapan saja anak mau dari lahir sampai anak berusia 2 tahun. Setelah anak lepas dari ASI,
anak mengonsumsi susu botol lebih dari 4x sehari dan minum susu sebagai pengantar tidur
anak. Anak baru mulai menyikat gigi pada usia 4 tahun sampai sekarang, dengan waktu
menyikat gigi, pada pagi hari sebelum makan dan sebelum tidur namun tidak teratur. Anak
hanya mau menyikat gigi nya sendiri.
Hasil pemeriksaan intraoral menunjukkan:
Gigi 75 Nekrosis pulpa disertai hiperplastik gingiva, gigi 52,51 DAAK dengan gigi nekrosis
pulpa, 61,62, 63, 64, 85 radiks, gigi 54, 65, 73, 84 karies dentin, nilai OHIS anak 2,3. Oklusi
dental anak adalah mesial step. Dokter gigi akan merencanakan ekstraksi, restorasi dan
akhirnya TAF.

Pertanyaan:

1. Jelaskan bagaimana terjadinya karies disebabkan karena pemberian susu botol


sebagai pengantar tidur anak!
Minum susu dengan menggunakan botol sampai tertidur adalah cara yang
tidak baik, cairan susu tersebut akan menggenangi rongga mulut (gigi) untuk beberapa
waktu (jam). Genangan susu pada rongga mulut saat tidur menjadi substrat yang akan
difermentasikan oleh bakteri menjadi asam, pH plak menjadi dibawah 5 dalam waktu
1-3 menit. Semakin lama dan sering anak mengkonsumsi susu botol, maka potensi
untuk terjadinya karies makin tinggi.1
Pada anak yang menyusu dengan menggunakan botol, biasanya akan terdapat
karies pada gigi rahang atas depan dan umumnya terjadi infeksi bakteri terutama
Streptococcus mutans. Dot botol yang letaknya menempel pada langit-langit mulut
menyebabkan cairan susu membasahi semua gigi di rahang atas kecuali gigi depan
bawah. Bila anak-anak tertidur dengan dot botol di dalam mulut, cairan susu akan
memenuhi dan bergenang sampai ke gigi depan di rahang atas. Pada saat demikian,
bakteri pada permukaan gigi akan memfermentasikan substrat yaitu gula di dalam
susu. Bila susu mengandung sukrosa selain daripada laktosa, maka kolonisasi
Streptococcus mutans akan bertambah banyak.1
2. Jelaskan jenis karies yang diderita anak ini!
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan intraoral yang dilakukan pada anak
tersebut, kemungkinan anak menderita nursing mouth caries. Nursing mouth caries
(NMC) merupakan karies dengan pola yang khas dan sering terjadi pada anak usia di
bawah 6 tahun Definisi NMC menurut The American Academy of Pediatric Dentistry
(AAPD) adalah adanya satu atau lebih karies (kavitas atau non kavitas), adanya gigi
yang hilang karena karies pada gigi desidui anak usia 0-71 bulan. Anak dengan NMC
mempunyai kebiasaan minum Air Susu Ibu (ASI) ataupun susu botol setiap hari
dalam waktu yang lama dan kadang dibiarkan sampai anak tertidur sepanjang malam.2
Gambaran klinis NMC adalah khas, kerusakan yang paling parah pada jenis
karies ini biasanya terjadi pada keempat gigi insisivus atas maksila karena posisi lidah
pada saat anak menghisap susu meluas menutupi gigi anterior mandibula sehingga
pada regio insisivus mandibula karies ini jarang terjadi. Nursing Mouth Caries dibagi
menjadi empat tingkat perluasan, yaitu2:
a. Tipe I. Minimal: Karies terdapat pada dua permukaan gigi anterior rahang atas
dan tidak terdapat pada permukaan gigi posterior
b. Tipe II. Mild: Karies terdapat pada lebih dari dua permukaan gigi anterior rahang
atas dan tidak terdapat pada gigi posterior
c. Tipe III. Moderat: Dua atau lebih permukaan gigi anterior rahang atas menderita
karies dan ditemukan satu atau lebih gigi posterior menderita karies
d. Tipe IV. Severe: Dua atau lebih permukaan gigi anterior rahang atas menderita
karies, ditemukan satu atau lebih gigi dengan pulpa terbuka, dan karies telah
terlihat pada gigi anterior rahang bawah.
Pada skenario, anak mengalami kerusakan pada banyak gigi, kecuali pada gigi
anterior mandibula yaitu gigi 83, 82, 81, 71, 72. Hal ini sesuai dengan gambaran
klinis pada Nursing Mouth Caries di atas. Kemudian jika dikelompokkan berdasarkan
tipenya, kemungkinan anak tesebut mengalami Nursing Mouth Caries tipe III.2
3. Jelaskan faktor risiko terjadinya karies pada anak ini!
Nursing mouth caries merupakan penyakit multi faktorial. Faktor-faktor
penyebab NMC termasuk faktor host yang rentan, plak gigi, tingginya angka
kariogenik mikroorganisme seperti Streptococcus mutans, Lactobacillus, serta waktu.
Nursing mouth caries yang dibiarkan dan tidak diobati dapat menyebabkan nyeri pada
anak, bakteremia, berkurangnya kemampuan pengunyahan anak, maloklusi pada gigi
permanen, masalah fonetik, dan kurangnya rasa percaya diri pada anak. Selain itu
karies gigi juga dilaporkan dapat mengurangi kemampuan seorang anak untuk
menambah berat badan. Banyak faktor lain yang mempengaruhi terjadinya NMC
seperti2:
a. Usia anak.
Semakin bertambah usia anak cenderung semakin tinggi pula tingkat perluasan
NMC yang terjadi.
b. Kebiasaan meminum susu anak
Karies yang dipengaruhi oleh pemberian air susu berhubungan dengan frekuensi
meminum susu setiap harinya, lama menyusui dan terutama seberapa sering anak
meminum susu pada malam hari
c. Kebiasaan menyikat gigi anak.
Frekuensi menyikat gigi yang benar apabila anak menyikat gigi setiap hari
sebanyak 2 atau 3 kali sehari, frekuensi menyikat gigi yang salah apabila anak
tidak menyikat gigi setiap hari, atau menyikat gigi hanya 1 kali sehari. Sedangkan
waktu menyikat gigi yang benar apabila anak menyikat gigi setelah sarapan dan
sebelum tidur. Waktu menyikat gigi yang salah apabila anak menyikat gigi saat
mandi, sebelum makan, atau tidak tentu kapan waktu anak menyikat gigi
d. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua khususnya ibu anak.
Sebenarnya banyak ibu tahu bahwa anak-anak tidur dengan botol berisi cairan
gula itu berbahaya, namun karena mereka tidak mengerti mengapa hal itu
berbahaya mereka terus memberikan minuman manis di malam hari. Oleh karena
itu, pendidikan maupun pengetahuan tentang karies gigi sangat penting dalam
pencegahan NMC.
4. Jelaskan mekanisme terjadinya karies pada kasus diatas yang terjadi sangat
progresif!
Pada kasus di atas, anak memiliki kebiasaan minum susu botol hingga tertidur.
Hal ini jika terus-menerus terjadi tanpa ada penanganan yang cepat dan
menghilangkan faktor resikonya, karies akan terjadi secara progresif.3
Jika karies belum menembus enamel gigi, maka belum terasa apa-apa. Tapi
jika sudah mencapai lapisan dentin biasanya akan merasakan rasa ngilu. Proses
pembentukan karies ini akan berlanjut bertambah besar dan bertambah dalam. Lubang
gigi yang besar ini akan menjadi jalan masuk bakteri-bakteri yang ada didalam mulut
untuk menginfeksi jaringan pulpa gigi tersebut yang akan menimbulkan rasa sakit
berdenyut sampai ke kepala, begitu juga apabila gigi tersebut terkena rangsangan
dingin, panas, makanan yang manis dan asam.3
Pada tahap awal karies gigi walaupun tidak menimbulkan keluhan harus
segera dirawat, karena penjalaran karies mula-mula terjadi pada enamel. Bila tidak
segera dibersihkan dan tidak segera ditambal, karies akan menjalar ke lapisan dentin
hingga sampai ke ruang pulpa yang berisi pembuluh saraf dan pembuluh darah,
sehingga menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati.3
Pada tahap lanjut, selain menimbulkan keluhan yang cukup menggangu, maka
apabila tetap dibiarkan tanpa perawatan, proses karies akan semakin berlanjut
sehingga akan merusak jaringan pulpa/syaraf gigi. Pada tahap seperti ini dapat disertai
timbulnya bau mulut (halitosis). Jika kavitas sudah terlalu dalam dan menyebabkan
pulpa terinfeksi, lama kelamaan pulpa akan mati. Bakteri-bakteri ini akan terus
menginfeksi jaringan dibawah gigi dan menimbulkan periodontitis apikalis yaitu
peradangan jaringan periodontal disekitar ujung akar gigi. Apabila tidak dirawat
kondisi tersebut akan bertambah parah sampai terbentuk abses periapikal
(terbentuknya nanah didaerah apeks gigi atau didaerah ujung akar), granuloma,
sampai kista gigi (Ramadhan, 2010).3
5. Sebutkan jenis nomenklatur yang digunakan pada skenario diatas dan jelaskan
3 nomenklatur lain yang ada di Kedokteran Gigi!
Tiap gigi pada sistem universal ditandai dengan angka tersendiri. Sistem dua
digit dikeluarkan oleh Federation Dentaire Internationale (FDI) untuk gigi decidui dan
permanen. Sistem ini diterima oleh World Health Organization dan juga telah
diterima oleh organisasi lain seperti Association for Dental Search.4
Sistem FDI untuk penulisan gigi yaitu4:
 Gigi Decidui
Atas kanan Atas kiri

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
Bawah kanan Bawah kiri

 Gigi permanen
Atas kanan Atas kiri

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 51 52 53 54 55 56 57 58
Bawah kanan Bawah kiri

Tiga nomenklatur lain yang ada di Kedokteran Gigi5

1) Cara Palmer’s
Penulisan dengan cara Palmer’s hampir sama dengan penulisan dengan cara
Zsigmondy, hanya berbeda pada penulisan gigi susu. Cara ini dianggap cara
yang paling mudah dan universal untuk dental record.
 Gigi permanen:
Penulisan pada gigi permanen tetap menggunakan angka arab (angka
biasa). Adapun urutan penomoran gigi permanen adalah sebagai berikut:

87654321 12345678
87654321 12345678

Contoh: I1 atas kanan = 1|


M2 atas kiri = |7
 Gigi decidui:
Penulisan pada gigi decidui menggunakan alphabet secara kapital. Adapun
urutan penomoran gigi decidui adalah sebagai berikut:

EDCBA AB C D E
EDCBA ABCDE
Contoh: m1 atas kiri = |D
i2 atas kanan = B|
2) Cara Amerika
Penulisan dengan cara Amerika menggunakan penomoran yang dimulai
dari gigi molar akhir atas kiri, ke kanan, ke bawah kanan, dan ke bawah
kiri. Tanpa memperhatikan batas kuadran.
 Gigi permanen
Penulisan gigi permanen menggunakan angka arab (angka biasa). Adapun
urutan penomoran gigi permanen adalah sebagai berikut:

16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Contoh: P1 bawah kiri = 28


M3 atas kanan = 16
 Gigi decidui
Penulisan gigi decidui menggunakan angka romawi. Adapun urutan
penomoran gigi decidui adalah sebagai berikut:

X IX VIII VII VI V IV III II I


XI XII XIII XIV XV XVI XVII VXIII XIX XX

Contoh: i1 bawah kiri = XVI


M2 atas kanan = IX
3) Cara Zsigmondy
Penulisan dengan cara Zsigmondy ini menggunakan penomoran yang dimulai
dari gigi insisivus sentral pada masing-masing kuadran. Untuk menyatakan gigi
tertentu, ditulisa dengan angka sesuai urutan kemudian diberi garis batas pada
nomor sesuai dengan kuadran gigi tersebut.
 Gigi permanen
Penulisan pada gigi permanen menggunakan angka arab (angka biasa).
Adapun urutan penomoran gigi permanen adalah sebagai berikut:

87654321 12345678
87654321 12345678
Contoh: I1 atas kanan = 1|
M2 atas kiri = |7
 Gigi decidui
Penulisan pada gigi decidui menggunakan angka romawi. Adapun urutan
penomoran gigi decidui adalah sebagai berikut:

V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V

Contoh: m1 atas kiri = IV|


i2 atas kanan = II|
6. Sebutkan dan jelaskan pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan untuk
menegakkan diagnosis pada kasus diatas!
Rampan karies adalah suatu karies yang menyerang secara tiba-tiba, bersifat
menyeluruh serta dalam waktu singkat melibatkan beberapa gigi pada anak-anak.
Derajat keparahan rampan karies ditentukan berdasar area gigi yang diserangnya.
Penegakan diagnosis karies gigi biasanya dilakukan dengan anamnesis dan
pemeriksaan klinis dengan mengidentifikasi karies berdasarkan gambaran visual yang
dibantu dengan pencahayaan yang baik dan penggunaan alat kaca mulut dan probe
pada gigi yang bersih dan kering. Kekurangan dari pemeriksaan klinis adalah tidak
semua lesi karies gigi dapat dilihat hanya dengan pemeriksaan klinis seperti
identifikasi karies proksimal yang memerlukan pemeriksaan penunjang. Salah satu
contoh pemeriksaan penunjang adalah dengan menggunakan radiograf panoramik.
Radiografi panoramik merupakan teknik radiologi yang menghasilkan gambaran
rahang dan struktur di sekitarnya. Radiograf panoramik dapat digunakan untuk
menilai kesehatan gigi masyarakat secara nasional karena waktu yang dibutuhkan
relatif lebih singkat. Selain itu, biayanya juga lebih murah daripada radiograf dental
lainnya karena hanya membutuhkan satu kali pengambilan gambar apabila ingin
mendapatkan gambaran keseluruhan gigi pada rahang. Akurasi radiograf panoramik
dalam mendeteksi lesi karies pada bagian anterior lebih rendah dibandingkan
radiograf intraoral, sebaliknya deteksi pada daerah posterior sebanding dengan
radiograf intraoral.6
Pada tahap awal karies gigi akan tampak berupa daerah berkapur namun
berkembang menjadi lubang berwana kecokelatan. Gigi sulung memiliki anatomi
yang berbeda di mana email dan dentin lebih tipis, kamar pulpa yang cenderung lebih
besar sehingga kondisi karies sering terdeteksi dalam kondisi lanjut di mana karies
sudah terlanjur dalam. Walaupun karies mungkin dapat saja dilihat dengan mata
telanjang, pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologis sangat diperlukan.
Hampir semua jenis radiografi baik ekstra maupun intraoral dapat dipergunakan untuk
keperluan ini. Secara umum gambaran radiografi dapat membedakan karies berupa
gambaran radiolusent pada mahkota.7
Penilaian keparahan lesi karies adalah penilaian tahapan proses kehilangan
mineral dari lesi kecil berkembang ke peningkatan derajat kerusakan gigi melibatkan
pulpa. Hal ini dapat dicapai menggunakan berbagai metode dan sistem klasifikasi
karies gigi. Deteksi tingkat keparahan karies dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa index salah satunya adalah dengan indeks International Caries Classification
and Managemet System (ICCMS). ICCMS adalah sistem yang dikembangkan
berdasarkan sistem ICDAS yang termasuk metode untuk mendeteksi tahapan karies
dengan menggabungkan hasil pemeriksaan klinis dan radiografi.6
7. Jelaskan fungsi gigi sulung, proses erupsi gigi permanen bila dikaitkan kasus
tersebut!
Gigi sulung memiliki fungsi diantaranya8:
a. Membantu fungsi bicara, hal ini gigi berperan serta dalam pembentukan kata,
walaupun efek ini bersifat sementara.
b. Membentuk wajah, sehingga dapat berpenampilan baik.
c. Alat untuk mengunyah, makanan dapat dihaluskan sehingga mudah ditelan dan
dicerna.
d. Menyediakan tempat bagi gigi – gigi tetap penggantinya. Benih gigi tetap berada
tepat dibawah gigi sulung.
e. Penunjuk jalan bagi erupsi atau tumbuhnya gigi tetap penggantinya. Benih gigi
tetap yang berada tepat dibawah gigi sulung akan meresorpsi akar gigi sulung
kemudian benih gigi tetap akan menggantikan tempat dari gigi sulung tersebut.
f. Memacu pertumbuhan tulang rahang. Munculnya seluruh gigi sulung pada anak
maka pertumbuhan rahang akan terus bertambah lebar. Pada saat terjadi proses
pengunyahan gigi atas dan gigi bawah bertemu untuk menghaluskan makanan,
pada saat mengunyah gigi pada rahang bawah menekan makanan, ketegangan
otot rahang meningkat dan gerakan gigi pada waktu mengunyah membuat
tekanan secara kontinyu dan dilanjutkan kearah akar dan kemudian ketulang
rahang, tekanan ini yang dapat meransang rahang untuk berkembang.
g. Gigi sulung sebagai pembimbing pertumbuhan gigi tetap. Benih gigi berada tepat
dibawah Bifurkasi dari gigi sulung, benih gigi tetap akan mendorong tanggalnya
gigi sulung yang diawali dengan terkikisnya akar gigi sulung atau resorpsi akar,
sehingga gigi sulung akan goyang dan tanggal kemudian digantikan oleh gigi
tetap.
Gigi sulung memegang peranan penting dalam menentukan erupsi gigi permanen
nantinya. Pada umumnya, proses erupsi gigi ke dalam rongga mulut, disebabkan oleh
empat hal diantaranya, gigi terdorong ke dalam mulut disebabkan karena
pertumbuhan akar, pertumbuhan tulang di sekitar gigi, tekanan dari pembuluh darah,
dan karena adanya dorongan dari bantalan gigi. Tanda awal proses erupsi berkorelasi
dengan berakhirnya pembentukan mahkota gigi.
Pada kasus, anak mengalami banyak masalah gigi diusianya yang dini. Hal
tersebut jika tidak ditangani secara cepat dapat memberikan dampak pada erupsi gigi
sulung, seperti keterlambatan erupsi. Keterlambatan erupsi adalah kegagalan erupsi
gigi pada waktu erupsi yang seharusnya. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai
macam faktor, salah satunya trauma. Trauma pada gigi sulung dapat menyebabkan
gangguan erupsi secara lokal pada gigi permanen. Trauma menyebabkan kelainan
yang dapat memberi efek keterlambatan erupsi gigi. Kelainan tersebut antara lain
ankilosis, dilaserasi, konkresensi, kista erupsi, eksfoliasi prematur gigi sulung.
Eksfoliasi atau kehilangan gigi-geligi sulung yang terlalu dini, dapat disebabkan
karena berbagai sebab diantaranya karena trauma, ekstraksi sebagai akibat karies,
ataupun karena letak benih yang salah.9
Pada kasus tersebut dokter merencanakan ekstraksi pada gigi sulung anak akibat
karies. Secara alami gigi sulung akan tanggal sebelum gigi tetap tumbuh, tetapi karena
disebabkan oleh gigi sulung karies berpengaruh terhadap perkembangan oklusi dan
penutupan ruang sehingga dapat menyebabkan gigi berjejal – jejal atau Crowding.
Gigi sulung merupakan penunjuk jalan bagi erupsi atau tumbuhnya gigi tetap
penggantinya, sehingga bila gigi sulung sudah dicabut sebelum waktunya maka dapat
memperlambat tumbuhnya gigi tetap.8
8. Jelaskan efek yang akan terjadi bila keadaan tersebut dibiarkan hingga terjadi
kehilangan gigi!
NMC yang dibiarkan dan tidak diobati dapat menyebabkan rasa sakit pada
anak, bakteremia, berkurangnya kemampuan mengunyah anak, maloklusi pada gigi
permanen, masalah fonetik, dan kurangnya rasa percaya diri pada anak. Selain itu
karies gigi juga dilaporkan dapat mengurangi kemampuan seorang anak untuk
menambah berat badan.10
Gigi sulung yang mengalami proses karies diupayakan semaksimal mungkin
dirawat untuk menghilangkan keadaan patologis di rongga mulut. Apabila keadaan
pada kasus dibiarkan hingga terjadi kehilangan gigi, maka dampak yang ditimbulkan
adalah11:
1) Migrasi dan rotasi gigi
2) Erupsi berlebihan
3) Penurunan efisiensi kunyah
4) Gangguan pada sendi TMJ
5) Kesulitan berbicara
6) Terganggunya kebersihan mulut
7) Kebersihan gigi dan mulut terganggu
8) Atrisi (gesekan permukaan gigi ke gigi yang lain)
9) Efek terhadap jaringan lunak
Pada karies terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme. Invasi microbial
menyebabkan inflamasi sehingga pulpa menjadi non vital. Bila pulpa yang telah non
vital tidak dirawat maka dapat menimbulkan inflamsi pada jaringan pulpa. Jaringan
Pulpa yang inflamasi kelamaan akan menyebabkan kematian dan membusuk. Proses
inflamasi akan berlanjut melalui foramen apikal dan saluran akar lateral ke jaringan
periradikuler dan menyebabkan terjadinya abses.12,13
Gigi sulung penyebab abses kronis tanpa dirawat akan mengganggu, karena
dapat merusak benih gigi tetap penggantinya yang sedang dalam tahap pertumbuhan
dan perkembangan. Gigi sulung tersebut pada akhirnya harus dilakukan pencabutan.
Kehilangan gigi sulung terlalu dini sedang gigi tetap penggantinya masih lama erupsi
dapat menyebabkan maloklusi.12
9. Jelaskan upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada kasus diatas!
Pencegahan karies rampan harus dilakukan secepatnya ketika gigi susu anak telah
erupsi yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menurut Syaifudin dan Rohaeni.15
1) Menurut Syaifudin14
 Setelah diberi makan, bersihkan gusi anak dengan kain atau lap bersih.
Bersihkan atau sikat gigi anak jika giginya sudah erupsi. Bersihkan dan pijat
gusi pada area yang ompong dan mulai flossing semua gigi anak yang telah
erupsi, biasanya pada usia 2-2,5 tahun
 Jangan membiarkan anak tertidur sambil minum melalui botol yang berisi susu
formula atau jus buah atau larutan yang manis
 Jika anak membutuhkan dot untuk pemberian makan yang regular pada malam
hari atau hingga tertidur, berilah anak dot bersih yang direkomendasikan oleh
dokter gigi atau dokter anak. Jangan pernah memasukkan dot dengan
minuman yang manis
 Jika air yang diberikan kepada anak tidak mengandung fluoride, tanyakan
dokter gigi apa yang sebaiknya diberikan pada anak
 Mulai berkunjung ke dokter gigi sejak tahun pertama kelahiran secara teratur.
Jika anak mempunyai masalah dengan giginya, segera periksakan ke dokter
gigi
2) Menurut Rohaeni14
 Pemilihan diet
Diet adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi seharihari oleh individu.
Diet merupakan salah satu faktor utama permulaan perkembangan karies
sehingga pemilihan diet penting untuk diperhatikan. Orang tua terutama ibu
harus mencatat kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi
anak sewaktu dan diantara jam makan. Diet vitamin dalam bentuk suplemen
dan obat mulut juga harus dicatat. Orang tua dianjurkan untuk mengurangi
frekuensi gula bagi anak-anak terutama diantara jam makan
 Instruksi kebersihan mulut
Perawatan gigi anak sejak dini sangat penting untuk menghidari proses
kerusakan gigi, seperti karies rampan. Salah satu upaya dapat dilakukan agar
dapat menghindari terjadinya karies rampan yaitu menjaga kebersihan mulut.
Cara paling mudah dan umum dilakukan ialah dengan menyikat gigi secara
teratur dan benar; hal tersebut merupakan usulan yang dapat dilakukan secara
pribadi.
 Perawatan dengan fluor
Fluor diperoleh dari alam atau dari bentuk sediaan. Sumber fluor alami yaitu
air sumur, air kali, garam, ikan, dll. Dalam bidang kedokteran gigi,
penggunaan fluor untuk pencegahan karies yaitu penggunaan secara local dan
sistemik. Fluor masuk secara oral sehingga mempunyai efek topikal pada gigi.
Penggunaan fluor secara sistemik yaitu untuk mencapai permukaan email
melalui proses pencernaan. Cara ini berefek sejak saat sebelum erupsi dan
sesudah erupsi. Penggunaannya melalui air minum (PAM), tablet, dan obat
tetes

DAFTAR PUSTAKA
1. Jingga E, Setyawan H, Yuliawati S. Hubungan pola pemberian susu formula dengan
kejadian Early Childhood Caries (ECC) pada anak prasekolah di TK Islam
Diponegoro Kota Semarang. J Kesehatan Masyarakat 2019;7(1):131-41
2. Adhani R, Sari NN, Aspriyanto D. Nursing Mouth Caries Anak 2-5 Tahun di
Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Jurnal PDGI 2014; 63(1): 5-6.
3. Listrianah, Zainur RA, Hisata LS. Gambaran karies gigi molar pertama permanen
pada siswa –siswi sekolah dasar negeri 13 Palembang tahun 2018. JPP 2018; 13 (2):
136-149.
4. Minasari. Peran gigi geligi pada rongga mulut. Medan: USU Press 2018:27
5. Kusumadewi, S. Taksonomi dan nomenklatur gigi. 2017.
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/13803/1/7ad1caefc676c2fffc07dccdc7ed34d1.pdf.
[ 29 September 2021]
6. Salma AFF, Boenjamin F, Jeddy. Perbedaan Keparahan Karies Gigi Molar Pertama
Pada Anak Usia 6-9 Tahun Dengan 10-12 Tahun (Kajian Pada Radiograf Panoramik
Di Rsgm-P Fkg Universitas Trisakti Periode 2017-2019). JKGT 2021; 3(1): 10.
7. Herdiyanti Y, Epsilawati L, Oscandar F, Nurianingsing R. Gambaran densitas kamar
pulpa gigi sulung menggunakan cone beam CT-3D. Dental Journal 2013; 46(2): 62.
8. Suarniti LP. Pencabutan dini gigi sulung akibat caries gigi dapat menyebabkan gigi
crowding. Jurnal Kesehatan Gigi 2014; 2 (2): 233-8.
9. Amrullah SSA, Handayani H. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan erupsi
gigi permanen pada anak. Makassar Dental Journal 2014; 3(1): 2.
10. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang beresiko karies tinggi. Maj. Ked. Gigi
(Dent. J.) 2005; 38 (3): 130-134.
11. Gunadi, H. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan 1st Ed. Jakarta 2013:
Hipokrates.
12. Adnyani NP, Artawa IMB. Pengaruh Penyakit Gigi Dan Mulut Terhadap Halitosis. J
Kesehatan Gigi 2016; 4(1): 25.
13. Widhianti I, Suwelo IS. Perawatan Saluran Akar Satu Kali Kunjungan Pada Gigi
Insisif Sulung NonVital (Laporan Kasus). Journal of Dentistry Indonesia 2008; 10(3):
693.
14. Mariati, NW. pencegahan dan perawatan karies rampan. Jurnal Biomedik (JBM)
2015;7(1):23-8

Anda mungkin juga menyukai