Anda di halaman 1dari 11

BLOK 3 PERILAKU DAN KOMUNIKASI

PEMICU 1

“PENOLAKAN TITO KECIL”

Disusun Oleh :

Fayza Adinda Jasmine

NIM : 200600169

KELOMPOK 5

Fasilitator : Luthfiani Samad, drg.,MDSc

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kunci keberhasilan perawatan gigi pada anak selain ditentukan oleh pengetahuan
klinis dan ketrampilan dokter gigi, sebagian juga ditentukan oleh kesanggupan anak untuk
bekerjasama selama perawatan. Hal tersebut menyebabkan dokter gigi yang merawat
pasien anak harus mampu melakukan pengelolaan perilaku agar pasien bersikap
kooperatif. Pada umumnya, anak yang datang ke praktik dokter gigi berperilaku
kooperatif dan dapat menerima perawatan gigi dengan baik apabila diperlakukan dengan
benar sesuai dengan dasar-dasar pengelolaan perilaku. Namun, sebagian anak berperilaku
non kooperatif serta bersikap negatif pada perawatan gigi
Dalam melakukan perawatan terhadap pasien anak-anak yang harus diperhatikan
adalah bagaimana sikap (perilaku) anak menerima suatu perawatan yang diberikan oleh
dokter gigi. Anak-anak memiliki berbagai macam sifat yang dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga, masyarakat dan lingkungan praktek dokter gigi. Perilaku anak tersebut ada
kalanya dapat memudahkan atau menyulitkan dokter gigi dalam melakukan perawatan.
Dalam hal ini ada banyak cara yang bisa dilakukan sehingga penting untuk seorang
dokter gigi mengetahui perilaku anak dan bagaimana cara berkomunikasi dengan anak
sehingga perawatan yang dilakukan menjadi lebih mudah.
1.2 Deskripsi Topik
Seorang ibu membawa anaknya laki-laki berusia 5 tahun bernama Tito ke dokter gigi
dengan keluhan gigi depan hampir semua tinggal akar gigi, sedangkan gigi belakang
banyak yang berlubang. Gusi sering bengkak hilang timbul sehingga menyebabkan anak
dem am. Bengkak gusi hilang karena diberi obat oleh dokter gigi, namun beberapa bulan
kedepan bengkak gusi timbul lagi. Dokter gigi telah melakukan beberapa penanganan
tingkah laku pada anak agar anak mau dirawat giginya, namum anak tetap menolak
dirawat karena takut.
Berat badan anak 13 kg, tinggi badan anak 100 cm dan lingkar kepala 50 cm. Saat di
ruang klinik, anak menangis keras, menjerit dan meronta untuk menolak naik ke kursi
gigi. Ibu sudah putus asa melihat anak, karena berulang kali tingkah laku yang sama
ditunjukkan anak. Dokter gigi melakukan tindakan membujuk dan modeling pada anak,
namun tetap tidak berhasil juga.
Menurut informasi ibu, anak memiliki pengalaman perawatan gigi kurang
menyenangkan saat usia 3 tahun. Anak dicabut giginya akibat gigi patah dan goyang
karena jatuh sehingga gigi tidak dapat dipertahankan lagi. Pada saat itu anak menolak
meronta namun dipaksa untuk dilakukan pencabutan gigi karena perawatan darurat.
Semenjak itu kalau diajak berobat gigi, anak tidak pernah mau dirawat.
Anak merupakan anak paling bungsu dari tiga bersaudara. Anak sering dirawat oleh
kakek dan nenek karena ibu dan ayah sering bekerja di luar kota. Kakek dan nenek tidak
dapat menolak permintaan anak karena merupakan cucu laki-laki satu-satunya. Ibu
memang agak kesulitan dalam menangani tingkah laku anak apabila anak meminta
sesuatu atau menolak sesuatu.
Hasil pencatatan riwayat medis diperoleh keterangan bahwa anak lahir dengan berat
badan 2.300 gram, masa gestasi 8 bulan, dan dilahirkan secara cesar. Ibu saat hamil
mengalami rasa mual yang cukup panjang sehingga sampai masa kehamilan 6 bulan, ibu
sukar makan dan hampir selalu muntah bila sehabis makan. Sejak usia 2 tahun, anak
sering sakit-sakitan dan sering mengonsumsi obat-obatan. Riwayat imunisasi Tito tidak
lengkap, hanya mendapat 3 kali suntikan imunisasi dan ibu lupa jenis vaksinnya.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan pasien Tito tersebut? Normalkah?


Pertumbuhan dan perkembangan Tito dikatakan tidak normal karena Tito
pernah mengalami perawatan gigi yang kurang menyenangkan pada usia 3 tahun yang
menyebabkan trauma. Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang
pesat pada usia dini, yaitu 0-5 tahun yang bisa disebut fase “Golden Age’. Golden
Age adalah masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak
secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan.
Tito belum mendapatkan perhatian yang lebih tentang pengalaman yang
kurang menyenangkan sehingga saat datang ke dokter gigi, Tito langsung
menunjukkan rasa takut saat pemeriksaan gigi. Tetapi, penanganan kelainan yang
sesuai pada masa Golden Age dapat meminimalisir kelainan peetumbuhan dan
perkembangan anak sehingga kelainan yang bersifat permanen bisa dicegah
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang anak?
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang
merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut, antara lain :
a) Faktor internal (dalam)
 Genetik
- Ras/etnik atau bangsa
- Keluarga
- Jenis kelamin
- Kelainan kromosom
b) Faktor eksternal (luar)
 Faktor prenatal :
- Gizi
- Gangguan fungsi plasenta
- Obat-obatan/bahan-bahan toksik
- Radiasi/polusi
- Penyakit-penyakit infeksi
 Faktor persalinan :
- Trauma lahir/asfiksia
- Kerusakan jaringan otak
 Faktor pascasalin :
- Asupan nutrisi
- Penyerapan usus dan pengeluaran
- Aktivitas fisik
- Metabolisme tubuh
- Hormone
- Penyakit kronik (penyakit jantung, batuk kronis berulang, dll)
- Stimulasi dan kualitas pengasuhan
3. Bagaimana status gizi pada pasien anak tersebut?
- Status gizi berdasarkan berat badan dari tabel standar antropometri untuk umur
5 tahun, rata-rata berat badan normal adalah 18,3 kg, sedangkan berat badan
Tito 13 kg berada pada < -3 SD yang menandakan gizi buruk
- Status gizi berdasarkan tinggi badan dari table standar antropometri untuk
umur 5 tahun , rata-rata tinggi normal 110 cm, sedangkan Tito TB-nya 100 cm
berada pada < -3 SD yang menandakan gizi buruk
- Lingkar kepala untuk umur 5 tahun berada di antara 48,5-54 cm yang
menandakan perkembangan lingkar kepala Tito normal
4. Faktor-faktor manakah yang membuat pasien anak tersebut sering menderita
sakit? Bagaimana cara mencegah hal tersebut dan bagaimana imunisasi anak
tersebut?
Faktor-faktor yang membuat anak sering menderita sakit adalah sebagai berikut :
1) Gizi ibu saat hamil kurang
Ibu hamil harus mengkonsumsi makanan untuk kebutuhan dirinya dan
untuk pertumbuhan serta perkembangan janinnya. Oleh karena itu, ibu hamil
membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingan dengan keadaan tidak
hamil, dengan konsumsi pangannya tetap beranekaragam dan seimbang
bdalam jumlah dan proporsinya. Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat dari
makanan yang dikonsumsi ibunya dan dari simpanan zat gizi yang berada di
tubuh ibunya. Selama hamil, ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan
yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan gizi ibunya maupun janinnya. Gizi
juga diperlukan untuk persiapan memproduksi ASI. Bila makanan ibu tidak
cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, maka janin akan mengambil
persediaan yang ada dalam tubuh ibunya, seperti sel lemak sebagai sumber
kalori dan zat besi sebagai sumber zat besi
Pada kasus ini, ibu Tito saat hamil sulit makan dan hamper selalu
muntah sehabis makan. Hal ini menyebabkan saat dalam kandungan gizi anak
tidak tercukupi. Seharusnya ibu hamil menambah energi, protein, vitamin dan
mineral untuk mendukung pertumbuhan janin dan proses metabolisme tubuh.
Petugas kesehatan menganjurkan ibu hamil untuk meminum 90 tablet besi
selama kehamilan
2) Imunisasi yang tidak lengkap
Status imunisasi merupakan suatu kriteria imunisasi berdasarkan
kelengkapan pemberian imunisasi yang dianjurkan. Status imunisasi lengkap
apabila semua jenis imunisasi dasar diberikan dan tidak lengkap apabila ada
salah satu imunisasi dasar tidak diberikan. Seorang bayi dikatakan memiliki
status imunisasi dasar lengkap jika menerima 5 jenis imunisasi dasar sebanyak
11 kali, yaitu HB 0 1 kali, BCG 1 kali, Polio 4 kali, DPT-HB-Hib 3 kali dan
campak 1 kali. Imunisasi campak merupakan imunisasi yang diberikan
terakhir dan dapat digunakan sebagai penilaian kelengkapan status imunisasi
dasar dengan harapan imunisasi yang sebelumnya sudah diberikan dengan
lengkap
Pada kasus ini, riwayat imunisasi Tito tidak lengkap, ia hanya
mendapat 3 kali suntikan imunisasi dan ibu lupa jenis vaksinnya. Hal ini yang
menyebabkan tubuh Tito rentan terhadap penyakit
5. Bagaimana perkembangan psikologis/tingkah laku pasien anak seharusnya bila
dihubungkan dengan usia. Sesuaikah tingkah laku pasien anak tersebut dengan
usianya?
Perkembangan psikologis atau tingkah laku Tito yang berumur 5 tahun adalah
sebagai berikut :
- Anak mengerti baik dan buruk
- Mempunyai kebanggaan terhadap apa yang dimiliki dan atas prestasinya
- Sangat sensitive dan responsive terhadap pujian
- Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat mengikuti perintah
- Periode prasekolah paling harmonis dan umumnya bersikap sangat adaptif
- Gerakan motorik halus telah berkembang
6. Faktor-faktor apa saja yang berperanan membuat pasien anak tersebut
bertingkah laku seperti di atas?
Rasa takut dan cemas pada anak merupakan suatu pengalaman dental yang tidak
menyenangkan. Ketakutan dan kecemasan mempengaruhi tingkah laku anak dan lebih
jauh lagi menentukan keberhasilan perawatan gigi. Ketakutan pada perawatan gigi
biasanya disebabkan karena pengalaman dan persepsi anak yang kurang
menyenangkan sebelumnya. Kecemasan merupakan suatu ciri kepribadian dan
ketakutan terhadap antisipasi bahaya dari sumber yang tidak dikenal, sedangkan takut
merupakan respon emosional terhadap sesuatu yang dikenal berupa ancaman
eksternal
7. Bagaimana klasifikasi tingkah laku pasien Tito tersebut menurut Frankl dan
Wright?
Suatu metode yang menilai tingkatan tingkah laku anak adalah skala 4 angka yang
dikembangkan oleh Frankl, dimana hal ini menjadi salah satu metode
pengklasifikasian tingkah laku anak dalam perawatan gigi. Tingkah laku Tito bisa
dikategorikan :
 Sangat negative
- Anak menolak perawatan
- Meronta-ronta dan membantah
- Menangis keras dan terus-menerus
- Menarik atau mengisolasi diri
- Amat ketakutan yang merupakan tanda negatifisme

Metode pengklasifikasian tingkah laku anak yang lain dikembangkan oleh


Wright, dimana Wright membagi beberapa kategori berdasarkan kooperatif anak. Tito
termasuk dalam kategori :

 Potensial kooperatif
Secara karakteristik, yang termasuk ke dalam kooperatif potensial adalah
permasalahan perilaku. Tipe ini berbeda dengan anak-anak yang kooperatif karena
anak-anak ini mempunyai kemampuan untuk menjadi kooperatif. Ini merupakan
perbedaan yang penting. Ketika memiliki ciri khas sebagai pasien yang kooperatif
potensial, perilaku anak tersebut bisa diubah menjadi kooperatif
8. Jelaskan menurut Anda, penanganan tingkah laku apa yang cocok dilakukan
untuk Tito pada saat perawatan giginya!
Ada beberapa teknik komukasi yang efektif terhadap anak, diantaranya yakni:
 Menciptakan komunikasi
Yakni mengikutsertakan anak dalam percakapan, diperlukan selain agar dokter
gigi dapat memahami pasien, juga sekaligus membuat anak jadi lebih rileks.
Banyak cara untuk menciptakan komunikasi verbal, dan keefektivan dari
komunikasi ini tergantung dari usia anak. Tahap awal yang sangat baik untuk
memulainya ialah dengan memberikan komentarkomentar yang bersifat pujian
dan diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang timbulnya jawaban
dari anak, selain kata “ya” atau “tidak”.
 Melalui Komunikator
Biasanya, asisten dental yang berbicara dengan anak selama perjalanan pasien dari
ruang resepsionis sampai ke ruang operator dan juga selama proses preparasi di
dental unit.
 Kejelasan pasien
Komunikasi ialah sesuatu yang kompleks dan multisensoris. Didalamnya
mencakup penyampai pesan (dokter gigi), media (kata-kata yang diucapkan), dan
penerima pesan (pasien). Pesan yang disampaikan harus dapat dimengerti dengan
satu pemikiran yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan. Sangat
sering digunakan eufimisme (pengganti 8 kata) untuk lebih dimengerti dalam
menjelaskan prosedur terhadap pasien muda. Berikut contohnya:
- Terminologi dental = Kata ganti
- alginate = puding
- crown = gigi robot
- bur = sikat kecil
- radiograf = gambar gigi
- anestesi = obat penidur untuk gigi
- karies = kutu / cacing pada gigi .
 Kontrol suara
Dokter gigi sebaiknya mengeluarkan kata-kata yang tegas tetapi lembut, agar
dapat menarik perhatian anak atan memberhentikan si anak dari segala aktivitas
yang sedang dikerjakannya.
 Komunikasi multisensory
Komunikasi verbal fokus pada apa yang diucapkan dan bagaimana kata-kata itu
diucapkan. Komunikasi non-verbal juga dapat disampaikan melalui kontak tubuh.
Contohnya, dokter gigi meletakkan tangannya pada pundak anak saat duduk di
dental chair agar merasakan kehangatan dan lebih merasa bersahabat. Kontak
mata juga penting. Dokter gigi sebaiknya menatap anak dengan tatapan lembut
dan tidak melotot.
 Masalah kepemilikan
Pada suatu masa, adakalanya dokter gigi lupa dengan siapa dia berhadapan.
Mereka memanggil “kamu” kepada anak tersebut. Panggillan si anak dengan
panggilan di rumahnya karena kata “kamu” lebih mengimplikasikan bahwa anak
tersebut salah.
 Aktif mendengarkan
Mendengarkan juga penting dalam merawat anak. Aktif mendengarkan ialah tahap
kedua terbaik yang diungkapkan Wepman dan Sonnenberg dalam teknik
berkomunikasi. Sehingga pasien terstimulasi untuk mengungkapkan apa yang
dirasakannya.
 Respon yang tepat
Dokter gigi juga harus memberikan respon yang positif terhadap apa-apa yang
diungkapkan anak
BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri khas anak yang dimulai sejak dalam
kandungan sampai menjelang akhir remaja. Pertumbuhan dan perkembangan saling
terkait dan berhubungan erat dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi maka akan dapat tercapai tumbuh
kembang yang optimal
Dalam pengendalian tingkah laku anak dibutuhkan komunikasi yang baik antara
dokter gigi – pasien anak – orang tua/orang yang mendampingi anak tersebut. Selain itu,
dokter gigi juga harus mengetahui teknik-teknik dalam pengendalian tingkah laku anak
sehingga dapat mengendalikan tingkah laku anak yang tidak kooperatif saat perawatan
gigi dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

 Riyantika, U. Hubungan antara keluarga sadar gizi (kadarzi) dengan tumbuh kembang
balita di posyandu balita desa rawalo kecamatan rawalo kabupaten banyumas. 2014.
http://repository.ump.ac.id/3869/4/Unik%20Riyanti%20BAB%20II.pdf [27
November 2020]
 Soeparmin, S. Pengendalian tingkah laku anak dalam praktek kedokteran gigi. 2014.
http://perpus.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/PENGENDALIAN-
TINGKAH-LAKU-ANAK.pdf [30 November 2020]
 Chamidah, AN. Pentingnya stimulasi dini bagi tumbuh kembang otak anak. 2009.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132326899/pengabdian/pentingnya-stimulasi-dini-
bagi-tumbuh-kembang-otak-anak.pdf#:~:text=Masa%20ini%20sering%20juga
%20disebut%20sebagai%20fase%20,%20terdeteksi%20%20apabila%20%20terjadi
%20%20kelainan. [30 November 2020]
 Ernawati, A. Masalah gizi pada ibu hamil. J Litbang. 2017 ;13(1): 61-2
 Dilyana TA, Nurmala I. Hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan status
imunisasi dasar di Wonokusumo. J Promkes : The Indonesiam Journal of Health
Promotion and Health Education. 2019; 7(1): 72
 Hamudeng AM & Saptiana TA. Metode pengelolaan tingkah laku secara
nonfarmakologi pada perawatan gigi anak di RSGM Unhas, MDJ (Makassar Dental
Journal). 2014; 3(2) :1-2

Anda mungkin juga menyukai