PEMICU 1
Disusun Oleh :
NIM : 200600169
KELOMPOK 5
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Potensial kooperatif
Secara karakteristik, yang termasuk ke dalam kooperatif potensial adalah
permasalahan perilaku. Tipe ini berbeda dengan anak-anak yang kooperatif karena
anak-anak ini mempunyai kemampuan untuk menjadi kooperatif. Ini merupakan
perbedaan yang penting. Ketika memiliki ciri khas sebagai pasien yang kooperatif
potensial, perilaku anak tersebut bisa diubah menjadi kooperatif
8. Jelaskan menurut Anda, penanganan tingkah laku apa yang cocok dilakukan
untuk Tito pada saat perawatan giginya!
Ada beberapa teknik komukasi yang efektif terhadap anak, diantaranya yakni:
Menciptakan komunikasi
Yakni mengikutsertakan anak dalam percakapan, diperlukan selain agar dokter
gigi dapat memahami pasien, juga sekaligus membuat anak jadi lebih rileks.
Banyak cara untuk menciptakan komunikasi verbal, dan keefektivan dari
komunikasi ini tergantung dari usia anak. Tahap awal yang sangat baik untuk
memulainya ialah dengan memberikan komentarkomentar yang bersifat pujian
dan diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang timbulnya jawaban
dari anak, selain kata “ya” atau “tidak”.
Melalui Komunikator
Biasanya, asisten dental yang berbicara dengan anak selama perjalanan pasien dari
ruang resepsionis sampai ke ruang operator dan juga selama proses preparasi di
dental unit.
Kejelasan pasien
Komunikasi ialah sesuatu yang kompleks dan multisensoris. Didalamnya
mencakup penyampai pesan (dokter gigi), media (kata-kata yang diucapkan), dan
penerima pesan (pasien). Pesan yang disampaikan harus dapat dimengerti dengan
satu pemikiran yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan. Sangat
sering digunakan eufimisme (pengganti 8 kata) untuk lebih dimengerti dalam
menjelaskan prosedur terhadap pasien muda. Berikut contohnya:
- Terminologi dental = Kata ganti
- alginate = puding
- crown = gigi robot
- bur = sikat kecil
- radiograf = gambar gigi
- anestesi = obat penidur untuk gigi
- karies = kutu / cacing pada gigi .
Kontrol suara
Dokter gigi sebaiknya mengeluarkan kata-kata yang tegas tetapi lembut, agar
dapat menarik perhatian anak atan memberhentikan si anak dari segala aktivitas
yang sedang dikerjakannya.
Komunikasi multisensory
Komunikasi verbal fokus pada apa yang diucapkan dan bagaimana kata-kata itu
diucapkan. Komunikasi non-verbal juga dapat disampaikan melalui kontak tubuh.
Contohnya, dokter gigi meletakkan tangannya pada pundak anak saat duduk di
dental chair agar merasakan kehangatan dan lebih merasa bersahabat. Kontak
mata juga penting. Dokter gigi sebaiknya menatap anak dengan tatapan lembut
dan tidak melotot.
Masalah kepemilikan
Pada suatu masa, adakalanya dokter gigi lupa dengan siapa dia berhadapan.
Mereka memanggil “kamu” kepada anak tersebut. Panggillan si anak dengan
panggilan di rumahnya karena kata “kamu” lebih mengimplikasikan bahwa anak
tersebut salah.
Aktif mendengarkan
Mendengarkan juga penting dalam merawat anak. Aktif mendengarkan ialah tahap
kedua terbaik yang diungkapkan Wepman dan Sonnenberg dalam teknik
berkomunikasi. Sehingga pasien terstimulasi untuk mengungkapkan apa yang
dirasakannya.
Respon yang tepat
Dokter gigi juga harus memberikan respon yang positif terhadap apa-apa yang
diungkapkan anak
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri khas anak yang dimulai sejak dalam
kandungan sampai menjelang akhir remaja. Pertumbuhan dan perkembangan saling
terkait dan berhubungan erat dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi maka akan dapat tercapai tumbuh
kembang yang optimal
Dalam pengendalian tingkah laku anak dibutuhkan komunikasi yang baik antara
dokter gigi – pasien anak – orang tua/orang yang mendampingi anak tersebut. Selain itu,
dokter gigi juga harus mengetahui teknik-teknik dalam pengendalian tingkah laku anak
sehingga dapat mengendalikan tingkah laku anak yang tidak kooperatif saat perawatan
gigi dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Riyantika, U. Hubungan antara keluarga sadar gizi (kadarzi) dengan tumbuh kembang
balita di posyandu balita desa rawalo kecamatan rawalo kabupaten banyumas. 2014.
http://repository.ump.ac.id/3869/4/Unik%20Riyanti%20BAB%20II.pdf [27
November 2020]
Soeparmin, S. Pengendalian tingkah laku anak dalam praktek kedokteran gigi. 2014.
http://perpus.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/PENGENDALIAN-
TINGKAH-LAKU-ANAK.pdf [30 November 2020]
Chamidah, AN. Pentingnya stimulasi dini bagi tumbuh kembang otak anak. 2009.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132326899/pengabdian/pentingnya-stimulasi-dini-
bagi-tumbuh-kembang-otak-anak.pdf#:~:text=Masa%20ini%20sering%20juga
%20disebut%20sebagai%20fase%20,%20terdeteksi%20%20apabila%20%20terjadi
%20%20kelainan. [30 November 2020]
Ernawati, A. Masalah gizi pada ibu hamil. J Litbang. 2017 ;13(1): 61-2
Dilyana TA, Nurmala I. Hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan status
imunisasi dasar di Wonokusumo. J Promkes : The Indonesiam Journal of Health
Promotion and Health Education. 2019; 7(1): 72
Hamudeng AM & Saptiana TA. Metode pengelolaan tingkah laku secara
nonfarmakologi pada perawatan gigi anak di RSGM Unhas, MDJ (Makassar Dental
Journal). 2014; 3(2) :1-2