Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

KONSELING GIZI

Syarat Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Konseling Gizi


Dosen Pengampu : Junaidi, S.ST., M.Kes

Disusun Oleh :

Anies Safhira (P07131221005)

Husna Azizie Luthfiya (P07131221010)

Nazira (P07131221017)

Putri Wahyuri (P07131221021)

Raya Tasya Febryani (P07131221023)

Rina Thahirah (P07131221025)

Tasya (P07131221033)

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERAN KESEHATAN ACEH


MATERI STUNTING

1) Pengertian Stunting

Kebanyakan masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting. Stunting
adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu
yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yaitu tinggi
badan anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya.

Kondisi tubuh anak yang pendek sangat sering dikatakan sebagai faktor keturunan
(genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa
berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Hal itu tidak benar karena genetika adalah faktor yang
paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial,
ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Stunting merupakan masalah yang
sebenarnya bisa dicegah.

Stunting dan pendek memang sama-sama menghasilkan tubuh yang tidak terlalu tinggi.
Namun stunting dan pendek adalah kondisi kesehatan berbeda, sehingga membutuhkan
penanganan yang tidak sama. Pendek kata, stunting adalah pendek namun pendek belum
tentu stunting.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama
kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia.
Kekurangan gizi sejak dalam kandungan mengakibatkan pertumbuhan otak dan organ lain
terganggu, yang mengakibatkan anak lebih berisiko terkena diabetes, hipertensi, dan
gangguan jantung. Pertumbuhan otak yang tak maksimal juga menyulitkan anak bertanggung
jawab atas hidupnya sendiri kelak.

Sementara, anak dengan tubuh yang pendek (short stature) belum tentu mengalami gagal
tumbuh. Anak bertubuh pendek mengalami pertumbuhan fisik dan mental normal layaknya
anak lain. Namun, tinggi badannya kurang dari rata-rata anak sesuainya sehingga terlihat
mencolok. Anak dengan tubuh pendek tak mengalami peningkatan risiko mengalami
penyakit degeneratif atau penurunan fungsi otak. Seiring waktu, anak yang bertubuh pendek
bisa menyusul tinggi teman-temannya.

2) Penyebab Stunting

1. Kurang asupan gizi selama ibu hamil

WHO atau badan kesehatan dunia menyatakan bahwa sekitar 20% kejadian
stunting sudah terjadi saat bayi masih berada di dalam kandungan. Hal ini disebabkan
oleh asupan ibu selama hamil yang kurang bergizi dan berkualitas sehingga nutrisi yang
diterima janin cenderung sedikit.
2. Kebutuhan gizi anak tidak tercukupi

Banyak teori yang menyatakan bahwa kurangnya asupan makanan juga bisa menjadi
salah satu faktor utama penyebab stunting. Khususnya asupan makanan yang
mengandung protein serta mineral zinc (seng) dan zat besi ketika anak masih berusia
balita.
3. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah
melahirkan.
Hal ini memiliki dampak negatif yang sangat besar bagi bayi yang akan lahir dan
memiliki resiko yang tinggi. Faktor Ini juga bekaitan dengan kurangnya asupan gizi
selama ibu hamil.
4. Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan
dan postnatal (setelah melahirkan).
Pelayanan kesehatan tidak merata ke seluruh penjuru daerah. Terdapat daerah-
daerah yang sangat kurang pelayanan kesehatannya. Oleh karena itu, ada ibu-ibu
hamil yang kurang mendapatkan pelayanan kesehatan semasa kehamilannya atau
bahkan hingga melahirkan.
5. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
Air bersih tidak dapat dideteksi langsung dengan mata telanjang. Perlu melalui
berbagai uji dahulu untuk memastikan bahwa air tersebut bersih dan layak untuk di
minum. Lingkungan sekitar juga mempengaruhi air tersebut. Jika lingkungannya kotor
maka airnya juga sangat berbahaya untuk di minum, karena terdapat berbagai jenis
bakteri yang tidak baik untuk tubuh.
6. Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal.
Faktor ini berhubungan dengan ekonomi dari keluarga tersebut. Ada keluarga yang
ekonominya sulit sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka hanya bertujuan untuk
bisa makan saja, tanpa terpikir untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan aturan
kesehatan.

3) Ciri-ciri stunting
1. Bertubuh Pendek
Tanda anak stunting bisa dilihat dari perawakan tubuhnya yang cenderung
pendek. Hal ini dapat dengan mudah dilihat dan dibandingkan dengan teman-
teman seusianya. Tetapi tidak setiap anak dengan tubuh pendek pasti mengalami
stunting. Jika Anda merasa sudah memberikan asupan terbaik pada anak, tetapi ia
tetap bertubuh pendek, bisa jadi kondisi tersebut dipengaruhi oleh hal lain.
2. Sering Sakit
Salah satu gejala stunting adalah menurunnya fungsi kekebalan tubuh
akibat kurangnya nutrisi dalam waktu berkepanjangan. Anak yang punya
kekebalan tubuh rendah akan lebih sering sakit, yang biasanya diakibatkan oleh
penyakit infeksi. Contohnya, sering demam, muntah, diare, dan lainnya.
3. Menurunnya Kemampuan Kognitif
Ciri anak stunting yang satu ini termasuk yang paling mengkhawatirkan. Stunting
bisa mengakibatkan kemampuan kognitif anak menurun, yang ditandai dengan IQ
rendah bahkan hingga dikategorikan retardasi mental. Kemampuan kognitif yang
menurun dapat dilihat dari adanya hambatan dalam perkembangan anak.
4. Bertambah Gemuk
Pada anak stunting, ia akan mengalami gangguan sistem endokrin tubuh yang
memengaruhi metabolisme lemak. Hal tersebut membuat anak stunting lebih mudah
gemuk akibat metabolisme lemak yang terganggu.
5. Telat Menstruasi
Karena tumbuh kembangnya melambat, maka masa pubertas anak yang
mengalami stunting juga melambat. Oleh sebab itu, terlambat menstruasi tergolong
ciri-ciri stunting pada anak.

4) Cara Pencegahan Stunting


1. Perbanyak aktivitas fisik

Aktivitas fisik sangat penting untuk kesehatan. Remaja tidak boleh selalu bermalas-
malasan atau hanya rebahan. Lakukanlah aktivitas fisik, contohnya berolahraga, ikut
ekstra kulikuler di sekolah, menari, atau melakukan hobi-hobi lainnya

2. Makan buah dan sayur


Remaja masih termasuk dalam masa pertumbuhan sehingga dibutuhkan makanan
yang bergizi seimbang agar mereka tumbuh dengan optimal. Untuk itu, sebisa mungkin
rutin mengonsumsi buah dan sayur, serta dilengkapi dengan asupan nutrisi lainnya.
3. Tidak merokok
Dikutip dari laman resmi Kemenkes RI, merokok dapat berbahaya bagi kesehatan
remaja. Mulai dari menyebabkan gangguan terkait pendidikan di sekolah, insomnia,
masalah pernafasan, hingga bisa menimbulkan kecanduan.
4. Tidak minum alkohol
Hal ini karena alkohol dapat memengaruhi perkembangan otak. Biasanya, seseorang
yang minum alkohol akan mengalami perubahan perilaku, seperti halusinasi, kehilangan
keseimbangan, dan berpikir lebih lambat sehingga dapat membahayakan dirinya.
5. Menjaga kebersihan lingkungan
Dengan membiasakan remaja untuk menjaga kebersihan lingkungan, risiko infeksi
atau penyakit pun dapat dihindari.
6. Menggunakan jamban bersih
Ketersediaan air bersih serta sanitasi yang baik, seperti menggunakan jamban bersih
merupakan salah satu upaya dalam menjaga kesehatan. Khususnya, kesehatan diri sendiri
secara keseluruhan.
7. Rutin cek kesehatan
tubuh dapat senantiasa dalam keadaan yang baik.

MEDIA

Anda mungkin juga menyukai