Anda di halaman 1dari 10

BLOK 3 PERILAKU DAN KOMUNIKASI

PEMICU 3

“TIA YANG PENCEMAS”

Disusun Oleh :

Fayza Adinda Jasmine

NIM : 200600169

KELOMPOK 5

Fasilitator : Ami Angela Harahap, drg., MSc., Sp.KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena kecemasan sangat
dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang mengancam. Namun ketika kecemasan
terjadi terus-menerus, tidak rasional dan intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari dan disebut sebagai gangguan kecemasan.

Kecemasan atau ansietas adalah rasa khawatir, takut, yang tidak jelas penyebabnya,
ada juga yang mengatakan kecemasan merupakan suatu reaksi emosional yang timbul
oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak
nyaman dan merasa terancam

1.2 Deskripsi Topik


Seorang pasien bernama Tia, wanita, usia 19 tahun, datang ke praktek dokter gigi
bersama dengan kakak kandungnya dengan keluhan sakit gigi pada gigi belakang kanan
atas. Pasien terlihat pendiam, bicara hanya jika ditanya, saat berbicara suaranya cepat,
dengan nada yang sering bergetar. Tia juga tampak gelisah, sering tidak memperhatikan
ucapan dari dokter, sering melihat ke sekeliling ruangan praktek, sesekali mengusapusap
kedua tangannya, tampak berkeringat di wajahnya. Sewaktu ditanyakan pada kakaknya,
dikatakan kalau Tia dalam 3 tahun belakangan ini memang sering terlihat cemas dan
gelisah, terutama jika sedang tampil di depan orang ramai (publik) atau berbicara dengan
orang yang baru dikenal. Tia mengatakan bahwa ia merasa takut kalau nantinya akan
terlihat salah dan akhirnya akan diejek dan dipermalukan oleh orang lain. Akibatnya ia
selalu menghindari hal tersebut. Bahkan ia tak mau makan atau minum di tempat yang
terbuka dan memakai fasilitas-fasilitas publik seperti toilet umum. Akan tetapi kalau
bersama keluarga dan teman-teman dekatnya rasa cemas tersebut tak pernah
dirasakannya. Kakaknya mengatakan bahwa semenjak kecil Tia memang orangnya
pendiam, pemalu dan hanya memiliki sedikit teman akrab. Hal ini membuat Tia kesulitan
dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari sebagai seorang mahasiswi di sebuah
universitas. Menurut informasi Tia pernah beberapa kali diejek oleh teman - temannya
ketika tampil di depan kelas karena penampilannya yang pemalu.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Apakah yang dimaksud dengan gangguan ansieti/kecemasan?
Menurut Trismiati, kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang
berasal dari Bahasa Latin angustus yang memiliki arti ‘kaku’, ‘ango’, dan ‘anci’ yang
berarti ‘mencekik’. Menurut Steven Schwartz, kecemasan berasal dari Bahasa Latin
anxius yang berarti ‘penyempitan’ atau ‘pencekikan’. Kecemasan hampir sama
dengan rasa takut tetapi dengan fokus yang kurang spesifik. Ketakutan merupakan
respon terhadap
beberapa ancaman langsung, sedangkan kecemasan merupakan kekhawatiran tentang
bahaya tidak terduga yang terletak di masa depan. Kecemasan adalah keadaan
emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan seperti
hati berdetak kencang, tangan berkeringat, dan kesulitan bernapas. Menurut Sarlito
Wirawan, kecemasan merupakan ketakutan yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas
pula alasannya. Menurut Jeffrey S. Nevid dkk., kecemasan adalah suatu keadaan
emosional yang memiliki ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak
menyenangkan dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.1
Gangguan kecemasan (Anxiety Disorders) adalah gangguan kesehatan mental
yang bisa menyebabkan penderitanya memiliki kecemasan berlebih yang diikuti
dengan rasa takut dan khawatir yang akan berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari2
2. Gangguan mental apakah yang dialami oleh Tia? Apa alasannya?
Anxiety disorder terbagi dalam beberapa jenis, antara lain :
 Generalized anxiety disorder (GAD)
Generalized anxiety disorders adalah suatu rasa kekhawatiran yang berlebihan
tentang hal-hal yang belum tentu akan terjadi, penderita anxiety disorder akan
terlalu mengkhawatirkan hal-hal sederhana seperti kesehatan, keselamatan, uang,
dan aspek kehidupan lainnya yang berlangsung selama kurun waktu 6 bulan atau
lebih.
General anxiety disorder adalah suatu gangguan mental yang bisa
menyebabkan rasa gelisah ekstrem meski sedang tidak berada dalam situasi yang
sulit sekali pun. Khawatir dan tegang yang berlebihan ini terkadang juga akan
disertai dengan gejala fisik, antara lain gelisah, sulit berkonsentrasi, bahkan
insomnia.
Meskipun sulit untuk menenangkan diri, penderita GAD biasanya hanya dapat
merasakan kekhawatirannya sendiri tanpa mampu mengungkapkannya kepada
orang lain. Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka bisa mengganggu
aktivitas sehari-hari penderitanya.
 Gangguan kecemasan sosial (Social anxiety disorder)
Social anxiety disorder adalah rasa ketakutan luar biasa yang muncul ketika
berada di tengah-tengah banyak orang atau di keramaian.
Merasa gelisah ketika bertemu orang lain terutama orang asing atau orang
yang cukup penting merupakan hal yang wajar. Akan tetapi, ketika Anda selalu
merasa gugup dan takut berada di lingkungan baru hingga menimbulkan gejala
fisik seperti berkeringat dan mual, maka kemungkinan Anda mengalami
kecemasan sosial.
Berbeda dengan rasa malu atau gugup yang biasanya hanya dialami sebentar
saja, kondisi tersebut justru berlangsung secara terus-menerus dan dalam kurun
waktu yang lama. Adapun sumber dari kecemasan ini adalah rasa takut akan
diamati, dihakimi, ataupun dinilai di depan orang lain.
Social anxiety disorder adalah salah satu jenis dari fobia kompleks. Jenis fobia
ini memiliki dampak yang merusak, hingga melumpuhkan kehidupan
penderitanya. Pasalnya, gangguan ini bisa mempengaruhi kepercayaan diri dan
harga diri seseorang, mengganggu komunikasi dan kinerja di tempat kerja ataupun
sekolah.
 Gangguan panik (panic disorder)
Tidak seperti kecemasan biasa, gangguan panik dapat muncul secara tiba-tiba
dan berulang-ulang tanpa adanya alasan yang jelas. Penderita gangguan panik
biasanya akan menunjukkan gejala-gejala fisik seperti keringat yang berlebih,
nyeri dada, sakit kepala, napas memburu, dan detak jantung yang tidak teratur.
Gejala tersebut memang mirip dengan serangan jantung, oleh karena itu banyak
orang yang salah mengartikan berbagai gejala tersebut sebagai serangan jantung.
Serangan panik dapat dialami kapan saja dan di mana saja. Beberapa orang
mungkin akan mengalaminya hanya dalam hitungan menit, sementara orang
lainnya bisa mengalami hal tersebut hingga berjam-jam
 Fobia spesifik
Fobia spesifik juga termasuk dalam golongan anxiety disorder. Fobia spesifik
merupakan ketakutan yang berlebihan dan terjadi secara terus menerus terhadap
suatu objek, situasi, ataupun aktivitas tertentu yang umumnya tidak berbahaya.
Contohnya seperti fobia badut, ular, ketinggian, balon, jarum, darah, dan lain
sebagainya.
Penderita fobia spesifik ini tahu betul bahwa ketakutan yang mereka alami
merupakan ketakutan yang berlebihan, akan tetapi mereka tetap tidak bisa
mengendalikannya.3
Pada kasus ini, Tia mengalami Social Anxiety Disorder karena saat datang ke
dokter gigi, Tia bicara hanya jika ditanya, saat berbicara suaranya cepat dengan nada
yang sering bergetar, Tia juga tampak gelisah, mengusap-ngusap tangannya, tampak
berkeringat diwajahnya. Tia juga cemas dan gelisah jika berada di tempat umum atau
berbicara dengan orang yang baru dikenal. Tia merasa takut akan diejek dan
dipermalukan jika terlihat salah dan selalu menghindari memakali fasilitas umum
3. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat menimbulkan gangguan mental tersebut?
Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, fobia sosial dapat disebabkan oleh
situasi yang baru atau hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya oleh si penderita,
misalnya presentasi di depan umum atau menyampaikan pidato, kondisi ini diduga
terkait dengan beberapa faktor berikut:
- Peristiwa masa lalu: Fobia sosial dapat muncul karena si penderita pernah
mengalami peristiwa memalukan atau tidak menyenangkan, yang disaksikan oleh
orang lain.
- Keturunan atau pola asuh: Fobia sosial cenderung diturunkan dalam keluarga.
Namun demikian, belum bisa dipastikan apakah hal ini dipicu oleh faktor genetic
atau karena pola asuh orang tua yang misalnya terlalu mengekang atau terlalu
melindungi anaknya. Kemungkinan lainnya adalah anak meniru sikap orang tua
yang kerap merasa cemas saat berhadapan dengan orang lain.
- Struktur otak: Rasa takut sangat dipengaruhi oleh bagian otak yang disebut
amygdala. Amygdala yang terlalu aktif akan membuat seseorang mengalami rasa
takut yang lebih kuat. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko munculnya
kecemasan secara berlebihan saat berinteraksi dengan orang lain.
- Kondisi tubuh: Kondisi tubuh atau penyakit tertentu, misalnya luka parut di wajah
atau kelumpuhan akibat polio, dapat meningkatkan risiko seseorang untu
menderita fobia sosial.4
4. Berdasarkan teori belajar, bagaimana proses terbentuknya perilaku cemas pada
diri Tia?
Menurut perspektif belajar, kecemasan diperoleh melalui proses belajar
terutama melalui conditioning dan belajar observasional. Semua pesan yang diterima
seseorang selama proses tumbuh kembang, idealnya penuh dengan bantuan untuk
membuat mereka merasa diterima dan mendapatkan kasih sayang. Anak dibantu
tentang bagaimana cara menjalin relasi dengan orang lain yang sesuai dengan
harapannya sehingga beberapa ketidaksesuaian atau masalah sosial yang nantinya
akan timbul, tidak akan terjadi. Sebaliknya, apabila seseorang mendapatkan suatu hal
yang tidak positif dan tidak membantu, tinggal dalam sebuah lingkungan yang oenuh
dengan ketidakpastian yang menyebabkan ketidakyakinan aka n kemampuannya
untuk berhubungan dengan orang lain, tidak yakin tentang penerimaan atau cinta dari
orang lain atau bagaimana orang akan bereaksi terhadap dirinya, tentu saja membuat
kecemasan menjadi berkembang5
5. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien tersebut ditinjau dari :
a. Berdasarkan pendekatan psikososial hal – hal apa yang dapat dilakukan
untuk mengurangi prilaku cemas yang muncul pada diri Tia
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan
perkembangan psikososial anak yaitu lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga
merupakan aspek yang pertama dan utama dalam mempengaruhi
perkembangan anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan
keluarga, sehingga keluarga mempunyai peran yang banyak dalam membentuk
perilaku dan kepribadian anak serta memberi contoh nyata kepada anak. Apabila
orang tua berperilaku kasar dalam keluarga, maka anak cenderung akan meniru.
Begitu juga sebaliknya, orang tua yang berperilaku baik dalam keluarga, maka
anak juga cenderung akan berperilaku baik.
Jenis lingkungan keluarga ada 3, yaitu :
1. Otoriter merupakan jenis lingkungan keluarga yang mengekang dan tidak
memberi kebebasan sama sekali, semua peraturan dari orang tua
harus ditaati, tidak memperhatikan kemauan dan kemampuam yang dimiliki
oleh anak, sehingga anak kurang bisa mengembangkan potensi yang dimiliki,
2. Demokratis merupakan jenis lingkungan keluarga yang memberi kebebasan
kepada anak untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, tanpa mengabaikan
peraturan dan norma- norma yang harus ditaati
3. Bebas merupakan jenis lingkungan keluarga dimana orang tua tidak
memberikan aturan dan norma-norma yang harus ditaati oleh anak, sehingga
anak merasa bebas, dan kebanyakan mereka terjebak dalam hal-hal yang
negatif karena kurangnya perhatian orang tua.

Sebaiknya orang tua Tia menerapkan sikap demokratis dalam keluarganya dengan
tidak selalu memaksakan kehendak dan sesekali mendengarkan permintaan anak
sehingga dapat mengurangi perilaku cemas dalam diri Tia6

b. Berdasarkan farmakologi bagaimana penatalaksanaan pada pasien tersebut


Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat ini
digunakan untuk jangka pendek dan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena
pengobatan ini menyebabkan toleransi dan ketergantungan. obat anti kecemasan
nonbenzodiazepine, seperti buspiron (Buspar) dan berbagai antidepresan juga
digunakan7
6. Apa yang dapat dilakukan oleh dokter gigi pada Tia?
Kecemasan Tia tersebut dapat terjadi karena ia belum nyaman dengan tempat
praktik dokter gigi tersebut ataupun karena Tia belum nyaman dengan dokternya.
Dokter gigi tersebut perlu membuat Tia nyaman atau stidaknya membuat Tia tidak
merasa asing dengan dirinya dan tempat praktiknya terlebih dahulu, karena sebelum
dilaksanakannya perawatan gigi, perlu dipastikan bahwa si pasien dapat kooperatif
dalam perawatan gigi yang akan dilaksanakan. Hal tersebut dilakukan agar proses
perawatan gigi dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh dokter gigi kepada Tia yang merupakan
penderita fobia sosial tersebut adalah sebagai berikut:
4. Membangun motivasi Tia melalui strategi-strategi penguatan positif (positive
reinforcement). Sebelum diberikannya motivasi tersebut, dokter gigi perlu
membuat obrolan-obrolan santai dengan Tia.
5. Memberikan edukasi ringan mengenai apa yang harus dilakukan oleh keluarga
Tia terkait gangguan mental yang sedang di alami oleh Tia.
6. Memberi saran kepada Tia dan Kakaknya untuk mendatangi psikiatri ataupun
psikolog untuk membantu Tia memperbaiki kondisi mentalnya.
7. Melakukan perbincangan sebagai orang pertama (menggunakan sebutan ‘saya’
untuk diri sendiri) dengan Tia. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar Tia
merasa lebih santai dan lebih nyaman dengan dokter maupun dengan tempat
praktik dokter tersebut.8
8. Desensitisasi: salah satu teknik yang paling sering digunakan oleh ahli
psikologi untuk melawan rasa takut pada pasien. Pasien yang mengalami fobia
sosial selalu memiliki kecemasan dan ketidakpercayaan kepada orang yang
baru saja ditemuinya seperti dokter yang akan merawatnya. Adanya
kecemasan dan ketidakpercayaan tersebut memungkinkan adanya rasa takut
pasien terhadap perawatan gigi. Teknik ini meliputi tiga tahapan:
a) Melatih pasien untuk relaks
b) Membangun hirarki stimulus
c) Memperkenalkan tiap stimulus dalam hirarki untuk membuat relaks
pasien, dimulai dengan stimulus yang paling sedikit menyebabkan rasa
takut dan maju pada tahap selanjutnya hanya bila pasien tidak takut lagi
dengan stimulus tersebut.9
BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Kecemasan merupakan suatu sensasi aprehensif atau takut yang menyeluruh yang bersifat
normal pada berbagai kondisi, namun dapat menjadi abnormal jika berlebihan dan tidak
sesuai dengan proporsi ancamannya. Pola-pola tingkah laku terganggu dimana kecemasan
menjadi ciri yang paling menonjol diberi label gangguan kecemasan. Ada beberapa jenis
gangguan kecemasan yaitu gangguan panik, gangguan cemas menyeluruh, gangguan
obsesif inklusif, gangguan fobia dan stress akut serta stress pasca trauma. Berbagai
perspektif teoritis menjelasakan mengenai terjadinya gangguan kecemasan ini, seperti
perspektif psikoanalisa,behavioral, kognitif, dan biologis. Perbedaan perspektif tersebut
juga berdampak pada perbedaan bentuk penanganan yang diberikan untuk mengatasi
gangguan kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

1. Annisa DF, Ifdil I. Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia). Konselor
2016;5(2):93.
2. Fadhilatul, I. Anxiety disorder adalah : pengertian, penyebab dan penanganannya.
2019. https://www.wajibbaca.com/if/1219/anxiety-disorder-adalah [6 November
2020]
3. Adrian, K. Kenali 3 jenis gangguan kecemasan dan gejalanya. 2019.
https://www.alodokter.com/kenali-tiga-jenis-gangguan-kecemasan-dan-gejalanya [6
November 2020]
4. Willy T. Fobia sosial - Gejala, penyebab dan mengobati. 2019.
https://www.alodokter.com/gangguan-kecemasan-sosial [6 November 2020]
5. Asrori A. Terapi kognitif perilaku untuk mengatasi gangguan kecemasan sosial. J
Ilmiah Psikologi Terapan 2016; 3(1): 92
6. Saputro H, Talan YO. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan
psikososial pada anak prasekolah. Journal of Nursing Practice 2017;1(1):2,4-5
7. Oktayuanit. Konsep psikososial. 2020.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdf
[7 November 2020]
8. Bakhtiar MI, Saman A, Aryani F. Mengatasi Kecemasan Sosial Melalui Pendekatan
Behavioral Rehearsal. In: Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 Makassar: Universitas
Negeri Makassar; 2017. p. 320–6.
9. Wasilah NP. Penatalaksanaan pasien cemas pada pencabutan gigi anak dengan
menggunakan anestesi topikal dan injeksi. Stomatognatic (JKG Unej). 2011;8(1):51-
5.

Anda mungkin juga menyukai