Anda di halaman 1dari 20

BLOK 10

SISTEM STOMATOGNASI
TUGAS INDIVIDU PEMICU 2

“Gigi Anakku Banyak yang Hitam...”

Disusun Oleh:
Ikrar Teguh Pratomo
200600138

Fasilitator:
Prof. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., Mkes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
PEMICU 2
Latar Belakang
Karies dengan pola yang khas dan sering terjadi pada anak usia di bawah 6 tahun
disebut nursing mouth caries (NMC). Definisi NMC menurut The American Academy of
Pediatric Dentistry (AAPD) adalah adanya satu atau lebih karies (kavitas atau non kavitas),
adanya gigi yang hilang karena karies pada gigi desidui anak usia 0-71 bulan. Biasanya anak
dengan NMC mempunyai kebiasaan minum Air Susu Ibu (ASI) ataupun susu botol setiap
hari dalam waktu yang lama dan kadang dibiarkan sampai anak tertidur sepanjang malam.
Prevalensi karies botol di Indonesia cukup tinggi mencapai 48%, yang disebabkan oleh
karena tingginya persentase anak minum susu botol dengan cara pemberian dilakukan sambil
tidur, kebiasaan makan makanan manis, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
kesehatan gigi anaknya.
Deskripsi Topik
Seorang anak laki-laki berusia 4,5 tahun diantar Ibu datang ke RSGM FKG USU,
dengan keluhan gigi belakang kiri bawah anak sakit sejak 6 bulan yang lalu dan banyak gigi
lain berlubang. Hasil anamnesis, ibu memberikan ASI (air susu ibu) dengan frekuensi kapan
saja anak mau dari lahir sampai anak berusia 2 tahun. Setelah anak lepas dari ASI, anak
mengonsumsi susu botol lebih dari 4x sehari dan minum susu sebagai pengantar tidur anak.
Anak baru mulai menyikat gigi pada usia 4 tahun sampai sekarang, dengan waktu menyikat
gigi, pada pagi hari sebelum makan dan sebelum tidur namun tidak teratur. Anak hanya mau
menyikat gigi nya sendiri.
Hasil pemeriksaan intraoral menunjukkan: Gigi 75 Nekrosis pulpa disertai hiperplastik
gingiva, gigi 52,51 DAAK dengan gigi nekrosis pulpa, 61,62, 63, 64,85 radiks, gigi 54, 65,
73, 84 karies dentin, nilai OHIS anak 2,3. Oklusi dental anak adalah mesial step. Dokter gigi
akan merencanakan ekstraksi, restorasi dan akhirnya TAF.
PEMBAHASAN

1. Jelaskan bagaimana terjadinya karies disebabkan karena pemberian susu botol


sebagai pengantar tidur anak.
Karies botol susu disebabkan karena susu terkumpul dalam mulut anak yang
merendam gigi selama mereka tidur. Tidak ada gerakan menelan susu, sementara
suplai dari botol terus datang atau mengalir tanpa harus disedot.1
Bakteri pada plak yang mengubah gula dari makanan menjadi asam. Bakteri
Streptococcus mutans, pelaku gigi berkubang terdapat di plak, lapisan bening
yang melapisi gigi dari saliva, yang banyak berada di leher gigi (servical gigi).
Dan ada beberapa faktor pendukung penyebab terjadi nya karies botol ini, dan
faktor faktor tersebut dibagi menjadi 2 faktor yaitu faktor langsung dan faktor tak
langsung.
 Faktor Langsung2
 Saliva
Saliva memegang peranan penting dalam proses terbentuknya plak
gigi, dan saliva juga merupakan media yang baik bagi kehidupan
mikroorganisme yang berhubungan dengan karies gigi.
 Mikroorganisme
Mikroorganisme menempel pada gigi karena adanya plak atau
debris, Proses pembentukan plak yakni setelah beberapa menit
permukaan gigi bersih, akan terbentuk pelikel (lapisan tipis) yang
menempel erat di permukaan gigi. Pelikel tersebut adalah
glukoprotein, yang berasal dari saliva dan mempunyai
kecenderungan untuk mengikat mikroorganisme.
 Subsrat
Substrat bagi Streptococcus mutans dapat berasal dari jus, susu,
formula atau larutan manis. Bakteri didalam rongga mulut
menggunakan gula sebagai makanan utamanya, kemudian mereka
memproduksi asam yang akan merusak gigi, asam menyerang gigi
sekitar 20 menit setelah makan. Substrat adalah campuran makanan
halus dan minuman yang dimakan sehari-hari, yang menempel di
permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap karies secara
lokal di dalam mulut.
 Faktor tak langsung2
 Kultur Sosial
 Jenis Kelamin
Prevalensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi
dibanding anak laki-laki. Hal ini karena erupsi gigi pada anak
perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki, sehingga gigi anak
perempuan lebih lama berada di dalam mulut.
 Kesadaran, Sikap, Perilaku.

2. Jelaskan jenis karies yang diderita anak ini.


Karies pada gigi desidui anak dikenal sebagai early childhood caries (ECC).
Menurut The American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD), early childhood caries
(ECC) adalah adanya satu atau lebih gigi karies (kavitas atau non kavitas), adanya gigi
hilang akibat karies atau tambalan pada gigi desidui anak usia 0-71 bulan, memiliki
kebiasaan minum ASI ataupun susu botol setiap hari dalam waktu yang lama dan sesekali
dibiarkan hingga anak tertidur sepanjang malam. 1 Early childhood caries (ECC) meliputi
baby bottle syndrome, nursing caries, atau bottle mouth caries.3
Pola karies ini menunjukkan gigi insisivus maksila dan molar desidui rusak parah,
gigi insisivus mandibular tidak rusak, sehat, atau sedikit terpengaruh. 3 Berdasarkan kasus
tersebut, anak telah berusia 4,5 tahun. Sejak lahir hingga berusia 2 tahun, anak menyusui
dengan frekuensi kapan saja. Setelah berusia 2 tahun, anak beralih menggunakan botol
susu lebih dari 4 kali sehari dan minum susu sebagai pengantar tidur. Anak tidak diajarkan
menjaga kebersihan mulut hingga berusia 4 tahun dengan frekuensi 2 kali sehari secara
teratur. Maka dari itu, anak tersebut diduga menderita karies jenis nursing mouth caries
atau dikenal juga sebagai bottle mouth caries. Hal ini dapat ditelaah berdasarkan kebiasaan
menyusui dan menggunakan botol susu, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai oral
hygiene, serta berdasarkan banyaknya kerusakan gigi desidui maksilaris yang disebabkan
genangan air susu sebagai media perkembangan bakteri Streptococcus mutans (bakteri
pembentuk asam) yang menginisiasi terjadinya demineralisasi.

3. Jelaskan faktor risiko terjadinya karies pada anak ini.


Nursing mouth caries (NMC) atau dikenal juga sebagai bottle mouth caries yang
termasuk dalam early childhood caries (ECC) merupakan penyakit multifaktorial. Faktor-
faktor penyebab NMC termasuk faktor host yang rentan, plak gigi, tingginya angka
kariogenik mikroorganisme seperti Streptococcus mutans, Lactobacillus, serta waktu.
Nursing mouth caries yang dibiarkan dan tidak diobati dapat menyebabkan nyeri pada
anak, bakteremia, berkurangnya kemampuan pengunyahan anak, maloklusi pada gigi
permanen, masalah fonetik, dan kurangnya rasa percaya diri pada anak. Selain itu karies
gigi juga dilaporkan dapat mengurangi kemampuan seorang anak untuk menambah berat
badan. Banyak faktor lain yang mempengaruhi terjadinya NMC seperti:3,5
- Usia anak.
Semakin bertambah usia anak cenderung semakin tinggi pula tingkat perluasan NMC
yang terjadi.5
- Kebiasaan meminum susu anak
Karies yang dipengaruhi oleh pemberian air susu berhubungan dengan frekuensi
meminum susu setiap harinya, lama menyusui dan terutama seberapa sering anak
meminum susu pada malam hari.5
- Kebiasaan menyikat gigi anak.
Frekuensi menyikat gigi yang benar apabila anak menyikat gigi setiap hari sebanyak 2
atau 3 kali sehari, frekuensi menyikat gigi yang salah apabila anak tidak menyikat gigi
setiap hari, atau menyikat gigi hanya 1 kali sehari. Sedangkan waktu menyikat gigi
yang benar apabila anak menyikat gigi setelah sarapan dan sebelum tidur. Waktu
menyikat gigi yang salah apabila anak menyikat gigi saat mandi, sebelum makan, atau
tidak tentu kapan waktu anak menyikat gigi5
- Pendidikan dan pengetahuan orang tua khususnya ibu anak.
Sebenarnya banyak ibu tahu bahwa anak-anak tidur dengan botol berisi cairan gula itu
berbahaya, namun karena mereka tidak mengerti mengapa hal itu berbahaya mereka
terus memberikan minuman manis di malam hari. Oleh karena itu, pendidikan maupun
pengetahuan tentang karies gigi sangat penting dalam pencegahan NMC.5
- Mikroorganisme kariogenik
Bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sabrinus merupakan bakteri utama
yang ditemukan pada early childhood caries dan berperan dalam menginisiasinya.
Lactobacillus berperan dalam perkembangan karies. Bakteri memetabolisme
karbohidrat menjadi asam laktat sehingga terjadinya penurunan pH dan terjadinya
demineralisasi email gigi.3
- Penularan infeksi langsung
Transmisi vertikal streptococcus mutans dari ibu ke anak melalui air liur yang
terinfeksi dan berbagi makanan, serta peralatan. Infeksi droplet melalui kebiasaan ibu
yang merokok atau mengunyah sirih juga dapat menyebarkan bakteri. Bayi lahir secara
Caesar lebih berisiko tinggi menderita karies daripada lahir pervaginam karena
lingkungan aseptic dan lingkungan mikroba atipikal meningkatkan kolonisasi
Streptococcus mutans oportunistik. Transmisi horizontal bakteri kariogenik melalui
saudara kandung dan pengasuh.3
- Praktik diet dan pemberian makan yang tidak benar
Early childhood caries ditemukan pada anak yang mengonsumsi makanan manis atau
nasi yang telah dikunyah sebelumnya oleh ibu dan anak yang tertidur dalam kondisi
menyusui. Adapun perilaku anak yang menyeruput botol di siang hari dan menidurkan
anak dengan sebotol susu formula.3
- Diet manis
Early childhood caries lebih sering terjadi pada anak yang mengonsumsi jus di antara
waktu makan dan makanan padat yang manis. Aliran saliva berkurang ketika tidur
disebabkan anak tertidur dengan botol berisi cairan manis.3
- Kelainan enamel gigi
Kelainan disebabkan pada masa perkembangan, seperti hypoplasia email, yang diakui
sebagai faktor risiko yang signifikan untuk berkembanganya ECC. Hal ini disebabkan
oleh defek kasar pada permukaan enamel sehingga Streptococcus mutans dengan cepat
berkolonisasi.3
- Penyakit dan pengobatan sistemik
Anak-anak dengan penyakit sistemik, seperti diabetes melitus karena kadar gula darah
yang tinggi, atau anak yang menderita kanker harus menjalani radioterapi dan
mengonsumsi permen pelega tenggorokan agar meningkatkan aliran saliva, dapat
menimbulkan resiko karies yang lebih besar.3
- Faktor sosial dan etnis
Early childhood caries banyak ditemukan pada anak yang berlatar belakang sosial
ekonomi kebawah sebab malnutrisi prenatal dan perinatal yang menyebabkan
terjadinya predisposisi hypoplasia enamel, literasi yang rendah, kebersihan mulut yang
buruk, konsumsi makanan manis, serta kurangnya akses ke perawatan gigi dan paparan
fluoride.3
Berdasarkan kasus tersebut, faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya
nursing mouth caries (NMC) adalah usia anak, kebiasaan meminum susu, kebiasaan
menyikat gigi, dan kurangnya pendidikan dan pengetahuan orang tua. Berdasarkan kasus
tersebut, anak berusia 4 tahun dan telah mengalami nyeri pada gigi geraham sedari 6 bulan
yang lalu. Anak memiliki kebiasaan meminum susu dengan frekuensi lebih dari 4 kali
sehari dan meminum susu sebagai pengantar tidur. Ketika berusia 4 tahun, anak diajarkan
untuk menyikat gigi, namun anak cenderung menyikat gigi sendirian dengan frekuensi 1-2
kali sehari secara tidak rutin. Waktu menyikat gigi yang benar adalah sesudah makan pagi
dan sebelum tidur, sedangkan anak menyikat gigi sebelum makan dan sebelum tidur.
Orang tua tidak dibekali pengetahuan mengenai early childhood caries.

4. Jelaskan mekanisme terjadinya karies pada kasus di atas yang terjadi sangat
progresif.
Secara biologi ECC merupakan proses infeksi yang dikatalisis oleh pemaparan yang
sering dan dalam waktu lama dari susu, formula, dan jus buah terhadap permukaan gigi.
Hal ini diawali oleh kebiasaan membiarkan anak menggunakan botolnya saat tidur pada
siang hari dan malam hari terpapar cairan gula yang menyebabkan genangan berjam-jam
di sekeling gigi bayi dan anak-anak. Selanjutnya cairan gula berkontak dengan email gigi
dan bergabung dengan bakteri seperti Streptococcus mutans yang muncul setelah gigi
pertama erupsi. Jadi gula berperan pada awal perkembangan penyakit ini. Demineralisasi
email dan dentin gigi disebabkan oleh produksi asam yang dihasilkan oleh Steptococci
mutans dan lactobacilli. Secara spesifik bakteri, asam, food debris dan saliva bergabung
membentuk subtansi berupa plak yang melekat pada gigi. Setiap anak meminum cairan
manis, asam akan menyerang gigi minimal 20 menit dan setelah penyerangan asam
tersebut, gigi mengalami kerusakan.6
Anak penderita ECC memiliki riwayat konsumsi gula dalam bentuk cairan dalam
waktu lama dan sering. Gula penyebab karies seperti sukrosa, glukosa dan fruktosa yang
terkandung dalam jus buah dan beberapa makanan formula bayi dengan mudah diolah
oleh Streptococcus mutans dan lactobacilli menjadi asam organik yang mengakibatkan
demineralisasi email dan dentin. Penggunaan sippy cups mempertinggi frekuensi
pemaparan. Jenis pemberian makanan tersebut selama tidur akan meningkatkan risiko
karies, sebab pembersihan rongga mulut dan laju aliran saliva berkurang selama tidur.6

Kebiasaaan anak Cairan gula berkontak Demineralisasi email


menggunakan dot dengan email gigi. dan dentin gigi.
saat tidur.
5. Sebutkan jenis nomenklatur yang digunakan pada skenario di atas, dan jelaskan tiga
nomenklatur lain yang ada di Kedokteran Gigi!
Jenis nomenklatur yang digunakan pada skenario diatas yaitu Sistem Dua Angka
International Dental Federation.7
1. Sistem Dua Angka International Dental Federation
Sistem ini menggunakan dua digit untuk setiap gigi permanen dan sulung. Digit
pertama menunjukkan kuadran, lengkung (atas atau bawah) dan geligi – geligi
(permanen atau sulung). Seperti berikut:

 Gigi permanen

18 17 16 15 14 13 12 12 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

 1 : Gigi permanen atas kuadran kanan


 2 : Gigi permanen atas kuadran kiri
 3 : Gigi permanen bawah kuadran kiri
 4 : Gigi permanen bawah kuadran kanan

 Gigi susu

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
85 84 83 82 81 71 2 73 74 75

 5 : Gigi sulung atas kuadran kanan


 6 : Gigi sulung atas kuadran kiri
 7 : Gigi sulung bawah kuadran kanan
 8 : Gigi sulung bawah kuadran kiri

Contoh :
- 11 = Gigi insisivus sentral kanan atas dewasa
- 46 = Gigi molar tiga kanan bawah dewasa
- 33 = Gigi kaninus kiri bawah dewasa

Tiga nomenklatur lain yang ada di Kedokteran Gigi, yaitu :8


 Cara Haderup

Cara Haderup ini membagi gigi menjadi dua yaitu gigi atas dengan simbol + (plus)
dan gigi bawah dengan simbol – (minus). Penomoran gigi dimulai dari gigi incicors,
gigi incicors dibagi menjadi 2 mengikuti garis median seperti berikut:
 Gigi permanen :

8+ 7+ 6+ 5+ 4+ 3+ 2+ 1+ +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7 +8
8- 7- 6- 5- 4- 3- 2- 1- -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

Contoh :
P2 atas kanan disimbolkan dengan 5 +
I1 bawah kiri disimbolkan dengan -1

 Gigi susu
Angka yang digunakan didahului dengan angka 0 (nol)

08+ 07+ 06+ 05+ 04+ 03+ 02+ 01+ +01 +02 +03 +04 +05 +06 +07 +08
08- 07- 06- 05- 04- 03- 02- 01- -01 -02 -03 -04 -05 -06 -07 -08

Contoh :
c bawah kanan disimbolkan dengan 03-
m2 atas kiri disimbolkan dengan + 05

 Cara Amerika

Penulisan dengan cara Amerika menggunakan penomoran yang dimulai dari gigi
molar akhir atas kiri, ke kanan, ke bawah kanan, dan ke bawah kiri. Tanpa
memperhatikan batas kuadran.
 Gigi Permanen:
Penulisan gigi permanen menggunakan angka arab (angka biasa). Adapun urutan
penomoran gigi permanen adalah sebagai berikut:
16 15 14 13 12 11 10 9 87654321
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Contoh:
P1 bawah kiri = 28
M3 atas kanan = 16

 Gigi Susu:

Penulisan gigi susu menggunakan angka romawi. Adapun urutan penomoran gigi susu
adalah sebagai berikut:
X IX VIII VII VI V IV III II I
XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

Contoh:
i1 bawah kiri = XVI
m2 atas kanan = IX

 Cara Zsigmondy

Penulisan dengan cara Zsigmondy ini menggunakan penomoran yang dimulai dari
gigi insisivus sentral pada masing-masing kuadran. Untuk menyatakan gigi tertentu,
ditulis dengan angka sesuai urutan kemudian diberi garis batas pada nomor sesuai
dengan kuadran gigi tersebut.
 Gigi Permanen:
Penulisan pada gigi permanen menggunakan angka arab (angka biasa) Adapun urutan
penomoran gigi permanen adalah sebagai berikut:

87654321 12345678
87654321 12345678
Contoh :
I1 atas kanan = 1|
M2 atas kiri = |7

 Gigi Susu:
Penulisan pada gigi susu menggunakan angka romawi Adapun urutan penomoran gigi
susu adalah sebagai berikut:

V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V

Contoh :
m1 atas kiri = IV|
i2 atas kanan = II|

6. Sebutkan dan jelaskan pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan untuk


menegakkan diagnosis pada kasus diatas.
Rampan karies adalah suatu karies yang menyerang secara tiba-tiba, bersifat
menyeluruh serta dalam waktu singkat melibatkan beberapa gigi pada anak-anak. Derajat
keparahan rampan karies ditentukan berdasar area gigi yang diserangnya. Penegakan
diagnosis karies gigi biasanya dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis dengan
mengidentifikasi karies berdasarkan gambaran visual yang dibantu dengan pencahayaan
yang baik dan penggunaan alat kaca mulut dan probe pada gigi yang bersih dan kering.
Kekurangan dari pemeriksaan klinis adalah tidak semua lesi karies gigi dapat dilihat hanya
dengan pemeriksaan klinis seperti identifikasi karies proksimal yang memerlukan
pemeriksaan penunjang. Salah satu contoh pemeriksaan penunjang adalah dengan
menggunakan radiograf panoramik. Radiografi panoramik merupakan teknik radiologi
yang menghasilkan gambaran rahang dan struktur di sekitarnya. Radiograf panoramik
dapat digunakan untuk menilai kesehatan gigi masyarakat secara nasional karena waktu
yang dibutuhkan relatif lebih singkat. Selain itu, biayanya juga lebih murah daripada
radiograf dental lainnya karena hanya membutuhkan satu kali pengambilan gambar
apabila ingin mendapatkan gambaran keseluruhan gigi pada rahang. Akurasi radiograf
panoramik dalam mendeteksi lesi karies pada bagian anterior lebih rendah dibandingkan
radiograf intraoral, sebaliknya deteksi pada daerah posterior sebanding dengan radiograf
intraoral.8
Pada tahap awal karies gigi akan tampak berupa daerah berkapur namun
berkembang menjadi lubang berwana kecokelatan. Gigi sulung memiliki anatomi yang
berbeda di mana email dan dentin lebih tipis, kamar pulpa yang cenderung lebih besar
sehingga kondisi karies sering terdeteksi dalam kondisi lanjut di mana karies sudah
terlanjur dalam. Walaupun karies mungkin dapat saja dilihat dengan mata telanjang,
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologis sangat diperlukan. Hampir semua
jenis radiografi baik ekstra maupun intraoral dapat dipergunakan untuk keperluan ini.
Secara umum gambaran radiografi dapat membedakan karies berupa gambaran radiolusent
pada mahkota.9
Penilaian keparahan lesi karies adalah penilaian tahapan proses kehilangan mineral
dari lesi kecil berkembang ke peningkatan derajat kerusakan gigi melibatkan pulpa. Hal ini
dapat dicapai menggunakan berbagai metode dan sistem klasifikasi karies gigi. Deteksi
tingkat keparahan karies dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa index salah
satunya adalah dengan indeks International Caries Classification and Managemet System
(ICCMS). ICCMS adalah sistem yang dikembangkan berdasarkan sistem ICDAS yang
termasuk metode untuk mendeteksi tahapan karies dengan menggabungkan hasil
pemeriksaan klinis dan radiografi.8

7. Jelaskan fungsi gigi sulung, proses erupsi gigi permanen bila dikaitkan kasus
tersebut.
Gigi sulung adalah gigi yang tumbuh pada masa kanak-kanak. Keberadaan gigi
sulung dalam rongga mulut merupakan faktor penting dalam menjaga integritas lengkung
rahang selama perkembangan benih gigi tetap. Gigi sulung merupakan penunjuk jalan bagi
erupsi atau tumbuhnya gigi tetap penggantinya, sehingga bila gigi sulung sudah dicabut
sebelum waktunya maka dapat memperlambat tumbuhnya gigi tetap.10
Fungsi gigi sulung didalam rongga mulut antara lain sebagai organ pengunyahan,
menjaga estetik, fungsi bicara, penyedia ruang untuk gigi permanen dan sebagai penuntun
gigi permanen yang akan erupsi. Fungsi gigi sulung diuraikan sebagai berikut:10
 Membantu fungsi bicara, hal ini gigi berperan serta dalam pembentukan kata,
walaupun efek ini bersifat sementara.
 Membentuk wajah, sehingga dapat berpenampilan baik.
 Alat untuk mengunyah, makanan dapat dihaluskan sehingga mudah ditelan dan
dicerna.
 Menyediakan tempat bagi gigi-gigi tetap penggantinya. Benih gigi tetap berada tepat
dibawah gigi sulung.
 Penunjuk jalan bagi erupsi atau tumbuhnya gigi tetap penggantinya. Benih gigi tetap
yang berada tepat dibawah gigi sulung akan meresorpsi akar gigi sulung kemudian
benih gigi tetap akan menggantikan tempat dari gigi sulung tersebut.
 Memacu pertumbuhan tulang rahang. Munculnya seluruh gigi sulung pada anak maka
pertumbuhan rahang akan terus bertambah lebar. Pada saat terjadi proses
pengunyahan gigi atas dan gigi bawah bertemu untuk menghaluskan makanan, pada
saat mengunyah gigi pada rahang bawah menekan makanan, ketegangan otot rahang
meningkat dan gerakan gigi pada waktu mengunyah membuat tekanan secara
kontinyu dan dilanjutkan kearah akar dan kemudian ketulang rahang, tekanan ini yang
dapat meransang rahang untuk berkembang.
 Gigi sulung sebagai pembimbing pertumbuhan gigi tetap. Benih gigi berada tepat
dibawah Bifurkasi dari gigi sulung, benih gigi tetap akan mendorong tanggalnya gigi
sulung yang diawali dengan terkikisnya akar gigi sulung atau resorpsi akar, sehingga
gigi sulung akan goyang dan tanggal kemudian digantikan oleh gigi tetap.
Pada umumnya, proses erupsi gigi ke dalam rongga mulut, disebabkan oleh empat
hal diantaranya, gigi terdorong ke dalam mulut disebabkan karena pertumbuhan akar,
pertumbuhan tulang disekitar gigi, tekanan dari pembuluh darah, dan karena adanya
dorongan dari bantalan gigi. Proses erupsi terbagi ke dalam erupsi aktif dan pasif. Erupsi
aktif adalah proses mahkota gigi pertama bergerak dari dalam rahang ke dalam rongga
mulut, proses berlanjut sampai gigi berjumpa dengan gigi antagonis pada rahang yang
berlawanan. Erupsi aktif mulai ketika mahkota gigi telah sempurna dan sebagian dari akar
mulai terbentuk. Sebagian dari akar telah terbentuk ketika gigi muncul ke dalam rongga
mulut. Pergerakan gigi saat erupsi aktif didominasi oleh gerakan ke arah vertikal, sejak
mahkota gigi bergerak dari tempat pembentukannya di dalam rahang sampai mencapai
oklusi fungsional dalam rongga mulut, sedangkan erupsi pasif adalah pergerakan gusi ke
arah apeks yang menyebabkan mahkota klinis bertambah panjang dan akar klinis
bertambah pendek sebagai akibat adanya perubahan pada perlekatan epitel di daerah
apikal.
1
Membutuhkan waktu 1 sampai 3 tahun untuk penyelesaian akar gigi desidui dan
2
membutuhkan waktu sekitar 3 tahun setelah erupsi untuk penyelesaian akar gigi
permanen. Seluruh proses dari pertumbuhan gigi permanen, mulai dari tahap inisiasi
sampai selesai membutuhkan waktu 10 tahun.
Erupsi gigi permanen dapat terlambat disebabkan oleh berbagai macam faktor.
Keterlambatan erupsi gigi permanen secara lokal merupakan suatu bentuk abnormalitas
erupsi yang hanya melibatkan satu atau beberapa gigi. Hal-hal yang dapat menyebabkan
keterlambatan erupsi gigi permanen secara lokal, antara lain trauma dan kelainan gigi.
Salah satu faktor erupsi terlambat adalah eksfoliasi premature gigi-geligi. Eksfoliasi atau
kehilangan gigi-geligi sulung yang terlalu dini, dapat disebabkan oleh berbagai hal
diantaranya karena trauma, ekstraksi sebagai akibat karies, ataupun karena letak benih
yang salah. Jika gigi-geligi sulung mengalami eksfoliasi dini sebelum gigi penggantinya
memasuki tahap pra erupsi, maka dapat menyebabkan keterlambatan erupsi gigi
permanen. Dalam kasus, pasien dapat mengalami erupsi gigi permanen terlambat apabila
dilakukan ekstrasi terhadap gigi yang karies.11,12

8. Jelaskan efek yang akan terjadi bila keadaan tersebut dibiarkan hingga terjadi
kehilangan gigi.
Nursing mouth caries yang dibiarkan dan tidak diobati dapat menyebabkan nyeri
pada anak, bakteremia, berkurangnya kemampuan pengunyahan anak, maloklusi pada gigi
permanen, masalah fonetik, dan kurangnya rasa percaya diri pada anak. Selain itu karies
gigi juga dilaporkan dapat mengurangi kemampuan seorang anak untuk menambah berat
badan.13
Gigi sulung yang mengalami proses karies diupayakan semaksimal mungkin dirawat
untuk menghilangkan keadaan patologis di rongga mulut. Apabila keadaan pada kasus
dibiarkan hingga terjadi kehilangan gigi, maka terjadi kehilangan ruangan yang dapat
menimbulkan maloklusi, terjadinya gangguan fungsi bicara, dan fungsi pengunyahan,
sehingga tindakan mempertahakan gigi sulung perlu dilakukan.14
Karies gigi adalah kerusakan gigi yang ditandai dengan rusak email dan dentin yang
progresif yang disebabkan keaktifan metabolisme bakteri. Pada tahap awal sampai karies
lanjut gigi masih vital, karies gigi dapat meningkatkan kadar VSC yang disebabkan karena
adanya pembusukan sisa makanan oleh bakteri didalam karies sehingga akan
menimbulkan halitosis.15
Karies yang berlanjut ke dalam jaringan pulpa seperti gigi 75 pada anak dalam
kasus, akan terjadi peningkatan jumlah mikroorganisme serta toksin. Invasi mikrobial
menyebabkan inflamasi sehingga pulpa menjadi non vital. Bila pulpa yang telah non vital
tidak dirawat maka dapat menimbulkan inflamsi pada jaringan pulpa. Jaringan Pulpa yang
inflamasi kelamaan akan menyebabkan kematian dan membusuk. Pembusukan jaringan
pulpa gigi yang mati atau gangraen akan menimbulkan bau yang khas yang dihasilkan
oleh gas gangraen yang terdapat didalam gigi tersebut. Proses inflamasi akan berlanjut
melalui foramen apikal dan saluran akar lateral ke jaringan periradikuler dan
menyebabkan terjadinya abses.14,15
Gigi sulung penyebab abses kronis tanpa dirawat akan mengganggu, karena dapat
merusak benih gigi tetap penggantinya yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan. Gigi sulung tersebut pada akhirnya harus dilakukan pencabutan.
Kehilangan gigi sulung terlalu dini sedang gigi tetap penggantinya masih lama erupsi
dapat menyebabkan maloklusi.14

9. Jelaskan upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada kasus di atas.


Pencegahan Karies Botol
Dibawah ini beberapa cara untuk mencegah terjadinya karies, yaitu:15
 Pemilihan diet
Diet adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari oleh
individu. Diet merupakan salah satu faktor utama permulaan
perkembangan karies sehingga pemilihan diet penting untuk diperhati kan.
Orang tua terutama ibu harus mencatat kuantitas dan kualitas makanan dan
minuman yang dikonsumsi anak sewaktu dan diantara jam makan. Diet
vitamin dalam bentuk suplemen dan obat mulut juga harus dicatat. Orang
tua dianjurkan untuk mengurangi frekuensi gula bagi anak-anak terutama
diantara jam makan.
 Pemeliharaan oral hygiene
Perawatan gigi anak sejak dini sangat penting untuk menghidari proses
kerusakan gigi, seperti karies rampan. Salah satu upaya dapat dilakukan
agar dapat menghindari terjadinya karies rampan yaitu menjaga kebersihan
mulut. Cara paling mudah dan umum dilakukan ialah dengan menyikat
gigi secara teratur dan benar; minimal 2 kali sehari, melakukan flossing
serta berkunjung ke dokter gigi 6 bulan sekali.
 Perawatan dengan fluor
Fluor diperoleh dari alam atau dari bentuk sediaan. Sumber fluor alami
yaitu air sumur, air kali, garam, ikan, dll. Dalam bidang kedokteran gigi,
penggunaan fluor untuk pencegahan karies yaitu penggunaan secara local
dan sistemik. Fluor masuk secara oral sehingga mempunyai efek topikal
pada gigi. Penggunaan fluor secara sistemik yaitu untuk mencapai
permukaan email melalui proses pencernaan. Cara ini berefek sejak saat
sebelum erupsi dan sesudah erupsi. Penggunaannya melalui air minum
(PAM), tablet, dan obat tetes.
 Jangan membiarkan anak tertidur sambil minum melalui botol yang berisi
susu formula atau jus buah atau larutan yang manis.
 Jika anak membutuhkan dot untuk pemberian makan yang regular pada
malam hari atau hingga tertidur, berilah anak dot bersih yang
direkomendasikan oleh dokter gigi atau dokter anak. Jangan pernah
memasukkan dot dengan minuman yang manis.
 Jika air yang diberikan kepada anak tidak mengandung fluoride, tanyakan
dokter gigi apa yang sebaiknya diberikan pada anak.
 Mulai berkunjung ke dokter gigi sejak tahun pertama kelahiran secara
teratur. Jika anak mempunyai masalah dengan giginya, segera periksakan
ke dokter gigi
PENUTUP

Kesimpulan

Penyebab ECC multifaktor, antara lain kebersihan gigi dan mulut yang tidak
terpelihara dengan baik, adanya penyakit sistemik yang diderita anak seperti malnutrisi,
asma, infeksi rekuren, penyakit infeksi kronik, penggunaan obat-obatan seperti
antihistamin, benzodiazepam, antiemetik, ekspektoran dan anti spsmodik, serta
penggunaan botol untuk minum susu pada malam hari.
Solusi pencegahan ECC ini adalah perhatian dan pengetahuan orang tua dalam hal
kebersihan dan kesehatan gigi sehingga dapat membersihkan dan membiasakan anak
menjaga kesehatan mulut dan giginya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Achmad, Muhammad Harun. (2015). Buku Saku: Karies dan Perawatan Pulpa pada
Gigi Anak. Jakarta: Sagung Seto.
2. Suwelo,I.S. 1992. Karies Gigi pada Anak dengan Perbagai Faktor Etiologi. EGC.
Jakarta. Cui L, Li X, Tian Y, Bao J, Wang L, Xu D, Zhao B, Li W. Breastfeeding and
early childhood caries: a meta-analysis of observational studies. Asia Pacific journal
of clinical nutrition 2017; 26(5), 867–880.
3. Adhani R, Sari NN, Aspriyanto D. Nursing Mouth Caries Anak 2-5 Tahun di
Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Jurnal PDGI 2014; 63(1): 5-6.
4. Fajriani, Handayani H. Penatalaksanaan early childhood caries. Dentofasial
2011;10(3):180-1.
5. Kusumadewi S. Taksonomi dan nomenklatur gigi. Fakultas Kedokteran Gigi Udayana
(student project) 2017:5-6.
6. Salma AFF, Boenjamin F, Jeddy. Perbedaan Keparahan Karies Gigi Molar Pertama
Pada Anak Usia 6-9 Tahun Dengan 10-12 Tahun (Kajian Pada Radiograf Panoramik Di
Rsgm-P Fkg Universitas Trisakti Periode 2017-2019). JKGT 2021; 3(1): 10.
7. Herdiyanti Y, Epsilawati L, Oscandar F, Nurianingsing R. Gambaran densitas kamar
pulpa gigi sulung menggunakan cone beam CT-3D. Dental Journal 2013; 46(2): 62
8. Suarniti P L. Pencabutan dini gigi sulung akibat caries gigi dapat menyebabkan gigi
crowding. Jurnal Kesehatan Gigi 2014; 2(2):233-235.
9. Amrullah SSA, Handayani H. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan erupsi
gigi permanen pada anak. Makassar Dental Journal 2014; 3(1): 2.
10. Primasari A. Embriologi dan tumbuh kembang rongga mulut. Medan: USU Press,
2018: 122-3.
11. Adhani R, Sari NN, Aspriyanto D. Nursing Mouth Caries Anak 2-5 Tahun di Puskesmas
Cempaka Banjarmasin. Jurnal PDGI 2014; 63(1): 5-6.
12. Adnyani NP, Artawa IMB. Pengaruh Penyakit Gigi Dan Mulut Terhadap Halitosis. J
Kesehtan Gigi 2016; 4(1): 25.
13. Widhianti I, Suwelo IS. Perawatan Saluran Akar Satu Kali Kunjungan Pada Gigi Insisif
Sulung Non Vital (Laporan Kasus). Journal of Dentistry Indonesia 2008; 10(3): 693.
14. Jeffrey. Prevention and treatment of early childhood caries (ecc). Journal of Medicine
and Health 2015;1(3):299-1
15. Mariati NW. Pencegahan dan perawatan karies rampan. JBM 2015; 7(1): 23-8.

Anda mungkin juga menyukai