SISTEM STOMATOGNASI
TUGAS INDIVIDU PEMICU 2
Disusun Oleh:
Ikrar Teguh Pratomo
200600138
Fasilitator:
Prof. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., Mkes
4. Jelaskan mekanisme terjadinya karies pada kasus di atas yang terjadi sangat
progresif.
Secara biologi ECC merupakan proses infeksi yang dikatalisis oleh pemaparan yang
sering dan dalam waktu lama dari susu, formula, dan jus buah terhadap permukaan gigi.
Hal ini diawali oleh kebiasaan membiarkan anak menggunakan botolnya saat tidur pada
siang hari dan malam hari terpapar cairan gula yang menyebabkan genangan berjam-jam
di sekeling gigi bayi dan anak-anak. Selanjutnya cairan gula berkontak dengan email gigi
dan bergabung dengan bakteri seperti Streptococcus mutans yang muncul setelah gigi
pertama erupsi. Jadi gula berperan pada awal perkembangan penyakit ini. Demineralisasi
email dan dentin gigi disebabkan oleh produksi asam yang dihasilkan oleh Steptococci
mutans dan lactobacilli. Secara spesifik bakteri, asam, food debris dan saliva bergabung
membentuk subtansi berupa plak yang melekat pada gigi. Setiap anak meminum cairan
manis, asam akan menyerang gigi minimal 20 menit dan setelah penyerangan asam
tersebut, gigi mengalami kerusakan.6
Anak penderita ECC memiliki riwayat konsumsi gula dalam bentuk cairan dalam
waktu lama dan sering. Gula penyebab karies seperti sukrosa, glukosa dan fruktosa yang
terkandung dalam jus buah dan beberapa makanan formula bayi dengan mudah diolah
oleh Streptococcus mutans dan lactobacilli menjadi asam organik yang mengakibatkan
demineralisasi email dan dentin. Penggunaan sippy cups mempertinggi frekuensi
pemaparan. Jenis pemberian makanan tersebut selama tidur akan meningkatkan risiko
karies, sebab pembersihan rongga mulut dan laju aliran saliva berkurang selama tidur.6
Gigi permanen
18 17 16 15 14 13 12 12 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Gigi susu
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
85 84 83 82 81 71 2 73 74 75
Contoh :
- 11 = Gigi insisivus sentral kanan atas dewasa
- 46 = Gigi molar tiga kanan bawah dewasa
- 33 = Gigi kaninus kiri bawah dewasa
Cara Haderup ini membagi gigi menjadi dua yaitu gigi atas dengan simbol + (plus)
dan gigi bawah dengan simbol – (minus). Penomoran gigi dimulai dari gigi incicors,
gigi incicors dibagi menjadi 2 mengikuti garis median seperti berikut:
Gigi permanen :
8+ 7+ 6+ 5+ 4+ 3+ 2+ 1+ +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7 +8
8- 7- 6- 5- 4- 3- 2- 1- -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8
Contoh :
P2 atas kanan disimbolkan dengan 5 +
I1 bawah kiri disimbolkan dengan -1
Gigi susu
Angka yang digunakan didahului dengan angka 0 (nol)
08+ 07+ 06+ 05+ 04+ 03+ 02+ 01+ +01 +02 +03 +04 +05 +06 +07 +08
08- 07- 06- 05- 04- 03- 02- 01- -01 -02 -03 -04 -05 -06 -07 -08
Contoh :
c bawah kanan disimbolkan dengan 03-
m2 atas kiri disimbolkan dengan + 05
Cara Amerika
Penulisan dengan cara Amerika menggunakan penomoran yang dimulai dari gigi
molar akhir atas kiri, ke kanan, ke bawah kanan, dan ke bawah kiri. Tanpa
memperhatikan batas kuadran.
Gigi Permanen:
Penulisan gigi permanen menggunakan angka arab (angka biasa). Adapun urutan
penomoran gigi permanen adalah sebagai berikut:
16 15 14 13 12 11 10 9 87654321
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Contoh:
P1 bawah kiri = 28
M3 atas kanan = 16
Gigi Susu:
Penulisan gigi susu menggunakan angka romawi. Adapun urutan penomoran gigi susu
adalah sebagai berikut:
X IX VIII VII VI V IV III II I
XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX
Contoh:
i1 bawah kiri = XVI
m2 atas kanan = IX
Cara Zsigmondy
Penulisan dengan cara Zsigmondy ini menggunakan penomoran yang dimulai dari
gigi insisivus sentral pada masing-masing kuadran. Untuk menyatakan gigi tertentu,
ditulis dengan angka sesuai urutan kemudian diberi garis batas pada nomor sesuai
dengan kuadran gigi tersebut.
Gigi Permanen:
Penulisan pada gigi permanen menggunakan angka arab (angka biasa) Adapun urutan
penomoran gigi permanen adalah sebagai berikut:
87654321 12345678
87654321 12345678
Contoh :
I1 atas kanan = 1|
M2 atas kiri = |7
Gigi Susu:
Penulisan pada gigi susu menggunakan angka romawi Adapun urutan penomoran gigi
susu adalah sebagai berikut:
V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V
Contoh :
m1 atas kiri = IV|
i2 atas kanan = II|
7. Jelaskan fungsi gigi sulung, proses erupsi gigi permanen bila dikaitkan kasus
tersebut.
Gigi sulung adalah gigi yang tumbuh pada masa kanak-kanak. Keberadaan gigi
sulung dalam rongga mulut merupakan faktor penting dalam menjaga integritas lengkung
rahang selama perkembangan benih gigi tetap. Gigi sulung merupakan penunjuk jalan bagi
erupsi atau tumbuhnya gigi tetap penggantinya, sehingga bila gigi sulung sudah dicabut
sebelum waktunya maka dapat memperlambat tumbuhnya gigi tetap.10
Fungsi gigi sulung didalam rongga mulut antara lain sebagai organ pengunyahan,
menjaga estetik, fungsi bicara, penyedia ruang untuk gigi permanen dan sebagai penuntun
gigi permanen yang akan erupsi. Fungsi gigi sulung diuraikan sebagai berikut:10
Membantu fungsi bicara, hal ini gigi berperan serta dalam pembentukan kata,
walaupun efek ini bersifat sementara.
Membentuk wajah, sehingga dapat berpenampilan baik.
Alat untuk mengunyah, makanan dapat dihaluskan sehingga mudah ditelan dan
dicerna.
Menyediakan tempat bagi gigi-gigi tetap penggantinya. Benih gigi tetap berada tepat
dibawah gigi sulung.
Penunjuk jalan bagi erupsi atau tumbuhnya gigi tetap penggantinya. Benih gigi tetap
yang berada tepat dibawah gigi sulung akan meresorpsi akar gigi sulung kemudian
benih gigi tetap akan menggantikan tempat dari gigi sulung tersebut.
Memacu pertumbuhan tulang rahang. Munculnya seluruh gigi sulung pada anak maka
pertumbuhan rahang akan terus bertambah lebar. Pada saat terjadi proses
pengunyahan gigi atas dan gigi bawah bertemu untuk menghaluskan makanan, pada
saat mengunyah gigi pada rahang bawah menekan makanan, ketegangan otot rahang
meningkat dan gerakan gigi pada waktu mengunyah membuat tekanan secara
kontinyu dan dilanjutkan kearah akar dan kemudian ketulang rahang, tekanan ini yang
dapat meransang rahang untuk berkembang.
Gigi sulung sebagai pembimbing pertumbuhan gigi tetap. Benih gigi berada tepat
dibawah Bifurkasi dari gigi sulung, benih gigi tetap akan mendorong tanggalnya gigi
sulung yang diawali dengan terkikisnya akar gigi sulung atau resorpsi akar, sehingga
gigi sulung akan goyang dan tanggal kemudian digantikan oleh gigi tetap.
Pada umumnya, proses erupsi gigi ke dalam rongga mulut, disebabkan oleh empat
hal diantaranya, gigi terdorong ke dalam mulut disebabkan karena pertumbuhan akar,
pertumbuhan tulang disekitar gigi, tekanan dari pembuluh darah, dan karena adanya
dorongan dari bantalan gigi. Proses erupsi terbagi ke dalam erupsi aktif dan pasif. Erupsi
aktif adalah proses mahkota gigi pertama bergerak dari dalam rahang ke dalam rongga
mulut, proses berlanjut sampai gigi berjumpa dengan gigi antagonis pada rahang yang
berlawanan. Erupsi aktif mulai ketika mahkota gigi telah sempurna dan sebagian dari akar
mulai terbentuk. Sebagian dari akar telah terbentuk ketika gigi muncul ke dalam rongga
mulut. Pergerakan gigi saat erupsi aktif didominasi oleh gerakan ke arah vertikal, sejak
mahkota gigi bergerak dari tempat pembentukannya di dalam rahang sampai mencapai
oklusi fungsional dalam rongga mulut, sedangkan erupsi pasif adalah pergerakan gusi ke
arah apeks yang menyebabkan mahkota klinis bertambah panjang dan akar klinis
bertambah pendek sebagai akibat adanya perubahan pada perlekatan epitel di daerah
apikal.
1
Membutuhkan waktu 1 sampai 3 tahun untuk penyelesaian akar gigi desidui dan
2
membutuhkan waktu sekitar 3 tahun setelah erupsi untuk penyelesaian akar gigi
permanen. Seluruh proses dari pertumbuhan gigi permanen, mulai dari tahap inisiasi
sampai selesai membutuhkan waktu 10 tahun.
Erupsi gigi permanen dapat terlambat disebabkan oleh berbagai macam faktor.
Keterlambatan erupsi gigi permanen secara lokal merupakan suatu bentuk abnormalitas
erupsi yang hanya melibatkan satu atau beberapa gigi. Hal-hal yang dapat menyebabkan
keterlambatan erupsi gigi permanen secara lokal, antara lain trauma dan kelainan gigi.
Salah satu faktor erupsi terlambat adalah eksfoliasi premature gigi-geligi. Eksfoliasi atau
kehilangan gigi-geligi sulung yang terlalu dini, dapat disebabkan oleh berbagai hal
diantaranya karena trauma, ekstraksi sebagai akibat karies, ataupun karena letak benih
yang salah. Jika gigi-geligi sulung mengalami eksfoliasi dini sebelum gigi penggantinya
memasuki tahap pra erupsi, maka dapat menyebabkan keterlambatan erupsi gigi
permanen. Dalam kasus, pasien dapat mengalami erupsi gigi permanen terlambat apabila
dilakukan ekstrasi terhadap gigi yang karies.11,12
8. Jelaskan efek yang akan terjadi bila keadaan tersebut dibiarkan hingga terjadi
kehilangan gigi.
Nursing mouth caries yang dibiarkan dan tidak diobati dapat menyebabkan nyeri
pada anak, bakteremia, berkurangnya kemampuan pengunyahan anak, maloklusi pada gigi
permanen, masalah fonetik, dan kurangnya rasa percaya diri pada anak. Selain itu karies
gigi juga dilaporkan dapat mengurangi kemampuan seorang anak untuk menambah berat
badan.13
Gigi sulung yang mengalami proses karies diupayakan semaksimal mungkin dirawat
untuk menghilangkan keadaan patologis di rongga mulut. Apabila keadaan pada kasus
dibiarkan hingga terjadi kehilangan gigi, maka terjadi kehilangan ruangan yang dapat
menimbulkan maloklusi, terjadinya gangguan fungsi bicara, dan fungsi pengunyahan,
sehingga tindakan mempertahakan gigi sulung perlu dilakukan.14
Karies gigi adalah kerusakan gigi yang ditandai dengan rusak email dan dentin yang
progresif yang disebabkan keaktifan metabolisme bakteri. Pada tahap awal sampai karies
lanjut gigi masih vital, karies gigi dapat meningkatkan kadar VSC yang disebabkan karena
adanya pembusukan sisa makanan oleh bakteri didalam karies sehingga akan
menimbulkan halitosis.15
Karies yang berlanjut ke dalam jaringan pulpa seperti gigi 75 pada anak dalam
kasus, akan terjadi peningkatan jumlah mikroorganisme serta toksin. Invasi mikrobial
menyebabkan inflamasi sehingga pulpa menjadi non vital. Bila pulpa yang telah non vital
tidak dirawat maka dapat menimbulkan inflamsi pada jaringan pulpa. Jaringan Pulpa yang
inflamasi kelamaan akan menyebabkan kematian dan membusuk. Pembusukan jaringan
pulpa gigi yang mati atau gangraen akan menimbulkan bau yang khas yang dihasilkan
oleh gas gangraen yang terdapat didalam gigi tersebut. Proses inflamasi akan berlanjut
melalui foramen apikal dan saluran akar lateral ke jaringan periradikuler dan
menyebabkan terjadinya abses.14,15
Gigi sulung penyebab abses kronis tanpa dirawat akan mengganggu, karena dapat
merusak benih gigi tetap penggantinya yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan. Gigi sulung tersebut pada akhirnya harus dilakukan pencabutan.
Kehilangan gigi sulung terlalu dini sedang gigi tetap penggantinya masih lama erupsi
dapat menyebabkan maloklusi.14
Kesimpulan
Penyebab ECC multifaktor, antara lain kebersihan gigi dan mulut yang tidak
terpelihara dengan baik, adanya penyakit sistemik yang diderita anak seperti malnutrisi,
asma, infeksi rekuren, penyakit infeksi kronik, penggunaan obat-obatan seperti
antihistamin, benzodiazepam, antiemetik, ekspektoran dan anti spsmodik, serta
penggunaan botol untuk minum susu pada malam hari.
Solusi pencegahan ECC ini adalah perhatian dan pengetahuan orang tua dalam hal
kebersihan dan kesehatan gigi sehingga dapat membersihkan dan membiasakan anak
menjaga kesehatan mulut dan giginya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmad, Muhammad Harun. (2015). Buku Saku: Karies dan Perawatan Pulpa pada
Gigi Anak. Jakarta: Sagung Seto.
2. Suwelo,I.S. 1992. Karies Gigi pada Anak dengan Perbagai Faktor Etiologi. EGC.
Jakarta. Cui L, Li X, Tian Y, Bao J, Wang L, Xu D, Zhao B, Li W. Breastfeeding and
early childhood caries: a meta-analysis of observational studies. Asia Pacific journal
of clinical nutrition 2017; 26(5), 867–880.
3. Adhani R, Sari NN, Aspriyanto D. Nursing Mouth Caries Anak 2-5 Tahun di
Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Jurnal PDGI 2014; 63(1): 5-6.
4. Fajriani, Handayani H. Penatalaksanaan early childhood caries. Dentofasial
2011;10(3):180-1.
5. Kusumadewi S. Taksonomi dan nomenklatur gigi. Fakultas Kedokteran Gigi Udayana
(student project) 2017:5-6.
6. Salma AFF, Boenjamin F, Jeddy. Perbedaan Keparahan Karies Gigi Molar Pertama
Pada Anak Usia 6-9 Tahun Dengan 10-12 Tahun (Kajian Pada Radiograf Panoramik Di
Rsgm-P Fkg Universitas Trisakti Periode 2017-2019). JKGT 2021; 3(1): 10.
7. Herdiyanti Y, Epsilawati L, Oscandar F, Nurianingsing R. Gambaran densitas kamar
pulpa gigi sulung menggunakan cone beam CT-3D. Dental Journal 2013; 46(2): 62
8. Suarniti P L. Pencabutan dini gigi sulung akibat caries gigi dapat menyebabkan gigi
crowding. Jurnal Kesehatan Gigi 2014; 2(2):233-235.
9. Amrullah SSA, Handayani H. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan erupsi
gigi permanen pada anak. Makassar Dental Journal 2014; 3(1): 2.
10. Primasari A. Embriologi dan tumbuh kembang rongga mulut. Medan: USU Press,
2018: 122-3.
11. Adhani R, Sari NN, Aspriyanto D. Nursing Mouth Caries Anak 2-5 Tahun di Puskesmas
Cempaka Banjarmasin. Jurnal PDGI 2014; 63(1): 5-6.
12. Adnyani NP, Artawa IMB. Pengaruh Penyakit Gigi Dan Mulut Terhadap Halitosis. J
Kesehtan Gigi 2016; 4(1): 25.
13. Widhianti I, Suwelo IS. Perawatan Saluran Akar Satu Kali Kunjungan Pada Gigi Insisif
Sulung Non Vital (Laporan Kasus). Journal of Dentistry Indonesia 2008; 10(3): 693.
14. Jeffrey. Prevention and treatment of early childhood caries (ecc). Journal of Medicine
and Health 2015;1(3):299-1
15. Mariati NW. Pencegahan dan perawatan karies rampan. JBM 2015; 7(1): 23-8.