“RAMPAN KARIES”
OLEH :
TUTORIAL 7
UNIVERSITAS JEMBER
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
SKENARIO...........................................................................................................................3
A. STEP 1 (CLARIFYING UNFAMILIAR TERMS)........................................................4
B. STEP 2 (PROBLEM DEFINITION)..............................................................................4
C. STEP 3 (BRAINSTORMING).......................................................................................4
D. STEP 4 (MAPPING)......................................................................................................6
E. STEP 5 (LEARNING OBJECTIVE).............................................................................7
F. STEP 7 (REPORTING/GENERALISATION).............................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
2
SKENARIO 1
KARIES RAMPAN
(drg. Sulistyani, M.Kes)
Seorang anak perempuan umur 5 tahun dating bersama ibunya ke Klinik Kedokteran Gigi
Anak RSGM Universitas Jember untuk mengkonsultasikan gigi anaknya. Dari anamnesa
diketahui bahwa gigi-gigi anaknya mengalami kerusakan sejak usia 4 tahun. Anak tersebut tidak
mempunyai kebiasaan minum menggunakan dot, tetapi sangat menyukai makanan yang manis
dan mempunyai kebiasaan tidak segera menelan makanannya. Gigi gerahamnya juga beberapa
ada yang lubang. Ibunya menanyakan kepada dokter gigi penyebab gigi-gigi depan atas dan
bawah anaknya yang rusak. Hasil pemeriksaan klinis diperoleh gigi
51,61,53,63,73,83,54,64,74,84,75 karies dentin. Gigi 52, 62 terjadi arrested caries. Gigi 71, 72,
81, 82, 55, 75, 85 karies enamel. Gambaran radiografi menunjukkan benih gigi permanen
lengkap dan tidak ada tanda-tanda keradangan pada periapikal gigi 51, 61, 53, 63, 73, 83, 54, 64,
74, 84, 75.
3
A. STEP 1 (CLARIFYING UNFAMILIAR TERMS)
1. Karies rampan : karies yang terjadinya dengan cepat, biasanya menyerang anak anak usia
3-5 tahun, pertumbuhannya tidak terkendali, akibat dari demineralisasi enamel atau
dentin oleh karena streptococcus mutans.
2. Karies enamel : karies yang terjadi enamel, terdapat dua tipe, yang pertama permukaan
kasar dan terdapat noda noda putih kecoklatan, tipe yang kedua sudah dijumpai kavitas.
3. Arrested karies : karies yang terhenti
4. Karies dentin : karies yang terjadi pada dentin, timbul rasa ngilu pada gigi.
C. STEP 3 (BRAINSTORMING)
1. Karies rampan adalah karies yang terjadi sangat cepat, menyerang anak usia balita
kebanyakan usia 3 tahun, terjadi secara tiba-tiba, menyerang insisivus bawah, bisa
disebabkan karena hipoplasia enamel.
2. Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa dan
bakteri yang menempel pada gigi kemudian dalam waktu tertentu berubah menjadi asam
yang menurunkan pH mulut menjadi kristis yang akan menyebabkan demineralisasi
enamel kemudian berlanjut menjadi karies.
3. a. Terjadi secara cepat
b. Penyebarannya mengenai seluruh gigi
4
c. Menimbulkan rasa sakit bahkan pembengkakan
d. Biasanya menyerang gigi anterior
e. Urutan gigi sulung yang rentan terkena karies rampan adalah insisivus bawah, molar
bawah, insisivus atas, caninus bawah, molar atas, caninus atas.
4. a. Kebersihan gigi dan mulut yang kurang karena anak masih sulit menggosok giginya
sendiri akan menambah resiko terjadinya karies rampan, karana masih ada sisa sisa
makanan yang menempel di gigi anak, terlebih anak-anak suka memakan makanan
manis (mengandung sukrosa).
b. Adanya kebiasaan menghisap susu botol menjelang tidur malam, karena susu
(sukrosa) yang menggenang di mulut merupakan media pertumbuhan bakteri.
5. a. Adanya rasa nyeri yang membuat anak sulit makan akhirnya anak kekurangan nutrisi.
b. Bau mulut seperti gas H2S.
c. Mengganggu estetika yang dapat menurunkan kepercayaan diri anak.
d. Menimbulkan infeksi bagian tubuh lain karena kavitas pada karies yang merupakan
tempat bakteri untuk tumbuh dengan subur.
6. a. Memperhatikan oral higiene.
b. Orang tua membantu anak untuk menggosok gigi dengan benar.
c. Tidak membiarkan anak tidur sambil menghisap dot.
d. Mengonsultasikan anak ke dokter gigi pada tahun pertama kelahiran.
e. Perawatan fluor.
f. Melakukan kontrol diet pada.
g. Memperkenalkan anak untuk minum dengan gelas.
7. Kemungkinan besar 62 dan 52 mengalami perbaikan imun, oral higiene juga mendapat
perawatan fluor sehingga terjadi arrested karies.
8. a. Terjadi perbaikan imunitas pada gigi yang mengalami karies aktif sehingga
menimbulkan arrested caries.
b. Karies belum mengenai pulpa, biasanya karies baru mengenai enamel atau dentin.
c. Sering terjadi pada bagian labial atau lingual.
d. Adanya perbaikan oral higiene.
e. Terjadi sklerosis tubulus dentin.
f. Terjadi perubahan warna menjadi hitam.
5
9. Tejadi perbaikan oral higiene dan meningkatnya imunitas pada gigi dengan karies aktif,
juga mungkin dilakukannya perawatan fluor sehingga akan terjadinya arrested caries.
D. STEP 4 (MAPPING)
DIET/SUBSTRAT
ANATOMI GIGI
LINGKUNGAN
RONGA MULUT
SALIVA WAKTU
PH
MIKROORGANISME
GAMBARAN KLINIS
6
E. STEP 5 (LEARNING OBJECTIVE)
1. Mahasiswa mampu memahami definisi karies rampan, etiologi karies rampan dan faktor
predisposisi dari karies rampan.
2. Mahasiswa mampu memahami mekanisme atau patogenesis dari karies rampan.
3. Mahasiswa mampu memahami karakteristik dari karies rampan.
4. Mahasiswa mampu memahami definisi arrested caries, etiologi arrested caries dan faktor
predisposisi dari arrested caries.
5. Mahasiswa mampu memahami mekanisme dari arrested caries.
6. Mahasiswa mampu memahami karakteristik dari arrested caries.
F. STEP 7 (REPORTING/GENERALISATION)
7
bahwa karies tidak akan berkembang sampai semua komponen untuk memicu karies
yang berbeda setiap orang ini terkumpul menjadi beberapa komponen yang memicu
karies (Fejerskov, 2003).
Faktor pemicu karies dan karies rampan diketahui adalah sama, yang
membedakan adalah struktur gigi pada host karies rampan yaitu gigi sulung yang
memiliki enamel dan dentin lebih tipis daripada gigi permanen sehingga lebih mudah
terkena karies. Faktor penyebab karies ini dibagi menjadi 2 yaitu factor utama dan factor
predisposisi.
c. Faktor utama penyebab karies rampan:
1. Diet (Substrat)
Konsumsi makanan kariogenik (memicu karies) dengan kandungan sukrosa tinggi
merupakan salah satu pemicu karies. Sukrosa dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan
membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3
menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan
demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses karies rampan dimulai (Syafiudin,
2008).
Peran makanan dalam menyebabkan karies bersifat lokal, derajat kariogenik
makanan tergantung dari komponennya. Sisa-sisa makanan dalam mulut (karbohidrat)
merupakan substrat yang difermentasikan oleh bakteri untuk mendapatkan energi.
Sukrosa menyediakan cadangan energy bagi metabolism kariogenik. Sukrosa oleh bakteri
kariogenik dipecah menjadi glukosa dan fruktosa, lebih lanjut glukosa ini
dimetabolismekan menjadi asam laktat, asam format, asam sitrat dan dekstran
(Ramayanti, 2013).
2. Gigi (Host)
Morfologisetiap gigi manusia berbeda-beda, permukaan oklusal gigi memiliki
lekuk dan fisur yang bermacam-macam dengan kedalaman yang berbeda pula. Gigi
dengan lekukan yang dalam merupakan daerah yang sulit dibersihkan dari sisa-sisa
makanan yang melekat sehingga plak akan mudah berkembang dan dapat menyebabkan
terjadinya karies gigi (Brown, 2008).
Karies gigi sering terjadi pada permukaan gigi yang spesifik baik pada gigi susu
maupun gigi permanen. Gigi susu akan mudah mengalami karies pada permukaan yang
8
halus sedangkan karies pada gigi permanen ditemukan dipermukaan pit dan fisur
(Ramayanti, 2013).
3. Mikroorganisme
Mikroorganisme sangat berperan menyebabkan karies. Streptococcus mutans dan
Lactobacillus merupakan 2 dari 500 bakteri yang terdapat pada plak gigi dan merupakan
bakteri utama penyebab terjadinya karies. Plak adalah suatu massa padat yang merupakan
kumpulan bakteri yang tidak terkalsifikasi, melekat erat pada permukaan gigi, tahan
terhadap pelepasan dengan berkumur atau gerakan fisiologis jaringan lunak. Plak akan
terbentuk pada semua permukaan gigi dan tambalan, perkembangannya paling baik pada
daerah yang sulit untuk dibersihkan, seperti daerah tepi gingival, pada permukaan
proksimal, dan di dalam fisur. Bakteri yang kariogenik tersebut akan memfermentasi
sukrosa menjadi asam laktat yang sangat kuat sehingga mampu menyebabkan
demineralisasi (Brown, 2008).
4. Waktu
Karies merupakan penyakit yang berkembangnya lambat dan keaktifannya
berjalan bertahap serta merupakan proses dinamis yang ditandai oleh periode
demineralisasi dan remineralisasi (Brown, 2008). Kecepatan karie sanak-anak lebih
tinggi dibandingkan dengan kecepatan kerusakan gigi orang dewasa (Ramayanti, 2013).
d. Faktor predisposisi penyebab karies rampan:
1. Defisiensi saliva
Biasanya terjadi pada pasien dalam terapi radiasi
Pada anak-anak yang mengonsumsi obat penenang karena masalah psikologis
Penderita xerostomia
2. Genetik
Kelainan struktur enamel dan perkembangan gigi dapat diturunkan secara genetic
sehingga factor genetic berhubungan dengan kejadian karies gigi (Shuler, 2001).
Contohnya enamel hypoplasia, amelogenesis imperfecta, dandentinogenesis
imperfecta.
3. Kebiasaan
Memberi susu bayi sepanjang malam dengan susu dengan tambahan pemanis,
9
Terutama pada susu formula
Memberi ASI sambil tertidur
Pemakaian dot yang diberi pemanis.
4. Psikologis
Gangguan emosional dan tekanan mental, yang menurunkan flow saliva.
Proses terjadinya karies menurut teori elektrofisik yang dikemukakan Van Bartheld
menyatakan bahwa pada lapisan email yang normal dijumpai keseimbangan ion H dan OH. Bila
ada plak terkumpul pada permukaan gigi akan terjadi keadaan asam pada bagian ini karena
fermentasi bakteri. Menurut Donnan, keadaan posititf pada dareah pak ini akan menarik unsur
OH keluar dari unsur email, sedangkan H tetap tertinggal. Hal ini mengakibatkan konsentrasi H
bertambah didalam email sehingga akan terjadi keadaan asam. PH yang rendah ini akan
menguraikan unsur-unsur anorganis dari email lapisan dalam, sehingga akan terjadi karies
sedangkan bagian luar emailnya masih utuh.
Pada anak-anak, kemunduran berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini
disebabkan:
(1) email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai maturasi
setelah erupsi (meneruskan mineralisasi dan pengambilan flourida) yang berlangsung terutama
satu tahun setelah erupsi;
(2) remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan
fisiologis, tetapi sebagai akibat pola makannya (sering makan makanan kecil);
(3) lebar tumbuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi yang tidak
memadai; dan
(4) diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada anak-anak terdapat jumlah
ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil, diperkuat oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar
di dalam mulut (Schuurs, 1993).
10
3. KARATERISTIK KARIES RAMPAN
a. Rampan karies biasanya terjadi secara cepat dan tiba-tiba.
b. Penyebaran rampan karies mengenai seluruh gigi.
c. Kavitas pada rampan karies berwarna putih kekuningan.
d. Menimbulkan rasa nyeri.
e. Disebut rampan karies, bila mengenai semua gigi insisivus mandibula di permukaan
proksimal atau servikal.
f. Disebut rampan karies bila karies terjadi minimal pada 10 gigi geligi dalam kurun
waktu satu tahun.
g. Bisa menyerang orang dewasa maupun anak-anak, tetapi lebih sering menyerang
anak anak usia balita.
h. Lesi dapat berkembang darimana saja, termasuk permukaan yang memiliki resiko
karies rendah.
i. Dentin menjadi lebih sensitif.
4. PENGERTIAN, ETIOLOGI DAN FAKTOR ARRESTED CARIES
Karies terhenti (arrested caries) adalah suatu keadaan yang kontras sekali dengan
karies rampan. Istilah ini menggambarkan lesi karies yang tidak berkembang, biasanya
terjadi pada lingkungan mulut yang memudahkan timbulnya karies yang berubah menjadi
cenderung menghambat karies (Kidd et al., 2002).
Karies yang aktif menunjukkan adanya pembentukan kavitas dan permukaan
enamel menjadi lebih lunak apabila dilakukan pemeriksaan dengan sonde, sedangkan
permukaan enamel pada karies yang tidak aktif (karies terhenti) menunjukkan permukaan
enamel yang keras dan permukaan di sekitarnya tidak kehilangan translusensinya.
Arrested caries terjadi ketika kemampuan remineralisasi cukup aktif dari
demineralisasi. Proses remineralisasi dihasilkan melalui kapasitas io-ion kalsium dan
fosfat di dalam saliva. Ion fluoride juga dapat memperkuat reaksi remineralisasi ini. Pada
proses remineralisasi, ph akan dinetralisasi sehingga proses larutnya mineral kristal
hidroksiapatit dapat dihentikan. Selain itu remineralisasi juga akan membangun kembali
bagian kristal hidroksiapatit yang hilang. Tujuan penggunaan fluor adalah untuk
melindungi gigi dari karies. Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisma bakteri
11
plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada
enamel menjadi fluor apatit.
SDF Silver diamine fluoride (SDF) menggabungkan efek penguatan gigi dari
natrium fluoride (NaF) dan efek nitrat perak. Sodium fluoride bereaksi dengan hidroksi
apatit (HA) untuk membentuk fluorapatite (FA) yang lebih tahan terhadap pembusukan.
Klasifikasi Arrested Karies
12
DAFTAR PUSTAKA
Ami Angela. 2005. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Medan : Maj. Ked.
Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3.
Andlaw R.J., Rock W.P. 1992. Alih Bahasa: drg. Agud Djaya. Perewatan gigi anak .2nd Ed.
Indonesia. Widya Medika.
Brown JP and Dodds MWJ. 2008.Dental Caries and Associated Risk Factors. In :Cappelli DP
and Mobley CC.Preventionand ClinicalOral Health
Care.Missuori:MosbyElsevier
Cameron AC, Widmer RP. 2007. Handbook of pediatric dentistry, 2nd edition. Mosby
Company. Sidney-Toronto.
Fejerskov& Kidd EAM. 2003. Dental Caries : The Disease and Its Clinical Management. USA :
Blackwell Munksgaard
Lendrawati. 2011. Penggunaan Silver Diamina Flourida (SDF) 38% Sebagai Arresting Caries
Treatment (ACT) pada Anak-anak. Kedokteran Gigi Universitas Andalas : Majalah
Kedokteran Andalas No.2. Vol.35.
Millet D, Welbury R. 2005. Clinical problem solving in orthodontics and paediatric dentistry.
Sydney-Toronto.
Ramayanti, Sri. 2013. Peran Makanan terhadap Kejadian Karies Gigi. Jumal Kesehatan
Masyarakat, Maret 2013 - September 2013, Vol. 7, No. 2
Rasinta T. 2014. Karies gigi. Juwono L, editor. Edisi 2.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Schuurs, A. 2013. Pathology of the Hard Dental Tissues, Wiley-Blackwell, Oxford, 1845-1846.
13
Suwelo, Ismu. S. 1992. Karies Gigi pada Anak dengan Pelbagai Faktor Etiologi. Kajian Pada
Anak Usia Prasekolah. ECG:Jakarta
14