B. Identifikasi masalah
- Pasien : laki laki
- Usia : 17 tahun
- Keluhan :
o gigi depan bercak bercak putih dan oklusal gigi geraham terdapat garis
hitam
- Pemeriksaan klinis :
o terdapat warna putih pada permukaan labial gigi 11 21
o karies pit fissure pada permukaan oklusal gigi 36 37 46 47
o tampak bintik pada mukosa bibir bawah setelah diamati 2 menit
o Konsistensi saliva lengket dan ph saliva 6
- Kebiasaan diet minum minuman manis 2 kali sehari
- Pasien merasa mulutnya kering dan saliva berbusa
C. Analisa masalah
- Apa itu becak putih (white spot) ?
- Apa itu karies pit dan fissure ?
- Apasaja yang mempengaruhi karies pit dan fissure?
- Apa saja etiologi terjadinya karies ?
- Apa itu karies ?
- Apa saja penyakit atau kelainan jaringan keras gigi ?
- Apasaja akibat dari karies pit fissure ?
- Bagaimana konsistensi saliva normal ?
- Apakah ada hubungan antara viskositas saliva dan ph saliva dengan kesehatan gigi
dan mulut?
- Bagaimana cara meningkatkan konsistensi laju aliran saliva?
- Bagaimana pathogenesis terjadinya karies?
- Apa penyebab bercak putih tersebut dan bagaimana cara mengatasinya?
- Bagaimana cara perawatan karies pit dan fissure?
- Bagaimana cara pencegahan terjadinya pit dan fissure ?
- Bagaimana cara pemeriksaan dari hidrasi saliva ?
- Apasaja factor yang mempenngaruhi ph pada mulut dan
- Apa saja klasifikasi karies ?
- Apa itu bintik pada mukosa bibir dan apa hubungannya dengan mukosa saliva?
- Apasaja factor resiko dari karies ?
- Mengapa diet dan penyakit lambung bias berpengaruh terhadap karies?
- Bagaimana cara identifikasi factor resiko karies ?
D. Strukturisasi
Karies
1. Definisi
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Factor resiko
4.1 Saliva
4.1.1 pH
4.1.2 Hidrasi saliva
4.1.3 Viskositas/laju aliran
4.2 Faktor lainnya
5. Patogenesis
6. Pencegahan
7. Pemeriksaan
7.1 ekstraoral dan intraoral
8. Perawatan
8.1 invasive dan non invasive
Catatan : - diet
- Pemeriksaan
-
KARIES
1.Definisi
Karies berasal dari bahasa Yunani yaitu “ker”yang artinya kematian, dalam bahasa
latin karies berarti kehancuran. Karies berarti pembentukan lubang pada permukaan gigi
disebabkan oleh kuman ataubakteri yang berada pada mulut.
Karies gigi adalah infeksi endogen kronis yang disebabkan oleh flora normal rongga
mulut. Lesi karies adalah hasil dari determineralisasi email (dan kemudian menembus ke
lapisan dentin) oleh asam yang diproduksi oleh mikroorganisme plak saat mereka
memetabolisme karbohidrat makanan.
Karies gigi adalah hilangnya mineral gigi secara progresif dari waktu ke waktu, yang
disebabkan oleh keadaan biokimia di dan sedikit di bawah permukaan gigi di mana
demineralisasi melebihi remineralisasi.
Karies gigi adalah penyakit yang dapat dicegah, kronis, dan dimediasi oleh biofilm
yang dimodulasi oleh makanan. Penyakit mulut multifaktorial ini terutama disebabkan oleh
ketidakseimbangan flora mulut (biofilm) karena adanya karbohidrat makanan yang dapat
difermentasi pada permukaan gigi dari waktu ke waktu.
Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak, dan diet (khususnya
komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama
asam laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan
cukup waktu untuk kejadiannya.
2.Etiologi
2.1 Host
2.1.1 Gigi
Permukaan gigi adalah satu-satunya area non-shedding tubuh yang menampung
populasi mikroba. Massa besar bakteri dan produknya menumpuk di permukaan gigi untuk
menghasilkan plak gigi, hadir dalam kesehatan dan penyakit.
Berbagai habitat dikaitkan dengan permukaan gigi. Sifat komunitas bakteri bervariasi
tergantung pada gigi yang bersangkutan dan tingkat paparan terhadap lingkungan yaitu,
permukaan halus dijajah dengan jumlah spesies yang lebih sedikit daripada lubang serta celah
dan permukaan subgingiva lebih anaerobik daripada supragingival permukaan.
Dengan penjelasan berikut, dapat disimpulkan bahwa:
- Komposisi dalam gigi sangat berpengaruh terutama pada perbedaan kandungan
mineralnya(fluoride). Struktur email, dan dentin pada karies akar, sangatlah
penting ,karena beberapa area pada gigi yang sama jauh lebih rentan terhadap
serangan karies daripada yang lain, kemungkinan karena perbedaan kandungan
mineral.
- Posisi, yaitu adanya pit dan fissure yang dalam pada bagian oklusal.
- Morfologi gigi, yaitu maloklusi atau gigi yang tidak sejajar dan gigi yang berotasi
akan sulit untuk dibersihkan dan dapat berpengaruh dalam pembentukan karies.
2.1.2 Saliva
Seluruh permukaan mulut dipenuhi oleh air liur (campuran) yang berasal dari kelenjar
ludah mayor (parotis, submandibular dan sublingual) dan minor (labial, lingual, bukal, dan
palatal). Itu adalah campuran kompleks ion anorganik, termasuk natrium, kalium, kalsium,
klorida, bikarbonat dan fosfat; konsentrasi ion-ion ini bervariasi secara diurnal dan dalam air
liur yang distimulasi dan istirahat. Konstituen organik utama air liur adalah protein dan
glikoprotein (seperti musin), yang memodulasi pertumbuhan bakteri dengan cara berikut:
• adsorpsi pada permukaan gigi membentuk pelikel saliva, lapisan film yang
memfasilitasi bakteri adhesi.
• bertindak sebagai sumber makanan utama yang selalu tersedia (karbohidrat dan
protein).
• agregasi bakteri, memfasilitasi pembersihan dari mulut, atau pengendapan pada
permukaan, berkontribusi pada pembentukan plak.
• penghambatan pertumbuhan organisme eksogen oleh faktor pertahanan nonspesifik,
misalnya lisozim, laktoferin dan histatin, yang bersifat bakterisidal dan fungisida dan
faktor pertahanan spesifik (misalnya Ig, terutama IgA dan saliva leukocyte protease
inhibitor (SLPI), yang menghancurkan human immunodeficiency virus)
• pemeliharaan pH dengan kapasitas penyangga yang sangat baik (air liur asam
mendorong pertumbuhan bakteri kariogenik).
Pada pasien dengan penurunan jumlah saliva secara mekanik, sifat pembersihan air
liur di mulut menjadi terganggu. Tingkat pembersihan gula oral yang lambat pasti
meningkatkan risiko karies. Jadi, banyak studi klinis telah menunjukkan kemampuan yang
berkurang untuk menghasilkan air liur dikaitkan dengan peningkatan pengalaman karies.
Kapasitas buffer saliva yang rendah dan konsentrasi kalsium dan fosfat saliva yang
rendah juga merupakan salah satu penyebab karies. Pasta gigi fluoride telah mengurangi
pentingnya faktor biologis yang lebih lemah seperti kapasitas penyangga air liur dan tingkat
kejenuhan sehubungan dengan hidroksiapatit. Pasokan air liur yang stabil juga akan
menjamin keberadaan protein non-imun dan imun di dalam mulut secara terus menerus.
2.2 Diet/Substrat/Pola Makan
Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel serta
mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan bahan yang
diperlukan untuk memproduksi asam dan bahan aktif lainnya yang dapat menyebabkan
karies.
Hasil penelitian menunjukan orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama
sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya orang dengan diet yang
banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai
karies gigi. Hal ini menunjukkan bahwa karbohidrat berperan penting dalam terjadinya karies
gigi.
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat local dari pada sistemik,
terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan anak dan makana jajanan merupakan
dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Anak memiliki kegemaran mengkonsumsi jenis jajanan
secar berlebihan, setiap kali sesorang mengonsumsi makanan dan minuman yang
mengandung karbohidrat(tinggi sukrosa) maka beberapa bakteri penyebab karies dirongga
mulut akan emulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung
selama 20-30 menit setelah makan.
2.3 Agen(Mikroorganisme)
Mikroorganisme dalam bentuk dental plak adalah syarat terjadinya
perkembangan karies. Plak merupakan lapisan semi transparan dari polisakarida yang
melekat secara kuat ke permukaan gigi yang tidak dibersihkan dan mengandung
organisme patogenik. Banyak bakteri hidup dan berkoloni pada pelikel, lapisan
glikoprotein yang terbentuk dari air liur, untuk melekat pada email atau permukaan akar
yang terbuka. Kombinasi dari plak, pelikel dan bakteri dikenal sebagai biofilm oral.
Streptococci adalah spesies bakteri pertama yang menempel pada gigi dan memulai
pembentukan plak.
Spesies lain secara progresif menyusup ke dalam plak dan setelah beberapa hari
pertumbuhan tanpa hambatan, basil gram negatif mendominasi.
Organisme kariogenis yang paling banyak adalah strepcoccus yang melekat seperti
Streptococcus mutans, Strep. sobrinus (sebelumnya dikenal sebagai Strep. mutans
serotipe 'd' dan 'g') dan basil Lactobacillus.
Organisme tsb tidak hanya menghasilkan asam organik dengan cepat dari karbohidrat
olahan (asidogenik), tetapi juga mampu bertahan dalam lingkungan yang sangat asam,
yaitu aciduric.
Strep. sobrinus adalah penghasil asam paling cepat, meskipun biasanya hadir dalam
jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Strep. mutans.
Lactobacillus secara khusus tumbuh subur di lingkungan asam dan merupakan salah
satu organisme utama di dentin yang sudah karies
Metabolisme bakteri dari karbohidrat olahan tingkat tinggi dalam plak dapat
menyebabkan penurunan langsung 2-4 poin pH pada permukaan gigi. derajat
penurunan tergantung pada ketebalan plak, jumlah dan campuran bakteri plak dan
efisiensi buffer saliva, serta faktor-faktor lainnya.
Semua spesies Actynomyces memfermentasikan glukosa, terutama membentuk asam
laktat, asetat, suksinat dan asam format. Actynomyces visocus dan Actynomyces
Naesundil mampu membentuk karies akar, fisur dan merusak periodontum.
2.4 Waktu
Waktu ikut berperan penting dalam proses pembentukan karies. faktor
mikroorganisme, karbohidrat dan waktu saling berkaitan dan saling mempengaruhi. apabila
salah satu faktor tidak ditemukan maka tidak akan terjadi karies. Beberapa jenis karbohidrat
makanan misalnya sukrosa dan glukosa dapat diproses oleh bakteri tertentu dan akan
membentuk asam, sehingga pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5
menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu mengakibatkan
demineralisasi permukaan gigi.
Pada seperempat jam setelah makan (stimulasi mekanik), pH saliva juga tinggi dan
turun kembali dalam waktu 30-60 menit kemudian. pH saliva meningkat sampai malam dan
setelah itu turun kembali. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi
suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
3. Klasifikasi
Karies dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi lesi:
Karies pit and fissure (telihat pada gigi mular, premolar dan permukaan
lingual incicivus maksila)
Karies pada permukaan halus (terlihat pada aproksimal gigi tepat di bawah
titik kontak)
Karies akar (terlihat pada sementum atau dentin saat akar terkena lingkungan
mulut)
Karies berulang (berhubungan dengan restorasi yang sudah ada)
Karies akut : karies yang berkembang pesat yang dapat menyebabkan sedikit
atau semua gigi yang erupsi, seringkali pada permukaan yang kebal akan
karies.
Karies progresif lamban atau kronis : karies yang beerkembang secara
perlahan dan proses mencapai pulpa lebih lama dibandingkan karies akut.
Banyak diderita oleh orang dewasa, perkembangan karies yang lambat
memungkinkan waktu untuk berkembangnya reaksi pertahanan kompleks
pulpodentinal.
Arrested caries : karies pada enamel, dentin, dan akar yang menjadi statis dan
tidak menunjukkan kecen derungan untuk berkembang lebih jauh.
Site 1: pit, fissure dan kerusakan enamel pada permukaan oklusal gigi
posterior atau permukaan halus lainnya.
Site 2: pada daerah aproksimal
Site 3: sepertiga serviks dari mahkota atau setelah resesi gingiva, the exposed
root.
Kelas 1: karies yang melibatkan permukaan oklusal gigi posterior, karies yang
melibatkan oklusal 2/3 dari permukaan bukal dan lingual gigi posterior, karies
yang melibatkan pits lingual incicivus maksila.
Kelas 2: karies yang melibatkan permukaan prolsimal gigi posterior.
Kelas 3: karies pada permukaan proksimal gigi anterior, tidak mengenai sudut
incisal.
Kelas 4: Karies proksimal yang melibatkan sudut insisal gigi anterior.
Kelas 5: Karies yang melibatkan enamel bagia labial atau bukal di dekat
dentino-enamel atau sementum-enamel.
Kelas 6: karies yang melibatkan ujung cusp gigi posterior dan tepi incisal gigi
anterior.
4. Faktor Resiko
4.1 Saliva
Saliva terdiri lebih dari 99% dan kurang dari 1% solid, sebagian besar
merupakan elektrolit dan protein ( protein memberikan karakteristik viskositas pada
air liur ). Istilah Saliva mengacu pada cairan campuran yang berada didalam mulut
yang berkontak dengan gigi dan mukosa oral, yang sering disebut “ saliva
keseluruhan atau whole saliva ”. Normalnya produksi harian seluruh saliva berkisar
antara 0,5 - 1,0 L. 90% dari seluruh saliva diproduksi oleh 3 pasang glandula saliva
mayor, parotis, submandibular dan gladula sublingual .
Sekresi dari glandula saliva minor di mukosa oral juga berkontribusi meskipun
kurang dari 10 %. Selain itu whole saliva mengandung cairan sulkus gingiva dimana
jumlah sulkus tersebut tergantung pada status periodontal pasien. Whole saliva
berbeda dengan glandula saliva. Dimana saliva mengandung banyak sekali sel epitel
dari mukosa oral dan jutaan bakteri. Komponen-komponen ini membuat air liur secara
kesluruhan tampak keruh , berbeda dengan glandula saliva yang transparan seperti air.
Faktor karies gigi adalah factor-factor yang memiliki hubungan sebab akibat
terjadinya karies gigi atau factor yang mempermudah terjadinya karies gigi, yaitu pH
dan kapasitas buffer saliva, hidrasi saliva, dan laju aliran atau viskositas saliva:
Setelah asupan bahan makanan yang mengandung gula, pH dalam plak akan
turun dan tetap diturunkan sampai gula hilang dari mulut dan asam yang dihasilkan
bakteri dinetralkan (Gambar 11.7). Besarnya penurunan pH ditentukan oleh jumlah
asam yang diproduksi oleh bakteri dan oleh Kapasitas buffer saliva. Karena
demineralisasi gigi dapat terjadi saat pH yang sebenarnya turun hingga di bawah pH
kritis.
Berbagai istilah telah digunakan untuk evaluasi dari kapastitas buffering saliva
(Ericsson, 1959). Salah satunya adalah jumlah asam yang dibutuhkan untuk
menurunkan pH dari nilai pH aslinya saliva ke nilai yang lebih rendah yang telah
ditentukan. Istilah ini bisa jadi dilambangkan sebagai 'dasar yang dapat dititrasi'.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 11.7, basis yang dapat dititrasi untuk
menstimulasi seluruh saliva hingga memiliki pH 4 biasanya berkisar antara 20 dan 30
mmol / l ion hidrogen. Ukuran yang lebih sederhana untuk kapasitas buffering saliva
manusia adalah 'efek buffering'. Efek buffer ditentukan dengan menambahkan
sejumlah tetap asam ke jumlah tetap saliva dan kemudian membaca nilai pH akhir.
Semakin tinggi nilai pH akhir semakin baik kapasitas buffering dan sebaliknya .
Sistem pengujian yang menggunakan metode ini tersedia dalam berbagai versi.
Definisi kimiawi umum dari kapasitas buffer , yang disebut β telah digunakan untuk
menentukan kapasitas buffer saliva manusia di laboratorium. Dari kurva titrasi,
kapasitas buffer saliva dapat ditentukan dalam milimol ion hidrogen / (satuan pH
saliva liter) dalam interval pH tertentu:
β = ΔCA /ΔpH
dimana ΔCA adalah peningkatan konsentrasi asam saliva dan ΔpH adalah
perubahan pH saliva (dalam satuan pH) yang disebabkan oleh penambahan asam. Jika
penambahan asam dalam jumlah besar hanya menghasilkan sedikit perubahan pada
pHmaka kapasitas buffer saliva akan tinggi dan sebaliknya. Karena kapasitas buffer
bisa ditentukan untuk kisaran pH yang terbatas, metode ini memungkinkan untuk
memebrikan secara rinci gambaran tentang sistem buffer dalam saliva manusia ( yaitu
sistem buffer fosfat, bikarbonat dan protein ).
Keterangan :
a. Titrasi seluruh saliva dengan asam kuat dalam sistem tertutup. Kurva atas
menunjukkan saliva terstimulasi dan kurva bawah menunjukkan saliva tidak
terstimulasi. Di atas pH 5,5 kapasitas buffering tinggi karena kemampuan buffering
dari sistem buffer fosfat (1) dan bikarbonat (2). Pada nilai pH rendah kemiringan
kurva menjadi lebih curam, menunjukkan kapasitas buffer yang lebih rendah terutama
dari protein saliva (3).
Kurva Stephan khas pH plak sebagai respons terhadap sukrosa oral rinse. Terlepas dari
kapasitas buffer saliva, pH plak akan turun segera setelah dibilas hingga nilai di bawah pH
kritis saliva manusia (merah area), kemudia n perlahan kembali ke baseline. Alasan
penurunan ini adalah plak dapat membentuk penghalang difusi yang mencegah difusi sistem
buffer penyangga saliva ke dalam plakat. Selain itu, kapasitas buffer saliva hanya moderate
jika dibandingkan dengan banyak bahan makanan umum ketika ditentukan pada pH 5,5 dan
kisaran dari pH 4 sampai 7, yang ditunjukkan dengan lingkaran dan panah dari (a). Jadi
seperti yang ditunjukkan pada (c), kapasitas buffer seluruh saliva jauh lebih kecil dari itu
misalnya, susu.
4.1.2 Hidrasi Saliva
Cairan tubuh merupakan faktor utama yang paling mempengaruhi sekresi saliva.
Ketika tubuh kekurangan air 8% maka laju aliran saliva akan menurun hingga
mencapai nol, jika hiperhidrasi akan meningkatkan laju aliran saliva.
Kemudian posisi berdiri merupakan posisi dengan laju aliran saliva tertinggi,
selain itu penggunaan obat mempunyai aksi antikolinergik yang dapat
mengurangi laju aliran saliva.
Berfikir mengenai makanan atau melihat makanan yang asam atau makanan yang
kita sukai pada saat kita lapar juga dapa meningkatkan laju aliran saliva.
Laju aliran saliva pada usia yang lebih tua akan mengalami penurunan karena
proses aging yang terjadi pada kelenjar saliva.
Laju aliran sliva pada pria lebih tinggi dibanding wanita karena pikuran kelenjar
saliva pria lebih besar.
Beberapa factor lain yang dianggap sebagai factor risiko adalah pengalaman karies gigi,
kurangnya penggunaan flour, oral higene yang buruk, jumlah bakteri, saliva serta pola makan
dan jenis makanan.
5. Patogenesis Karies
Karies gigi dimulai dengan kerusakan pada email yang dapat berlanjut ke
dentin. Untuk dapat terjadinya suatu proses karies pada gigi dibutuhkan empat faktor utama
yang harus saling berinteraksi yaitu faktor host, aget, substrat dan waktu. Mekanisme
terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak beserta bakteri penyusunnya. Dalam proses
terjadinya kries, mikroorganisme lactobacillus dan streptococcus mempunyai peranan yang
sangan besar. Proses karies dimulai oleh streptococcus dengan membentuk asam sehingga
menghasilkan pH yang lebih rendah. Penurunan pH tersebut mendorong laktobacillus untuk
memproduksi asam dan menyebabkan terjadinya proses karies.
6. Pencegahan Karies
Karies gigi merupakan penyakit yang dapat dicegah. Pencegahan karies gigi bertujuan
untuk mempertinggi taraf hidup dengan memperpanjang fungsi gigi di dalam mulut.
Klasifikasi pelayanan pencegahan dibagi menjadi 3, yaitu pencegahan primer, sekunder dan
tersier:
a) Pencegahan primer adalah pelayanan untuk mencegah timbulnya penyakit pada awal
tahap pre-patogenesis. Termasuk di dalamnya adalah upaya peningkatan kesehatan (health
promotion) dan memberikan perlindungan khusus (specific protection).Upaya promosi
kesehatan meliputi penyuluhan cara menghilangkan plak yang efisien atau cara menyikat gigi
dengan benar dan cara menggunakan benang gigi ( flossing). Upaya perlindungan khusus
termasuk pelayanan yang diberikan untuk melindungi pasien atau host dari serangan penyakit
dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme seperti pengaplikasian pit
and fissure sealant sebagai upaya pencegahan karies.
b) Pencegahan sekunder adalah pelayanan pada tahap awal pathogenesis untuk
menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang atau kambuh lagi yang
ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang tepat, seperti penambalan pada lesi karies
kecil yang dapat menghambat kehilangan struktur gigi yang luas.
c) Pencegahan tersier merupakan pencegahan kehilangan fungsi pada akhir
pathogenesis. Kegiatannya meliputi pemberian pelayanan untuk membatasi ketidakmampuan
(cacat) dan rehabilitasi seperti pemakaian gigi tiruan dan implan.
7. Pemeriksaan
1. Anamnesis
Wawancara yang dilakukan oleh dokter dengan pasien yang mencakup keluhan utama
pasien. Tanda dan gejala karies gigi sangat beragam dan sangat bergantung pada tingkat
keparahan dan lokasi karies gigi. Umumnya, pasien dengan karies gigi tidak memiliki gejala.
Akan tetapi, apabila sudah terjadi kerusakan lanjut, terutama sampai akar gigi, maka pasien
akan merasakan gejala:
Sumber: Veiga N, Alres D, Douglas F, Pereira M, Vaz A, Rama L, et al. 2016. Dental
Caries: A Review. J Dent Oral Heal.
2. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada rongga mulut pasien
dan memeriksa secara teliti gigi geligi apabila terlihat langsung maka dapat ditentukan
adanya karies. Adakalanya karies terutama proksimal tidak terlihat secara klinis maka
bantuan radiografi diperlukan. Pemeriksaan intraoral adalah pemeriksaan yang dilakukan
dalam rongga mulut. Pemeriksaan intraoral terdiri dari pemeriksaan yang abnormal yang
ditemukan dalam rongga mulut seperti jaringan lunak, jaringan keras dan struktur pendukung.
Pemeriksaan terhadap oklusi, susunan gigi, fungsi organ mulut dan kondisi jaringan dalam
mulut sangat penting untuk diperhatikan. Contoh: mukosa labial dan bukal, vestibulum lateral
dan bukal, papila dari duktus parotid, palatum (keras dan lunak), posterior lidah dan
orofaring, dorsal lidah, dasar mulut dan ventral lidah, gigi geligi (oklusal, karies, malformasi,
penyakit periodontal serta kelainan lain).
3. Diagnosa
Diagnosis yang tepat dan akurat pada karies dini sangat nembantu dalam menetapkan
rencana perawatannya dan dapat mencegah kcrusakan vang tidak perlu karena kesalahan
operator. Bcrbagai cara telah dilakukan untuk mendeteksi karies dini. Karena lctak karics
sangat berpengaruh kepada cara pcmeriksaannya, maka untuk mcndapatkan hasil yang akurat
cara diagnosis juga harus dibedakan pada sctiap permukaan gigi yang terkena karies. Cara
pemeriksaan ini masih pcrlu dikembangkan lebih lanjutuntuk mendapatkan metode diagnosis
yang lebih baik.
Sumber: Nursasongko, Bambang. 2000. Diagnosis Karies. Jakarta. Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia
1. Pengamatan langsung.
2. Probing.
3. Radiografi.
Lesi bintik putih awal mungkin mudah terjadi terlewat karena tidak dapat
dideteksi oleh mata atau dengan radiografi. Demikian pula, mungkin untuk karies
besar lesi berkembang di lubang dan celah dengan sangat sedikit bukti klinis penyakit.
Radiografi bitewing menunjukkan karies oklusal pada gigi molar satu bawah.
Secara klinis tidak ada rongga yang jelas meskipun email telah berubah warna.
Radiografi merupakan pemeriksaan penunjang klinis dalam mendeteksi karies gigi.
Radiografi kedokteran gigi merupakan alat yang berguna dan penting dalam
membantu menegakkan diagnosis dan perawatan penyakit mulut seperti karies,
penyakit periodontal dan patologi rongga mulut. Lesi terlihat pada radiograf sebagai
daerah radiolusen karena daerah demineralisasi gigi tidak banyak menyerap foton
sinar-x sebagai bagian tidak terpengaruh karies.
4. Metode eksperimen.
Tes mikrobiologi dalam penilaian karies. Sampel saliva dapat digunakan untuk
menentukan jumlah S. mutans dan Lactobacillus spp. di rongga mulut, sebagai
berikut:
Adanya kadar S. mutans atau lactobacilli yang tinggi dalam saliva tidak selalu
berarti bahwa pasien peningkatan risiko berkembangnya karies gigi, karena ini adalah
penyakit etiologi multifaktorial. Faktor lain seperti pola makan, kapasitas buffering,
kandungan fluoride email dan derajat oral kebersihan, juga harus diperhatikan.
Selanjutnya, kehadiran sejumlah besar organisme kariogenik dalam air liur tidak
menyiratkan bahwa semua gigi rawan karies, karena organisme saliva mungkin
berasal dari beberapa fokus dengan karies tinggi aktivitas. Oleh karena itu, tes-tes ini
paling-paling memberikan gambaran umum perkiraan risiko karies. Perlu dicatat itu
tes mikrobiologi yang digunakan dalam penilaian karies berbeda dari tes konvensional
yang digunakan dalam mikrobiologi medis, di mana keberadaan patogen
menunjukkan diagnosis positif (misalnya sifilis). Kegunaan utama tes mikrobiologi di
penilaian karies adalah:
4. Untuk mengidentifikasi pasien dengan jumlah yang sangat tinggi patogen potensial,
sehingga data ini dapat diambil memperhitungkan saat mengintegrasikan semua
faktor yang mungkin berkontribusi pada proses karies pada individu.
5. Untuk memantau efektivitas teknik pencegahan karies, seperti saran diet dan
kebersihan mulut serta penggunaan agen antimikroba seperti klorheksidin.
Adanya kadar S. mutans atau lactobacilli yang tinggi dalam saliva tidak selalu
berarti bahwa pasien peningkatan risiko berkembangnya karies gigi, karena hal ini
merupakan penyakit etiologi multifaktorial. Faktor lain seperti pola makan, kapasitas
buffering, kandungan fluoride email dan derajat oral kebersihan, juga harus
diperhatikan. Selanjutnya, adanya sejumlah besar organisme kariogenik dalam saliva
tidak menyiratkan bahwa semua gigi rawan karies, karena organisme saliva mungkin
berasal dari beberapa fokus dengan karies tinggi aktivitas. Oleh karena itu, tes-tes ini
paling banyak memberikan gambaran umum pada perkiraan risiko karies. Perlu
dicatat bahwa tes mikrobiologi yang digunakan dalam penilaian karies berbeda dari
tes konvensional yang digunakan dalam mikrobiologi medis, di mana keberadaan
patogen menunjukkan diagnosis positif (misalnya sifilis). Kegunaan utama tes
mikrobiologi di penilaian karies adalah:
Sumber: Lakshman, Samaranayake. 2014. Essential Microbiology for Dentistry. Hong Kong.
Faculty of Dentistry, The University of Hong Kong. Hlm.280. Ed. 4th
Selain metode tradisional deteksi karies, beberapa metode teknologi baru telah
muncul dan menunjukkan hasil yang menjanjikan untuk deteksi klinis dan diagnosis lesi
karies. perangkat ini mungkin berpotensi untuk menggantikan bagian taktil dari karies
deteksi, di mana penjelajah digunakan untuk mencoba memperkirakan kedalaman dari lesi
karies ke dalam lubang dan isur. Namun, ini perangkat memiliki dua batasan. Pertama,
mereka hanya ditunjukkan untuk digunakan pada pit dan isur yang tidak direstorasi. dia
kedua adalah mereka akurasi diagnostik belum ditetapkan dengan pasti. dia teknologi saat ini
disetujui oleh FDA termasuk luoresensi yang diinduksi laser, luoresensi yang diinduksi
cahaya, dan impedansi arus bolak-balik (AC) spektroskopi (ACIST) .
Sistem ini mengklaim dapat mendeteksi lesi karies dengan mengukur peningkatan
luoresensi yang diinduksi cahaya. LED khusus memproyeksikan cahaya ungu atau biru
berenergi tinggi ke permukaan gigi. Cahaya ini panjang gelombang diduga merangsang
porfirin — metabolit unik terhadap bakteri kariogenik — tampak sangat merah, sekaligus
sehat enamel berkilau tampak hijau. Menggunakan teknologi luorescent ini, data yang
ditangkap oleh sistem Spectra dianalisis dengan pencitraan perangkat lunak, yang menyoroti
lesi dalam rentang warna yang berbeda dan mendefinisikan aktivitas karies potensial pada
skala 0 sampai 5. CarieScan PRO (CarieScan, LLC, Charlotte, NC) adalah sebuah perangkat
untuk mendeteksi dan memantau karies oleh aplikasi dan analisis ACIST (Teknologi
Spektroskopi Impedansi AC). CarieScan PRO mengklaim memungkinkan dokter untuk
mengevaluasi struktur gigi yang mengalami demineralisasi menggunakan ACIST dengan
memberikan informasi tentang jaringan yang sehat, pada tahap awal demineralisasi, atau
sudah membusuk secara signifikan. Perangkat ini menyediakan skala warna dan skala
numerik untuk menentukan tingkat keparahan lesi karies dan disertai dengan rekomendasi
manajemen yang beragam dari pencegahan terapeutik hingga intervensi operasi yang sesuai
untuk sejauh mana demineralisasi.
Sumber: Ashley PF, Blinkhorn AS, Davies RM. 1998. Occlusal caries diagnosis: An
in vitro histological validation of the Electronic Caries Monitor (ECM) and other methods. J
Dent 26:83–88
André V. Ritter, Lee W. Boushell, Ricardo Walter. 2018. Sturdevant's Art and
Science of Operative Dentistry. Elsevier. Hlm. 110-111. Ed. 7th.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan pada pasien karies gigi. Akan
tetapi, pada pasien dengan lesi karies di lokasi-lokasi yang sulit terlihat secara langsung maka
pemeriksaan X-ray dental dapat dilakukan. Pemeriksaan X-ray dental pada pasien karies gigi
hanya diperlukan saat karies gigi sulit terlihat secara langsung terutama pada gigi bagian
belakang. X-ray dental dengan proyeksi bitewing merupakan pilihan x-ray dental yang paling
sering digunakan. X-ray bitewing memiliki kelebihan dapat memperlihatkan karies pada gigi
bagian belakang atas dan bawah. Selain itu, x-ray dengan proyeksi periapikal juga dapat
digunakan pada pasien dengan karies gigi yang curiga sudah mencapai pulpa. Melalui teknik
ini, klinisi dapat mendapatkan hasil X-ray gigi yang mendekati ukuran gigi yang sebenarnya.
Kedalaman karies gigi dapat dilihat melalui pemeriksaan x-ray periapikal.
8.Perawatan Karies
8.1 Perawatan Invasif
Terdapat beberapa faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan kita dalam
merawat secara operatif lesi karies, yaitu membantu pengendalian plak,memberikan penilaian
terhadap risiko karies pasien, mengembalikan bentuk, fungsi dan tampilan gigi, serta
menghilangkan rasa nyeri dan memberikan perlindungan pada pulpa. Dalam melaksanakan
perawatan, pada dasarnya perlu di lakukan pendeteksian dini, penilaian risiko, diagnosis, dan
pencegahan/pengendalian penyakit lebih lanjut dengan frekuensi kunjungan kembali yang
telah diatur terlebih dahulu. Jika intervensi operatif diperlukan berdasarkan alasan tersebut,
pedekatannya harus melalui invasi minimal, yaitu :
•Melakukan ekskavasi hanya pada dentin dan email yang sudah tidak bisa diperbaiki lagi dan
jaga agar kavitas tetap sekecilmungkin
•Melakukan modifikasi fisik dan kimiawi/ optimalkan dinding kavitas yang tersisa
•Melakukan restorasi kavitas dengan bahan adhesif yang akan mendukung dan menguatkan
struktur gigi yg tersisa,meningkatkan remineralisasi dan potensi aktivitas antibakterinya, serta
menutup jalur pasokan nutrisi untuk bakteri yang tersisa sehingga proses kariesnya terhenti.
Agar pendekatan invasi minimal berhasil dengan baik, operator harus memiliki
pengetahuan mengenai histologi, kimia, dan penanganan dental material secara terintegrasi.
Selain itu, penting pula pasien memahami tanggung jawabnya dalam mengontrol dan
mencegah berkembangnya penyakit
Perawatan gigi dengan intervensi minimum adalah merupakan suatu filosofi perawatan
profesional yang menangani deteksi paling dini yang pertama terjadi dan merawat penyakit
sejak dini dalam level mikro, yang diikuti dengan perawatan invasif yang minimum guna
memperbaiki kerusakan yang ireversibel yang disebabkan oleh penyakit tersebut.
Sejak tahun 1908, G.V. Black menerbitkan klasifikasi untuk karies terkait posisinya di
gigi. Selanjutnya, klasifikasi yang sama dulu dan digunakan untuk menunjukkan lokasi
preparasi (Black, 1908). Klasifikasinya adalah:
• kelas 1: lesi dimulai dari lubang dan celah di bagian mana pun gigi tempat terjadinya hal ini
•kelas 2: lesi dimulai pada permukaan proksimal dari bicuspids dan molar
•kelas 3: lesi dimulai pada permukaan proksimal gigi seri dan cuspid, yang tidak perlu
diangkat dan pemulihan sudut insisal
• kelas 4: lesi dimulai pada permukaan proksimal dari gigi seri, yang membutuhkan
pengangkatan dan pemulihan sudut insisal
• kelas 5: lesi dimulai pada sepertiga gingiva - bukan pit atau fisura terkait - permukaan
labial, bukal atau lingual gigi gigi.
Akan tetapi, prinsip preparasi telah berubah sejak tahun 1970-an. Penekanannya
sekarang adalah membuat prparasi sekecil mungkin ( invasi minimal). Prinsip sebelum
memutuskan perawatan invasif adalah mendiagnosis keadaan pulpa, sebelum operasi,
menghindari kerusakan struktur gigi yang sehat, kebersihan restorasi, restorasi, lebih disukai
dengan bahan yang menututup rongga (agar pulpa terlindungi dan organisme kariogenik
mati), mendukung dan memperkuat jaringan yang melemah, adanya retensi bantuan serta
pertimbangan lain tentang materi seperti : penampilan, toksisitas, kekuatan, keausan,
karakteristik penanganan dan radiopasitas (untuk diagnosis karies)
Sama halnya dengan giigi sulung, perawatan invasif juga baik dilakukan jika
memungkinkan dan diperukan. Walaupun ada beberapa perbedaan anatomi yang jelas antara
•Ada penyempitan yang jelas pada transisi dari mahkota ke akar di gigi geraham sulung.
lebih cepat pada gigi sulung dibandingkan pada gigi permanen. Jadi, meski bersifat
sementara, gigi sulung sebaiknya direstorasi pada bagian gigi di mana kavitas (oklusal dan
perkiraan) menghalangi pengangkatan plak karena lesi.
•jika upaya sebelumnya untuk menghentikan lesi gagal dan ada bukti bahwa lesi berkembang
(ini membutuhkan periode observasi)
•dimana fungsinya terganggu
Namun, sebelum meraih bur, dokter gigi harus mempertimbangkan pilihan non-invasif.
Kedokteran gigi restoratif hanyalah bagian daripengendalian plak - perawatan non-operatif
juga penting
Kebanyakan orang percaya bahwa setiap kali mereka menyikat gigi, gigi mereka
bebas dari puing-puing. Membersihkan permukaan kira-kira dengan benang gigi secara
signifikan mengurangi produksi asam organik setelah tantangan karbohidrat, tetapi sisa
biofilm mempertahankan kemampuan untuk menghasilkan penurunan pH yang moderat. Jadi,
bahkan setelah hati-hati dilakukan pencabutan plak, gigi tidak pernah 'bersih' dari a
sudut pandang mikrobiologis. Bakteri akan sering begitu dipertahankan di permukaan yang
tidak rata dan di area yang berbeda dan sulit untuk dijangkau, seperti celah.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kebersihan gigi berperan
penting dalam kesehatan gigi dan mulut.
b. Aplikasi Fluoride
Fluorida sering direkomendasikan untuk melindungi dari karies gigi. Fluorida dapat
meningkatkan ketahanan gigi dan struktur untuk demineralisasi, oleh karena itu,
sangat penting untuk pencegahan karies. Ketika fluoride tersedia selama siklus demineralisasi
gigi, itu merupakan faktor utama dalam mengurangi karies aktivitas Ion fluorida
meningkatkan resistensi hidroksiapatit di email dan dentin untuk larut oleh asam plak dan
membentuk fluorapatite. Fluorid memberikannya efek anti-karies dengan tiga mekanisme
berbeda.
Pertama,keberadaan ion fluorida sangat meningkatkan pengendapan kalsium dan
ion fosfat hadir dalam air liur ke dalam struktur fluorapatit. Ini tidak terpecahkan endapan
menggantikan garam terlarut yang mengandung mangan dan karbonat yang tadi hilang
karena demineralisasi yang dimediasi oleh bakteri. Proses pertukaran ini menghasilkan
enamel menjadi lebih tahan asam.
Kedua, tidak berongga, karies lesi mengalami remineralisasi dengan cara dan proses
yang sama
Ketiga, fluorida memiliki aktivitas antimikroba. Dalam konsentrasi rendah, ion
fluorida
menghambat produksi enzimatis glukosiltransferase. Glukosiltransferase ini mencegah
glukosa membentuk ekstraseluler polisakarida, dan ini mengurangi bakteri adhesi.
Pembentukan polisakarida intraseluler juga dihambat, dan ini mencegah penyimpanan
karbohidrat dengan membatasi metabolisme mikroba di antara waktu makan tuan rumah.
Jadi,
durasi serangan karies dibatasi pada periode selama dan segera setelah makan. Ada beberapa
pasokan fluorid yang biasa kita temui yaitu :
2) Garam berfluoride
Pemberian fluorida melalui pemasukan garam merupakan alternatif dimana situasi
lokal tidak sesuai untuk fluoridasi air. Beberapa negara telah memperkenalkan kontrol garam
berfluoride sebagai alat untuk mengurangi prevalensi karies gigi di antara populasi masing-
masing. Studi telah menghasilkan data yang konsisten yang menunjukkan keefektifannya
dalam mengurangi kerusakan gigi.18 Terkait dengan konsentrasi optimal fluorida dalam
garam
diperlukan untuk mengurangi insiden gigi karies, itu harus memperhitungkan tingkat asupan
garam dan konsentrasi fluorida di air minum secara geografis individu daerah; namun, 200
mg fluorida / kg garam telah disarankan untuk diminimalkan.
3) Susu berfluoride
Susu berfluoride telah digunakan sebagai sumber fluoride, terutama untuk anak-
anak melalui program sekolah. Pemberian susu berfluoride untuk anak-anak adalah
dianggap sebagai cara yang cocok untuk meningkatkan asupan fluoride
4) Pasta gigi berfluorida
Pasta gigi berfluorida telah digunakan sebagai subjek pengujian paling
komprehensif. Berbagai macam studi yang terkontrol dengan baik telah dilakukan dan hampir
semuanya telah menunjukkan pengurangan yang cukup besar dalam kerusakan gigi yang
mengakibatkan kesehatan mulut sangat meningkat. Menyikat gigi dua kali sehari adalah
norma sosial yang wajar yang keduanya efektif dan nyaman bagi kebanyakan rutinitas orang
sehari-hari, dan praktik ini telah menjadi rekomendasi dasar untuk pencegahan karies.Anak-
anak yang mulai menggunakan fluoride pasta gigi pada usia <6 tahun berisiko lebih tinggi
untuk fluorosis email, karena refleks menelannya tidak selalu terkontrol dengan baik. Karena
itu, mereka harus diawasi selama menyikat, dan gunakan hanya sedikit jumlah pasta gigi
(misalnya porsi seukuran kacang polong).
Biasanya pasta gigi standar mengandung 1000-1450 ppmF. Mereka juga
mengandung abrasive ringan (seperti kalsium fosfat, kalsium karbonat, dan silika) yang
memberikan kekuatan pembersihan pada pasta gigi. Bahan umum termasuk natrium fluorida,
triclosan (yang membunuh kuman), dan natrium lauril sulfat (yang membantu pasta gigi
bercampur air). Pasta gigi anak hanya berisi sekitar 500 ppmF. Pasta gigi sensitif
mengandung sekitar 1450 ppmF, mereka mengandung garam strontium, zat kimia yang mirip
dengan kalsium. Pasta gigi berisi pemutih sekitar 1450 ppmF serta abrasive ringan yang dapat
membantu menghilangkan noda pada permukaan gigi. Pasta gigi berfluorida tinggi
mengandung lebih tinggi konsentrasi natrium fluorida (sekitar 2800 ppmF). Mereka
direkomendasikan untuk pasien yang memiliki risiko gigi tinggi kerusakan.
Meskipun pengobatan fluoride paling banyak dan efektif dalam mencegah karies
permukaan halus, kurang efektif dalam mencegah lubang dan karies fisura. Sealant memiliki
tiga efek pencegahan penting. Pertama, sealant secara mekanis mengisi lubang dan celah
dengan
resin tahan asam. Kedua, karena pit dan celah terisi, sealant menolak Streptococcus mutans
dan habitat yang disukai organisme kariogenik lainnya. Ketiga, sealant membuat lubang dan
celah lebih mudah dibersihkan dengan sikat gigi dan pengunyahan. Penggunaan sealant
merupakan pengobatan pencegahan yang efektif untuk karies. Indikasi untuk Penggunaan
sealant adalah untuk: