Anda di halaman 1dari 11

TRAUMA OKLUSAL BERKAITAN DENGAN PERIODONTITIS:

STUDI KASUS-KONTROL RETROSPEKTIF

JOURNAL READING PERIODONTI

Oleh:
Destiana Dewi Ramadhanty
4251211421

Pembimbing:
Dewi Lidya Ichwana Nasution, drg., Sp.Perio

PROGRAM PROFESI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
Nama : Destiana Dewi Ramadhanty
NIM : 4251211421
Judul : Trauma Oklusal Berkaitan dengan Periodontitis: Studi Kasus-Kontrol Retrospektif

Cimahi, Maret 2022

Ka. Bagian Periodonti Pembimbing

Herryawan, drg., Sp.Perio Dewi Lidya Ichwana Nasution, drg., Sp.Perio


NID. 412182479 NID. 412182582
Trauma Oklusal Berkaitan dengan Periodontitis: Studi Kasus-Kontrol Retrospektif
Cristian Camilo Ríos | Jorge Iván Campiño | Adriana Posada-López | Carolina Rodríguez-Medina |
Javier Enrique Botero

Abstrak
Latar Belakang: Kekuatan oklusal yang berlebihan dan trauma oklusal telah dikaitkan
sebagai faktor ko-destruktif periodontitis pada model hewan. Tujuan dari studi ini adalah
untuk menilai hubungan antara trauma oklusal dan periodontitis.
Metode: Sebanyak 167 kasus dan 205 kontrol dijadikan analisis studi. Trauma oklusal adalah
paparan yang diminati dan tercatat sebagai kasus dan kontrol. Ko-variabel klinis tambahan
juga dicatat sebagai analisis lanjutan. Hubungan dari paparan dan periodontitis ditentukan
dari rasio yang ganjil dan analisis regresi logistik disesuaikan dengan variabel pengganggu.
Hasil: Restorasi amalgam, oklusi patogenik, dan trauma oklusal lebih sering terjadi pada
kasus dibandingkan dengan kontrol (p≤0,05). Distribusi dari oklusi patogenik dan trauma
oklusal hampir sama berdasarkan tingkat dan golongan periodontitis. Analisis regresi logistik
menunjukkan hubungan yang signifikan dari perokok, kondisi sistemik, restorasi amalgam,
dan trauma oklusal dengan periodontitis (p≤0,05). Setelah menyesuaikan variabel
pengganggu di model, restorasi amalgam dan trauma oklusal tetap berkaitan erat dengan
periodontitis (p≤0,05).
Kesimpulan: Trauma oklusal berkaitan erat dengan periodontitis. Studi prospektif jangka
panjang lanjutan diperlukan untuk pemahaman lebih lanjut mengenai dampak dari kondisi
oklusal dan periodontitis.

1. PENDAHULUAN
Periodontitis adalah proses inflamasi yang diinisiasi dengan menempelnya biofilm pada
permukaan gigi yang mengakibatkan hilangnya jaringan pendukung periodontal dan pada
akhirnya jaringan pendukung gigi. Meskipun bakteri diperlukan untuk perkembangan
penyakit ini, faktor lain seperti kebiasaan dan kondisi sitemik juga biasanya terlibat dalam
etiopatogenesisnya.1
Oklusi patogenik didefinisikan sebagai kekuatan oklusal yang berlebih (kontak prematur
dan interferesi) yang dapat menimbulkan injuri pada sistem stomatognati, termasuk gigi dan
jaringan periodontal.2 Kerusakan gigi seringkali dimanifestasikan sebagai perubahan
ireversibel seperti aspek keausan pada gigi, gigi yang retak, dan pada beberapa kasus, fraktur.
Sebaliknya, lesi pada ligament periodontal dan tulang (trauma oklusal) akibat kekuatan
oklusal berlebih bersifat inflamasi dan pada akhirnya menghasilkan adaptasi dari jaringan
pendukung periodontal.3
Peran oklusi dalam perkembangan periodontitis telah dipelajari sebelumnya. Studi pada
model hewan telah menunjukkan secara jelas bahwa kekuatan oklusal berlebih tidak
mengurangi perlekatan periodontal pada kondisi tidak adanya plak. Selain itu, trauma oklusal
yang dihasilkan tidak menghasilkan kehilangan perlekatan, dan sebaliknya, reaksi pada
jaringan marginal dan apikal itu proporsional dengan proses inflamasi dari adaptasi kekuatan
oklusal. Hal ini menyebabkan peningkatan mobilitas dan hilangnya kepadatan kortikal secara
radiografik di puncak tulang alveolar dan daerah apikal gigi. Menariknya, tanda-tanda trauma
oklusal ini kembali seperti semula setelah dilakukan penyesuaian oklusal. Sebaliknya, hewan
percobaan dengan akumulasi plak mengakibatkan kerusakan periodontal yang signifikan.
Para penulis menyimpulkan bahwa kerusakan jaringan pendukung periodontal adalah hasil
dari akumulasi plak dan bukan trauma dari oklusi.4-6
Studi pada manusia jarang dan sulit dilakukan. Studi awal pada sampel kadaver manusia
menemukan hubungan antara trauma oklusal dengan poket infraboni dan defek tulang
angular.7 Sebaliknya, Waerhaug (1979)8 menyimpulkan bahwa poket periodontal dikaitkan
dengan pertumbuhan plak subgingiva ke arah bawah (apikal gigi) dan bukan oklusi. Tetapi
jenis penelitian ini memiliki keterbatasan penting dikarenakan penggunaan spesimen otopsi
yang tidak menyerupai dengan kondisi biologis dari oklusi dan jaringan periodontal.
Studi retrospektif dan cross-sectional telah menunjukkan hubungan antara diskrepansi
oklusal dan kedalaman probing serta hilangnya perlekatan klinis dari waktu ke waktu.9,10
Namun, besarnya efek pada parameter periodontal antara kelompok dengan dan tanpa
diskrepansi oklusal tidak berarti (<0,9 mm). Sebuah tinjauan sistematis naratif baru-baru ini
menyimpulkan bahwa ada beberapa hubungan antara trauma dari oklusi/diskrepansi oklusal
dan periodontitis, tetapi bukti yang menunjukkan bahwa diskrepansi oklusal mengubah
perkembangan periodontitis tergolong lemah.3 Sampai saat ini, tidak ada studi kasus-kontrol
yang dilakukan. Tujuan dari studi kasus-kontrol retrospektif ini adalah untuk menilai
hubungan antara trauma oklusal dan periodontitis.

2. BAHAN DAN METODE


2.1 Desain Studi dan Pengaturan
Studi kasus-kontrol retrospektif ini menggunakan catatan klinis pasien yang berkonsultasi
di klinik gigi Facultad de Odontologia (Universidad de Antioquia, Kolombia). Protokol
penelitian telah disetujui oleh dewan etika subjek manusia dari Facultad de Odontología
(Universidad de Antioquia, Kolombia; 16-2018) dan dilakukan sesuai dengan Deklarasi
Helsinki tahun 1975, yang direvisi pada tahun 2013.

2.2 Populasi dan Sampel


Catatan klinis pasien antara 2009 dan 2019 dimasukkan untuk screening. Perhitungan
sampel dengan rasio 1:2 dan dengan kekuatan 80% (95% confidence) untuk mendeteksi rasio
ganjil yang ≥2, menghasilkan 108 kasus dan 216 kontrol.

2.3 Kriteria Seleksi


Catatan klinis digunakan ketika memenuhi kriteria inklusi: berusia 18 tahun, setidaknya
terdapat 20 gigi yang tersebar di kedua lengkung rahang, terdapat bagan periodontal dan
radiograf periapikal. Catatan klinis dari pasien dengan edentulus lengkap, pasien ortodontik,
atau dengan informasi yang kurang dijadikan kriteria eksklusi. Semua informasi ditinjau dan
dikumpulkan oleh peneliti tunggal.
2.4 Definisi dari kasus dan kontrol
Kasus didefinisikan sebagai pasien dengan diagnosis klinis periodontitis yang tidak
bergantung pada perluasan dan keparahan pada konsultasi pertama. Kasus yang dimaksud
memiliki istilah diagnosis yang berbeda-beda dan digunakan sampai saat ini: periodontitis
agresif, adult periodontitis, dan periodontisis kronis. Necrotizing periodontitis dan
periodontitis refraktori tidak dipertimbangkan pada studi. Pasien dengan periodontitis
menunjukkan ≥2 area interproksimal dengan hilangnya tingkat perlekatan klinis (clinical
attachment level/CAL) yang tidak berdekatan, kedalaman probing ≥4 mm, dan terjadi
perdarahaan saat di probing (bleeding on probing/BOP). Kehilangan tulang terlihat pada
radiograf periapikal.
Kontrol merupakan individu dari sumber populasi yang sama tapi tidak memiliki
periodontitis atau yang telah berhasil dirawat. Karena kesulitan dalam mendapatkan pasien
dengan jaringan periodontal yang benar-benar sehat, sehingga yang termasuk dalam kontrol
adalah pasien dengan jaringan periodontal yang utuh, serta pasien dengan kesehatan gingiva
klinisnya memiliki pengurangan jaringan periodontal, baik itu pada pasien periodontitis stabil
ataupun non-periodontitis. Kontrol memiliki karakteristik yaitu kedalaman probing ≤3 mm
dengan minimal BOP (<10%). Kehilangan tingkat perlekatan klinis juga dapat terjadi seiring
dengan kehilangan tulang yang terlihat secara radiograf.

2.5 Paparan yang Diminati


Trauma oklusal didefinisikan ketika ≥1 gigi dengan pelebaran ruang ligament periodontal
(secara radiograf), mobilitas/murmur gigi, rasa tidak nyaman/sakit saat oklusi, dan tanda-
tanda dari diskrepansi oklusal.3

2.6 Kovariabel
Informasi mengenai usia, jenis kelamin, kondisi sistemik (diabetes, artritis, dan lainnya),
dan perokok dikumpulkan. Selain itu, data parameter klinis juga dikumpulkan: kehilangan
tingkat perlekatan klinis (ringan 1-2 mm, sedang 3-4 mm, berat ≥5 mm), jumlah kehilangan
gigi (termasuk gigi molar ketiga), adanya restorasi amalgam dan resin, bruksisme, malposisi
gigi, kontak prematur (pada non-working side), murmur gigi, aspek keausan, resesi bukal,
jumlah area dengan kedalaman probing ≥4 mm, jumlah area dengan CAL ≥4 mm dan
mobilitas gigi (kelas 1, 2, 3). Oklusi patogenik diartikan ketika ≥1 gigi dengan diskrepansi
oklusal seperti interferensi dan kontak prematur.2
Tingkat periodontitis (I, II, III, IV) dan derajat (A, B, C) ditentukan dengan meninjau
informasi medis umum pasien, bagan periodontal, dan radiograf, berdasarkan rekomendasi
dari klasifikasi terbaru penyakit periodontal.11

2.7 Analisis Statistik


Variabel kontinu disajikan dalam rata-rata (95% confidence interval [CI]) atau median
(rentang interkuartil). Tes Kolmogorov‒Smirnov digunakan untuk penilaian normalitas.
Parameter klinis periodontal dianalisis dengan uji Mann-Whitney untuk sampel independen.
Variabel kategori disajikan sebagai n (%) dan dianalisis dengan uji Chi-square atau Fisher.
Hubungan antara paparan (trauma oklusal) dan periodontitis ditentukan oleh rasio ganjil (OR;
95% CI). Untuk menguji hubungan variabel yang relevan dengan periodontitis, dilakukan
analisis sensitivitas (model regresi logistik) yang menyertakan rasio ganjil kasar dan
disesuaikan dengan variabel pengganggu. Semua data dianalisis dalam SPSS (ver.24) dan
perbedaan statistik dianggap signifikan ketika p≤0,05.

3. HASIL
Sebanyak 3.600 catatan klinis dinilai. Didapatkan sebanyak 3.228 tidak dapat
dimasukkan untuk analisis, serta 372 catatan yang terdiri dari 167 kasus dan 205 kontrol
dimasukkan untuk analisis.
Tabel 1 menggambarkan informasi demografis dari sampel studi ini. Usia rata-rata dari
kasus dan kontrol masing-masing adalah 50,8 dan 45,8 tahun. Distribusi menurut jenis
kelamin dan kondisi sistemik memiliki kemiripan antara kasus dan kontrol. Perokok lebih
banyak pada kasus dibandingkan kontrol (p≤0,05).

Tabel 1. Demografis dan deskripsi klinis dari sampel penelitian


Kasus Kontrol
Jumlah subjek 167 205
Usia (95% CI) 50,6 (48,9-52,2) 45,8 (44,1-47,4)
Jenis Kelamin Laki-laki 64 (38,4%) 69 (33,6%)
Perempuan 103 (61,6%) 136 (66,4%)
Kondisi sistemik Diabetes 10 (5,9%) 8 (3,9%)
Artritis 2 (1,1%) 2 (1%)
Diabetes dan artritis 1 (0,5%) 1 (0,5%)
Lainnya 51 (30,5%) 46 (22,4%)
Tidak ada 103 (62%) 148 (72,2%)
Perokok 24 (14,3%)* 15 (7,3%)
CI, confidence interval.
*p≤0,05; Chi-square.

Perbandingan variabel klinis antara kasus dan kontrol disajikan pada Tabel 2. Frekuensi
kehilangan CAL berat lebih tinggi pada kasus daripada kontrol, sementara kehilangan CAL
sedang dan ringan lebih tinggi pada kontrol daripada kasus (p≤0,05). Hanya 4,9% dari
kontrol yang tidak menunjukkan hilangnya CAL. Jumlah gigi yang hilang dan area dengan
tingkat kehilangan CAL ≥4 mm lebih tinggi pada kasus dibandingkan kontrol (p≤0,05).
Peningkatan mobilitas gigi dan murmur lebih sering terjadi pada kasus dibandingkan dengan
kontrol di mana 72,2%nya tidak menunjukkan mobilitas (p≤0,05). Adanya restorasi
amalgam, oklusi patogenik, dan trauma oklusal lebih sering terjadi pada kasus dibandingkan
dengan kontrol (p≤0,05). Tidak ada perbedaan signifikan mengenai frekuensi restorasi resin,
kelainan oklusal lainnya, dan resesi bukal antara kasus dan kontrol.
Tabel 2. Perbandingan frekuensi dari variabel klinis yang relevan antara kasus dan kontrol
Variabel Kasus (n=167) Kontrol (n=205) Nilai-p
Kehilangan CAL Tidak ada 0 10 (4,9%) NS
Ringan 3 (1,8%) 18 (8,8%) <0,05*
Sedang 17 (10,2%) 159 (77,5%) <0,05*
Berat 147 (88%) 18 (8,8%) <0,05*
Jumlah gigi yang hilang, median (IQR) 4 (2-6) 1 (1-4) <0,05†
Protesa cekat 21 (12,8%) 26 (12,6%) NS
Restorasi amalgam 160 (95,8%) 169 (83,7%) <0,05*
Restorasi resin 156 (93,4%) 189 (92,1%) NS
Bruksisme 101 (60,5%) 124 (60,5%) NS
Kontrak prematur pada non-working side 166 (99,4%) 203 (99%) NS
Malposisi gigi 164 (98,2%) 198 (96,6%) NS
Aspek keausan 155 (92,8%) 201(98%) NS
Resesi bukal 161 (96,4%) 200 (97,6%) NS
Pelebaran ruang PDL 160 (95,8%) 176 (85,8%) <0,05*
Murmur gigi 49 (29,3%) 39 (19%) <0,05*
Rasa tidak nyaman/sakit saat oklusi 160 (95,8%) 176 (85,8%) <0,05*
Trauma oklusal 160 (95,8%) 176 (85,8%) <0,05*
Oklusi patogenik 141 (84,4%) 142 (69,2%) <0,05*
Jumlah area dengan PD ≥4 mm; median 16 (9-32) 0 NS
(IQR)
Jumlah area dengan CAL ≥4 mm; median 31 (17-60) 10 (5-20,5) <0,05†
(IQR)
Kegoyangan gigi Tidak ada 56 (33,5%) 148 (72,2%) <0,05*
Kelas 1 52 (31,1%) 49 (23,9%) NS
Kelas 2 44 (26,4%) 8 (3,9%) <0,05*
Kelas 3 15 (9%) 0 (0%) NS
CAL, tingkat perlekatan klinis; PD, kedalaman probing; PDL, ligament periodontal.
*Chi-square.

Uji Mann-Whitney.

Hubungan antara oklusi patogenik/trauma oklusal dengan periodontitis ditunjukkan pada


tabel 3 dan 4. Distribusi dari oklusi patogenik dan trauma oklusal serupa bila dilihat dari
tingkat dan derajat periodontitis (Tabel 3). Analisis regresi logistik (Tabel 4) menunjukkan
hubungan yang signifikan dari perokok, kondisi sistemik, restorasi amalgam, oklusi
patogenik, dan trauma oklusal dengan periodontitis (p≤0,05). Tetapi setelah menyesuaikan
variabel pengganggu di model, restorasi amalgam dan trauma oklusal tetap berkaitan erat
dengan periodontitis (p≤0,05).

Tabel 3. Distribusi dari oklusi traumatik dan trauma oklusal pada kasus berdasarkan tingkat
dan golongan periodontitis
Kasus Periodontitis (n=167)
Tingkat Nilai-p*
II (n=11) III (n=87) IV (n=69)
Oklusi 11 (100%) 87 (100%) 68 (98,5%) NS
patogenik
Trauma oklusal 9 (81,8%) 85 (97,7%) 66 (95,6%) NS
Derajat
B (n=128) C (n=39)
Oklusi 128 (100%) 38 (97,4%) NS
patogenik
Trauma oklusal 125 (97,6%) 35 (89,7%) NS

Tabel 4. Analisis regresi logistik dari variabel klinis yang relevan dan hubungannya dengan
periodontitis
Periodontitis
Variabel Rasio Ganjil 95% CI Rasio Ganjil 95% CI
(OR) (OR) yang
disesuaikan*
Jenis kelamin
Laki-laki 1.00 1.00
Perempuan 0.81 (0.53-1.25) 0.87 (0.55-1.36)
Perokok
Ya 2.12 (1.07-4.19) 2.1 (1.05-4.37)
Tidak 1.00 1.00
Kondisi sistemik
Ya 1.61 (1.04-2.50) 1.38 (0.88-2.18)
Tidak 1.00 1.00
Bruksisme
Ya 1.00 (0.65-1.51) 0.97 (0.63-1.51)
Tidak 1.00 1.00
Malposisi gigi
Ya 1.93 (0.49-7.59) 1.08 (0.25-4.70)
Tidak 1.00 1.00
Restorasi amalgam
Ya 4.86 (2.10-11.25) 3.96 (1.67-9.41)
Tidak 1.00 1.00
Trauma oklusal
Ya 3.77 (1.60-8.83) 3.20 (1.29-7.92)
Tidak 1.00 1.00
Oklusi patogenik
Ya 2.41 (1.44-4.02) 1.92 (1.11-3.30)
Tidak 1.00 1.00
*Model regresi logistik. Variabel yang termasuk pada model yang sudah disesuaikan: jenis kelamin, perokok,
kondisi sistemik, bruksisme, malposisi gigi, restorasi amalgam, trauma oklusal, dan oklusi patogenik. Signifikan
secara statistik ditulis dalam angka yang ditebalkan.

4. DISKUSI
Oklusi patogenik dan trauma oklusal secara signifikan berhubungan dengan periodontitis
dalam studi kasus-kontrol retrospektif ini setelah dilakukan analisis dari variabel klinis yang
relevan. Penelitian pada hewan telah menunjukkan efek merugikan dari kedua kondisi
tersebut terhadap periodontitis yang telah berkembang.4 Tetapi studi eksperimental seperti ini
tidak mungkin dilakukan pada manusia, dan oleh karena itu, pengamatan yang sama belum
dikonfirmasi. Studi analitik menawarkan kemungkinan untuk menyelidiki kondisi tertentu
ketika randomisasi paparan yang tidak layak secara etis.
Tidak ada studi kasus-kontrol sebelumnya yang dapat digunakan untuk membandingkan
hasil studi kami, sehingga kami hanya bisa mendiskusikan pentingnya hasil studi ini terhadap
bukti terbaik yang tersedia.12 Tinjauan sistematis oleh Fan dan Caton (2018),3 memberikan
sudut pandang referensi yang penting. Setelah meninjau beberapa studi secara teliti, penulis
meringkas temuan penelitian ini secara naratif dan menyimpulkan bahwa terdapat beberapa
hubungan antara trauma oklusal/diskrepansi oklusal dan periodontitis. Mengenai pernyataan
ini, studi kami memberikan tingkat hubungan yang objektif dan bukti yang lebih baik antara
hubungan oklusi patogenik/trauma oklusal dan periodontitis.
Setelah menganalisis hasil studi, kita dapat menyiratkan bahwa oklusi patogenik dan
trauma oklusal merupakan faktor risiko penting bagi periodontitis. Tetapi perhatian khusus
dari sifat penelitian, penyakit, dan paparan harus dipertimbangkan terlebih dahulu. Studi
kasus-kontrol bergantung pada beberapa bias yang dapat memengaruhi kesimpulan studi.
Karena penyakit dan paparan telah terjadi, sulit untuk menyimpulkan bahwa hasil yang
diinginkan adalah hasil dari paparan yang diminati. Risiko hanya dapat diasumsikan jika ada
bukti bahwa paparan terjadi sebelum hasil dan ini hanya dapat dicapai secara memadai dalam
studi kohort. Selain itu, untuk satu penyakit mungkin memiliki beberapa paparan dan variabel
pengganggu. Oleh karena itu, kriteria definisi untuk kasus/kontrol dan potensi paparan
sangatlah penting. Dalam penelitian ini, sampel dihitung untuk mendeteksi dan rasio ganjil
(OR)≥2 dan kasus didefinisikan menggunakan pengetahuan terkini tentang periodontitis.
Meskipun demikian, kontrol sulit untuk ditentukan karena pasien dengan jaringan periodontal
yang utuh tidak biasa terdapat di klinik pendidikan gigi. Untuk alasan ini, definisi terbaik
kami untuk kontrol dalam penelitian ini termasuk pasien dari sumber populasi yang sama
dengan kasus tetapi yang mungkin mengalami penurunan jaringan periodontal dan gingivitis.
Keputusan ini selanjutnya didukung oleh kesimpulan Fan and Caton (2018):3 “kekuatan
oklusal yang berlebihan tidak memicu penyakit periodontal yang diinduksi plak atau
hilangnya perlekatan periodontal”.
Data untuk penelitian ini diambil dari catatan klinis dari klinik pendidikan gigi. Skenario
ini memiliki kekhasan bahwa semua informasi klinis terdaftar dan dikonfirmasi oleh dokter
gigi yang berpengalaman. Namun demikian, hanya catatan klinis lengkap yang memenuhi
kriteria inklusi yang dipertimbangkan untuk dianalisis. Diagnosis dan variabel klinis
dikonfirmasi oleh peneliti tunggal dan karenanya, bias seleksi dikendalikan. Selanjutnya,
analisis sensitivitas menunjukkan bahwa oklusi patogenik dan trauma oklusal secara
signifikan terkait dengan periodontitis setelah disesuaikan dengan variabel yang relevan dan
faktor risiko (rokok). Tetapi hubungan tidaklah sama artinya dengan penyebab. Akibatnya,
dapat dikatakan bahwa oklusi patogenik dan trauma oklusal keduanya sering terjadi pada
pasien dengan periodontitis yang memiliki hubungan tertentu tetapi tidak memberikan bukti
bahwa kedua hal tersebut yang menyebabkannya.
Salah satu variabel tambahan penting yang menghasilkan hubungan yang signifikan
dengan periodontitis dalam penelitian ini adalah restorasi amalgam pada gigi posterior. Telah
dilaporkan sebelumnya bahwa restorasi proksimal yang rusak berkontribusi pada akumulasi
plak dan kerusakan periodontal.13,14 Selanjutnya, amalgam dengan oklusal yang tinggi juga
dapat berkontribusi pada oklusi patogenik dan trauma oklusal dengan menyebabkan kontak
prematur dan kekuatan yang berlebihan.15 Analisis sensitivitas menunjukkan hubungan
independen dengan periodontitis setelah disesuaikan dengan variabel klinis dan oklusal.
Namun demikian, meskipun restorasi resin tidak menunjukkan hubungan yang signifikan
dengan periodontitis dalam penelitian ini, dapat diterima bahwa setiap jenis restorasi, anterior
atau posterior, yang tidak disesuaikan dengan baik untuk oklusi dapat menghasilkan
gangguan oklusal. Hal ini memperkuat sifat multifaktorial dan jumlah variabel yang dapat
berinteraksi dalam perkembangan periodontitis.
Pemahaman sebab-akibat antara oklusi patogenik, trauma oklusal, dan periodontitis
masih kontroversial karena bukti yang terbatas. Interaksi multifaktorial pada periodontitis
membuat studi tentang hubungan ini semakin sulit pada manusia. Selain itu, definisi trauma
oklusal didasarkan pada tanda dan gejala klinis yang tidak khas pada kondisi ini, serta
diagnosis harus dibuat berdasarkan pemeriksaan histologi (Fan dan Caton, 2018).3 Studi
retrospektif sebelumnya melaporkan bahwa gigi dengan peningkatan mobilitas dan
diskrepansi oklusal menunjukkan kehilangan kedalaman probing (PD) dan tingkat perlekatan
klinis (CAL) yang lebih besar pada gigi periodontitis dibandingkan dengan gigi kontrol pada
pasien yang sama.9,16 Meskipun demikian, perbedaan kehilangan kedalaman probing (PD)
dan hilangnya tingkat perlekatan klinis (CAL) antara gigi dengan dan tanpa diskrepansi
oklusal sangat kecil dan dengan demikian masih diperdebatkan apakah ada hubungan sebab-
akibat. Jika kekuatan oklusal yang berlebihan memiliki peran ko-destruktif dalam
periodontitis yang sudah berkembang, hal ini akan tercermin dalam besarnya kehilangan
perlekatan periodontal. Dalam penelitian ini, tidak ada hubungan antara oklusi
patogenik/trauma oklusal dan keparahan periodontitis yang dapat dibuktikan, dan oleh karena
itu perlu penelitian lebih lanjut.
Salah satu keterbatasan penting dari penelitian ini adalah desain retrospektifnya.
Dibandingkan dengan studi prospektif, studi retrospektif dianggap lebih rendah karena cara
pengumpulan informasi. Meskipun demikian, perhatian tetap diberikan pada perhitungan
sampel, kriteria pemilihan, definisi kasus/kontrol, dan variabel paparan untuk mengurangi
potensi bias. Selain itu, analisis statistik disesuaikan untuk variabel yang relevan dan faktor
risiko yang terbukti, dan hal ini memberikan dukungan yang lebih kuat untuk hubungan
tersebut.

5. KESIMPULAN
Trauma oklusal berkaitan erat dengan periodontitis. Studi prospektif jangka panjang
lanjutan diperlukan untuk pemahaman lebih lanjut mengenai dampak kondisi oklusal dan
periodontitis. Penulis tidak melaporkan adanya konflik kepentingan yang berhubungan
dengan studi ini.

KONTRIBUSI PENULIS
Dr. Rios, Dr. Campino, Dr. Rodriguez-Medina, and Prof. Botero berkontribusi dalam
pembuatan konsep dan desain studi ini. Dr. Posada-Lopez berkontribusi dalam analisis data.
Semua penulis berkontribusi sama dalam penyusunan artikel.

ORCID
JavierEnrique Botero https://orcid.org/0000-0001-7572- 7384
REFERENSI
1. Bartold PM. Lifestyle and periodontitis: the emergence of personalized periodontics.
Periodontol 2000. 2018;78:7-11.
2. American Academy of Prosthodontics. The glossary of prosthodontic terms: ninth
edition. J Prosthet Dent. 2017;117:e1-e105.
3. Fan J, Caton JG. Occlusal trauma and excessive occlusal forces: narrative review, case
definitions, and diagnostic considerations. J Periodontol. 2018;89(1):S214-S222.Suppl.
4. Lindhe J, Svanberg G. Influence of trauma from occlusion on progression of
experimental periodontitis in the beagle dog. J Clin Periodontol. 1974;1:3-14.
5. Lindhe J, Ericsson I. The influence of trauma from occlusion on reduced but healthy
periodontal tissues in dogs. J Clin Periodontol. 1976;3:110-122.
6. Biancu S, Ericsson I, Lindhe J. Periodontal ligament tissue reactions to trauma and
gingival inflammation. An experimental study in the beagle dog. J Clin Periodontol.
1995;22:772-779.
7. Glickman I, Smulow JB. Further observations on the effects of trauma from occlusion in
humans. J Periodontol. 1967;38:280-293.
8. Waerhaug J. The infrabony pocket and its relationship to trauma from occlusion and
subgingival plaque. J Periodontol. 1979;50:355-365.
9. Nunn ME, Harrel SK. The effect of occlusal discrepancies on periodontitis. I.
Relationship of initial occlusal discrepancies to initial clinical parameters. J Periodontol.
2001;72:485-494.
10. Bernhardt O, Gesch D, Look JO, et al. The influence of dynamic occlusal interferences
on probing depth and attachment level: results of the Study ofHealth in Pomerania
(SHIP). J Periodontol. 2006;77:506-516.
11. Papapanou PN, Sanz M, et al. Periodontitis: consensus report of Workgroup 2 of the
2017 World Workshop on the Classification of Periodontal and Peri-Implant Diseases
and Conditions. J Clin Periodontol. 2018;45(20):S162-S170.
12. Campino JI, Rios CC, Rodriguez-Medina C, Botero JE. Association between traumatic
occlusal forces and periodontitis: a systematic review. J Int Acad Periodontol.
2019;21:148-158.
13. Eid M. Relationship between overhanging amalgam restorations and periodontal disease.
Quintessence Int. 1987;18:775-781.
14. Millar B, Blake K. The influence of overhanging restoration margins on interproximal
alveolar bone levels in general dental practice. Br Dent J. 2019;227:223-227.
15. Landay MA, Nazimov H, Seltzer S. The effects of excessive occlusal force on the pulp. J
Periodontol. 1970;41:3-11.
16. Harrel SK, Nunn ME. The association of occlusal contacts with the presence of increased
periodontal probing depth. J Clin Periodontol. 2009;36:1035-1042.

Anda mungkin juga menyukai