Anda di halaman 1dari 15

TERAPI BEDAH PERIODONTAL

Bedah Periodontal di abad ke-21


Terapi periodontal mengacu pada pencegahan penyakit, mengurangi progresivitas
penyakit, regenerasi jaringan periodontal yang hilang, dan menjaga tercapainya tujuan
terapeutik.Berbagai

teknik

terapi

telah

digunakan

termasuk

kuretase

subgingiva,

gingivektomi, modified Widman flap, dan full or split thickness flap procedure dengan atau
tanpa rekonturing tulang. Pendekatan bedah yang terbaik masih menjadi kontroversi, namun
hasil dari uji klinis secara longitudinal telah menunjukkan kelebihan dan kekurangan pada
masing-masing teknik.
Lebih dari 30 tahun sejak penelitian pertama tentang pengobatan penyakit
periodontal, sebelumnya pemilihan pengobatan periodontal hanya sebatas pemikiran deduksi
dan observasi empiris.Ramfjord et.al.kemudian bermaksud merubah pengobatan periodontal
menjadi pengobatan yang berdasarkan penelitian ilmiah.
Penelitian

penelitian

longitudinal

yang

membandingkan

pengobatan

bedah

menunjukkan hasil yang bermanfaat untuk periodontia.Penelitian tersebut memiliki relevansi


langsung dengan dunia klinik sehari-hari.Terdapat tujuh pusat penelitian, yaitu terdapat di
Michigan, Goteborg, Minnesota, Washington, Aarhus, Tucson, dan Nebraska.Setiap
penelitian memiliki keunikan dan kontribusi tersendiri dalam menghasilkan data untuk
pembangunan pengetahuan.
Penelitian yang dilakukan di Michigan berisi tentang perbandingan kuretase dan
prosedur penghilangan poket. Penghilangan poket yang dimaksud adalah gingivektomi atau
prosedur flap dengan atau tanpa rekonturisasi oseus. Bertahun-tahun kemudian perbandingan
tersebut berkembang termasuk modified Widman flap dan scaling and root planning.
Penelitian di Michigan yang lain adalah berdasarkan kedalaman probing: 1-3 mm, 4-6
mm, dan 7 mm atau lebih. Hasil penelitian juga dibandingkan berdasarkan tipe gigi: molar
rahang atas, molar rahang bawah, premolar rahnag atas, premolar rahang bawah, anterior
rahang atas, dan anterior rahang bawah. Data kemudian dikumpulkan berdasarkan full mouth
atau kedalaman probing. Secara umum terdapat perbedaan kecil yang ditemukan diantara
kedua treatment tersebut, berdasarkan kedalaman probing dan tipe gigi.Berdasarkan sudut
pandang klinis, perbedaan tersebut insignifikan, namun masih terdapat perbedaan.
Kuretase, skeling dan root planning dan prosedur modified Widman flap memiliki
hasil berupa level perlekatan yang sedikit lebih baik, disamping prosedur penghilangan poket
memberikan pengurangan kedalaman probe yang besar.

Penelitian yang dilakukan Goteborg memiliki desain yang sedikit berbeda dengan
yang dilakukan di Michigan dan memiliki hasil yang berbeda. Lindhe dan Nyman
berhipotesis sekalipun kasus lanjut dari periodontitis dapat diobati jika plak control yang
optimal dapat dicapai. Hal ini menunjukkan pasien yang tidak dapat mengontrol plaknya
tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.
Teknik bedah yang dites adalah gingivektomi, modified Widman flap dengan atau
tanpa rekonturing oseus, dan flap kearah apical dengan atau tanpa rekonturing oseus. Seluruh
teknik terhambat oleh loss of attachment, namun attachment terbaik didapat saat reseksi
oseus dihindari dan jaringan lunak dijahit agar menutupi seluruh tulang alveolar. Tidak
terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa plak dapat mengakibatkan periodontitis, namun
penelitan tersebut memberikan hasil bahwa jaringan yang bersih dari plak tidak
mengakibatkan progresivitas penyakit.
Goteborg kemudian melakukan penelitian yang terbatas untuk membandingkan
skeling dan root planning dengan modified Widman flap. Penelitian tersebut menunjukkan
level attachment yang berubah dan terdapat penurunan kedalaman probing. Kedalaman
probing kritis untuk skeling dan root planning serta modified Widman flap telah
teridentifikasi. Nilai diatas kedalaman probing kritis memberikan respon dengan terdapatnya
perlekatan, sedangkan nilai di bawahnya memberikan hasil hilangnya perlekatan.Kedalaman
probing kritis adalah 2.9 mm untuk skeling dan root planning, lalu 4.2 mm untuk modified
Widman flap. Hal ini memperbaiki konsep bahwa respon perawatan yang besar bergantung
dari kedalaman probing dan menunjukkan : 1) respon tersebutbersifat spesifik pada
perawatan. 2) titik yang presisi pada perlekatan.
Penelitian yang dilakukan di Minnesota berfokus padaperbandingan skeling dan root
planning serta modified Widman flap. Penelitian yang dilakukan selama 6.5 tahun, perbedaan
kecil pada perlekatan diantara kedua treatment tersebut telah ditemukan.Terdapat pula
perbedaan minimal pada kedua treatment tersebut berupa data tingkat perlekatan dan
kehilangan gigi untuk molar dan non molar. Penelitian Aarhus membandingkan posisi flap
kea rah apical pada modified Widman flap dan skeling dan root planning. Perbedaan kecil
ditemukan kembali pada kedua jenis treatment tersebut.Bak Minesota dan Aarhus telah
dirancang dan dihasilkan untuk mengonfirmasi penemuan yang telah dilakukan di Michigan
dan Goteborg.
Penelitian di Washington memiliki keunikan tersendiri yaitu secara khusus
mendefinisikan bedah oseus sebagai desain untuk membangun positive,scalloped
architecture. Flap yang diposisikan ke apical tanpa rekonturing oseus disebut yang flap

kuretase dibandingkan dengan flap yang diposisikan ke apical dengan rekonturing oseus.
Oseus rekonturing menghasilkan lebih attachment loss, dan berkurang kedalaman probing
dibanding flap kuretase.
Penelitian di Tucson berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, mereka
melakukan percobaanynya di tempat praktek pribadi daripada di universitas. Becker et al.
membandingkan skeling dan root planning, dan modified Widman flap.
Penelitian di Nebraska merupakan penelitian terbaru yang bersifat jangka
panjang.Pertama-tama termasuk grup skeling koronal.Kedua, respon furkasi dianalisis
menggunakan horizontal attachment data.Lokasi yang diterapi menggunakan bedah tulang
menghasilkan insidensi rekurensi yang paling minimal.Ketiga, lokasi dinilai dengan post
surgical probing depth tidak hanya initial probing depth. Sehingga efek terapi kemudian
dievaluasi berdasarkan kedalaman probing selama terapi.Insidensi breaking down meningkat
sejalan dengan meningkatnya kedalaman probing pasca bedah.Keempat, insidensi pertahun
pada lokasi breaking down telah diketahui. Tingkat rekurensi paling besar terjadi pada
alokasi yang diterapi dengan skeling dan root planning yang memiliki kemiripan dengan
modified Widman flap, dan rekurensi paling kecil terjadi pada lokasi yang diterapi bedah
oseus. Efek dari merokok pada keberhasilan terapi telah diperiksa dan ditemukan pengaruh
yang besar pada rekurensi penyakit. Sehingga perokok dapat merespon dengan adanya terapi,
namun efek terapi tidak terlalu besar, dan tingkat rekurensinya tinggi dibanding bukan
perokok

Interpretasi Penelitian Longitudinal


Wang menemukan bahwa pasien periodontitis yang dirawat berkembang 0.03
mm/tahun, Westfelt et al. melaporkan 0.04mm/tahun, dan Loe et al. melaporkan 0.06
mm/tahun. Dengan menggunakan 0.06 mm/tahun sebagai contoh akan memberikan
perkembangan 0.3mm selama 5 tahun, dan 0.6mm selama 10 tahun. Di sisi yang lain,
periodontitis yang tidak dirawat akan berkembang lebih cepat. Craft menemukan
0.1mm/tahun, sementara Axelsson & Lindhe melaporkan 0.2mm/tahun dan Loe et al juga
menemukan 0.2mm/tahun. Jika 0.2 mm/tahun maka selama 5 tahun akan berkembang 1mm
dan 2mm dalam 10 tahun. Perbedaan perkembangan pada periodontitis yang dirawat dan
tidak adalah 0.7 mm selama 5 tahun dan 1.4 mm selama 10 tahun.Perbedaan yang kecil
antara periodontitis yang dirawat dan tidak dirawat sulit untuk dideteksi dengan tepat
menggunakan peralatan yang biasanya digunakan.Hal ini bahkan lebih benar untuk mengukur
perbedaan dua bentuk perawatan, di mana perkembangan pertahunnya berarti seperseratus

millimeter. Karena sebagian besar studi longitudinal 5 tahun atau kurang, dan semuanya
kurang dari 10 tahun lamanya, hal ini menunjukkan bahwa terbatasnya tingkat perkembangan
yang sebenarnya terjadi membuat sulit untuk menemukan perbedaan antar perawatan dengan
menggunakan nilai rata-rata.
Jeffcoat & Reddy menunjukkan bahwa resolusi instrumen probing dapat memiliki
pengaruh besar pada interpretasi tingkat perkembangan periodontitis Menggunakan Alabama
cementoenamel Junction Probe, dengan resolusi 0,1 mm, mereka menemukan bahwa tipe
yang sering terjadi adalah perkembangan yang terus-menerus, sementara menggunakan probe
manual, dengan resolusi 1 mm, perkembangan tampak dalam semburan episodik
periodontitis. Resolusi yang lebih tinggi dari instrumen akan memberikan data yang lebih
baik untuk perbandingan efek perawatan.
Penggunaan full mouth means merupakan metode yang penting dalam menganalisis
data. Hal ini merupakan cara yang sangat baik untuk menunjukkan kecenderungan dan efek
pasien. Full mouth means juga dapat mengaburkan penting efek lokasi individu. Frekuensi
data, kejadian (rate) kekambuhan dan tingkat perkembangan penyakit merupakan metode
analisis yang akan mengidentifikasi efek khusus lokasi. Dengan demikian, ada perbedaan
yang jelas antara data berbasis-pasien dan berbasis lokasi, dan kedua jenis analisis yang
diperlukan untuk menjelaskan hasil perawatan yang sebenarnya.Banyak studi longitudinal
telah gagal untuk menggunakan kedua bentuk analisis sehingga banyak pertanyaan yang
belum terjawab.
Machtei et al. melaporkan kecepatan perkembangan periodontitis yang tidak dirawat
selama lebih dari 9 bulan lebih besar pada poket yang dalam daripada yang dangkal.
Penelitian ini menggunakan 12 batas individual perkembangan untuk setiap pasien
berdasarkan kedalaman probing, jenis gigi, dan lokasi probing bukal atau lingual.Analisis
data yang canggih digunakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai
tingkat kecepatan perkembangan periodontitis pada setiap lokasi karena karena batas
individual memungkinkan pilihan yang lebih akurat dari perkembangan lokasi untuk
penelitian.
Temuan awal penelitian longitudinal, menggunakan full mouth means, bahwa ada
sedikit perbedaan antara perawatan apakah bedah atau non-bedah, yaitu scaling dan root
planning. Karena rancangan penelitian telah berkembang dan metode analisis data menjadi
lebih canggih gambaran yang berbeda mungkin muncul.Kedalaman probing yang lebih
dangkal dapat memperoleh penekanan terapi yang lebih besar karena penurunan insidensi
kerusakan periodontal.

Awalnya pilihan hasil variabel primer untuk studi longitudinal berarti tingkat
perlekatan.Tiga puluh tahun kemudian pilihan hasil variabel primer berubah.Penelitian
selanjutnya sebaiknya menyertakan data frekuensi untuk membantu membedakan efek lokasi
individu, tingkat kekambuhan pertahun dan kumulatif diperlukan untuk membedakan antara
perawatan, dan laju perkembangan penyakit pada situs individu diperlukan untuk
menganalisis lebih lanjut hasil pengobatan.Instrumentasi dengan resolusi yang lebih tinggi
diperlukan

untuk

memberikan

teknik

yang

lebih

baik

untuk

mengukur

nilai

probing.Peningkatan teknik dalam mengidentifikasi perkembangan lokasi juga diperlukan.


Sementara banyak yang telah dipelajari dalam penelitian jangka panjang terapi
periodontal, ada banyak yang masih harus dipelajari. Tujuan utamanya adalah untuk
memberikan perawatan yang diperkirakan akan menahan perkembangan penyakit dan
memberikan hasil jangka panjang yang stabil. Tiga puluh tahun penelitian secara klinis yang
sangat baik telah menindaklanjuti tujuan tersebut, tetapi studi tambahan diperlukan untuk
lebih tepat menentukan peran masing-masing modalitas terapi.Penilaian klinis yang baik dan
pengobatan secara individual disesuaikan dengan kebutuhan pasien adalah pendekatan yang
terbaik berdasarkan data saat ini.

Indikasi Bedah Periodontal


Pada periodontitis perawatan non bedah dilakukan sebelum perawatan bedah.Bedah
diindikasikan setelahperawatan non bedah gagal.Umumnya, keberhasilan perawatan nonbedah harus dinilai setelah scaling dan root planning tapi sebelum pemberian antibiotik.
Obat-obatan tersebut bersifat mengurangi inflamasi dan menghalangi lokasi dimana scaling
dan root planning gagal untuk menyembuhkan periodontitis. Pengurangan kedalaman poket
atau penghilangan per se tidak dibutuhkan pada lokasi yang merespon baik pada perawatan
nonbedah dan tetap stabil selama masa pemeliharaan. Saat perawatan bedah dibutuhkan,
bagaimanapun, kedalaman probing yang lebih dangkal dapat emnjadi tujuan yang tepat untuk

mempermudah

perawatan

pemeliharaan

dan

mengurangi

kejadian

kambuh

kembali.Keuntungan dari perawatan bedah dijelaskan di tabel 2.

Tabel 2 Keuntungan Bedah Periodontal


1. Memudahkan dalam melihat permukaan akar
2. Lebih akurat dalam menentukan prognosis
3. Meningkatkan pengurangan atau eliminasi kedalaman poket
4. Meningkatkan kemampuan regenerasi struktur periodontal yang hilang
5. Memperbaiki keadaan sekitar untuk restorative dentistry
6. meningkatkan jalan untuk memelihara kesehatan mulut dan mendukung
perawatan periodontal

Persiapan sebelum bedah periodontal meliputi pemeriksaan yang menyeluruh,


diagnosis, dan penilaian yang lengkap mengenai faktor resiko. Semua pasien seharusnya
minimal 80% bebas plaque dan harus memiliki waktu yang cukup untuk respon jaringan
setelah scaling dan root planning. Diskusi mengenai resiko dan keuntungan dari perawatan
bedah

sesuai dan pasien harus menandatangani informed consent. Pemberian obat

dibutuhkan untuk mengontrol kecemasan dan profilaksis endocardhitis harus diresepkan jika
dibutuhkan.
Instruksi postoperative yang sesuai harus diberikan untuk pasien termasuk penjelasan
mengenai: 1) ketidaknyamanan dan komplikasi yang mungkin terjadi; 2) semua obat-obatan
yag diberikan, khususnya analgesik dan antibiotic; 3) modifikasi pola makan termasuk
menghindari makanan dan minuman yang panas dan pedas; 4) mengurangi rokok, khususnya
saat masa penyembuhan; 5) instruksi di rumah; dan 6) no telpon jika terjadi kejadian yang
tidak diinginkan atau jika ada pertanyaan. Diskusi singkat mengenai penatalaksanaan post
bedahterdapat pada Tabel 3.

Tabel 3 Penatalaksanaan Post Bedah


Hari 1: analgesic, cold packs, kassa yang lembab jika dibutuhkan, menghindari
terganggunya luka

Setelah hari 1: rasa sakit, bengkak, perdarahan seharusnya berkurang atau sudah
berhenti

Mulai melakukan aktivitas yang ringan


Warm packs jika dibutuhkan
Chemical plaque control direkomendasikan
Setelah 5-10 hari: melepaskan dressing dan sutures
Menghilangkan plak supragingival
Melakukan pemeliharaan kebersihan mulut yang ringan
Setelah 4-6 minggu: setiap seminggu atau 2 minggu mengunjungi dokter gigi
untuk memeriksa plaque dan instruksi pemeliharaan kebersihan rongga mulut
Dentogingival junction seharusnya tidak di probing atau diinstrumentasi selama 68 minggu setelah perawatan bedah.

Peran Dokter Gigi


Dokter

gigi

umum

memiliki

peran

penting

dalam

diagnosa

dan

terapi

periodontal.Kebanyakan periodontitis awalnya didiagnosis di klinik gigi umum.Pasien


dirujuk atau tidak tergantung dari berbagai faktor termasuk keinginan pasien dan
kecenderungan dokter gigi untuk mengobati atau merujuk.

Scaling, root planning, dan

perawatan bedah umumnya tepat dilakukan dalam praktik. Banyak praktisi bedah umumnya
membatasi perawatan bedah ke daerah di mana hilangnya tulang horizontal dengan
kedalaman probing kurang dari 5mm. Kerusakan tulang vertikal dan keterlibatan furkasi
kelas II atau lebih sering dirujuk ke periodontist karena beragam pilihan pengobatan dan
kesulitan yang terkait dengan beberapa prosedur bedah digunakan untuk mengobati kondisi
ini. Distal wedges, khususnya pada distal molar kedua sering dirujuk dengan alasan yang
sama. Teknik-teknik bedah berikut ini tepat digunakan di praktik umum:
Gingivektomi
Prosedur ini digunakan untuk memotong poket suprabony jika terdapat cukup
perlekatan gingiva, untuk mengurangi pertumbuhan gingiva berlebih/ hyperplasia, dan untuk
estetik crown lengthening pada situasi tertentu. Umumnya prosedur ini tidak boleh digunakan
ketika: (1) poket infrabony/terdapat kerusakan; (2) bedah tulang diperlukan; (3) perlekatan
gingiva tidak memadai; (4) mengganggu perlekatan otot; dan (5) panjang mahkota klinis akan
berkompromi estetika.

Gambar 1.Gingivektomi dan gingivoplasty digunakan untuk mengoreksi kelainan gingiva. A.


Preoperatif. B. Gingivektomi berdasarkan rasio profil estetik C.Gingivoplasty. D.8 minggu
setelah bedah
Modifikasi Widman Flap
Prosedur ini diperkenalkan oleh Ramfjord & Nissle, di desain untuk menghilangkan
inflamasi dinding poket, menyediakan akses untuk root debridement, dan mempertahankan
jumlah maksimum jaringan periodontal. Hal ini diindikasikan dimana estetik sebagai
perhatian utama, terutama di sextan anterior rahang atas.Kelemahannya termasuk
ketidakmampuannya untuk mencapai penghapusan poket dan penyembuhan dengan long
junctional epithelium.

Gambar 2. Flap modifikasi Widman digunakan untuk mengurangi poket periodontal sekitar
gigi
Open flap debridement
Tujuan dari teknik ini adalah untuk menyediakan akses root debridement, mencapai
pengurangan poket, dan membiarkan maksimum flap mencakup perangkat yang digunakan
atau prosedur regenerative. Insisi sulkular digunakan sebagai pengganti insisi bevel terbalik.
Flap yang diposisikan ke apikal tanpa rekonturing oseus
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mengurangi poket dengan mereposisi apikal
flap, menyediakan akses untuk preparasi akar, dan mempertahankan atau meningkatkan
daerah perlekatangingiva. Digunakan insisi bevel terbalik.
Crown lengthening
Bedah crown lengthening adalah prosedur yang tepat untuk: 1) memfasilitasi
penghilangan karies; 2) menyediakan retensi restoratif tambahan; 3) menetapkan biological
width; 4) meningkatkan estetik dalam kasus perubahan erupsi pasif. Prosedur ini hanya
dianggap ketika akar yang tersisa didukung oleh jaringan periodontal yang sehat dan pasca
operasi ratio mahkota/akar menguntungkan.

Gambar 3. Prosedur crown lengthening digunakan untuk menetapkan biological width dan
meningkatkan retensi untuk fraktur gigi

Gambar 4.Prosedur crown lengthening.A-D Prosedur bedah. E. 4 minggu penyembuhan


setelah bedah F. Restorasi akhir
Lateral pedicle flap for one tooth
Prosedur ini dikembangkan untuk menutupi akar yang terekspos, mencegah
sensitifitas akar dan karies akar. Prosedur ini harus dilakukan bila ada: 1) resesi terisolasi; 2)
ikatan adekuat keratin gingiva pada gigi donor yang berdekatan; dan 3) kedalaman vestibular
yang adekuat. Daerah dengan beberapa resesi berdekatan atau frenal pull sekunder di daerah
donor harus dihindari.
Studi histologi menunjukkan prosedur flap yang telah dijelaskan di atas cenderung untuk
menyembuhkan long junctional epithelium, bukan perlekatan jaringan ikat baru. Long
junctional epithelium, bagaimanapun telah terbukti memberikan hasil terapi yang stabil.

Prinsip Bedah Periodontal


Secara historis tujuan bedah periodontal adalah untuk menghilangkan jaringan
dinding poket dan tulang yang terinfeksi dan untuk menghilangkan poket periodontal. Saat
ini, tujuan operasi adalah untuk: 1) mendapatkan akses untuk preparasi akar ketika metode
non-bedah tidak efektif; 2) membentuk kontur gingiva yang menguntungkan; 3)
memfasilitasi kebersihan mulut; 4) memperpanjang mahkota klinis untuk memfasilitasi
prosedur restorasi yang memadai; dan 5) mendapatkan kembali periodonsium yang hilang
menggunakan pendekatan regeneratif.Untuk memastikan prinsip-prinsip penyembuhan bedah
atraumatic yang tepat harus diikuti termasuk: 1) anestesi yang memadai; 2) disinfeksi
permukaan; 3) instrumentasi yang tajam; 4) minimal, penanganan jaringan atraumatic; 5)
waktu operasi singkat; 6) mencegah kontaminasi yang tidak perlu; dan 7) penjahitan yang
tepat dan penutupan, jika diindikasikan.

Komplikasi Pascaoperasi
Risiko operasi termasuk rasa sakit, bengkak, kehilangan darah, reaksi terhadap obatobatan, dan infeksi. Potensi risiko lainnya termasuk sensitifitas akar, pengelupasan flap,
resorpsi akar atau ankilosis, kehilangan puncak alveolar, perforasi flap, pembentukan abses,
dan kontur gingiva yang tidak teratur. Insiden komplikasi ini rendah (1%) seperti yang
dilaporkan oleh Kemas & Haber (46). Mereka menemukan hanya terdapat 8 infeksi pada 884
operasi yang dilakukan tanpa antibiotik, sementara 1 infeksi tercatat pada 43 operasi dengan
cakupan antibiotik. Curtis et al. juga membandingkan insiden dan keparahan dari komplikasi
pasca operasi dan rasa sakit di antara bedah flap, bedah tulang dan bedah mukogingival (9).
Mereka melaporkan hanya 5,5% dari 304 kasus yang mengalami sakit sedang hingga parah.
Selain itu, mereka menunjukkan bahwa operasi tulang adalah tiga kali lebih mungkin
menyebabkan perdarahan, infeksi, bengkak atau perubahan jaringan yang merugikan
daripada operasi mukogingival. Operasi mukogingival adalah 3,5 kali lebih mungkin
menyebabkan nyeri daripada operasi tulang dan enam kali lebih mungkin dibandingkan
operasi jaringan lunak. Jika komplikasi pasca operasi terjadiharus ditanganidengan
pengobatan yang tepat dan sesuai, yang mencakup kontrol perdarahan, analgesik yang
memadai atau antibiotik.

Tren Masa Depan dalam Bedah Periodontal


Terapi periodontal telah berkembang dari scaling dan root planning dan/atau
gingivektomi untuk saat ini meliputi berbagai macam plastik canggih dan prosedur
regeneratif. Regenerasi tulang dan kerusakan furkasi menjadi mungkin dipandu dengan
munculnya teknik regenerasi jaringan tetapi belum dapat diprediksi. Sebagai terapi faktor
pertumbuhan berkembang, regenerasi akan menjadi diprediksi, dan reseksi kemungkinan
akan hilang sebagai modus perawatan periodontal. Cakupan akar,yang tidak mungkin 20
tahun lalu, sekarang menjadi rutin. Perkembangan material baru untuk menghilangkan
kebutuhan jaringan donor palatal yang akan meningkatkan frekuensi prosedur dan
mengurangi prevalensi resesi pada penuaan pasien. Dengan demikian, dalam waktu dekat,
bedah periodontal mungkin akan meningkat sebagai modalitas terapi; Namun, tujuan dari
prosedur akan hampir seluruhnya regeneratif.

JURNAL PERIODONSIA

TERAPI BEDAH PERIODONTAL


Hom Lay Wang Henry Greenwell (2000)

Disusun oleh:
Choirunisa K Maulida

160112130526

Wilda Normalita Sari

160112130527

Tiara Sahayani

160112130528

Pembimbing:
Agus Susanto, drg., Sp. Perio., M.Kes

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2014

Anda mungkin juga menyukai