PENDAHULUAN
mengenai
pentingnya
pendekatan
patologik
akan
meningkatkan kemampuan para dokter gigi pada era globalisasi. Ada beberapa
macam lesi praganas rongga mulut, antara lain erithroplakia, carsinoma in situ,
dan lain-lain. Tetapi, lesi yang paling sering ditemukan pada rongga mulut adalah
leukoplakia.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Macam-macam lesi praganas
2.1.
Eritroplakia
Eritroplakia didefinisikan sebagai bercak merah seperti beludru,
menetap, yang tidak dapat digolongkan secara klinis sebagai keadaan lain
manapun. Istilah ini seperti leukoplakia tidak mempunyai arti histologist
; tapi sebagian besar adri eritoplakia didiagnosis secara histologis sebagai
dysplasia epitel atau lebih jelek lagi karena mempunyai kecenderungan
lebih tinggi untuk menjadi karsinoma. Eritroplakia dapat terjadi di setiap
tempat di rongga mulut, orofaring, dan dasar mulut. Merahnya lesi adalah
akibat dari atrofi mukosa yang menutupi submukosa yang banyak
vaskularisasinya. Tepi lesi biasanya berbatas jelas. Tidak ada predileksi
jenis kelamin dan paling sering mengenai pasien-pasien yang berusia di
atas 60 tahun. Telah dikenal 3 varian klinis dari eritroplakia:
2.1.1. Bentuk homogen, yang merahnya tampak rata
2.1.2. Eritroleukoplakia, yang mempunyai bercak-bercak merah yang
bercampur dengan beberapa daerah leukoplakia
2.1.3. Bercak leukoplakia, yang mengandung bintik-bintik atau granulagranula putih yang menyebar di seluruh lesinya.
2.2.
Leukoplakia
Merupakan salah satu kelainan yang terjadi di mukosa rongga
mulut. Meskipun leukoplakia tidak termasuk dalam jenis tumor, lesi ini
sering meluas sehingga menjadi suatu lesi pre-cancer. Leukoplakia
merupakan suatu istilah lama yang digunakan untuk menunjukkan adanya
suatu bercak putih atau plak yang tidak normal yang terdapat pada
membran mukosa. Pendapat lain mengatakan bahwa leukoplakia hanya
merupakan suatu bercak putih yang terdapat pada membran mukosa dan
sukar untuk dihilangkan atau terkelupas. Tidak dapat dihilangkan dengan
dikerok. Untuk menentukan diagnosis yang tepat, perlu dilakukan
pemeriksaan yang teliti baik secara klinis maupun histopatologis, karena
lesi ini secara klinis mempunyai gambaran yang serupa dengan lichen
plannus dan white sponge nevus. Etiologi: Devisiensi vitamin A,B dan
C, Candidiasis, Malnutrisi, Tembakau, Alkohol.
2.2.1. Faktor lokal
Biasanya merupakan segala macam bentuk iritan kronis, antara lain:
2.2.1.1.Trauma
Trauma dapat berupa gigitan tepi atau akar gigi yang tajam
Iritasi dari gigi yang malposisi
Pemakaian protesa yang kurang baik sehingga menyebabkan iritasi
Adanya kebiasaan jelek, antara lain kebiasaan jelek menggigit-gigit
jaringan mulut, pipi, lidah.
2.2.1.2.Kimia atau termal
Pada penggunaan bahan-bahan yang kaustik mungkin diikuti oleh
terjadinya leukoplakia dan perubahan keganasan. Faktor-faktor kaustik
tersebut antara lain:
Tembakau
Terjadinya iritasi pada jaringan mukosa mulut tidak hanya
disebabkan oleh asap rokok dan panas yang terjadi pada waktu
merokok, tetapi dapat juga disebabkan oleh zat-zat yang terdapat di
dalam tembakau yang ikut terkunyah. Banyak peneliti yang
berpendapat bahwa pipa rokok juga merupakan benda yang
berbahaya, sebab dapat menyebabkan lesi yang spesifik pada
palatum yang disebut stomatitis Nicotine. Pada lesi ini, dijumpai
adanya warna kemerahan dan timbul pembengkakan pada palatum.
Selanjutnya, palatum akan berwarna putih kepucatan, serta terjadi
penebalan
yang
sifatnya
merata.
Ditemukan
pula
adanya
Bakterial
Leukoplakia dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri, penyakit
periodontal yang disertai higiene mulut yang jelek.
ditemukan pada penderita dengan usia di atas 40 tahun dan lebih banyak
pria daripada wanita. Hal ini terjadi karena sebagian besar pria merupakan
perokok berat. Lesi ini sering ditemukan pada daerah alveolar, mukosa
lidah, bibir, palatum lunak dan keras, daerah dasar mulut, gingival,
mukosa lipatan bukal, serta mandibular alveolar ridge. Bermacam-macam
bentuk lesi dan daerah terjadinya lesi tergantung dari awal terjadinya lesi
tersebut, dan setiap individu akan berbeda.
Secara klinis, lesi tampak kecil, berwarna putih, terlokalisir, barbatas jelas,
dan permukaannya tampak melipat. Bila dilakukan palpasi akan terasa
keras, tebal, berfisure, halus, datar atau agak menonjol. Kadang-kadang
lesi ini dapat berwarna seperti mutiara putih atau kekuningan. Pada
perokok berat, warna jaringan yang terkena berwarna putih kecoklatan.
Ketiga gambaran tersebut di atas lebih dikenal dengan esbutan speckled
leukoplakia. Mempunyai 3 bentuk klinis yang utama:
2.2.3.1.Homogenous leukoplakia: mengacu pada suatu lesi setempat atau
bercak putih yang luas, yang memperlihatkan suatu pola yang
relatif konsisten, sekalipun permukaan lesi tersebut mungkin
digambarkan
secara
bermacam-macam
seperti
misalnya,
2.2.4.1.Homogenous leukoplakia
Merupakan bercak putih yang kadang-kadang berwarna kebiruan,
permukaannya licin, rata, dan berbatas jelas. Pada tahap ini, tidak dijumpai
adanya indurasi
2.2.4.2.Erosi leukoplakia
Erosif leukoplakia berwarna putih dan mengkilat seperti perak dan pada
umumnya sudah disertai dengan indurasi. Pada palpasi, permukaan lesi
mulai terasa kasar dan dijumpai juga permukaan lesi yang erosi
2.2.4.3.Verocuos leukoplakia
Permukaan lesi tampak sudah menonjol, berwarna putih, tetapi tidak
mengkilat. Timbulnya indurasi menyebabkan permukaan menjadi kasar
dan berlekuk-lekuk. Saat ini, lesi telah dianggap berubah menjadi ganas.
Karena biasanya dalam waktu yang relatif singkat akan berubah menjadi
tumor ganas seperti squamus sel karsinoma, terutama bila lesi ini terdapat
di lidah dan dasar mulut.
2.2.5. Gambaran histopatologi
Pemeriksaan mikroskopis akan membantu menentukan penegakan
diagnosis leukoplakia. Bila diikuti dengan pemeriksaan histopatologi dan
sitologi, akan tampak adanya perubahan keratinisasi sel epitelium,
terutama pada bagian superfisial. Gambaran HPA-nya anytara lain: keratin
tebal, hyperkeratosis, hiperpara keratosis, jarang ditemukan displasia,
pembelahan
inti
tapi
tidak
diikuti
pelbelahan
sitoplasma.
terlihat
menebal
dan
sangat
dominan.
Sedangkan
lambat dimana terbentuk pita fibrosis di dalam mukosa mulut, yang pada
akirnya akan menyebabkan suatu hambatan yang hebat terhadap
pergerakan mulut, termasuk lidah.
Penyakit ini disertai dengan reaksi radang juksta epithelial yang
disusul dengan suatu perubahan fibroelastik dari lamina propria dan
kemudian atropi epitel sebagai akibatnya. Perubahan-perubahan ini disertai
dengan rasa panas terbakar di mulut dan kadang-kadang dengan vesikel
pada mukosa. Dalam bentuk yang sudah berkembang semurna, gambaran
klinis yang mencolok adalah epitel atropik yang tampak pucat.
2.3.1. Gambaran Klinis
Pada tahap akhir : lamina propria digantikan jaringan fibrous
2.3.2. Etiologi
Dyskeratosis kongenital
Genodermatosis yang diwariskan secara resesif ini, tidak lazim
dijumpai dalam insiden yang tinggi dari kanker mulut yang terjadi pada
anak-anak muda. Ini merupakan suatu penyakit yang jarang terjadi, hampir
selalu dijumpai pada kaum pria, dan ditandai dengan serentetan perubahan
mulut yang pada akhirnya menyebabkan suatu atrofik, leukoplakik dari
mukosa mulut dan yang paling sering terkena adalah daerah lidah dan pipi.
Perubahan mulut terjadi disertai dengan kuku yang distrofik yang hebat
dan hiperpigmentasi retukulasi yang mencolok dari kulit muka, leher, dan
dada.
Lesi mulut mulai terjadi sebelum usia 10 tahun sebagai kumpulan
vesikel dengan bercak-bercak putih dari mukosa nekrotik yang terinfeksi
dengan kandida; ulserasi dan perubahan erythroplakik, serta distrofi kuku
menyusul kemudian, disertai dengan lesi leukoplakik dan karsinoma yang
menyerang lesi mulut ini pada individu menjelang masa dewasa.
2.5.
2.6.
Snuff-dippers keratosis
Suatu daerah kuning berkerut pada lipatan mukosa gusi dan
mukosa pipi atau bibir dari rahang bawah adalah indicator penggunaan
intraoral dari tembakau tanpa dibakar. Tembakau yang tidak dibakar dapat
digunakan dalam berbagai bentuk (dihisap baunya, dicelup, disumbatkan
atau dikunyah) dan meninggalkan tanda-tanda khasnya di daerah yang
biasa disisipi tembakau tersebut. Daerah-daerah posterior umum dipakai
untuk mencelup, menyumbat, atau mengunyah, sedangkan daerah-daerah
hyperkeratosis
dan
terjadi
perwarnaan
eksogen.
Licen planus
Licen planus merupakan suatu dermatosis yang relative sering
terjadi pada kulit dan membrane mukosa mulut. Lesi ini mungkin hanya
terbatas pada salah satu tempat atau mungkin juga terjadi pada kedua
lokasi tersebut dalam satu pasien. Kurang lebih 50% dari pasien yang
memiliki licen planus di mulut juga memuliki lesi di kulit. Lesi di kulit ini,
relative konstan, dalam bentuk papula yang rata dan berwarna keunguan
dengan sisik yang halus pada permukaannya. Lesi biasanya bermanifestasi
dalam enam bentuk yang berlainan, seringkali disertai dengan lebih dari
satu bentuk lesi yang terlihat dalam satu pasien. Karena beberapa lesi dari
licen planus di mulut sifatnya erosir dan yang lainnya bolusa pada bentuk
nonerosif, nonbolusa dari liken planus, sekalipun proses patologik dasar
yang sama mungkin telibat dalam semua bentuknya.
Nama licen planus mengacu pada kemiripan superficial dari lesi
licen planus retikuler dengan pola seperti kisi-kisi yang ditimbulkan oleh
simbiosis koloni algae dan jamur pada permukaan batu-batuan di alam
(lichens). Nama ini kurang tepat karena tidak ada hubungan antara liken
namun
diagnosa
banding
dari
lesi
ini
cukup
luas.
dengan
daerah
erosi
dari
mukosa
yang
atrofik.
Bentuk reticular terdiri dari garis putih halus yang sedikit lebih tinggi dari
sekitarnya (Wickhams striae), yang menimbulkan lesi seperti kisi-kisi
(bentuk renda), suatu pola garis halus yang menyebar atau lesi anular. Ini
merupakan bentuk yang paling lazim dan paling mudah dikenali dari licen
planus ini kadang memperlihatkan beberapa daerah dengan bentuk
reticular. Pipi dan lidah merupakan tempat yang terutama sering terserang
pada banyak pasien penderita licen planus ini, bibir, gingival, dasar mulut
dan palatum agak jarang terkena. Karena lesi reticular merupakan bentuk
yang paling lazim, maka bentuk tersebut paling sering ditemukan di pipi
dan lidah dan dalam banyak kasus sebagai lesi bilateral. Lesi papula yang
berwarna keputihan dan lebih tinggi dari sekitarnya (0,5 mm sampai 1
mm), biasanya terlihat pada daerah berkeratinisasi dengan baik pada
mukosa mulut, akan tetapi lesi yang besar seperti plak (plaquelike lesion)
yang sering kali sulit untuk dibedakan dari leukoplakia dapat terjadi pada
pipi, lidah dan gingiva.
Licen planus yang atrofik menggambarkan daerah yang meradang dari
mukosa mulut, yang ditutupi oleh epitel berwarna merah dan lebih tipis.
Lesi erosive mungkin timbul sebagai komplikasi dari proses atrofik ketika
epitel yang tipis tersebut mengalami abrasi atau ulserasi. Lesi popular, lesi
seperti plak, dan lesi erosive seringkali disertai dengan lesi reticular. Suatu
pemeriksaan yang teliti untuk menemukan lesi ini merupakan bagian yang
penting dari evaluasi klinis terhadap seorang pasien yang dicurigai
menderita licen planus, dan bila dibiopsi hanya memberikan suatu
diagnosa yang tidak spesifik (seperti, peradangan akut dan kronis), maka
diagnosa licen planus sering dapat dikonfirmasi dengan mengidentifikasi
suatu daerah dengan pola reticular, sekalipun kadang hanya satu bercah
kecil seperti flame dari striae atau garis-garis putih yang tersusun secara
radial. Daerah yang terserang dari mukosa mulut ini khas sekali dan tidak
menjadi kaku atau menjadi tidak elastic oleh licen planus, dan garis-garis
putih keratotik tidak dapat dihilangkan dengan menarik mukosa mulut atau
menggosok permukaannya.
2.7.3. Gambaran Histopatologik
Biasanya ada tiga gambaran yang dianggap sangat penting untuk diagnosa
histopatologik dari licen planus yaitu: daerah hiperparakeratosis atau
hiperortokeratosis, sering disertai dengan penebalan lapisan lapisan sel
glanular dan gambaran gigi gergaji pada retepeg; degenerasi liquefaction
atau nekrosis pada lapisan sel basal yang sering digantikan dengan pita
eosinofilik dan suatu pita subepithelial yang padat dan limfosit. Terlihat
kerusakan membrane basalis, infiltrasi sel limfosit disertai membentuk
di
bawahnya
dimana
kemudian
akan
diselubungi
oleh
Lupus erythematous
pada wanita diatas 40 tahun. CDLE secara klasik ditandai oleh suatu
bercak seperti kupu-kupu ,merah ,simetris yang terjadi melintang batang
hidung. Daerah daerah wajah yang sangat fotosensitif lainnya ,termasuk
pipi, daerah malar ,dahi ,kulit kepala ,dan kulit telinga juga terkena.
Kadang-kadang CDLE timbul sebagai plak-plak putih yang terpisah.
Mukosa pipi adalah daerah intraoral yang paling sering terkena ,diikuti
oleh lidah ,palatum ,dan gusi. Garis merah dan putih sejajar yang
bergantian dalam susunan radial adalah tanda diagnostic yang penting
,bersama dengan gambaran lesi multiple pada beberapa permukaan. Lesi
lesi ini dapat berupa lichen planus tetapi lesi pada telinga membantu
menyingkirkan diagnose lichen planus
2.8.2. Lupus eritematosus sistemik (SLE)
SLE yang mengenai banyak system organ. SLE adalah penyakit kolagen
autoimun yang ditandai oleh pembentukan antibody anti nuclear dan anti
DNA yang ikut berperan dalam cedera jaringan yang terjadi secara
imunologik. Pasien seringkali mengeluh lelah ,demam ,dan sakit sendi.
Seringkali ada limfadenopati umum tanpa nyeri. Juga dapat dijumpai
hepatomegali ,splenomegali ,neuropati perifer dan kelainan kelaian
hematologic
2.8.3. Lupus eritematosus kutan subakut
Yaitu suatu varian kutan dengan gejala-gejala sistematis ringan.
Lesi lesi LE bersifat kronis dengan periode kekambuhan dan remisi. Lesi
yang masak menunjukkan 3 daerah ; suatu pusat atrofik yang dibatasi oleh
daerah tengah hiperkeratotik yang dikelilingi oleh suati eritematosus di
perifernya. Seringkali ada hipopigmentasi dari lesi akibat kerusakan
melanositik di pertemuan epidermal-dermal. Lesi lesi tersebut biasanya
terbatas pada bagian atas dari tubuh ,terutama kepala dan leher .
Duapuluh sampai empatpuluh persen dari penderita LE mempunyai lesi
oral. Lesi ini dapat timbul sebelum atau sesudah lesi kulit timbul. Lesi kulit
umumnya merah dengan tepi bersisik yang putih sampai keperak-perakan.
Bibir bawah yang terpajan matahari di tepi vermilion adalah daerah yang
umum ,sedangkan bibir atas biasanya terkena sebagai akibat dari perluasan
langsung dari lesi lesi kulit. Lesi intraoral seringkali difus dan eritematosus
dengan komponen ulseratif da putih.
2.9.
Karsinoma in situ
Karsinoma in situ arti katanya adalah kanker yang masih berada
pada tempatnya, merupakan kanker dini yang belum menyebar atau
menyusup keluar dari tempat asalnya. Meskipun istilah karsinoma in-situ
tidak digunakan luas pada lesi rongga mulut, deskripsi ini menunjukan
bahwa secara histologis karsinoma masih terlokalisir dalam epitel skuamus
berlapis dan belum ada invasi kedalam jaringan ikat dibawahnya.
Karsinoma in situ bukan merupakan kanker, dan terjadi gangguan seluruh
lapisan epitel. Biasa ditemukan 5 tahun sebelum karsinoma invasive.
2.9.1. Etiologi
Tidak diketahui. Umumnya terjadi 5 tahun sebelum karsinoma invasif.
Banyak ditemukan pada usia di bawah 30 tahun.
2.9.2. Karakteristik
Epitel yang menunjukkan perubahan keganasan tetapi tidak menunjukkan
invasi ke bawah jaringan ikat.
2.9.3. Gambaran Klinis
Bervariasi, banyak lesi yang hanya menunjukkan perubahan minimal.
Daerah yang terkena sedikit cembung atau rata atau cekung, kemerahmerahan. Permukaan cenderung bergranula atau seperti beledu, ada yang
memberi gambaran atrofi berkilat, lebih merah dari mukosa sekitarnya.
Ada yang menamakannya dengan eritroplasia untuk menekankan reaksi
ini. Daerah karsinoma in situ mungkin berbaur dengan leukoplakia (secara
klinis) atau dapat juga mirip leukoplakia.
2.9.4. Gambaran Mikroskopis
Kriteria yang paling penting untuk mendiagnosis karsinoma in situ adalah
disorganisasi yang sempurna dari sel-sel semua lapisan epidermis atau
mukosa. Sel-sel bervariasi dalam ukuran, bentuk, hiperkromatik dengan
inti yang besar. Aktivitas mitosis banyak dijumpai, juga mitosis abnormal.
Lapisan basal sudah terkena dan membentuk batas yang jelas, namun
membran basalis masih utuh. Lapisan jaringan ikat di bawahnya
meunjukkan reaksi peradangan kronis, dapat juga normal. Peralihan dari
epitel normal ke karsinoma in situ dapat sangat tiba-tiba atau perlahanlahan tanpa daerah batas yang jelas. Mukosa sekitar bervariasi dari
hiperplasia, displasia sampai karsinoma in situ.
2.9.5. Prognosis
Banyak karsinoma in situ yang tidak diobati berubah menjadi karsinoma
invasif
meskipun
kecepatan
progresivitasnya
bervariasi.
Biasanya
Istilah ini digunakan untuk lesi putih yang terdapat di dasar mulut
dan ventral dari lidah. Lesi ini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
menjadi ganas (30%).
Gejala klinis yang ditunjukkan ialah berwarna putih, terdapat plak
yang halus, tidak teratur namun berbatas jelas. Biasanya lesi ini tidak
diikuti dengan infiltrasi sel-sel radang.
Gambaran histologi untuk sublingual keratosis sama dengan
gambaran histologi pada leukoplakia lainnya, yakni adanya parakeratosis
atau orthokeratosis atau keduanya dalam area yang berbeda. Keratin
tersebut menimbulkan warna putih pada lesi tersebut. Epiteliumnya
tampak atrofi (mengecil) dan biasanya disertai dengan akantosis.
Kebanyakan leukoplakia tidak menunjukkan adanya dysplasia, walaupun
sebagian kecil menunjukkan adanya perubahan dysplasia dari mild
dysplasia menuju severe dysplasia. Untuk sel-sel yang mengalami
dysplasia biasanya diikuti dengan reaksi radang dari limfosit dan sel
plasma.
2.12. Dysplasia
Merupakan keadaan dimana sel-sel neolpastik terdapat pada
seluruh lapisan epitel. Perubahan pra kanker lain yang tidak sampai
meligatkan seluruh lapisan epitel serviks disebut displasia yang dibagi
menjadi ringan, sedang dan berat. Displasia adalah neoplasia servikal
intraepitelial (CIN), tingkatannya adalah CIN 1 (displasia ringan ) CIN 2
(displasia sedang) dan CIN 3 (displasia berat dan karsinoma in situ).
WHO mengklasifikasikan epithel dysplasia menurut tingkat keparahannya
menjadi:
Mild dysplasia
Gangguan pertumbuhan sel dengan tingkat ringan dengan pembentukan 1
atau 2 lapisan basaloid sel di atas membrana basalis tanpa ditandai
adanya atipia sel.
Moderate dysplasia
Gangguan pertumbuhan sel dengan tingkat sedang dengan pembentukan
lapisan basaloid sel hingga lapisan prikel ditandai dengan atipia sel.
Severe dysplasia
Gangguan pertumbuhan sel dengan tingkat sedang dengan pembantukan
lapisan basaloid sel hingga menggantikan seluruh epithelium sel ditandai
adanya atipia sel yang jelas, dan sering disebut karsinoma in situ.
2.12.1. Etiologi
Secara pasti belum diketahui penyebabnya, tetapi umumnya diderita oleh
wanita dengan usia lanjut, kadang-kadang juga pada wanita yang lebih
muda, juga sering terjadi pada multi gravida dengan pernah melahirkan 4
kali atau lebih, insidensi lebih tinggi pada wanita yang telah kawin aripada
yang tidak kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama pada usia amat
muda (< 16 tahun ), jarang ditemukan pada perawan (virgo), insiden
meningkat dengan tingginya paritas, apalagi jika jarak persalinannya
terlalu dekat, mereka dari golongan sosial ekonomi rendah (higiene
seksual yang jelek,aktifitas seksual yang berganti-ganti pasangan), jarang
dijumpai pada masyarakat yang suaminya mendapatkan sirkumsisi, sering
dijumpai pada wanita yang mengalai Human Papiloma Virus (HPV) tipe
16 atau 18, wanita perokok juga mempunyai resiko yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
Robert P. Langhais dan Craig S. Miller. 2013. Atlas Berwarna Lesi Mulut
Yang Sering Ditemukan, Ed.4. Jakarta: EGC.