i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Arrinalhaq Andre Sondakh, S.Ked
G1A218053
Universitas Jambi
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Clinical Science
Session (CSS) yang berjudul “Anatomi, Fisiologi dan Patologi Kelenjar Saliva”
sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Anton Trihartanto, Sp.B yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Bedah di Rumah Sakit
Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah Clinical
Science Session (CSS) ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Hubungan kelenjar parotis dengan struktur disekitarnya:
Hubungan superficial :
Permukaan luar kelenjar parotis terletak subkutaneus yang ditutupi oleh kulit
dan fascia superficial, tampak bagian superfisialis duktus parotis stensen
lewat ke anterior melintasi permukaan luar m. masseter setinggi kira-kira
pertengahan antara zygoma dengan sudut bibir. Dekat diatas duktus parotis
berjalan a/v fasialis, tampak dibawah ujung kelenjar parotis dan berjalan
diatas sejajar duktus. Pada tepi anterior dari kelenjar parotis tampak
cabang mayor n. fascialis melewati kelenjar melingkar kedepan dan naik
menyilang m. masseter dan arcus zygomaticus. Insisi yang dibuat vertikal
diatas bagian anterior kelenjar parotis akan sangat berbahaya. Pada tepi atas
kelenjar parotis, cabang temporal n. fasialis, a/v temporalis superfisialis dan
n. auriculotemporalis akan memotong kelenjar parotis melintasi arcus
zygomaticum subcutaneous.1,3
Hubungan internal :
Berdekatan dengan tepi medial kelenjar tampak a. Carotis externa dan v.
fasialis posterior. Pada posisi ini a. carotis externa membagi kedalam a.
temporalis superfisialis dan a. maksilaris interna dan v. fasialis posterior
menerima dari cabang-cabangnya. Pada bagian anteromedial dari bagian
dalam kelenjar tampak v. jugularis interna, a. carotis interna, Proscessus
stylodeus dan m. digastricus venter posterior. Diatas dan anterior bagian
dalam kelenjar berhubungan dengan ramus mandibula dan tepi posterior m.
pterigoid interna. Bagian posterior berhubungan dengan Proscessus
mastoideus & meatus akustikus eksterna. Nyeri yang disebabkan pergerakan
dari rahang pada parotis atau mumps disebabkan oleh kompresi bagian dalam
kelenjar oleh ramus mandibula terutama pada dinding anterior meatus
akustikus ekterna.1,3
3
Gambar 2. Anatomi kelenjar parotis
4
Vaskularisasi
Kelenjar parotis mendapat pendarahan dari a. carotis externa dan cabang-
cabangnya yang terletak didalam jaringan kelenjar yaitu a. temporalis
superfisialis, a. fasialis transversa dan a. auricularis posterior. Vena maksilaris
bergabung dengan v. fasialis anterior menjadi v. fasialis communis dan
cabang posterior bergabung dengan v. Auricularis posterior membentuk v.
jugularis externa.1,3
Persarafan
Oleh n. auriculotemporalis yang merupakan cabang sensoris bagian
mandibula n. Cranial V, yang mempersarafi kulit didepan telinga, berjalan
ditepi atas parotis melawati proscessus zygomaticus diantara telinga luar dan
condylus mandibula selanjutnya akan berjalan keatas melalui regio temporal
menuju vertex. n. fasialis keluar melalui foramen stylomastoideus kemudian
akan bercabang 2 yang akan melalui isthmus parotis, kemudian pada bagian
tepi kelenjar parotis akan bercabang lagi membentuk Pes Anserinus (kaki
angsa). Dua cabang utama n. fasialis adalah divisi temporofasial yang
5
bercabang menjadi rami temporalis dan rami zygomaticus, divisi cervicofasial
yang bercabang menjadi rami bucalis, rami mandibularis dan rami
cervicalis.1,3
Sistim Limfatik
KGB daerah parotis dibagi dalam 2 kelompok yaitu didalam dan diluar
kapsul, yang diluar kapsul terletak preaurikuler. KGB ini menerima aliran
limfe juga dari kulit kepala bagian temporal dan frontal, bagian luar kelopak
mata dan bagian luar telinga. Kelompok yang didalam kapsul membentuk
kelompok parotis. KGB ini juga menerima aliran limfe dari nasopharinx
bagian atas dan belakang, palatum molle dan telinga tengah. Selanjutnya dari
2 kelompok ini cairan limfe dialirkan kedalam KGB cervical superfisialis dan
profunda.1,3
b. Kelenjar Submandibularis
Bentuk kelenjar submandibularis lebih kurang oval dan terletak pada fossa
submandibularis dibawah ramus horizontal mandibula. Batas anterior dan
posterior adalah m. digastricus. Yang harus diketahui adalah hubungan kelenjar
ini dengan ramus mandibularis yang cabang terbawah n. fasialis. Kerusakan saraf
ini akan menyebabkan gangguan pada ¼ bagian bawah m. orbicularis oris. Sejajar
dengan n. Lingualis terdapat duktus kelenjar submandibularis yang membawa air
liur dari kelenjar submaxillaris ke rongga mulut. Muara saluran ini pada dasar
mulut membentuk papilla sublingual disamping frenulum linguale. Pengangkatan
kelenjar ini akan mengakibatkan kerusakan n. lingualis. Kelenjar submandibularis
mendapat darah dari cabang-cabang a. Fasialis dan a.Lingualis.1,3
6
Gambar 4. Anatomi kelenjar submandibularis
c. Kelenjar Sublingualis
Merupakan kelenjar ludah terkecil diantara kelompok kelenjar ludah mayor,
beratnya 3-4 gr. Terletak dibawah mukosa dasar mulut bagian anterior atau pada
lipatan sublingual yaitu diantara alveolus dan bagian anterior lidah. Kelenjar ini
berada diatas m. mylohyoid dan ditutupi oleh symphisis mandibula. Bagian
posteriornya berhubungan dengan perpanjangan kelenjar submandibula kearah
anterior. Duktus ekskretoriusnya berjumlah 8-20 buah yang bermuara pada
puncak plica sublingualis pada rongga mulut, kadang-kadang beberapa saluran
pada tepi anterior bersatu membentuk saluran yang besar yang disebut duktus sub
lingualis mayor (Bartholini) yang bergabung dengan duktus submandibularis.
Kelenjar ini mendapat pendarahan dari a. sublingualis dan a. submentalis
sedangkan persarafan oleh N. Lingualis dan Chorda tympani serta saraf simpatis
dari ganglion submandibularis.1,3
7
Pusat refleks salivasi berada dalam formatio retikularis pada dasar ventrikel
IV. Selain itu kelenjar saliva mendapat persarafan dari sistim otonom.
Perangsangan listrik pada chorda tympani ternyata menyebabkan peningkatan
sekresi kelenjar saliva submandibularis sedangkan perangsangan terhadap n.
auriculato tempolaris akan meningkatkan sekresi parotis.1,3
Saliva mempunyai peranan dalam proses pencernaan makanan walaupun
fungsi ini tidak terlalu esensial. Hal ini dapat dilihat pada kelainan kongenital
dimana kelenjar saliva tidak terbentuk, ternyata tidak dijumpai gangguan yang
berarti pada proses pencernaan makanan. Ternyata setiap kelenjar mempunyai
fungsi yang lebih khusus, misalnya sekret kelenjar sublingualis penting untuk
mempermudah proses menelan, sekret parotis untuk mencerna makanan dan
submandibula untuk mengecap. Secara umum fungsi saliva :1,3
1) Membasahi dan mengencerkan makanan sehingga lebih mudah ditelan dan
dikunyah.
2) Melarutkan berbagai bahan yang dikandung dalam makanan sehingga
menimbulkan rasa pengecap.
3) Membasahi mulut dan melindungi gigi.
4) Mencerna zat pati.
8
b. Infeksi kelenjar saliva (Sialadenitis)
Abses kelenjar parotis sangat jarang terjadi. Pada keadaan ini perlu dilakukan
insisi dan drainase. Infeksi ringan pada kelenjar paling sering menyebabkan
penyumbatan saluran kelenjar dan dapat pula menimbulkan terbentuknya batu.
Sialadenitis supuratif akut yang mengenai parotis atau submandibularis dapat
terjadi akibat komplikasi operasi dalam rongga mulut dengan hygiene yang jelek.
Biasanya memberikan respon yang buruk terhadap pemberian antibiotik sehingga
memerlukan eksisi yang radikal terhadap kelenjar yang nekrotik.1,2,3
Parotitis kronis atau bakterial yang rekuren dapat didahului supurasi akut atau
inflamasi viral. Lebih sering adanya riwayat obstruksi duktus. Invasi bakterial
yang rekuren pada kelenjar parotis akan menyebabkan destruksi dan fibrosis dari
asinus dan ektasia duktus. Secara klinis penderita mengeluh nyeri dan
pembengkakan kelenjar yang rekuren terutama pada waktu makan. Parotidektomi
superficial disarankan bila terapi konservatif yang lama gagal.1,2,3
c. Kelainan metabolisme
Didalam saluran kelenjar dapat terbentuk batu (sialolithiasis). Pada umumnya
ditemukan dekat orificium duktus. Penyebab terbentuknya batu adalah diet yang
salah atau pH saliva di rongga mulut yang abnormal. Pencegahan terbentuknya
batu pada beberapa penderita sulit dan sering dijumpai bersama infeksi kelenjar
dan diduga batu merupakan akibat sekunder. Diagnosa dapat ditegakan dengan
menggunakan sonde atau radiografi intraoral dari duktus tersebut (sialografi).1,2,3
Batu terdiri dari kalsium inorganik dan garam sodium phosphat yang
dideposit dalam duktus sebagai nidus organik dari mukus/debris seluler, 80-90%
dari batu kelenjar saliva terjadi pada kelenjar submandibularis dan dapat
menyebabkan obstruksi akut dari kelenjar. Bila lokasi batu telah diketahui dapat
dilakukan insisi tepat pada duktus tersebut. Pada beberapa keadaan terdapat
infeksi yang residual setelah pengangkatan batu, mungkin perlu tindakan
sialodenektomi.1,2,3
9
d. Tumor kelenjar saliva
Tumor kelenjar ludah menempati kira-kira 5 % dari seluruh tumor didaerah
leher dan kepala, kelenjar ludah mayor lebih banyak 5 kali dari kelenjar ludah
minor. Kira-kira 70-80 % merupakan tumor kelenjar parotis, 25 % tumor kelenjar
submandibula. Sekitar ¾ dari persentase tumor pada kelenjar parotis adalah jinak,
mayoritas dari tumor kelenjar ludah adalah jinak.1,2,3
Ackerman dan del Regato membuat klasifiaksi tumor lidah sebagai berikut :1
Tumor Jinak :
1) Pleomorphic adenoma (mixed tumor)
2) Monomorphic tumor
3) Oxyphilic adenoma
4) Papillary cystadenoma lymphomatosum (Whartin)
5) Sebaseus tumor
6) Papilloma
7) Lymphoepitelial lesion
8) Hemangioma
9) Lipoma
10) Neurogenic tumor
Tumor Ganas :
1) Malignant mixed tumor
2) Mucoepidermoid carsinoma
3) Adenoid cystic carsinoma
4) Acinic cell cersinoma
5) Squarmous cell cersinoma
6) Clear cell cersinoma
7) Malignant oncocytoma
8) Undifferentiated cersinoma
9) Metastatic tumor
10) Unclassified
10
Perbedaaan antara tumor jinak dan ganas kelenjar saliva :1,3
11
A. TUMOR JINAK
1. Mixed tumor
Merupakan tumor kelenjar saliva yang sering dijumpai, lebih sering pada
wanita, puncak isidensi ada pada usia 50 tahun. Tumbuh lambat, lobular,
tumor dapat menembus kapsul, sering kambuh setelah pengangkatan dan
menjadi invasif dan destruktif, artinya menjadi ganas dan tidak mepunyai
kapsul lagi.1,3,4
12
Tabel 1. Pembagian staging tumor pada kelenjar saliva
13
B. TUMOR GANAS
1. Tumor mukoepidermoid
Merupakan tumor ganas parotis yang terbanyak secara mikroskopis terbagi
dalam low grade dan high grade tumor.1,3,4
Low grade tumor :
Mengandung sel-sel yang menghasilkan mukus, zat mukoid yang dihasilkannya
dapat bocor kedalam jaringan dan menimbulkan reaksi radang.
High grade tumor :
Tampak sel-sel epidermoid dan sel intermediate yang dominan.
2. Squamous cell ca
Seperti mukoepidermoid berasal dari epitel duktus yang mengalami
metaplasia, gambarannya sama dengan squamous cell ca ditempat lain tetapi
disini lebih ganas, metastase regional dan invasi lokal jauh lebih sering terjadi.1,3,4
3. Adenocarsinoma
Merupakan tumor ganas yang cukup sering terjadi pada kelenjar ludah, gejala
terpenting adalah rasa nyeri pada kelenjar saliva yang menjalar, akibat invasi
kedalam saraf.1,3,4
14
Gambaran berbentuk kelenjar yang rata atau rangkaian sel yang saling
berhubungan mengandung sedikit sitoplasma terpisah dari jaringan ikat
yang mengalami degenerasi hyalin.
Acinic cell carcinoma (Clear cell ca.)
Terdiri dari dua macam sel, satu sel berbatas jelas, sitoplasma basofil dan
granuler dengan inti kecil. Sel-sel yang lain ukurannya lebih besar,
sitoplasma jernih, kadang-kadang tersusun seperti kelenjar.
V. TERAPI
Prinsipnya operasi merupakan terapi terbaik untuk semua tumor kelenjar
saliva akan tetapi radiasi dapat dipertimbangkan, misalnya pada tumor yang
iresektabel. Radiasi juga diberikan pada penderita post operasi yang tidak yakin
pengangkatan tumornya telah dilakukan dengan bersih. Radioterapi pasca bedah
dapat meningkatkan angka kesembuhan.1,3,4
Radiasi juga dipertimbagkan pada kasus-kasus residif yang tidak mungkin di
ekstirpasi, pada mixed tumor jinak kelenjar parotis, biopsi insisi merupakan
kontraindikasi. Frozen section pada operasi harus dilakukan saat operasi, bila
ditemukan tumor dengan derajat keganasan rendah misalnya asiner cell ca low
grade mukoepedermoid ca atau squamous cell ca maka kelenjar kemungkinan
diangkat, bila ternyata didapatkan adalah jenis keganasan tinggi misalnya adeno
ca anaplastik maka harus disertai dengan radical neck disection. Pemakaian
methotrexate atau 5 F-U dapat menyebabkan regresi neoplasma ganas dari
kelenjar parotis atau submandibula.1,3,4
15
A. Tumor Primer
1. Tumor operabel1,3,4
Terapi utama ( pembedahan )
1) Tumor parotis
- Parotidektomi superfisial, dilakukan pada: tumor jinak parotis lobus
superfisialis
- Parotidektomi total, dilakukan pada:
Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi ekstraparenkim
dan n.VII
Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus
- Parotidektomi total diperluas, dilakukan pada: tumor ganas parotis
yang sudah ada ekstensi ekstraparenkim atau n.VII
- Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan pada: ada metastase KGB
leher yang masih operabel
2) Tumor submandibula
- Eksisi kelenjar submandibula periksa potong beku
- Bila hasil potong beku jinak operasi selesai
- Bila hasil potong beku ganas deseksi submandibula periksa
potong beku
Bila metastase KGB (-) operasi selesai
Bila metastase KGB (+) RND
Terapi tambahan
Radioterapi pasca bedah diberikan pada tumor ganas kelenjar saliva
dengan kriteria :
16
1) High grade malignancy
2) Masih ada residu makroskopis atau mikroskopis
3) Tumor menempel pada syaraf ( n. fasialis, n. lingualis, n. hipoglosus,
n. asesorius )
4) Setiap T3, T4
5) Karsinoma residif
6) Karsinoma parotis lobus profundus
Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk
memberikan penyembuhan luka operasi yang adekuat.
- Radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi meliputi bekas insisi
sebanyak 50 Gy dalam 5 minggu.
- Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada T3, T4 atau high
grade malignancy
2. Tumor inoperabel1,3,4
Terapi utama
Radioterapi : 65 - 70 Gy dalam 7-8 minggu
Terapi tambahan
Kemoterapi :
1) Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma,
adenocarcinoma, malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)
- Adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1
diulang tiap 3 minggu
- 5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1
- Sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
17
3. Metastase Kelenjar Getah Bening (N)1,3,4
Terapi utama
1) Operabel : deseksi leher radikal (RND)
2) Inoperabel : radioterapi 40 Gy/+kemoterapi preoperatif, kemudian
dievaluasi
- Menjadi operabel RND
- Tetap inoperabel radioterapi dilanjutkan sampai 70 Gy
Terapi tambahan
Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy
18
Bagan Penanganan Tumor Parotis Operabel dengan (N) Secara Klinis
Negatif
Parotidektomi superfisial
Frozen Section
Jinak Ganas
Frozen Section
Stop RND
Gambar 6. Bagan Penanganan Tumor Parotis Operabel dengan (N) Secara Klinis
Negatif
19
Bagan Penanganan Tumor Submandibula Operabel Dengan (N) Secara
Klinis Negatif
Frozen Section
Jinak Ganas
Stop Diseksi
submandibula
Frozen Section
Stop RND
20
Bagan Penanganan Tumor Sublingualis / Kelenjar Saliva Minor
21
*) Indikasi radioterapi ajuvan pada leher setelah RND :1,3,4
M POSITIF
Sitostatika
+
paliatif (bila perlu) :
operasi (trakeotomi, gastrostomi)
radioterapi
medikamentosa
TUMOR RESIDIF
Terapi Terapi
sebelumnya : sebelumnya :
operatif radioterapi
22
VI. PROSEDUR FOLLOW UP
Jadwal follow up dianjurkan sebagai berikut :1,3,4
1. Dalam 3 tahun pertama : setiap 3 bulan
2. Dalam 3-5 tahun : setiap 6 bulan
3. Setelah 5 tahun : setiap tahun sekali untuk seumur hidup
23
DAFTAR PUSTAKA
24