Anda di halaman 1dari 28

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

* Kepaniteraan Klinik Senior / G1A218053 / Mei 2019


** Pembimbing / dr. Anton Trihartanto, Sp.B

ANATOMI, FISIOLOGI DAN PATOLOGI


KELENJAR SALIVA

Arrinalhaq Andre Sondakh, S.Ked *

dr. Anton Trihartanto, Sp.B **

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU BEDAH
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)
* Kepaniteraan Klinik Senior / G1A218053 / Mei 2019
** Pembimbing / dr. Anton Trihartanto, Sp.B

ANATOMI, FISIOLOGI DAN PATOLOGI


KELENJAR SALIVA

Arrinalhaq Andre Sondakh, S.Ked *

dr. Anton Trihartanto, Sp.B **

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU BEDAH
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

ANATOMI, FISIOLOGI DAN PATOLOGI


KELENJAR SALIVA

Disusun Oleh :
Arrinalhaq Andre Sondakh, S.Ked
G1A218053

Kepaniteraan Klinik Senior

Bagian Ilmu Bedah RSUD Raden Mattaher Prov. Jambi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Jambi

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan


Pada Mei 2019

Pembimbing

dr. Anton Trihartanto, Sp.B

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Clinical Science
Session (CSS) yang berjudul “Anatomi, Fisiologi dan Patologi Kelenjar Saliva”
sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Anton Trihartanto, Sp.B yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Bedah di Rumah Sakit
Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah Clinical
Science Session (CSS) ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca.

Jambi, Mei 2019


Penulis

Arrinalhaq Andre Sondakh, S.Ked

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Kelenjar saliva merupakan kelenjar eksokrin yang secara embriologi berasal


dari lapisan ektoderm dan endoderm. Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva
dibagi dalam:1,2

1) Kelenjar Saliva Mayor :


Kelenjar Parotis, Kelenjar Submandibula (Submaxilaris) dan Kelenjar
Sublingualis.

2) Kelenjar Saliva Minor :


Kelenjar Palatina, Kelenjar Sublingualis Minor yang terletak di bagian
lateral dari dasar mulut, Kelenjar Webber yang terletak diantara duktus
submaksillaris dan permukaan lateral lidah, Kelenjar Lingualis Anterior
Blandin Nuhn yang terdapat dipermukaan dalam ujung lidah dan Kelenjar
Ebner yang terdapat dibagian posterior lidah.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI KELENJAR SALIVA


a. Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar dengan berat rata-rata 25
gr, bentuk tidak terarur, berlobus-lobus, berwarna kuning. Kelenjar parotis
terletak kira-kira dibawah meatus akustikus externus antara mandibula dengan m.
sternocleidomastoideus, sebagian kelenjar menjorok kearah depan diatas
permukaan m. masseter, sebagian dari yang menjorok ini biasanya terpisah sama
sekali dari kelenjar parotis, bagian ini disebut kelenjar parotis asessorius.1,2
Kelenjar parotis diliputi oleh suatu kapsul yang berasal dari fascia colli
profunda, bagian kapsul yang menutupi permukaan superficial lebih tebal dan
melekat pada arcus zygomaticus. Kapsul permukaan dalam melekat pada
proscesus ptyloideus, mandibula dan bergabung dengan fascia otot-otot yang
berdekatan dengan kelenjar. Bagian fascia yang melekat pada procesus stylodeus
dan angulus mandibula biasanya lebih tebal, membentuk ligamentum
styllomandibulare. Ligamentum ini memisahkan kelenjar parotis dari kelenjar
submandibula.1,2

Gambar 1. Kelenjar-kelenjar saliva tampak dari samping

2
 Hubungan kelenjar parotis dengan struktur disekitarnya:
Hubungan superficial :
Permukaan luar kelenjar parotis terletak subkutaneus yang ditutupi oleh kulit
dan fascia superficial, tampak bagian superfisialis duktus parotis stensen
lewat ke anterior melintasi permukaan luar m. masseter setinggi kira-kira
pertengahan antara zygoma dengan sudut bibir. Dekat diatas duktus parotis
berjalan a/v fasialis, tampak dibawah ujung kelenjar parotis dan berjalan
diatas sejajar duktus. Pada tepi anterior dari kelenjar parotis tampak
cabang mayor n. fascialis melewati kelenjar melingkar kedepan dan naik
menyilang m. masseter dan arcus zygomaticus. Insisi yang dibuat vertikal
diatas bagian anterior kelenjar parotis akan sangat berbahaya. Pada tepi atas
kelenjar parotis, cabang temporal n. fasialis, a/v temporalis superfisialis dan
n. auriculotemporalis akan memotong kelenjar parotis melintasi arcus
zygomaticum subcutaneous.1,3

Hubungan internal :
Berdekatan dengan tepi medial kelenjar tampak a. Carotis externa dan v.
fasialis posterior. Pada posisi ini a. carotis externa membagi kedalam a.
temporalis superfisialis dan a. maksilaris interna dan v. fasialis posterior
menerima dari cabang-cabangnya. Pada bagian anteromedial dari bagian
dalam kelenjar tampak v. jugularis interna, a. carotis interna, Proscessus
stylodeus dan m. digastricus venter posterior. Diatas dan anterior bagian
dalam kelenjar berhubungan dengan ramus mandibula dan tepi posterior m.
pterigoid interna. Bagian posterior berhubungan dengan Proscessus
mastoideus & meatus akustikus eksterna. Nyeri yang disebabkan pergerakan
dari rahang pada parotis atau mumps disebabkan oleh kompresi bagian dalam
kelenjar oleh ramus mandibula terutama pada dinding anterior meatus
akustikus ekterna.1,3

3
Gambar 2. Anatomi kelenjar parotis

Ductus kelenjar parotis


Ductus kelenjar parotis merupakan saluran keluar kelenjar parotis,
panjangnya sekitar 5 cm, merupakan penggabungan dari 2 cabang utama
kelenjar ini. Berjalan ke anterior melintasi permukaan luar m. masseter, pada
pinggir depan otot tersebut saluran ini membelok kedalam menembus corpus
adiposum pipi lalu menembus m. bucinator, berjalan serong kedepan antara
m. bucinator dan mukosa pipi berhadapan dengan mahkota molar 2. Pada
waktu melintas dipermukaan m. masseter saluran ini disertai dengan kelenjar
parotis asessorius. Cabang bucalis n. mandibularis sewaktu muncul dari
bagian belakang m. temporalis dan m. masseter terletak tepat dibawah saluran
ini pada pinggir depan m. masseter. Dinding duktus parotis sebelah luar
dibungkus oleh suatu lapisan jaringan fibrosa yang mengandung serabut-
serabut otot polos sedangkan mukosanya dilapisi oleh epitel selaput silindris.
Lumen duktus berdiameter 3 mm dan sempit kearah muara.1,3

4
 Vaskularisasi
Kelenjar parotis mendapat pendarahan dari a. carotis externa dan cabang-
cabangnya yang terletak didalam jaringan kelenjar yaitu a. temporalis
superfisialis, a. fasialis transversa dan a. auricularis posterior. Vena maksilaris
bergabung dengan v. fasialis anterior menjadi v. fasialis communis dan
cabang posterior bergabung dengan v. Auricularis posterior membentuk v.
jugularis externa.1,3

Gambar 3. Bagian-bagian yang terasosiasi dengan Kelenjar parotis

 Persarafan
Oleh n. auriculotemporalis yang merupakan cabang sensoris bagian
mandibula n. Cranial V, yang mempersarafi kulit didepan telinga, berjalan
ditepi atas parotis melawati proscessus zygomaticus diantara telinga luar dan
condylus mandibula selanjutnya akan berjalan keatas melalui regio temporal
menuju vertex. n. fasialis keluar melalui foramen stylomastoideus kemudian
akan bercabang 2 yang akan melalui isthmus parotis, kemudian pada bagian
tepi kelenjar parotis akan bercabang lagi membentuk Pes Anserinus (kaki
angsa). Dua cabang utama n. fasialis adalah divisi temporofasial yang

5
bercabang menjadi rami temporalis dan rami zygomaticus, divisi cervicofasial
yang bercabang menjadi rami bucalis, rami mandibularis dan rami
cervicalis.1,3

 Sistim Limfatik
KGB daerah parotis dibagi dalam 2 kelompok yaitu didalam dan diluar
kapsul, yang diluar kapsul terletak preaurikuler. KGB ini menerima aliran
limfe juga dari kulit kepala bagian temporal dan frontal, bagian luar kelopak
mata dan bagian luar telinga. Kelompok yang didalam kapsul membentuk
kelompok parotis. KGB ini juga menerima aliran limfe dari nasopharinx
bagian atas dan belakang, palatum molle dan telinga tengah. Selanjutnya dari
2 kelompok ini cairan limfe dialirkan kedalam KGB cervical superfisialis dan
profunda.1,3

b. Kelenjar Submandibularis
Bentuk kelenjar submandibularis lebih kurang oval dan terletak pada fossa
submandibularis dibawah ramus horizontal mandibula. Batas anterior dan
posterior adalah m. digastricus. Yang harus diketahui adalah hubungan kelenjar
ini dengan ramus mandibularis yang cabang terbawah n. fasialis. Kerusakan saraf
ini akan menyebabkan gangguan pada ¼ bagian bawah m. orbicularis oris. Sejajar
dengan n. Lingualis terdapat duktus kelenjar submandibularis yang membawa air
liur dari kelenjar submaxillaris ke rongga mulut. Muara saluran ini pada dasar
mulut membentuk papilla sublingual disamping frenulum linguale. Pengangkatan
kelenjar ini akan mengakibatkan kerusakan n. lingualis. Kelenjar submandibularis
mendapat darah dari cabang-cabang a. Fasialis dan a.Lingualis.1,3

6
Gambar 4. Anatomi kelenjar submandibularis
c. Kelenjar Sublingualis
Merupakan kelenjar ludah terkecil diantara kelompok kelenjar ludah mayor,
beratnya 3-4 gr. Terletak dibawah mukosa dasar mulut bagian anterior atau pada
lipatan sublingual yaitu diantara alveolus dan bagian anterior lidah. Kelenjar ini
berada diatas m. mylohyoid dan ditutupi oleh symphisis mandibula. Bagian
posteriornya berhubungan dengan perpanjangan kelenjar submandibula kearah
anterior. Duktus ekskretoriusnya berjumlah 8-20 buah yang bermuara pada
puncak plica sublingualis pada rongga mulut, kadang-kadang beberapa saluran
pada tepi anterior bersatu membentuk saluran yang besar yang disebut duktus sub
lingualis mayor (Bartholini) yang bergabung dengan duktus submandibularis.
Kelenjar ini mendapat pendarahan dari a. sublingualis dan a. submentalis
sedangkan persarafan oleh N. Lingualis dan Chorda tympani serta saraf simpatis
dari ganglion submandibularis.1,3

III. FISOLOGI KELENJAR SALIVA


Ditinjau dari fungsinya kelenjar saliva termasuk dalam sistem pencernaan
sebab kelenjar ludah menghasilkan sekret yang berguna untuk pencernaan
makanan. Kelenjar parotis menghasilkan sekret yang bersifat serosa, kelenjar
sublingualis menghasilkan sekret yang bersifat mukous, sedangkan kelenjar
submandinbularis menghasilkan sekret campuran serosa dan mucous. Sekret yang
serous mengandung banyak ptyalin, sedangkan sekret yang mucous banyak
mengandung musin. Hampir semua kelenjar ludah minor menghasilkan sekret
yang mucous atau campuran kecuali kelenjar Ebner yang terdapat di posterior
lidah menghasilkan serous.2,3
Saliva diproduksi terus menerus dan sehari dapat mencapai 1000cc. Berbagai
bahan dapat merangsang produksi saliva, misalkan fisika (panas), kimia (asam
alkali), mekanis (karet, parafin, pasir). Mukosa mulut yang kering, iritasi mukosa
mulut, perangsangan mukosa lambung oleh makanan merupakan rangsangan yang
menyebabkan penambahan produksi saliva. Setiap perangsangan tersebut akan
merangsang saraf sensoris yang terdapat dalam mukosa mulut yang dalam hal ini
berperan sebagai serabut aferen dari suatu lingkaran refleks salivasi.1,3

7
Pusat refleks salivasi berada dalam formatio retikularis pada dasar ventrikel
IV. Selain itu kelenjar saliva mendapat persarafan dari sistim otonom.
Perangsangan listrik pada chorda tympani ternyata menyebabkan peningkatan
sekresi kelenjar saliva submandibularis sedangkan perangsangan terhadap n.
auriculato tempolaris akan meningkatkan sekresi parotis.1,3
Saliva mempunyai peranan dalam proses pencernaan makanan walaupun
fungsi ini tidak terlalu esensial. Hal ini dapat dilihat pada kelainan kongenital
dimana kelenjar saliva tidak terbentuk, ternyata tidak dijumpai gangguan yang
berarti pada proses pencernaan makanan. Ternyata setiap kelenjar mempunyai
fungsi yang lebih khusus, misalnya sekret kelenjar sublingualis penting untuk
mempermudah proses menelan, sekret parotis untuk mencerna makanan dan
submandibula untuk mengecap. Secara umum fungsi saliva :1,3
1) Membasahi dan mengencerkan makanan sehingga lebih mudah ditelan dan
dikunyah.
2) Melarutkan berbagai bahan yang dikandung dalam makanan sehingga
menimbulkan rasa pengecap.
3) Membasahi mulut dan melindungi gigi.
4) Mencerna zat pati.

IV. PATOLOGI KELENJAR SALIVA


a. Trauma
Trauma mekanis pada wajah baik tajam maupun tumpul dapat menyebabkan
kerusakan kelenjar parotis atau terputusnya saluran kelenjar tersebut. Pada semua
laserasi di regio parotis maka harus dilakukan pemeriksaan trauma pada N.VII.
Trauma pada N.VII dapat terjadi pada cabang utama di Pes anserinus atau pada
salah satu cabangnya yang berada di kelenjar parotis.1,2,3
Komplikasi yang sering terjadi pada trauma parotis adalah fistula
salivakutaneus, akibat adanya sumbatan pada duktus stensen, sehingga kelenjar
parotis membesar. Suatu fistula salivakutaneus yang kronis memerlukan
rekonstruksi dengan membuat flap kulit.1,2,3

8
b. Infeksi kelenjar saliva (Sialadenitis)
Abses kelenjar parotis sangat jarang terjadi. Pada keadaan ini perlu dilakukan
insisi dan drainase. Infeksi ringan pada kelenjar paling sering menyebabkan
penyumbatan saluran kelenjar dan dapat pula menimbulkan terbentuknya batu.
Sialadenitis supuratif akut yang mengenai parotis atau submandibularis dapat
terjadi akibat komplikasi operasi dalam rongga mulut dengan hygiene yang jelek.
Biasanya memberikan respon yang buruk terhadap pemberian antibiotik sehingga
memerlukan eksisi yang radikal terhadap kelenjar yang nekrotik.1,2,3
Parotitis kronis atau bakterial yang rekuren dapat didahului supurasi akut atau
inflamasi viral. Lebih sering adanya riwayat obstruksi duktus. Invasi bakterial
yang rekuren pada kelenjar parotis akan menyebabkan destruksi dan fibrosis dari
asinus dan ektasia duktus. Secara klinis penderita mengeluh nyeri dan
pembengkakan kelenjar yang rekuren terutama pada waktu makan. Parotidektomi
superficial disarankan bila terapi konservatif yang lama gagal.1,2,3

c. Kelainan metabolisme
Didalam saluran kelenjar dapat terbentuk batu (sialolithiasis). Pada umumnya
ditemukan dekat orificium duktus. Penyebab terbentuknya batu adalah diet yang
salah atau pH saliva di rongga mulut yang abnormal. Pencegahan terbentuknya
batu pada beberapa penderita sulit dan sering dijumpai bersama infeksi kelenjar
dan diduga batu merupakan akibat sekunder. Diagnosa dapat ditegakan dengan
menggunakan sonde atau radiografi intraoral dari duktus tersebut (sialografi).1,2,3
Batu terdiri dari kalsium inorganik dan garam sodium phosphat yang
dideposit dalam duktus sebagai nidus organik dari mukus/debris seluler, 80-90%
dari batu kelenjar saliva terjadi pada kelenjar submandibularis dan dapat
menyebabkan obstruksi akut dari kelenjar. Bila lokasi batu telah diketahui dapat
dilakukan insisi tepat pada duktus tersebut. Pada beberapa keadaan terdapat
infeksi yang residual setelah pengangkatan batu, mungkin perlu tindakan
sialodenektomi.1,2,3

9
d. Tumor kelenjar saliva
Tumor kelenjar ludah menempati kira-kira 5 % dari seluruh tumor didaerah
leher dan kepala, kelenjar ludah mayor lebih banyak 5 kali dari kelenjar ludah
minor. Kira-kira 70-80 % merupakan tumor kelenjar parotis, 25 % tumor kelenjar
submandibula. Sekitar ¾ dari persentase tumor pada kelenjar parotis adalah jinak,
mayoritas dari tumor kelenjar ludah adalah jinak.1,2,3
Ackerman dan del Regato membuat klasifiaksi tumor lidah sebagai berikut :1

Tumor Jinak :
1) Pleomorphic adenoma (mixed tumor)
2) Monomorphic tumor
3) Oxyphilic adenoma
4) Papillary cystadenoma lymphomatosum (Whartin)
5) Sebaseus tumor
6) Papilloma
7) Lymphoepitelial lesion
8) Hemangioma
9) Lipoma
10) Neurogenic tumor

Tumor Ganas :
1) Malignant mixed tumor
2) Mucoepidermoid carsinoma
3) Adenoid cystic carsinoma
4) Acinic cell cersinoma
5) Squarmous cell cersinoma
6) Clear cell cersinoma
7) Malignant oncocytoma
8) Undifferentiated cersinoma
9) Metastatic tumor
10) Unclassified

10
Perbedaaan antara tumor jinak dan ganas kelenjar saliva :1,3

KLINIS JINAK GANAS


Tingkat pertumbuhan Lambat (tahun) Cepat (bulan)
Umur Puncak (40 tahun) Puncak (50 tahun)
Nyeri Minimal Selalu ada
Pemeriksaan fisik :
Terfiksir kulit struktur
 Fiksasi Mobile
dalam tulang sering 33 %
 Paralise N. VII Tidak pernah Selalu
 Konsistensi Kistik, noduler Seperti batu
Well Circumscribed
 Gross Patologi Tidak ada kapsul
Capsule
Invasi ke tulang/sekitar
 Metastase Tidak pernah
agak sering

Gambar 5. Gejala klinis tumor kelenjar saliva

11
A. TUMOR JINAK
1. Mixed tumor
Merupakan tumor kelenjar saliva yang sering dijumpai, lebih sering pada
wanita, puncak isidensi ada pada usia 50 tahun. Tumbuh lambat, lobular,
tumor dapat menembus kapsul, sering kambuh setelah pengangkatan dan
menjadi invasif dan destruktif, artinya menjadi ganas dan tidak mepunyai
kapsul lagi.1,3,4

2. Papillary cystadenoma lymphomatosum (Whartin’s tumor)


Merupakan tumor jinak kelenjar saliva kedua tersering, lebih sering pada
pria, puncak tumor 60-70 tahun dan pada 10 kasus bilateral. Mikroskopis
memberi gambaran yang khas. Tumor tersusun oleh epitel papiler yang
bercampur jaringan limfoid.1,3,4

3. Mikulicz’s disease (Lymphoepitelial lession)


Merupakan pembesaran bilateral yang simetris yang dapat mengenai
kelenjar parotis, submandibula, sublingualis dan dapat juga mengenai
kelenjar palatina, labialis dan lakrimalis. Penyakit berjalan lambat, tidak
menyebabkan paralisis N. Fasialis. Mikroskopis memberikan gambaran yang
khas yaitu adanya infiltrasi limfosit yang tersusun dalam folikel didalam
kelenjar, disertai dengan atrofi dan menghilangnya jaringan asiner. Insiden
tertinggi pada umur 31-40 tahun.1,3,4

12
Tabel 1. Pembagian staging tumor pada kelenjar saliva

13
B. TUMOR GANAS
1. Tumor mukoepidermoid
Merupakan tumor ganas parotis yang terbanyak secara mikroskopis terbagi
dalam low grade dan high grade tumor.1,3,4
Low grade tumor :
Mengandung sel-sel yang menghasilkan mukus, zat mukoid yang dihasilkannya
dapat bocor kedalam jaringan dan menimbulkan reaksi radang.
High grade tumor :
Tampak sel-sel epidermoid dan sel intermediate yang dominan.

2. Squamous cell ca
Seperti mukoepidermoid berasal dari epitel duktus yang mengalami
metaplasia, gambarannya sama dengan squamous cell ca ditempat lain tetapi
disini lebih ganas, metastase regional dan invasi lokal jauh lebih sering terjadi.1,3,4

3. Adenocarsinoma
Merupakan tumor ganas yang cukup sering terjadi pada kelenjar ludah, gejala
terpenting adalah rasa nyeri pada kelenjar saliva yang menjalar, akibat invasi
kedalam saraf.1,3,4

Secara histologi dibedakan kedalam :1,3,4


 Adenoid cyst carcinoma

14
Gambaran berbentuk kelenjar yang rata atau rangkaian sel yang saling
berhubungan mengandung sedikit sitoplasma terpisah dari jaringan ikat
yang mengalami degenerasi hyalin.
 Acinic cell carcinoma (Clear cell ca.)
Terdiri dari dua macam sel, satu sel berbatas jelas, sitoplasma basofil dan
granuler dengan inti kecil. Sel-sel yang lain ukurannya lebih besar,
sitoplasma jernih, kadang-kadang tersusun seperti kelenjar.

4. Malignant mixed tumor


Pada umumnya berasal dari transformasi mixed tumor jinak dan penderita
dengan kelainan ini biasanya lebih tua dari penderita mixed tumor jinak, serta
sebelumnya telah mempunyai massa di parotis untuk waktu yang lama. Lesi yang
ganas biasanya ukurannya lebih besar dari yang jinak, perubahan menjadi ganas
biasanya disebabkan karena operasi yang kurang bersih sehingga bagian yang
tersisa kemudian mengalami degenerasi kearah ganas.1,3,4

V. TERAPI
Prinsipnya operasi merupakan terapi terbaik untuk semua tumor kelenjar
saliva akan tetapi radiasi dapat dipertimbangkan, misalnya pada tumor yang
iresektabel. Radiasi juga diberikan pada penderita post operasi yang tidak yakin
pengangkatan tumornya telah dilakukan dengan bersih. Radioterapi pasca bedah
dapat meningkatkan angka kesembuhan.1,3,4
Radiasi juga dipertimbagkan pada kasus-kasus residif yang tidak mungkin di
ekstirpasi, pada mixed tumor jinak kelenjar parotis, biopsi insisi merupakan
kontraindikasi. Frozen section pada operasi harus dilakukan saat operasi, bila
ditemukan tumor dengan derajat keganasan rendah misalnya asiner cell ca low
grade mukoepedermoid ca atau squamous cell ca maka kelenjar kemungkinan
diangkat, bila ternyata didapatkan adalah jenis keganasan tinggi misalnya adeno
ca anaplastik maka harus disertai dengan radical neck disection. Pemakaian
methotrexate atau 5 F-U dapat menyebabkan regresi neoplasma ganas dari
kelenjar parotis atau submandibula.1,3,4

15
A. Tumor Primer
1. Tumor operabel1,3,4
 Terapi utama ( pembedahan )
1) Tumor parotis
- Parotidektomi superfisial, dilakukan pada: tumor jinak parotis lobus
superfisialis
- Parotidektomi total, dilakukan pada:
 Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi ekstraparenkim
dan n.VII
 Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus
- Parotidektomi total diperluas, dilakukan pada: tumor ganas parotis
yang sudah ada ekstensi ekstraparenkim atau n.VII
- Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan pada: ada metastase KGB
leher yang masih operabel

2) Tumor submandibula
- Eksisi kelenjar submandibula  periksa potong beku
- Bila hasil potong beku jinak  operasi selesai
- Bila hasil potong beku ganas  deseksi submandibula  periksa
potong beku
 Bila metastase KGB (-)  operasi selesai
 Bila metastase KGB (+)  RND

3) Tumor sublingual atau saliva minor


- Eksisi luas ( 1 cm dari tepi tumor ).
- Untuk tumor yang letaknya dekat sekali dengan tulang (misalnya
palatum durum, ginggiva, eksisi luas disertai reseksi tulang
dibawahnya)

 Terapi tambahan
Radioterapi pasca bedah diberikan pada tumor ganas kelenjar saliva
dengan kriteria :

16
1) High grade malignancy
2) Masih ada residu makroskopis atau mikroskopis
3) Tumor menempel pada syaraf ( n. fasialis, n. lingualis, n. hipoglosus,
n. asesorius )
4) Setiap T3, T4
5) Karsinoma residif
6) Karsinoma parotis lobus profundus
Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk
memberikan penyembuhan luka operasi yang adekuat.
- Radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi meliputi bekas insisi
sebanyak 50 Gy dalam 5 minggu.
- Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada T3, T4 atau high
grade malignancy

2. Tumor inoperabel1,3,4
 Terapi utama
Radioterapi : 65 - 70 Gy dalam 7-8 minggu

 Terapi tambahan
Kemoterapi :
1) Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma,
adenocarcinoma, malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)
- Adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1
diulang tiap 3 minggu
- 5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1
- Sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2

2) Untuk jenis karsinoma sel squamous (squamous cell carcinoma,


mucoepidermoid carcinoma)
- Methotrexate 50mg/m2 iv pada hari ke 1 dan 7
diulang tiap 3 minggu
- Sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2

17
3. Metastase Kelenjar Getah Bening (N)1,3,4
 Terapi utama
1) Operabel : deseksi leher radikal (RND)
2) Inoperabel : radioterapi 40 Gy/+kemoterapi preoperatif, kemudian
dievaluasi
- Menjadi operabel  RND
- Tetap inoperabel  radioterapi dilanjutkan sampai 70 Gy

 Terapi tambahan
Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy

4. Metastase Jauh (M)1,3,4


 Terapi paliatif : kemoterapi
1) Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma,
adenocarcinoma, malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)
- Adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1
diulang tiap 3 minggu
- 5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1
- Sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2

2) Untuk jenis karsinoma sel squamous (squamous cell carcinoma,


mucoepidermoid carcinoma)
- Methotrexate 50mg/m2 iv pd hari ke 1 dan 7
diulang tiap 3 minggu
- Sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2

18
Bagan Penanganan Tumor Parotis Operabel dengan (N) Secara Klinis
Negatif

Tumor parotis (N negatif)

Parotidektomi superfisial

Frozen Section

Jinak Ganas

Stop Parotidektomi total


+
Sampling KGB
subdigastrikus

Frozen Section

Meta KGB (-) Meta KGB (+)

Stop RND

Gambar 6. Bagan Penanganan Tumor Parotis Operabel dengan (N) Secara Klinis
Negatif

19
Bagan Penanganan Tumor Submandibula Operabel Dengan (N) Secara
Klinis Negatif

Tumor submandibula (N negatif)

Eksisi Kelenjar submandibula

Frozen Section

Jinak Ganas

Stop Diseksi
submandibula

Frozen Section

Meta KGB (-) Meta KGB (+)

Stop RND

Gambar 7. Bagan Penanganan Tumor Submandibula Operabel dengan (N) Secara


Klinis Negatif

20
Bagan Penanganan Tumor Sublingualis / Kelenjar Saliva Minor

Gambar 8. Bagan Penanganan Tumor Sublingualis / Kelenjar Saliva Minor

21
*) Indikasi radioterapi ajuvan pada leher setelah RND :1,3,4

1. Kelenjar getah bening yang mengandung metastase > 1 buah


2. Diameter kelenjar getah bening > 3 cm
3. Ada pertumbuhan ekstrakapsuler
4. High grade malignancy

M POSITIF

Sitostatika
+
paliatif (bila perlu) :
operasi (trakeotomi, gastrostomi)
radioterapi
medikamentosa

Bagan Penanganan Tumor Kelenjar Saliva Yang Residif

TUMOR RESIDIF

Terapi Terapi
sebelumnya : sebelumnya :
operatif radioterapi

Operabel Inoperabel Operabel Inoperabel

Operasi Radioterapi Operasi Sitostatika


+
Radioterapi

Gambar 9. Bagan Penanganan Tumor Kelenjar Saliva yang Residif

Residif lokal/regional/jauh (metastase)  penanganannya dirujuk ke penanganan


T/N/M seperti skema yang bersangkutan

22
VI. PROSEDUR FOLLOW UP
Jadwal follow up dianjurkan sebagai berikut :1,3,4
1. Dalam 3 tahun pertama : setiap 3 bulan
2. Dalam 3-5 tahun : setiap 6 bulan
3. Setelah 5 tahun : setiap tahun sekali untuk seumur hidup

Pada follow up tahunan, penderita diperiksa secara lengkap, fisik, X-foto


toraks, USG hepar, dan bone scan untuk menentukan apakah penderita betul-
betul bebas dari kanker atau tidak.

Pada follow up ditentukan :1,3,4


1. Lama hidup dalam tahun dan bulan
2. Lama interval bebas kanker dalam tahun dan bulan
3. Keluhan penderita
4. Status umum dan penampilan
5. Status penyakit :
 Bebas kanker
 Residif
 Metastase
 Timbul kanker atau penyakit baru
6. Komplikasi terapi
7. Tindakan atau terapi yang diberikan

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR. Schwartz: Principles of surgery,


9th ed, McGraw-Hill International Book, 2009.
2. Goldsmith; Disorders of Lymphatic system, in Sabiston: Text Book of
Surgery , 13 ed, Ugaku Shoin-Saunders Int Ed, Philadelfia, 1986, hal
1787-1807.
3. Lore JM, An Atlas of Head and Neck Surgery, 2 nd ed, WB Saunders Co,
Philadelphia, 1978, hal 539-547
4. Sunarto Reksoprawiro. Protokol Penatalaksanaan Kanker Kelenjar Liur,
PERABOI 2003, hal 35-47.

24

Anda mungkin juga menyukai