Anda di halaman 1dari 10

Penatalaksanaan Dental pada Oral Self-Injury untuk Pasien Stroke: Laporan

Kasus dan Tinjauan Pustaka

Disadur dari:
Kallás MS, da Silva Santos PS, da Costa Pereira Jales SM, Parsons HA. Dental
Management of Oral Self-Injury in a Stroke Patient: Case Report and Literature
Review. J Palliat Care Med 2013; 3: 163.

PERIODE: 08 FEBRUARI 2021 – 05 MARET 2021

Dosen Pembimbing: Penyaji:

Indri Lubis, drg., MDSc 1. Chatty (160600135)


NIP. 19830808 200812 2 003 2. Nur Azizah Simamora (160600215)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2021
DEPARTEMEN PENYAKIT MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN JUDUL

Penatalaksanaan Dental pada Oral Self-Injury untuk Pasien Stroke: Laporan


Kasus dan Tinjauan Pustaka

Disadur dari:

Kallás MS, da Silva Santos PS, da Costa Pereira Jales SM, Parsons HA. Dental
Management of Oral Self-Injury in a Stroke Patient: Case Report and Literature
Review. J Palliat Care Med 2013; 3: 163.

Dosen Pembimbing: Mahasiswa:

Indri Lubis, drg., MDSc Chatty (160600135)


NIP. 19830808 200812 2 003 Nur Azizah Simamora (160600215)
1

Penatalaksanaan Dental Pada Oral Self-Injury Untuk Pasien Stroke: Laporan


Kasus dan Tinjauan Pustaka

Kallás MS, da Silva Santos PS, da Costa Pereira Jales SM, Parsons HA. Dental
Management of Oral Self-Injury in a Stroke Patient: Case Report and Literature
Review. J Palliat Care Med 2013; 3: 163.

ABSTRAK
Studi ini mengenai laporan kasus dari seorang pasien stroke wanita dengan
oral self-injury. Pasien dirawat di rumah sakit perawatan paliatif dan setelah 2 minggu
dirawat, pasien menunjukkan luka parah pada lidah karena pasien sering mengigit.
Kami memberikan perawatan kuratif dan preventif untuk mencegah terjadinya
kembali. Kami juga menghadirkan tinjauan pustaka singkat mengenai luka dengan
tipe ini. Walaupun literatur ini hanya berupa laporan kasus pada pasien stroke dengan
self-injury, pendekatan yang dilakukan pada literatur ini berbeda dengan sebelumnya;
kami menggunakan kombinasi baru antara alat silikon dan terapi laser untuk
mengobati lesi tersebut.

PENDAHULUAN
Insiden tidak diharapkan pada penyakit serebrovaskular paling sering terjadi
pada pasien yang memiliki penyakit kardiovaskular, terutama hipertensi. Stroke
iskemik terjadi akibat gangguan aliran darah secara tiba-tiba akibat tersumbatnya
arteri, kemudian pembuluh darah pecah yang menyebabkan stroke hemoragik. 1
Secara umum, kelangsungan hidup dan keparahan defek fungsional berikutnya
bergantung pada jenis dan luas lukanya.2
Pasien dengan perawatan jangka panjang yang disertai hilangnya persepsi rasa
sakit karena penyakit sistemiknya memerlukan perawatan pada rongga mulut. 3,4
Pasien biasanya melukai dirinya sendiri dengan gigi; hal ini dapat menyebabkan
terjadinya gigitan pada jari, ulser pada lidah dan bibir, dan area lain dari mukosa
2

mulut. Selain itu, temuan seperti luksasi pada gigi dan atrisi parah pada pasien adalah
temuan yang normal.5-7
Cedera yang diakibatkan oleh diri sendiri sangat umum terjadi pada penyakit,
sindrom, dan gangguan sistemik tertentu. Pasien stroke mengalami hilangnya kognisi
dan dapat mengalami kejang otot dan nyeri pada persendian. 8 Temporo mandibular
joint (TMJ) menjadi rentan terhadap self-injury sebagai akibat dari perilaku yang
tidak disengajanya.9,10 Masalah ini dapat menunda penyembuhan luka dan dapat
menyebabkan infeksi.
Kami menyajikan laporan kasus pasien yang menderita self-injury pada lidah.
Perawatan gigi dilakukan dengan intervensi risiko minimum. Kombinasi individual
dari perawatan kuratif dengan prosedur lokal dan penggunaan perangkat pencegahan
dilakukan.

LAPORAN KASUS
Pasien wanita, mengalami stroke hemoragik pada usia 51 tahun. Lima tahun
kemudian dia mengalami stroke kedua yang berdampak serius pada kognitif dan
motoriknya. Pasien dirawat di rumah sakit umum selama 2 tahun dan mendapatkan
fasilitas jangka panjang selama 6 bulan sebelum kejadian pada rongga mulut
(dijelaskan pada kasus).
Pasien awalnya datang dengan menggunakan mouth guard silikon oral untuk
melindungi dirinya sendiri dari cedera gigitan. Namun, alat itu hilang selama proses
perawatan. Setelah seminggu tanpa alat tersebut, pasien mengalami lesi ulseratif di
ujung lidah (Gambar 1). Evaluasi oral menunjukkan gigi, gusi, bibir dan mukosa
bukal normal. Tingkat koagulasi darah baik, tidak termasuk penyebab yang berkaitan
dengan darah.
Pengobatan ulkus dilakukan dengan membersihkan daerah tersebut setiap hari
dengan larutan saline dan aplikasi triamcinolone acetonide. Pengobatan preventif
dilakukan 3 hari setelah lesi terdeteksi dengan dua pelindung mulut silikon yang baru,
satu di rahang atas dan satu lagi di rahang bawah. Prosedur pembersihan mulut
seperti menyikat gigi dengan pasta gigi berbusa rendah (Biotene®), flossing gigi,
3

hidrasi dengan saliva buatan (Biotene®) dilakukan oleh dental hygienist dua kali
sehari untuk menjaga kebersihan gigi selama proses berlangsung.
Terapi Laser Tingkat Rendah (LLLT) digunakan dengan radiasi 45 J/cm2 dan
durasi selama 33 detik. Laser ini diterapkan di 3 lokasi di sekitar lesi dan pasien
dirawat dengan interval 2 hari, 3 kali seminggu selama 15 hari. Setelah prosedur ini,
jaringan epitel sembuh kembali seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar
3.

Gambar 1: Lesi pada lidah saat pemasangan alat pelindung diri intra oral yang baru.

Gambar 2: Kondisi lidah setelah 10 hari perawatan.


4

Gambar 3: Kondisi lidah setelah 60 hari perawatan.

DISKUSI
Gejala sisa dari stroke dapat berupa disabilitas dalam indra pengecapan dan
hal ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan rongga mulut yang berpengaruh
terhadap kesehatan secara umum dan kualitas hidup pada penghuni panti jompo dan
fasilitas perawatan akut jangka panjang.9,11-14 American Dental Association (ADA)
menjelaskan bahwa penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi kebersihan rongga
mulut ialah; agen yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam komposisi plak dan
pH, aliran saliva dan pH, serta pengecapan. Ada juga agen yang menyebabkan
angioedema, mengubah pigmentasi jaringan, menyebabkan pembesaran gingiva, serta
mempengaruhi hemostasis dan tulang alveolar.15
Orang dewasa yang disabilitas dengan gangguan gerakan yang parah
membutuhkan perawatan oral yang khusus untuk memberikan perawatan yang
menyeluruh.16,17 Protokol kesehatan rongga mulut preventif penting pada pasien
dengan gangguan fisik, sensorik, atau kognitif rendah yang dapat menyebabkan
kekurangan kemampuan perawatan rongga mulut secara independen.18-20
Telah dilaporkan bahwa oral self-injury paling sering terjadi pada laki-laki
pada tahun awal kehidupan, dan lokasi yang paling sering terlibat adalah bibir bawah
dan lidah. Pasien pada kelompok ini disimpulkan bahwa pendekatan terapeutik pada
pasien ini harus mencakup perawatan psikologis dan farmakologis, perangkat
intraoral, dan prosedur bedah bila diperlukan.7
5

Beberapa laporan kasus dari oral self-injury menunjukkan bahwa terapi yang
terdiri dari alat pelindung diri, pencabutan gigi, obat-obatan, dan toxin botulinmn
bermanfaat untuk pasien.7,10,21-27 Kami memperhatikan bahwa setiap terapi harus
diindividualkan, dan para ahli harus membuat keputusan yang betujuan untuk
meredakan nyeri, menghilangkan infeksi, dan mencegah munculnya lesi baru.
Kami memutuskan pendekatan secara konservatif dengan penggunaan alat
pelindung diri. Penggunaan alat ini menghindari ekstrasi gigi pasien dan
meminimalkan mutilasi.
Kesehatan rongga mulut penting untuk mencegah penyakit oral maupun
umum, dan harus diperhatikan secara cermat pada pasien dengan disabilitas yang
menyebabkan kekurangan kemampuan perawatan diri secara dasar seperti
menggosok gigi, berkumur, atau meludah. Review Cochrane pada 2008 menunjukkan
diperlukan penelitian lebih lanjut di bidang ini, dan pelatihan staf dapat membantu
meningkatkan kebersihan rongga mulut pada pasien stroke. Perawatan rongga mulut
secara profesional dapat meningkatkan kesehatan mulut dan umum pada pasien
stroke.28
Karena kami bekerja sama dengan sekelompok ahli perawatan paliatif untuk
pasien kanker, kami menggunakan terapi laser sebagai prosedur kuratif untuk
melengkapi kebersihan rongga mulut sehari-hari. Meskipun tidak ada gold standard
untuk penggunaan laser (dosis, kuat daya, dan waktu aplikasi) beberapa studi
menunjukkan manfaat dari teknik ini sebagai alat tambahan untuk terapi lesi mukosa
mulut pada pasien yang sedang menjalani terapi pengobatan kanker.29-31
Laporan kasus kami pada pasien stroke yang melakukan self-injury berbeda
dengan laporan-laporan sebelumnya karena kami menggunakan kombinasi terapi
yang baru untuk mengobati lesi ini. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. Samir Salman atas
usahanya yang berharga dalam Brazilian Palliative Care Medicine.
6

DAFTAR PUSTAKA

1. Bodnar DC, Varlan CM, Varlan, V, Vaideanu T, Popa MB. Dental Management
in stroke patients. TMJ 2008; 58: 228-235.
2. Gopal A. Stroke and oral health. Vital 2008; 5: 40-42.
3. Buhlin K, Gustafsson A, Pockley AG, Frostegård J, Klinge B. Risk factors for
cardiovascular disease in patients with periodontitis. Eur Heart J 2003; 24: 2099-
2107.
4. Limeres J, Feijoo JF, Baluja F, Seoane JM, Diniz M, et al.. Oral selfinjury:an
update. Dent Traumatol 2013; 29: 8-14.
5. Munerato MC, Moure SP, Machado V, Gomes FG. Self-mutilation of tongue and
lip in a patient with simple schizophrenia. Clin Med Res 2011; 9: 42-45.
6. Romero M, Simón R, García-Recuero JI, Romance A. Dental management of
oral self-mutilation in neurological patients: a case of congenital insensitivity to
pain with anhidrosis. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2008; 13: E644- 647.
7. Haumschild MS, Haumschild RJ. The importance of oral health in longterm care.
J Am Med Dir Assoc 2009; 10: 667-671.
8. Rose LF, Mealey B, Minsk L, Cohen DW. Oral care for patients with
cardiovascular disease and stroke. J Am Dent Assoc 2002; 133 Suppl: 37S-44S.
9. Stevens T, Payne SA, Burton C, Addington-Hall J, Jones A. Palliative care in
stroke: a critical review of the literature. Palliat Med 2007; 21: 323-331.
10. Kossioni AE, Dontas AS. The stomatognathic system in the elderly. Useful
information for the medical practitioner. Clin Interv Aging 2007; 2: 591-597.
11. Haumschild MS, Haumschild RJ. The importance of oral health in longterm care.
J Am Med Dir Assoc 2009; 10: 667-671.
12. Ustrell X, Pellisé A. Cardiac workup of ischemic stroke. Curr Cardiol Rev 2010;
6: 175-183.
13. Fatahzadeh M, Glick M. Stroke: epidemiology, classification, risk factors,
complications, diagnosis, prevention, and medical and dental management. Oral
Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2006; 102: 180-191.
7

14. Maupomé G, Gullion CM, White BA, Wyatt CC, Williams PM. Oral disorders
and chronic systemic diseases in very old adults living in institutions. Spec Care
Dentist 2003; 23: 199-208.
15. Hallett M. Neurophysiology of dystonia: The role of inhibition. Neurobiol Dis
2011; 42: 177-184.
16. Stiefel DJ. Dental care considerations for disabled adults. Spec Care Dentist
2002; 22: 26S-39S.
17. Ciancio SG. Medications’ impact on oral health. J Am Dent Assoc 2004; 135:
1440-1448.
18. Migliorati CA, Madrid C. The interface between oral and systemic health: the
need for more collaboration. Clin Microbiol Infect 2007; 13 Suppl 4: 11-16.
19. Katz RV, Smith BJ, Berkey DB, Guset A, O’Connor MP. Defining oral neglect
in institutionalized elderly: a consensus definition for the protection of vulnerable
elderly people. J Am Dent Assoc 2010; 141: 433-440.
20. Wyatt CC. Elderly Canadians residing in long-term care hospitals: Part I.
Medical and dental status. J Can Dent Assoc 2002; 68: 353-358.
21. Talbot A, Brady M, Furlanetto DL, Frenkel H, Williams BO. Oral care and
stroke units. Gerodontology 2005; 22: 77-83.
22. Nock MK, Prinstein MJ. A functional approach to the assessment of
selfmutilative behavior. J Consult Clin Psychol 2004; 72: 885-890.
23. Loschen EL, Osman OT. Self-injurious behavior in the developmentally
disabled: assessment techniques. Psychopharmacol Bull 1992; 28: 433-438.
24. Pigno MA, Funk JJ. Prevention of tongue biting with a removable oral device: a
clinical report. J Prosthet Dent 2000; 83: 508-510.
25. Kobayashi T, Ghanem H, Umezawa K, Mega J, Kawara M, et al. Treatment of
self-inflicted oral trauma in a comatose patient: a case report. J Can Dent Assoc
2005; 71: 661-664.
26. Dabrowski E, Smathers SA, Ralstrom CS, Nigro MA, Leleszi JP. Botulinum
toxin as a novel treatment for self-mutilation in Lesch-Nyhan syndrome. Dev
Med Child Neurol 2005; 47: 636-639.
8

27. Kiat-Amnuay S, Koh SH, Powner DJ. An occlusal guard for preventing and
treating self-inflicted tongue trauma in a comatose patient: a clinical report. J
Prosthet Dent 2008; 99: 421-424.
28. Hanson GE, Ogle RG, Giron L. A tongue stent for prevention of oral trauma in
the comatose patient. Crit Care Med 1975; 3: 200-203.
29. da Silva JP, da Silva MA, Almeida AP, Lombardi Junior I, Matos AP. Laser
therapy in the tissue repair process: a literature review. Photomed Laser Surg
2010; 28: 17-21.
30. Bensadoun RJ, Nair RG. Low-level laser therapy in the prevention and treatment
of cancer therapy-induced mucositis: 2012 state of the art based on literature
review and meta-analysis. Curr Opin Oncol 2012; 24: 363-370.
31. Posten W, Wrone DA, Dover JS, Arndt KA, Silapunt S, et al.. Low-level laser
therapy for wound healing: mechanism and efficacy. Dermatol Surg 2005;
31:334-340.

Anda mungkin juga menyukai