Anda di halaman 1dari 5

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROFESI NERS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


Analisis & Sintesa Tindakan Keperawatan

Oral Hygiene Dengan Minosep

Mandiri

Nama pasien/ Usia : Ny. T/74 tahun


No. MR : 00-21-80-00 AST : 1
Diagnosa Medis : CVD Non Hemoragic
Ruang Rawat : IPD 30 Mengetahuai
Tanggal Masuk RS : 26 Februari 2019
Tanggal dan Jam Tindakan : 5 Maret 2019 (09.00)
Nama Praktikan :
NIM : Perseptor :…………………..
Pembimbing :

NO Kriteria Bobot
1 Diagnosa Keperawatan (PE):
- Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis yaitu stroke (CVD Non Hemoragik)
(NANDA, 2015)

2 Data Subjekif:
- Keluarga klien mengatakan klien masih belum sadar penuh
- Keluarga klien mempertanyakan bintik putih di mulut klien
- Keluarga klien tidak tahu sejak kapan sariawan itu mulai ada

3 Data Objektif
Observasi : Klien tampak terbaring lemah
Pemeriksaan fisik : Klien sudah tidak mempunyai gigi dan pada bagian bibir klien terdapat bitnik putih seperti sariawan
Tanda vital: Tekanan darah130/70, Nadi 88, Suhu 37 dan Respirasi 20
GCS ( E=3 M=4 V=2)
Tampak terpasang NGT dan DC
Terapi : Pemberian Albumin, obat kumur dan antibiotic
Data Penunjang:
- Hasil Lab : Haemoglobin L 11.3, Hematokrit L 33, Eritrosit L 3.84, White Blood Cell H 12.5, Platelet H 415, Segment
Neutrofil H 80, Limfosit L 11, APTT H 70.6 dan Albumin 2.90
4 Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan saat itu (bukan menurut teori):
Persiapan alat: Minosep, kasa, tongue spatel (stik eskrim), plastic kuning, dam srung tangan
Pra Interaksi: Mencuci tangan* dan mendekatkan peralatan didekat pasien
Pelaksanaan:
- Setelah proses memandikan selesai
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan oral hygiene
- Menanyakan persetujuan keluarga
- Menjaga privasi klien*
- Memakai sarung tangan*
- Melilitkan kasa pada tongue spatel
- Mengoleskan minosep pada kasa
- Membuka mulut klien menggunakan tongue spatel
- Mengoleskan minosep pada mulut klien
- Merapikan alat dan mengganti posisi klien (miring ke arah sebaliknya) sehingga luka tekan terhindarkan dan rasa nyaman
meningkat
Evaluasi
- Memastikan rongga mulut klien sudah terkena minosep*
- Mengkaji respon keluarga klien terhadap tindakan yang diberikan
- Berpamitan dengan keluarga
- Merapikan dan mengembalikan alat ketempat semula
5 Dasar Pemikiran:.
Stroke non-hemoragik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak
sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak (Sukiandra & Mukhyarjon, 2016). Manifestasi klinis akibat stroke ini
adalah hemiparesis, afasia, hemisensory (Black & Howck, 2014)
Masalah kesehatan mulut merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi didalam masyrakat. Kesehatan mulut adalah keadaan
bebas dari sakit mulut dan wajah kronis, kanker mulut dan tenggorokan, sariawan, cacat lahir seperti bibir sumbing dan langit-langit mulut,
penyakit periodontal, pembusukan gigi dan kehilangan gigi, serta penyakit gangguan lain yang memengaruhi rongga mulut (Kuppuswamy,
et al., 2014)
Pemberian antibiotika, disinfeksi, dan kumur dengan minosep merupakan tindakan profilaksis. (Soeherwin dkk, 2010)
Definisi oral hygiene yang terdapat dalam Manurung, (2013) adalah tindakan yang ditujukan untuk menjaga kontinuitas bibir, lidah
dan mukosa mulut, mencegah infeksi dan melembabkan membran mulut dan bibir . Klien saat ini sedang menderita cvd non hemoragic.
Kondisi fisik klien saat ini tidak adekuat untuk melakukan oral hygiene sehingga beresiko terkena infeksi mulut karena paparan dari bakteri.
Maka dari pada itu oral hygiene sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan mulut klien.
Ada dua jenis obat kumur yang direkomendasikan oleh American Dental Association (ADA), yaitu obat kumur dengan bahan
Chlorhexidine dan Methylsalicylate yang merupakan esential oil. Kerja yang berbeda di antara keduanya membuat efektivitas yang
dihasilkan di anatara keduanya berbeda. Chlorhexidine yang sudah lama digunakan sebagai obat kumur memiliki efek bakterisid atau
bakteriostatik tergantung konsentrasinya. Chlorhexidine dapat mencegah terbentuknya plak secara langsung dengan cara melapisi
permukaann gigi. Chlorhexidine juga diketahui menghambat aktivitas Na-K ATP-ase yang penting pada proses metabolisme bakteri dan
menyebabkan kematian bakteri karena menghambat proses pembentukan asam amino penyusun sel tubuh bakteri (Flemmingson,2008 dalam
Suparwi 2010)
6 Prinsip Tindakan:
- Bersih
- Evaluasi persetujuan keluarga
7 Analisa Tindakan Keperawatan
Oral hygiene yang telah dilakukan sudah sesuai teori sejalan dengan teori menurut Manurung, (2013) adalah tindakan yang ditujukan
untuk menjaga kontinuitas bibir, lidah dan mukosa mulut, mencegah infeksi dan melembabkan membran mulut dan bibir . Dalam tindakan
yang dilakukan menggunakan minosep. Minosep menggunakan bahan Chlorhexidine. Kegunaan minosep sejalan dengan teori menurut
Flemmingson (2008) dalam Suparwi (2010) yang menyatakan ada dua jenis obat kumur yang direkomendasikan oleh American Dental
Association (ADA), yaitu obat kumur dengan bahan Chlorhexidine dan Methylsalicylate yang merupakan esential oil. Kerja yang berbeda
di antara keduanya membuat efektivitas yang dihasilkan di anatara keduanya berbeda. Chlorhexidine yang sudah lama digunakan sebagai
obat kumur memiliki efek bakterisid atau bakteriostatik tergantung konsentrasinya. Chlorhexidine dapat mencegah terbentuknya plak secara
langsung dengan cara melapisi permukaann gigi. Chlorhexidine juga diketahui menghambat aktivitas Na-K ATP-ase yang penting pada
proses metabolisme bakteri dan menyebabkan kematian bakteri karena menghambat proses pembentukan asam amino penyusun sel tubuh
bakteri (Flemmingson,2008 dalam Suparwi 2010). Menurut brosur obat, minosep merupakan obat kumur untuk perlindungan terhadap
kuman, meringankan sariawan dan membantu memberi rasa segar di mulut. Cara pemakaian : Kumur-kumur selama ½ - 1 menit sebanyak
10 ml, 2 x sehari pagi dan malam sebelum tidur di anjurkan tidak kumur air setelah kumur dengan minosep. Hal berbeda yang terjadi pada
pasien ialah tidak memakai minosep dengan cara kumur-kumur namun dengan menggunakan tang spatel dan kassa dikarenakan pasien
penurunan kesadaran. Perlu adanya modifikasi dalam tindakan ini yaitu cara melakukan oral hygiene jika pasien mengalami penurunan
kesadaran.
8 Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan)
Bahaya: Saat memasukan kasa ke rongga mulut kiln dapat beresiko melukai/mengiritasi rongga mulut
Pencegahan: Lakukan secara perlahan
9 Hasil yang didapat
S : Keluarga klien mengucapkan terimaksih
O : Keluarga klien tampak senang, Mulut klien tampak bersih meski masih tampak sariawan pada bibir klien
A : Masalah keperawatan resiko infeksi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan: oral Hygiene dan kolaborasi pemberian antibiotic serta menganjurkan keluarga untuk persiapan perawatan
dirumah
10 Evaluasi Diri:
Kelebihan :
- Percaya diri melakukan tindakan
Kekurangan :
- Melakukan tindakan tidak sesuai label minosep (tidak sesuai anjuran pada label botol karena harus melakukan modifikasi)
Perbaikan :
- Beberapa tindakan perlu modifikasi, mungkin ini bisa dipandang kesalahan tetapi jika pasien perlu maka modifikasi tindakan perlu
dipertimbangkan
11 Daftar Pustaka (APA style):
Sukiandra, R., & Mukhyarjon. (2016). Correlation Of Stress Hyperglycemia With Barthel Index In Acute Non-Hemorrhagic Stroke
Patients At Neurology Ward Of Rsud Arifin Achmad Pekanbaru. JOM. Retrieved Maret 3, 2019, from h
ttps://media.neliti.com/media/publications/185184-ID-none.pdf
Herdman. H. (2015) Diagnosis Keperawatan Defenisis & Klasifikasi 2015-2017 edisi 10. Jakarta : EGC.
Black & Hawks, J M., & Hawks, J H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Management Klinis Untuk Hasil yang Dihaarapkan.
Edisi 8. Jakarta: Salemba MEdika
Kuppuswamy, V. L., Murthy, S., Sharma, S., Surapaneni, K. M., Grover, A., & Joshi, A. (2014). Oral Hygiene Status, Knowledge,
Perceptions and Practices among School Settings in rural South India. Oralhealth. Retrieved Maret 5, 2019, from
http://www.oralhealth.ro/volumes/2014/volume-1/Paper558.pdf
Soeherwin, M., Muthalib, A., & Ariadna, D. (2010). Efek Kumur Dengan Chlorhexidine Gluconate 0,2 % Sebelum Tindakan Operasi
Molar 3 Terhadap Bakteremia . Retrieved Maret 5, 2019, from
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/soeherwin/publication/efekkumurdenganchxgluconate0.2sebelumtindakanopersaimolar3terha
dapbakteremia.pdf
Suparwi, Ajeng Destian. (2010). Perbedaan efektifitas obat kumur Chlorhexidine dan Methylsalicylate dalam menurunkan jumlah koloni
bakteri dalam rongga mulut. Fakulktas Kedokteran. Universitas 11 maret. Surakarta
Manurung, N. (2013). Hubungan Pelaksanaan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Dengan Penurunan
Kesadaran Di Rsu Imelda Pekerja Indonesia Medan. Retrieved Maret 5, 2019, from https://osf.io/preprints/inarxiv/bfcg9/download

Anda mungkin juga menyukai