Anda di halaman 1dari 26

PEMICU 6

BLOK 21
“Diabetes Melitus”

DISUSUN OLEH:
ARDIA WIANDA IVANKA
200600003
KELOMPOK 1

DOSEN PENYUSUN:
Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D,
Darmayanti Siregar, drg., M.KM,
Dr. Pitu Wulandari, drg., Sp.Perio

FASILITATOR:
Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian merupakan terjemah dari kata research yang berarti penelitian, penyelidikan.
Penelitian adalah pemeriksaan yang teliti, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan
persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.
Penelitian dirumuskan sebagai penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah,
sebagai cara untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan,
yang bertujuan untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yang berarti, melalui penerapan
prosedur-prosedur ilmiah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian adalah upaya


menyelidiki dan menelusuri sesuatu masalah dengan menggunakan cara kerja ilmiah secara
cermat dan teliti untuk mengumpulkan, mengolah, melakukan analisis data dan mengambil
kesimpulan secara sistematis dan objektif guna memecahkan suatu masalah atau menguji
hipotesis untuk memperoleh suatu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan manusia.

1.2. Deskripi Topik

Nama Pemicu : Diabetes Melitus

Penyusun : Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D, Darmayanti Siregar, drg., M.KM, Dr. Pitu
Wulandari, drg., Sp.Perio

Hari/ Tanggal : Rabu /31 Mei 2023

Skenario:

Bebi sedang kebingungan membaca suatu laporan penelitian yang sudah dibuat menjadi
makalah yang siap untuk dipublikasikan dengan judul “Oxidative stress in chronic periodontitis
patients with type II diabetes mellitus”. Bebi diminta membuat beberapa penilaian terkait isi
artikel tersebut dengan melihat format (sistematika penulisan) dan isinya mulai dari judul,
abstrak, key words, pendahuluan, metodologi, hasil, pembahasan, dan kesimpulan sesuai
pedoman penulisan suatu makalah laporan penelitian.

1.3.Learning Issue
1. Penulisan laporan penelitian
2. Makalah Penelitian
3. Desain penelitian
4. Instrumen penelitian
BAB II

PEMBAHASAN

1. Cermati rancangan penelitiannya, termasuk jenis rancangan penelitian apakah artikel


tersebut? Tuliskan alasan Saudara!

Desain penelitian pada artikel tersebut adalah penelitian observasional sebab peneliti
tidak melakukan intervensi apapun terhadap variabel yang diteliti (subjek penelitian). Desain
studi ini adalah desain analitik, yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan mengapa
suatu fenomena terjadi melalui sebuah analisis statistik. Pada penelitian ini yang akan diteliti
adalah fenomena status periodontal serta sosioekonomi antara orang yang menderita diabetes
melitus tipe 2 dan orang yang tidak menderita diabetes melitus. Pendekatan yang digunakan
pada desain studi analitik ini adalah case control. Desain penelitian cross case control
merupakan suatu penelitian analitik yang mempelajari sebab – sebab kejadian atau peristiwa
secara retrospektif. Ciri-ciri dari penelitian case-control adalah pemilihan subjek didasarkan
pada penyakit yang diderita, kemudian dilakukan pengamatan yaitu subjek mempunyai riwayat
terpapar factor penelitian atau tidak. Dalam bidang kesehatan suatu kejadian penyakit
diidentifikasi saat ini kemudian paparan atau penyebabnya diidentifikasi pada waktu yang lalu.
1 Pada penelitian ini, subjek penelitian diidentifikasi apakah memiliki penyakit diabetes
melitus (paparan) dan dinilai status kesehatan periodontalnya.

Penelitian yang dilakukan pada jurnal ini mengambil sekelompok pasien (20 orang)
yang mengalami Generalized Chronic Periodontitis patients (GCP) tanpa penyakit DM tipe II,
pasien GCP dengan penyakit DM tipe II (20 orang), dan pasien DM tipe II tanpa Chronic
Periodontitis (CP) (20 orang ) sebagai faktor efeknya dan pasien dengan keadaan sistemik dan
periodonsium yang sehat sebagai kelompok kontrol, kemudian peneliti mengamati secara
restrospektif mengenai apa yang menjadi faktor risiko terjadinya dampak tersebut yang mana
peneliti menemukan bahwa adanya peran stres oktidatif (OS) dalam patogenesis pasien DM
tipe II dengan penyakit periodontal, selain itu pada jurnal halaman 230 memuat informasi
bahwa OS sebagai faktor umum penyebab penyakit periodontal dan DM.

Sumber:

1. Masturoh, Nauri Anggita I. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan:
Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: KEMENKES RI; 2018

2. Tentukan faktor risiko dan faktor efeknya, dan buat skemanya!


➢ Variable independent/ faktor risiko: Oxidative Stress/ OS
➢ Variable dependent/ faktor efek: Diabetes mellitus type II dan Chronic Periodontitis
Patients

Adapun skemanya:
Kasus (Efek +)
faktor risiko (+)
GCP (20 orang)
GCP-DM (20 orang)
DM (20 orang)
faktor risiko (-)

faktor risiko (+)


Kasus (Efek -)
PH (20 orang)
faktor risiko (-)

3. Untuk mengukur status periodontal pada kasus di atas, indeks dan parameter klinis
apa saja yang digunakan pada penelitian tersebut? Jelaskan indeks dan parameter klinis
secara lengkap!

Parameter periodontal yang dinilai adalah indeks plak Silness dan Loe (PI), indeks gingiva (GI)
Loe dan Silness, PPD dan tingkat perlekatan klinis (CAL) dengan hubungan dengan gigi yang
ada.

- Indeks plak Silness dan Loe (PI)1


Indeks plak yang diperkenalkan oleh Loe dan Silness pada tahun 1964, dengan
mengembangkan Plaque Index sebagai komponen Gingival Index (GI). Penilaian dilakukan
pada semua gigi yaitu pada empat lokasi per gigi (mesio-buccal; mid-buccal; disto-buccal dan
palatal/lingual). Penilaian plaque index dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde
setelah gigi dikeringkan. Plaque Index tidak meniadakan gigi atau mengganti gigi dengan
restorasi gigi atau mahkota. Salah satu dari semua gigi atau hanya gigi yang diseleksi dapat
digunakan dalam Plaque Index.

Kriteria penilaian Plaque Index :


0 = tidak ada plak pada daerah gingival
1 = selapis tipis plak melekat pada tepi gingiva dan daerah yang berdekatan dengan gigi
2 = pengumpulan deposit lunak yang sedang disertai poket gingival dan pada tepi gingiva dan/
atau berdekatan dengan permukan gigi
3 = banyaknya deposit lunak yang disertai poket gingival dan/ atau pada tepi gingiva dan
berdekatan dengan permukaan gigi. PI = Jumlah nilai PI untuk gigi = Jumlah PI disetiap area
banyaknya gigi yang diperiksa banyaknya gigi yang diperiksa

Jumlah nilai PI untuk gigi = Jumlah PI disetiap area


𝑃𝐼 =
banyaknya gigi yang diperiksa

- Indeks gingiva (GI) Loe dan Silness

Menentukan derajat inflamasi gingiva atau gingivitis dipakai indeks gingiva yang
diperkenalkan oleh Loe dan Silness. Pengukuran dilakukan pada semua gigi yaitu pada empat
lokasi per gigi (mesio-buccal; mid-buccal; disto-buccal dan palatal/lingual).

Tabel 1. Kriteria Penilaian Pemeriksaan Gingiva

Skor setiap gigi diperoleh dengan menjumlahkan skor keempat sisi yang diperiksa, lalu
dibagi dengan empat (jumlah sisi yang diperiksa). Jumlah skor semua gigi yang diperiksa
dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa maka diperoleh skor indeks gingiva. Gingival indeks
(GI) adalah derajat keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukam dari skor indeks
gingiva dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria Skor Indeks Gingiva

- Probing Pocket Depth (PPD)


Probing Pocket Depth adalah pengukuran secara klinis dari margin gingiva ke dasar
saku yang diukur dengan menggunakan University of North Carolina– 15 probe periodontal.
PPD digunakan untuk menilai kedalaman poket. Poket yang dalam menunjukkan buruknya
kesehatan gigi dan mulut.

Poket periodontal merupakan pendalaman sulkus gingiva secara patologis. Poket


periodontal secara umum tidak sakit, tetapi dapat meningkatkan gejala, seperti sakit lokal atau
terkadang menyebar. Ada dua jenis kedalaman poket, yaitu kedalaman biologis atau histologis
dan kedalaman klinis atau probing. Kedalaman biologis adalah jarak antara margin gingiva
dengan dasar poket. Sedangkan kedalaman klinis adalah jarak yang dapat dimasukan oleh prob
ke dalam poket.
Pengukuran poket dilakukan pada semua gigi yaitu pada 6 lokasi per gigi (mesio-
buccal, mid-buccal, disto-buccal, disto-palatal/lingual, mid-palatal/ lingual, mesio-
palatal/lingual) dengan menggunakan University of North Carolina– 15 probe periodontal.
Instrumen dipegang sedekat mungkin dengan permukaan gigi dan dimasukkan dengan tekanan
ringan ke dalam sulkus atau poket sampai terasa adanya tahanan ringan (gambar 2.3.1 ).
Perdarahan, pernanahan, atau kalkulus subgingiva diperhatikan dan dicatat. Prob digerakkan
menelusuri permukaan gigi, tetap dalam posisi sejajar terhadap sumbu panjang gigi. Tiga
pengukuran dicatat, baik pada permukaan labial, lingual atau palatal, distal, dan mesial.
Gambar 2.3.1 Sulkus dan Poket (A) Sulkus yang normal (B) Poket Periodontal

- Tingkat perlekatan klinis (CAL)


Loss of Attachment adalah ukuran dari jumlah total yang mengalami kerusakan
periodontal di bagian tertentu karena gigi erupsi. LOA menggambarkan kerusakan ligamentum
periodontal dan tulang alveolar yang mendukung gigi.

Clinical attachment loss (CAL) adalah suatu perkiraan dari pendukung periodontal
sekitar gigi yang diukur pada semua gigi yaitu pada 6 lokasi per gigi (mesio-buccal, mid-
buccal, disto-buccal, disto-palatal/lingual, mid-palatal/ lingual, mesio-palatal/lingual) dengan
menggunakan University of North Carolina– 15 probe periodontal. Pengukuran tingkat
perlekatan merupakan indikator periodontal yang lebih akurat dibandingkan dengan
pengukuran kedalaman poket. Adanya kehilangan perlekatan merupakan faktor penting
dalam membedakan gingivitis dengan periodontitis. Jika terjadi inflamasi tanpa adanya
kehilangan perlekatan, maka ini ciri dari gingivitis. Namun, inflamasi yang disertai kehilangan
perlekatan merupakan periodontitis.

Clinical attachment loss (CAL) merupakan jumlah dari kedalaman poket dan resesi
gingiva (gambar 2.3.2 ).20 Untuk menilai keparahan kehilangan perlekatan dapat digunakan
kriteria sebagai berikut (tabel 3).
Tabel 3. Kriteria Kehilangan Perlekatan (CAL)

Gambar 2.3.2 Perhitungan clinical attachment loss

Sumber:

1. Newman, Michael J dan FA Carranza. 2007. Periodontics Clinic. Elsevier (medicine)


2. Saptorini KK. HUBUNGAN ORAL HIGIENE INDEX (OHI) DENGAN PROBING
POCKET DEPTH (PPD) DAN LOSS OF ATTACHMENT (LOA) PADA LANJUT
USIA. Jurnal Visikes. 2011; 10(2): 140.
3. http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/digital/00000000000000087803/2016_TA_K
G_04012015_Bab-2.pdf

4. Apakah pendahuluan sudah mencantumkan latar belakang masalah dan sebutkan


bagian yang mana dari artikel tersebut!

Pendahuluan pada artikel ini sudah mencantumkan latar belakang masalah, berikut bagiannya
pada artikel tersebut.
a. “Diabetes mellitus (DM) like periodontitis is a chronic inflammatory disease
characterized by hyperglycemia that induces an exaggerated proinflammatory state,
oxidative stress (OS), and apoptosis.[6] There is altered immune cell functions coupled
with defective neutrophil apoptosis, systemically hyper-responsive monocytes and
macrophages in diabetics with the resultant excessive production of inflammatory
mediators such as interleukin-1β (IL-1β), tumor necrosis factor-α , and ROS in
response to bacterial antigens.[7] Furthermore, the advanced glycation end products
(AGEs) that accumulate within periodontal tissues appreciably alter normal cellular
composition and structure. They increase cross-linking of collagen proteins and
enhance respiratory burst in neutrophils, thereby disrupting the normal barrier
function and integrity of the tissues. Therefore, the outcome of this exaggerated
inflammatory response in diabetics is the inefficient elimination of pathogenic bacteria
in the periodontal pocket, resulting in continued periodontal tissue destruction”
Terjemahan :
Diabetes mellitus (DM) seperti periodontitis adalah penyakit peradangan kronis yang
ditandai dengan hiperglikemia yang menginduksi keadaan proinflamasi yang
berlebihan, stres oksidatif (OS), dan apoptosis. Ada perubahan fungsi sel imun
ditambah dengan apoptosis neutrofil yang rusak, monosit dan makrofag yang
hiper-responsif secara sistemik pada penderita diabetes dengan produksi mediator
inflamasi yang berlebihan seperti interleukin-1β (IL-1β), tumor necrosis factor-α , dan
ROS sebagai respons terhadap antigen bakteri.Selain itu, produk akhir glikasi lanjut
(AGEs) yang terakumulasi dalam jaringan periodontal cukup mengubah komposisi dan
struktur seluler normal. Mereka meningkatkan ikatan silang protein kolagen dan
meningkatkan ledakan pernapasan pada neutrofil, sehingga mengganggu fungsi
penghalang normal dan integritas jaringan. Oleh karena itu, akibat dari respon inflamasi
yang berlebihan pada penderita diabetes ini adalah eliminasi bakteri patogen yang tidak
efisien pada poket periodontal, yang mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal
yang berkelanjutan
Jadi, pada artikel tersebut sudah mencantumkan latar belakang masalah, yaitu
penjelasan tentang keterkaitan antara periodontitis dan diabetes melitus tipe 2, bahwa
diabetes melitus tip2 dapat meningkatkan risiko dan keparahan periodontitis.
b. “Both these diseases are coupled with hyper-inflammation and increased OS and
literature evidence indicates a bi-directional interrelationship between DM and
periodontitis wherein, diabetes increases the risk of periodontitis and periodontitis
could have a negative effect on the glycemic control in susceptible individuals.[6,7] OS
is defined as “an imbalance between oxidants and antioxidants in favor of the oxidants,
potentially leading to damage.”[9] This consequently leads to inflammation, either
acute or chronic, depending on how long the imbalance continues in favor of the
oxidants compared to antioxidants.”
Terjemahan:
Kedua penyakit yang dipicu oleh hiper-inflamasi dan peningkatan OS dan bukti
literatur menunjukkan hubungan timbal balik dua arah antara DM dan periodontitis
dimana, diabetes meningkatkan risiko periodontitis dan periodontitis dapat memiliki
efek negatif pada kontrol glikemik pada individu yang rentan. OS didefinisikan sebagai
"ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan yang mendukung oksidan,
berpotensi menyebabkan kerusakan”. Hal ini akibatnya menyebabkan peradangan, baik
akut maupun kronis, tergantung pada berapa lama ketidakseimbangan terus mendukung
oksidan dibandingkan dengan antioksidan.
Jadi, beberapa kalimat diatas menjelaskan penyebab mendasar stres oksidatif pada
pasien diabetes melitus tipe 2 dan hal itu dapat berkontribusi terhadap perburukan
periodontitis.
c. “To the best of our knowledge, there are no previously published studies estimating
gingival crevicular fluid (GCF) TAOC, TOS and OSI in Generalized Chronic
Periodontitis patients (GCP) with Type II DM. The study primarily aimed at estimating
the levels of GCF TAOC, TOS, and OSI in GCP patients with and without Type II DM.
Secondarily, to compare and correlate these biochemical markers of OS with the
clinical parameters of Periodontal Disease”
Terjemahan:
Sepengetahuan kami, tidak ada penelitian yang dipublikasikan sebelumnya yang
memperkirakan TAOC, TOS dan OSI cairan sulkus gingiva (GCF) pada pasien
Generalized Chronic Periodontitis (GCP) dengan DM Tipe II. Penelitian ini terutama
ditujukan untuk memperkirakan kadar GCF TAOC, TOS, dan OSI pada pasien GCP
dengan dan tanpa DM Tipe II. Kedua, untuk membandingkan dan mengkorelasikan
penanda biokimia OS ini dengan parameter klinis Penyakit Periodontal.
Jadi, beberapa kalimat diatas menjelaskan keterbatasan penelitian sebelumnya atau
kekosongan pengetahuan yang perlu siisi dalam konteks stress oksidatif pada pasien
periodontitis kronis dengan diabetes melitus tipe 2.

5. Menurut Saudara apakah dalam artikel ini sudah tercantum semua bagian yang harus
ada dalam suatu metodologi penelitian?

1. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Secara luas, desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian. Dalam konteks ini komponen desain dapat mencakup semua
struktur penelitian yang diawali sejak ditemukannya ide sampai diperoleh hasil penelitian.
Sedangkan dalam arti sempit, desain penelitian merupakan penggambaran secara jelas
tentang hubungan antara variabel, pengumpulan data, dan analisis data, sehingga dengan
desain yang baik peneliti maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai gambaran
tentang bagaimana keterkaitan antar variabel, bagaimana mengukurnya.
Berdasarkan paragraf pada subjudul material dan metode, dipaparkan bahwa penelitian ini
merupakan studi kontrol kasus atau case control study, yaitu sebuah studi yang
membandingkan dua kelompok: mereka dengan penyakit atau kondisi yang diteliti (kasus)
dan kelompok orang yang sangat mirip yang tidak memiliki penyakit atau kondisi
(kontrol). Pada penelitian ini, peneliti membandingkan orang-orang dengan periodontitis
kronik disertai dan tidak disertai DM tipe 2 dan orang yang sehat secara sistemik dan
periodontal.

2. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat : Departemen Periodontik, SRM Dental College, Ramapuram, Chennai
Waktu : Januari 2016 - April 2016.

3. Sampel Penelitian

Kelompok 1: pasien GCP tanpa DM tipe II (20 peserta);


Kelompok 2: Pasien GCP dengan DM tipe II (20 peserta) (GCP-DM);
Kelompok 3 : Penderita DM tipe II tanpa CP (20 peserta) (DM);
Kelompok 4: Individu yang sehat secara sistemik dan periodontal (PH) (20 peserta).

4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Inklusi:
• Para peserta didiagnosis dengan GCP
berdasarkan kriteria American Academy
of Periodontology yang diberikan pada
tahun 1999
• memiliki minimal 20 gigi dengan setidaknya 5 gigi di setiap kuadran
• kedalaman poket probing (PPD) ≥5 mm
• kehilangan perlekatan klinis ≥1 mm di lebih dari 30% tempat
• periodontitis ringan hingga sedang,
• adanya >30% tempat dengan perdarahan saat probing.
• Pasien-pasien berusia antara 25 dan 65 tahun yang bersedia untuk berpartisipasi dan
menerima untuk memberikan informed consent direkrut.
• Peserta yang didiagnosis dengan DM tipe II oleh ahli diabetes dan dalam pengobatan
dengan obat hipoglikemik oral dan kontrol diet selama minimal 6 bulan dimasukkan
dalam Grup 2 dan 3.

Eksklusi:
• Peserta dengan penyakit atau kondisi sistemik lain selain DM tipe II yang dapat
mempengaruhi perjalanan penyakit periodontal
• Penderita diabetes dengan riwayat komplikasi diabetes
• Perokok atau konsumen tembakau dalam bentuk apapun,
• Peminum alkohol,
• Orang yang memiliki riwayat asupan antibiotik atau anti-inflamasi asupan rutin
vitamin, mineral atau suplemen antioksidan
• Pengguna obat kumur reguler dalam 3 bulan sebelumnya
• Wanita hamil/menyusui diminta untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian.

1. Variabel Penelitian
Variabel terikat (dependen): oxidative stress
Variabel bebas (independent): periodontitis kronis dan diabetes mellitus tipe 2

2. Definisi Operasional
Parameter periodontal yang dinilai adalah indeks plak Silness dan Loe (PI), indeks
gingiva (GI) Loe dan Silness, PPD dan tingkat perlekatan klinis (CAL) dengan
hubungan dengan gigi yang ada. Skor plak dan gingiva dievaluasi pada semua gigi,
empat lokasi per gigi (mesio-buccal; mid-buccal; disto-buccal dan palatal/lingual). PPD
dan CAL dicatat untuk semua gigi, 6 lokasi per gigi (mesio-buccal, mid-buccal, disto-
buccal, disto-palatal/lingual, mid-palatal/lingual, mesio-palatal/lingual) masing-masing
menggunakan University of North Carolina– 15 probe periodontal.

3. Alat dan Bahan Penelitian


Alat:
- Probe periodontal
- Cotton roll
- Micro‐capillary pipettes
- Tabung Eppendorf
- Kit uji status antioksidan dan oksidan total

Bahan:
- Cairan sulkus gingiva (gingival clevicular fluid/ GCF)
- buffer Tris-HCl (PH 6.5)
4. Prosedur Penelitian
(1). Lakukan penilaian parameter periodontal
Parameter periodontal yang dinilai adalah indeks plak Silness dan Loe (PI), indeks
gingiva (GI) Loe dan Silness, PPD dan tingkat perlekatan klinis (CAL) dengan
hubungan dengan gigi yang ada. Skor plak dan gingiva dievaluasi pada semua gigi,
empat lokasi per gigi (mesio-buccal; mid-buccal; disto-buccal dan palatal/lingual).
PPD dan CAL dicatat untuk semua gigi, 6 lokasi per gigi (mesio-buccal, mid-
buccal, disto-buccal, disto-palatal/lingual, mid-palatal/lingual, mesio-
palatal/lingual) masing-masing menggunakan University of North Carolina– 15
probe periodontal.
(2). Setelah parameter klinis dicatat, scaling ultrasonik supra-gingiva lengkap
diselesaikan diikuti dengan pengumpulan sampel GCF antara 24 dan 48 jam setelah
scaling, untuk memastikan bahwa efek iritasi mekanis pada kadar GCF dapat
dihindari.
(3). Para peserta dibuat untuk duduk dengan nyaman dalam posisi tegak dan lokasi
sampel diisolasi dengan gulungan kapas.
(4). Situs dengan PPD terdalam dipilih untuk pengambilan sampel di Kelompok 1 dan
2. Sekitar 15-20 μl GCF dikumpulkan dari setiap pasien dengan mengumpulkan
sampel dari 3 hingga 4 situs untuk memastikan bahwa setidaknya satu situs
terdalam per kuadran diambil sampelnya.
(5). GCF dikumpulkan dari situs sehat tanpa peradangan klinis (PPD ≤3 mm dan GI =
0) di Kelompok 3 dan 4. Sampel yang terkontaminasi darah dibuang.
(6). GCF dikumpulkan dengan menempatkan mikro-kapiler pipet (pipet mikro-kapiler
5 μl, Sigma Aldrich, St Louis, MO, USA) di pintu masuk sulkus gingiva, dan
membiarkan pipet menembus celah gingiva dengan lembut.
(7). GCF yang dikumpulkan ke dalam tabung Eppendorf, berisi 200 μl 20 mM buffer
Tris-HCl (PH 6.5) dan disimpan pada suhu -80°C, sampai analisis.
(8). Uji biokimia, Kit uji status antioksidan dan oksidan total (Rel Assay Diagnostics,
Turki) diperoleh, dan TAOC dan TOS GCF diukur menggunakan metode otomatis
analisis Kolorimetri Erel O. Rasio persentase TOS terhadap TAOC diterima
sebagai OSI.

5. Pengolahan dan Analisis Data


Semua analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Statistical Package for Social
Science (IBM SPSS Statistics for Windows, Versi 20.0. Armonk, NY: IBM Corp untuk
Microsoft windows.
Data terdistribusi secara normal, oleh karena itu, tes parametrik diterapkan. Untuk
membandingkan nilai rata-rata antar kelompok, analisis varians satu arah diterapkan
diikuti dengan uji post hoc Turkey untuk perbandingan berpasangan berganda.
Korelasi antara parameter klinis dan biokimia dianalisis menggunakan uji korelasi
Pearson. Nilai P <0,05 dianggap signifikan secara statistik.

6. Alur penelitian
7. Izin komite etik

Proposal penelitian diajukan ke Institutional Scientific and Ethical Review Board dan
persetujuan diperoleh sebelum dimulainya penelitian (SRMDC/IRB/2014/MDS/No.
505).

6. Jelaskan dengan rinci interpretasi Tabel 1!


Parameter Klinis Skor Plak (PI) paling tinggi pada kelompok 3 (DM) dengan rata-rata
1.51±0.43, lalu diikuti oleh kelompok 2 (GCP-DM) dengan rata-rata 1.49±0.26, kemudian
kelompok 1 (GCP) dengan rata-rata 1.28±0.45, dan yang paling rendah kelompok 4 (PH)
dengan rata-rata 0.36±0.16. Parameter Inflamasi Gingiva (GI) paling tinggi pada kelompok
2 (GCP-DM) dengan rata-rata 1.62±0.24, lalu diikuti oleh kelompok 1 (GCP) dengan rata-rata
1.37±0.42, kemudian kelompok 3 (DM) dengan rata-rata 1.25±0.38, dan yang paling rendah
kelompok 4 (PH) dengan rata-rata 0.000. Parameter Penyakit Periodontal Destruktif/
Probing Pocket Depth (PPD) paling tinggi pada kelompok 2 (GCP-DM) dengan rata-rata
5.42±0.23, lalu diikuti oleh kelompok 1 (GCP) dengan rata-rata 5.28±0.22, kemudian
kelompok 3 (DM) dengan rata-rata 2.30±0.31, dan yang paling rendah kelompok 4 (PH)
dengan rata-rata 1.51±0.22. Parameter Clinical Attachment Loss (CAL) paling tinggi pada
kelompok 2 (GCP-DM) dengan rata-rata 2.87±0.72, kemudian diikuti oleh kelompok 1 (GCP)
dengan rata-rata 2.51±0.38, dan kemudian yang paling rendah terjadi pada kelompok 3 (DM)
dan kelompok 4 (PH) dengan rata-rata 0.000. Semua parameter klinis yang dievaluasi
menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik dimana nilai P < 0,001
antarkelompok.

7. Dalam pembahasan, apakah penulis sudah mencantumkan data penelitian lain sebagai
pembanding dan apakah sudah dikaitkan dengan teori? Bagian yang mana, Jelaskan!

a) Peneliti membandingkan hasil penelitian yaitu GCF TAOC secara signifikan lebih rendah
pada peserta dengan CP, DM dan dengan keduanya kondisi penyakit bila dibandingkan
dengan sistemik dan kontrol PH. Hal ini didukung oleh :
● Atabay et al, dalam studinya mengungkapkan bahwa GCF dan TAOC secara signifikan
lebih rendah pada pasien CP dengan berat badan normal jika dibandingkan dengan peserta
sehat dengan berat badan normal (P <0,01).
● Akalin dkk., Canakci dkk. dan Baltacioğlu et al. mengungkapkan bahwa GCF dan serum
TAOC secara signifikan lebih rendah pada wanita hamil, preeklampsia dan
pascamenopause wanita dengan CP, pada masing-masing kelompok.

b) Peneliti juga membandingkan hasil penelitian yang berbeda, yaitu :


• Wei et al., Panjamurthy et al., dan Su et al. melaporkan kadar yang lebih tinggi pada serum,
saliva, dan GCF enzimatik antioksidan, superoksida dismutase, dan TAOC pada peserta
CP, hasil ini berbeda dengan studi yang ada saat ini

c) Pada penelitian, tingkat TAOC GCF negatif berkorelasi dengan GI pada awal di Grup 1 (r
= −0.481; P <0,05). Peneliti membandingkan hasil penelitian lain yang sama, yaitu :
● Sebelumnya studi oleh Baltacioğlu et al., Atabay et al., dan Akpinar et al. juga
menunjukkan hubungan yang serupa.

d) Penelitian juga membandingkan hasil penelitian yang didukung penelitian sebelumnya,


yaitu :
● Studi saat ini hasilnya didukung oleh Wei et al. dan Akalin et al. Kedua penulis melaporkan
peningkatan kadar serum, air liur dan GCF TOS pada pasien CP dan menganggap temuan
mereka berasal dari peningkatan OS yang diinduksi keduanya lokal dan sistemik oleh
penyakit periodontal.
e) Penelitian juga membandingkan hasil penelitian yang berbeda.
● Namun, Zhang et al. tidak menunjukkan perbedaan seperti itu di tingkat TOS saliva antara
CP dan kontrol sehat.

8. Apakah kesimpulan telah menjawab tujuan penelitian, jelaskan jawaban Saudara!

Pada abstrak telah di jelaskan bahwa Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi total
antioxidant capacity (TAOC) dan total oksidan status (TOS) dalam gingival crevicular fluid
(GCF) pada peserta CP dengan DM tipe II.

Pada introduction juga telah di jelaskan bahwa penelitian ini terutama ditujukan untuk
memperkirakan kadar GCF TAOC, TOS, dan OSI pada pasien GCP dengan dan tanpa DM
Tipe II dan untuk membandingkan dan mengkorelasikan penanda biokimia OS ini dengan
parameter klinis Penyakit Periodontal.

Kesimpulan:

1. Penggunaan Stres oksidatif indeks (OSI) sebagai penanda aktivitas penyakit


periodontal adalah valid
2. Peran stres oksidatif (OS) dalam patogenesis pasien diabetes tipe II dengan penyakit
periodontal adalah valid

Berdasarkan hal tersebut maka kesimpulan yang telah di paparkan pada artikel tersebut
telah menjawab tujuan dari penelitian

Sumber:

1. Vincent RR, Appukuttan D, dkk. Oxidative Stress in Chronic Periodontitis Patient with
Type II Diabetes Melitus. European Journal of Dentistry. 2018; 12(2): 225-231.

9. Jelaskan bagaimana hubungan diabetes melitus dengan penyakit periodontal dan


hubungannya dengan oxidative stress?

Pada artikel “Oxidative stress in chronic periodontitis patients with type II diabetes
mellitus” bahwa hubungan diabetes mellitus dengan penyakit periodontal dan stress oksidatif
ialah, DM dengan penyakit periodontal digabungkan dalam hiper-inflamasi dan peingkatan
OS. Diabetes meningkatkan risiko periodontitis dan periodontitis dapat memiliki efek negatif
pada kontrol glikemik pada individu yang rentan. Hal ini akibatnya menyebabkan peradangan,
baik akut maupun kronis, tergantung pada berapa lama ketidakseimbangan terus mendukung
oksidan dibandingkan dengan antioksidan. Antioksidan adalah senyawa molekuler yang hadir
pada konsentrasi lebih rendah dan melindungi terhadap oksidan dengan secara signifikan
menunda atau menghambat oksidasi substrat yang hadir pada konsentrasi lebih tinggi yang
dapat menyebabkan stress oxidative. OS didefinisikan sebagai "ketidakseimbangan antara
oksidan dan antioksidan yang mendukung oksidan, berpotensi menyebabkan kerusakan”.
Peradangan dan OS berhubungan dengan sejumlah penyakit kronis seperti DM,
hipertensi aterosklerosis, infark miokard, stroke sebro-vaskular, penyakit ginjal kronis, kanker,
serta penyakit periodontal. peradangan yang berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan
jaringan melalui OS dimana ada ketidakseimbangan antara oksidan dan anti-oksidan karena
peningkatan bebas produksi radikal dan aktivitas atau karena berkurang mekanisme pertahanan
antioksidan. OS adalah factor umum dalam kedua penyakit periodontal dan DM melalui
kekebalan bawaan hiperaktif dan diregulasi respon imun-inflamasi host.

Periodontitis menginduksi peradangan tingkat rendah, sehingga menciptakan


lingkungan oksidatif dengan kapasitas antioksidan yang berkurang. Patogen periodontal
mengaktifkan respon host yang mengarah ke aktivasi neutrofil dan makrofag, sumber utama
radikal bebas pada periodontitis. Neutrofil prima mengikat bakteri baik secara langsung atau
tidak langsung oleh reseptor permukaan sel dan reseptor Fcÿ yang memulai fagositosis. Proses
ini dikaitkan dengan ledakan oksidatif yang kuat yang menyebabkan pelepasan radikal bebas
oksigen yang berlebihan yang menyebabkan pembunuhan mikroorganisme berikutnya. Secara
tidak sengaja, ada pelepasan ekstraseluler terkait spesies reaktif ini yang berkontribusi terhadap
kerusakan jaringan.
Penyebab utama peradangan pada penderita diabetes dan juga diyakini meningkatkan
peradangan pada jaringan periodontal. Kadar glukosa yang berlebihan menginduksi produksi
radikal bebas dan meningkatkan OS dengan meningkatkan pembentukan AGEs, disfungsi
rantai transpor elektron mitokondria, dan aktivasi NADPH oksidase yang bergantung pada
protein kinase C. Mekanisme patologis pada diabetes ini bersama dengan penyakit periodontal
yang sudah ada sebelumnya dapat terjadi . mungkin bertanggung jawab atas kerusakan
periodontal yang diperburuk terlihat pada penderita diabetes, dan juga dapat menjelaskan risiko
yang lebih besar untuk periodontitis pada penderita diabetes.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Pada jurnal yang berjudul Oxidative stress in chronic periodontitis patients with type II
diabetes mellitus, rancangan penelitian yang digunakan ialah case control study. Case control
merupakan suatu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari mengenai hubungan antara
paparan dan penyakit dengan cara membandingkan antara kelompok kontrol dan kelompok
sakit berdasarkan pada kasus paparannya. Metodologi penelitian pada tulisan tersebut sudah
cukup baik karena mengandung semua yang dibutuhkan dalam pembuatan metodologi
penelitian suatu penelitian.

Pada kesimpulan penelitian ini, tidak menjawab tujuan penelitian karena penelitian ini
untuk memperkirakan kadar GCF TAOC, TOS, dan OSI pada GCP yang menderita DM Tipe
II dan GCP yang tidak menderita DM Tipe II serta membandingkan dan mengkorelasikan
biochemical markers OS dengan parameter klinis penyakit periodontal sedangkan kesimpulan
hanya memberi saran untuk studi atau penelitian selanjutnya untuk memvalidasi penggunaan
OSI sebagai marker untuk aktivitas penyakit periodontal dan peran OS dalam patogenesis
pasien diabetes tipe II dengan penyakit periodontal.

Anda mungkin juga menyukai