Studi
ilmiah
awal
menunjukkan
3
bahwa
kondisi
oklusal
dapat
perlu ditangani. Penelitian ini akan memperhatikan tanda-tanda dan gejala yang
sering didapati.
Jika gejala TMDs terbukti sering terjadi, maka yang berikutnya harus
ditanyakan adalah, "Apakah etiologi TMDs?, dan apakah TMDs dapat dirawat
dengan terapi yang biasa dilakukan oleh dokter gigi?" Pertanyaan tentang etiologi
perlu dibahas saat ini, karena merupakan dasar dalam memahami peran dokter
gigi dalam menangani TMDs.
Pada oklusi yang tidak memainkan peran dalam TMDs, maka upaya yang
dilakukan oleh dokter gigi untuk mengubah kondisi oklusal adalah salah arah dan
harus dihindari. Hal ini menjadi jelas bahwa pertanyaan ini menjadi sangat
penting bagi profesi dokter gigi. Salah satu tujuan dari bab ini adalah untuk
menggali lebih dalam tentang TMDs melalui studi ilmiah yang akan memberi kita
wawasan tentang pertanyaan ini.
Angka kejadian mengenai tanda dan gejala yang berhubungan dengan
TMDs dapat diketahui melalui studi epidemiologi. Dorlands Illustrated Medical
Dictionary menggambarkan epidemiologi sebagai studi tentang faktor yang
menentukan dan mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, cedera yang
terjadi, dan hal lainnya yang berhubungan dengan peristiwa kesehatan dan
penyebabnya pada populasi manusia yang ditetapkan untuk tujuan membuat
program pencegahan dan pengendalian perkembangan dan penyebaran penyakit.
Table 2-1 Tanda-tanda dan Gejala Temporomandibular Disorder pada populasi penelitian
Penelitian
2.2
PERKEMBANGAN
GANGGUAN
FUNGSIONAL
SISTEM
PENGUNYAHAN
Tanda-tanda dan gejala adanya gangguan dalam sistem pengunyahan terlihat
sebagai gejala yang umum, sehingga pemahaman mengenai etiologi dapat
menjadi suatu hal yang sulit. Tidak ada penyebab tunggal yang dapat
menyebabkan semua tanda dan gejala.
Ada dua hal yang dapat menjelaskan pernyataan ini :
1) Gangguan tersebut memiliki beberapa etiologi dan tidak ada perawatan
tunggal yang dapat berlaku efektif bagi semua etiologi,
2) Gangguan tersebut bukan masalah tunggal tetapi merupakan istilah yang
digunakan secara umum di mana ada beberapa kelainan yang menyertai
TMDs ini.
Banyak kondisi yang dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan. Juga, sesuai
dengan struktur yang terlibat, berbagai gangguan dapat terjadi. Untuk
menyederhanakan
bagaimana
gejala
TMD
berkembang,
rumusan
yang
dikemukakan adalah:
10
discus terletak pada celah yang benar, bahkan ada kontak yang simultan dari
semua gigi. Pada posisi ini memungkinkan untuk mengarahkan kekuatan kunyah
melalui sumbu panjang gigi-gigi. Dari posisi itu, ketika mandibula bergerak
eksentris, gigi anterior berkontak dan disocclude dengan gigi posterior.
Ketika kondisi ini terjadi,
mentolerir keadaan lokal dan sistemik. Di sisi lain, ketika stabilitas ortopedi tidak
sempurna, dapat menjadi penyebab relatif yang tidak signifikan seringkali
mengganggu fungsi dari sistem. Hal ini mungkin menjadi salah satu cara di mana
kondisi oklusal dari gigi mempengaruhi gejala yang berhubungan dengan TMD.
Ketidakstabilan ortopedi bisa mengakibatkan kondisi yang berhubungan dengan
oklusi, sendi, atau keduanya. Kurang baiknyanya stabilitas oklusal dapat
berhubungan dengan faktor genetik, faktor tumbuh kembang, atau iatrogenik.
Ketidakstabilan TMJ juga mungkin berhubungan dengan perubahan bentuk
anatomi normal, seperti perpindahan diskus atau kondisi rematik. Ketidakstabilan
juga dapat timbul karena kurangnya keselarasan hubungan antara interkuspal yang
stabil (ICP) pada gigi dan posisi (MS) sendi musculoskeletally yang stabil.
Faktor sistemik
Beberapa faktor sistemik yang dapat mempengaruhi toleransi fisiologis
pasien. Meskipun secara klinis jelas terlihat, penyelidikan ilmiah dalam bidang ini
belum dapat memastikannya. Setiap pasien memiliki beberapa karakteristik unik
yang membentuknya. Faktor-faktor dasar dalam TMDs cenderung dipengaruhi
oleh genetika, jenis kelamin, dan diet. Faktor sistemik juga dipengaruhi oleh
adanya kondisi lain seperti penyakit akut atau kronis atau bahkan kondisi fisik
11
keseluruhan dari pasien. Efektivitas sistem modulasi nyeri dibahas dalam Bab 2
yang dapat mempengaruhi respon individu untuk sebuah kejadian. Sebagai
contoh, jika sistem penghambatan yang dapat menurunkan modulasi nociceptive
terjadi, sehingga input nociceptive tidak efektif, sistem menjadi lebih rentan
terhadap peristiwa yang dihadapi.