UPAYA PERLINDUNGAN
TENAGA KESEHATAN DAN
PEKERJA RUMAH SAKIT
DENGAN ANGKA KEJADIAN
POSITIF COVID-19 DI JAWA
BARAT
Kelompok 3
Italia India
11,7% kasus COVID-19 terjadi pada Dari tenaga kesehatan yang di tes, 5%
kelompok tenaga kesehatan di Rumah tenaga kesehatan positif Covid 19
Sakit
Kasus Covid 19 di Indonesia
Kematian Tenaga
Kesehatan
02 Juli 2020 61 orang
Januari 2021 647 orang
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan skor kesehatan kerja, kesehatan mental dan
dukungan psikososial terhadap jumlah positif Covid-19 pada pekerja
di RS Jabar
2. Mengetahui hubungan sumber daya manusia terhadap jumlah positif
Covid-19 pada pekerja di RS Jabar
3. Mengetahui hubungan surge capacity (kapasitas lonjakan) terhadap
jumlah positif Covid-19 pada pekerja di RS Jabar
Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan, pengalaman, serta menerapkan ilmu yang diperoleh
peneliti selama melakukan pendidikan magister kesehatan dalam upaya perlindungan tenaga kesehatan dan
pekerja rumah sakit dalam menekan angka kejadian positif Covid-19 di Jawa Barat bahkan di Indonesia
1. Penelitian ini akan di sosialisasikan di rumah sakit yang berada di Provinsi Jawa Barat dengan
angka kejadian positif Covid-19 pada petugas kesehatan yang tinggi, dengan harapan penelitian
ini dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi perbaikan penatalaksanaan upaya perlindungan
tenaga kesehatan dan pekerja rumah sakit
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi instansi rumah sakit dalam menjalankan
tatalaksana perlindungan tenaga kesehatan dan pekerja rumah sakit
Manfaat Penelitian
Bagi Pemerintah
1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan monitoring dan evaluasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat atau dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat dalam melaksanakan upaya
perlindungan tenaga kesehatan dan pekerja rumah sakit
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai policy brief dalam pengambilan kebijakan terkait perlindungan
tenaga kesehatan dan pekerja rumah sakit
Diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi data awal atau data lanjutan bagi peneliti lain yang
ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai upaya perlindungan tenaga kesehatan dan
pekerja rumah sakit, sehingga didapatkan penelitian yang lebih baik dan berkualitas
RUANG LINGKUP
Metode
01 Uji Korelasi (pearson – data normal/sperman – tidak normal)
Data
02
• Data primer survei rumah sakit di Jawa Barat. (Mei –
Juli 2021)
• Data sekunder SPO terkait, instrumen evaluasi
mandiri upaya perlindungan tenaga kesehatan dan
pekerja di rumah sakit pada situasi pandemi covid-19
(KMK 413 & 327 Tahun 2020)
Komponen
03 1. Sumber daya manusia
2. Surge capacity (kapasitas lonjakan)
3. Kesehatan kerja, kesehatan mental
dan dukungan psikososial.
BAB 2
Tinjauan
Pustaka
TINJAUAN LITERATURE
Tenaga Kerja Tenaga Kesehatan
● Menurut UNDANG-UNDANG REPUBLIK ● Menurut UU Kesehatan No 36 Tahun 2014
INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003, Tentang Tenaga Kesehatan menyebutkan bahwa
Tenaga kerja adalah setiap orang yang tenaga kesehatan adalah semua orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna bekerja secara aktif dan profesional di bidang
menghasilkan barang dan/atau jasa baik kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis
untuk masyarakat. tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan.
● Setiap orang yang bekerja dengan menerima
gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain. ● Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah
(Peraturan Pemenrintah No. 67 Tahun 2019) Nomor 67 Tahun 2019 mendefinisikan tenaga
kesehatan sebagai setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.
TINJAUAN LITERATURE
Sumber Daya Manusia
• Sumber daya manusia memegang peranan penting, karena ia penentu utama dalam meningkatkan kinerja organisasi publik. Hal ini
disebabkan oleh fungsi dan tugas utama lebih banyak bersifat regulasi, pengambilan keputusan dan fasilitasi kebijakan (Syafri, 2014)
• Manajemen sumberdaya manusia merupakan suatu perencanaan, perorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahaan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujan
organisasi (Mangkunegara, 2013).
Surge Capacity
Surge capacity adalah kemampuan untuk mendapatkan staf, persediaan dan peralatan, struktur dan sistem yang memadai untuk
memberikan perawatan yang memadai guna memenuhi kebutuhan mendesak masuknya pasien setelah insiden atau bencana berskala besar
(Adam, 2009)
• Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan
nyaman serta mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi (Redjeki, 2016).
• Kesehatan mental merupakan kondisi kesejahteraan yang disadari individu, yang terdiri dari kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres
kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya (Dewi, 2012).
TINJAUAN LITERATURE
Risiko Covid-19 terhadap Tenaga Kesehatan
• Risiko terbesar yaitu aspek keselamatan tenaga kesehatan terutama di lini terdepan, yang sangat rentan terpapar COVID-19 hingga
berisiko mengancam keselamatan jiwa mempengaruhi kondisi fisik & mental nakes
• Penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Program Studi Magister Kedokteran Kerja FKUI menunjukkan fakta bahwa sebanyak 83%
tenaga kesehatan di Indonesia telah mengalami burnout syndrome derajat sedang dan berat yang secara psikologis sudah berisiko
mengganggu kualitas hidup dan produktivitas kerja dalam pelayanan kesehatan akibat dari pandemic Covid-19
• Dokter umum di Indonesia yang menjalankan Tugas Pelayanan Medis di garda terdepan selama Masa Pandemi COVID-19 memiliki
risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami burnout syndrome
• 41% tenaga kesehatan mengalami keletihan emosi derajat sedang dan berat, 22% mengalami kehilangan empati derajat sedang
dan berat, serta 52% mengalami kurang percaya diri derajat sedang dan berat akibat dari pandemic Covid-19
• Bidan yang menangani pasien COVID-19 berisiko 2 kali lebih besar mengalami keletihan emosi dibandingkan mereka yang tidak
menangani pasien COVID-19
• Sekitar 75% fasilitas kesehatan tidak melakukan pemeriksaan swab rutin dan 59% tidak melakukan pemeriksaan rapid test rutin
bagi tenaga kesehatannya
• Masih ada tenaga kesehatan (2%) yang tidak mendapatkan alat pelindung diri (APD) dari fasilitas kesehatannya
Pada
Pada 20
20 Januari
Januari 2021 terbit
2021 terbit Protokol
Protokol Pelayanan
Pelayanan Dukungan
Dukungan Kesehatan
Kesehatan Jiwa
Jiwa dan
dan Psikososial
Psikososial Bagi
Bagi Petugas
Petugas Sumber: (Soemarko et al, 2020)
Kesehatan
Kesehatan Pada
Pada Pandemi
Pandemi Corona
CoronaVirus
Virus Disease
Disease (COVID-19)
(COVID-19) di
di Fasilitas
Fasilitas Pelayanan
Pelayanan Kesehatan
Kesehatan (Satgas
(Satgas
Covid-19,
Covid-19, 2021)
2021)
TINJAUAN LITERATURE
Infeksi Nosokomial
• Infeksi nosokomial atau hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang selama pasien dirawat di
rumah sakit (WHO, 2002)
• Infeksi nosocomial merupakan infeksi yang timbul dalam kurun waktu 48 jam setelah dirawat di rumah sakit sampai dengan 30 hari
lepas rawat (Nasution, 2012)
• Infeksi nosokomial disebabkan oleh virus, jamur, parasit; dan bakteri merupakan patogen paling sering pada infeksi nosocomial
(custodio et al, 2016)
• Penularan oleh patogen di rumah sakit dapat terjadi melalui beberapa cara: Penularan melalui droplet, kontak langsung, kontak tidak
langsung; Penularan melalui udara; Penularan melalui makanan, air, obat-obatan dan peralatan yang terkontaminasii; Penularan melalui
vektor (WHO, 2002; Broaddus et al, 2016)
Secara umum faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial pada diri pasien terdiri dari 2 (dua) faktor, yaitu faktor
endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen meliputi usia, jenis kelamin, penyakit penyerta, daya tahan tubuh, kondisi-kondisi lokal.
Faktor eksogen meliputi lama penderita dirawat, kelompok yang merawat, alat medis, serta lingkungan (Parhusip, 2005)
Upaya Perlindungan Pekerja pada
Fasiltas Pelayanan Kesehatan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang -
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, setiap kegiatan dan upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi
pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta
pembangunan nasional adalah sebagian kalimat dalam penjelasan Umum dalam Undang-Undang No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Vaksinasi adalah pemberian vaksin yang khusus diberikan dalam rangka meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Berkaitan dengan pandemi ini, ada empat tujuan vaksinasi
COVID-19. Pertama, mengurangi penularan COVID-19. Kedua, menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat COVID-19. Ketiga, mencapai herd immunity. Terakhir, melindungi masyarakat agar tetap
produktif. (Juknis Vaksinasi Covid-19)
Analisis Kebijakan
KMK Nomor 413 Tahun 2020
• Tujuan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) dalam Kepmenkes Nomor
HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
secara umum adalah untuk melaksanakan pencegahan dan pengendalian COVID-19 di Indonesia yang secara khusus
salah satunya bertujuan memahami strategi dan indikator penanggulangan, melaksanakan pencegahan dan pengendalian
penularan.
• Tujuan dan Strategi Penanggulangan Berdasarkan Tingkat Penularan
Analisis Kebijakan
KMK Nomor 413 Tahun 2020
Tujuan dan Strategi Penanggulangan Berdasarkan Tingkat Penularan
Analisis Kebijakan
KMK Nomor 327 Tahun 2020
• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/327/2020 tentang penetapan corona virus disease 2019 (covid-
19) akibat kerja sebagai penyakit akibat kerja yang spesifik pada pekerjaan tertentu bahwa tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dalam
melaksanakan pekerjaannya untuk menangani (COVID-19) berisiko tinggi terkena Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sehingga
dapat menyebabkan penyakit akibat kerja.
• Adapun kriteria Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai penyakit akibat kerja sebagai berikut:
1. Diagnosis klinis (covid-19) Hasil swab nasofaring/orofaring/aspirat saluran napas positif (COVID-19); atau Pasien dengan gejala
klinis sesuai COVID-19 seperti demam (>38,5°C), atau batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan atau gejala lainnya DAN/ATAU terdapat
gejala pneumonia atau terdapat peningkatan CRP
2. Jenis pekerjaan risiko tinggi paparan (covid-19) di lingkungan kerja
Tenaga kesehatan yang melayani/kontak dengan pasien (COVID-19) (konfirmasi positif/Pasien Dalam Pengawasan (PDP)/Orang Dalam
Pemantauan (ODP);
Petugas laboratorium yang memeriksa spesimen pasien (COVID-19) (konfirmasi positif/PDP/ODP);
Tenaga non kesehatan di fasilitas kesehatan (mengantar pasien, membersihkan ruangan di tempat perawatan pasien (COVID-19)
(konfirmasi positif/PDP/ODP);
Petugas yang melakukan tugas di luar area fasilitas kesehatan dalam rangka penanganan (COVID-19) (petugas penyelidikan
epidemiologi/tracing, petugas ambulans, petugas pemulasaran jenazah dan lain-lain).
Analisis Kebijakan
PMK Nomor 10 Tahun 2021
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2021 tentang pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan
pandemi (covid-19)
Rapid Diagnostic Test Antigen dapat digunakan sebagai salah satu metode pemeriksaan (COVID-19) untuk pelacakan kontak, penegakan diagnosis, dan
skrining (COVID-19). Penyediaan (RDT-Ag) untuk skrining dan pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penggunaan (RDT-Ag) harus memperhatikan kriteria pemilihan, kriteria penggunaan, alur pemeriksaan, fasilitas pemeriksaan dan petugas pemeriksa,
pengelolaan spesimen, keselamatan hayati (biosafety), pencatatan dan pelaporan, penjaminan mutu pemeriksaan, dan pengelolaan limbah pemeriksaan.
Untuk meningkatkan performa RDT-Ag, maka pemeriksaan dilakukan pada fase akut (dalam waktu 7 hari pertama sejak onset gejala).
BAB 3
Kerangka
Konsep
Here is where your presentation begins
Kerangka Teori