Anda di halaman 1dari 7

PELAYANAN BALITA DI POSYANDU PADA

MASA PANDEMI
No. Dokumen :
No. Revisi : 00
SOP
Tgl. Terbit :
Halaman :3
Dinni
UPTD
Banyuwati,S.Farm.,
PUSKESMAS
Apt., M.Farm
JATI MAKMUR
NIP.
KOTA BEKASI
198504302010012007
1. Pengertian 1. Pemberian makanan tambahan ialah program intervensi bagi
balita, dimana kegiatan ini memberikan makanan padat energi
yang diperkaya dengan vitamin dan mineral dari KEMENKES dan
diberikan di posyandu balita.
2. Pemberian suplemen gizi ialah program intervensi bagi balita,
dimana kegiatan ini memberikan suplemen gizi vitamin A
( vitamin A biru 100.000 IU untuk bayi usia 6-11 bulan dan
vitamin A merah 200.000 IU untuk balita usia 11-60 bulan
diberikan setiap bulan Februari dan Agustus) dan sirup zink
(penambah nafsu makan) untuk balita di posyandu.
3. Konseling gizi ialah serangkaian kegiatan yang ada antara dua
belah pihak (petugas gizi dengan keluarga balita) sebagai proses
komunikasi antara konselor dan klien. Tugas dari konselor adalah
menanamkan serta meningkatkan pengertian, sikap untuk
menangani masalah balita.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan pelayanan balita di posyandu yang
mencakup pengukuran tinggi dan panjang badan, penimbangan berat
badan, pemberian makanan tambahan, pemberian suplemen gizi, dan
konseling pada masa pandemi
3. Kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 41 Tahun
2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang.
4. Referensi 1. Panduan Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa Tanggap
Darurat COVID-19 Bagi Tenaga Kesehatan, Kementrian
Kesehatan tahun 2020
2. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(Covid-19) Revisi 5, Kementrian Kesehatan RI, Juli 2020
3. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2021 Tentang
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro
dan Pembentukan Posko Penanganan Corona Virus Disease
2019 di Tingkat Desa dna Kelurahan untuk Pengendalian
Penyebaran Corona Virus Disease 2019
4. Pedoman Pelayanan Gizi pada Masa Tanggap Darurat Covid-19,
Direktorat Gizi Masyarkat-Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, KEMENKES RI tahun 2020.
5. Prosedur/ 1. Memastikan area tempat pelayanan Posyandu dibersihkan
Langkah- sebelum dan sesudah pelayanan sesuai dengan prinsip
langkah pencegahan penularan infeksi.

2. Mengatur meja tidak berdekatan (berjarak minimal 1-2 meter).

3. Menyediakan sarana cuci tangan pakai sabun dengan air


mengalir atau cairan desinfektan di Posyandu.

4. Petugas kesehatan, kader, balita dan keluarga balita melakukan


CTPS sebelum melakukan kegiatan pengukuran panjang dan
tinggi badan

5. Petugas kesehatan, kader, balita dan keluarga balita wajib


menggunakan masker.

6. Petugas kesehatan dan kader menggunakan handscoon.

7. Kader membantu memastikan bahwa balita dan orang


tua/pengasuh dalam keadaan sehat serta menghimbau agar bagi
yang sakit untuk menunda waktu kunjungan ke Posyandu
(Petugas kesehatan, kader, balita dan keluarga akan dilakukan
cek suhu tubuh, apabila ada yang ditemukan suhu tubuh melebihi
37,5°C maka tidak diperkenankan mengikuti kegiatan pelayanan
posyandu

8. Tenaga kesehatan/kader membuat jadwal bergilir dengan waktu


yang jelas untuk ibu dan balita, sehingga tidak perlu antrian
panjang. Maksimal dalam satu Posyandu hanya terdiri dari 15
orang setiap sesion.

9. Mengatur masuknya pengunjung ke area pelayanan sehingga


tidak banyak orang berkumpul dalam satu ruangan (maksimal 15
orang di area pelayanan termasuk petugas).

10. Kegiatan pelayanan balita dilakukan pada ruang dengan udara


terbuka atau ruangan dengan cukup ventilasi.

11. Diberlakukan physical distancing (jarak antar peserta minimal 1


meter).

12. Tata cara pengukuran Panjang badan dan tinggi badan

a. Membersihkan alat ukur panjang badan dan tinggi badan


dengan cairan disinfektan sebelum dan sesudah dipakai
untuk melakukan mengukur panjang dan tinggi badan
pada balita.

b. Alat pengukur PB/TB dipastikan pada angka nol sebelum


digunakan.

c. Balita diukur panjang badan, tinggi badannya (untuk bayi


atau balita yang belum bisa berdiri menggunakan alat ukur
panjang badan dan untuk balita yang sudah bisa berdiri
menggunakan alat ukur tinggi badan (microtoice).

d. Panjang badan:

1) Meletakan pengukur panjang badan pada meja atau


tempat yang rata .Bila tidak ada meja, alat dapat
diletakkan di atas tempat yang datar (misalnya,
lantai).

2) Meletakkan alat ukur dengan posisi panel kepala di


sebelah kiri dan panel penggeser di sebelah kanan
pengukur. Panel kepala adalah bagian yang
tidak bisa digeser

3) Menarik geser bagian panel yang dapat digeser


sampai diperkirakan cukup panjang untuk menaruh
bayi/anak

4) Membaringkan bayi/ anak dengan posisi terlentang,


diantara kedua siku, dan kepala bayi/anak
menempel pada bagian panel yang tidak dapat
digeser

5) Merapatkan kedua kaki dan tekan lutut bayi/ anak


sampai lurus dan menempel pada meja/tempat
menaruh alat ukur. Tekan telapak kaki bayi/anak
sampai membentuk siku, kemudian geser bagian
panel yang dapat digeser sampai persis menempel
pada telapak kaki bayi/ anak

6) Membaca panjang badan bayi/anak pada skala


kearah angka yang lebih besar

7) Setelah pengukuran selesai, kemudian bayi/anak


diangkat

e. Tinggi badan:

1) Memilih bidang vertikal yang datar (misalnya


tembok/ bidang pengukuran lainnya) sebagai
tempat untuk meletakkan

2) Memasang Microtoise pada bidang tersebut dengan


kuat dengan cara meletakkannya di dasar bidang /
lantai), kemudian tarik ujung meteran hingga 2
meter ke atas secara vertikal / lurus
hingga Microtoise menunjukkan angka nol

3) Memasang penguat seperti paku dan lakban pada


ujung Microtoise agar posisi alat tidak bergeser
(hanya berlaku pada Microtoise portable). Mintalah
subjek yang akan diukur untuk melepaskan alas
kaki (sepatu dan kaos kaki) dan melonggarkan
ikatan rambut (bila ada)

4) Mempersilahkan subjek untuk berdiri tepat di bawah


Microtoise

5) Memastikan subjek berdiri tegap, pandangan lurus


ke depan, kedua lengan berada di samping, posisi
lutut tegak / tidak menekuk, dan telapak tangan
menghadap ke paha (posisi siap)
6) Setelah itu pastikan pula kepala, punggung,
bokong, betis dan tumit menempel pada bidang
vertikal / tembok / dinding dan subjek dalam
keadaan rileks

7) Menurunkan Microtoise hingga mengenai /


menyentuh rambut subjek namun tidak terlalu
menekan (pas dengan kepala) dan
posisi Microtoise tegak lurus

8) Mencatat hasil pengukuran

9) Balita diturunkan

13. Tata cara penimbangan berat badan

a. Membersihkan timbangan dengan cairan disinfektan sebelum


dan sesudah dipakai untuk melakukan mengukur panjang
dan tinggi badan pada balita.
b. Timbangan (tidur atau injak) dipastikan pada angka nol
sebelum digunakan.
c. Balita ditimbang menggunakan baju yang tipis (balita tidak
boleh menggunakan baju yang tebal, jaket, topi dan alas kaki
(sandal dan sepatu).
d. Balita ditimbang menggunakan timbangan tidur (bagi bayi)
dan timbangan injak (balita yang bisa bisa berdiri), mencatat
hasil penimbangan dan balita diturunkan dari timbangan.
e. Membersihkan timbangan dengan cairan disinfektan sesudah
dipakai untuk melakukan penimbangan berat badan balita.

14. Membatasi waktu pelayanan, yaitu 5 menit/balita untuk


pengukuran panjang badan dan tinggi badan, penimbangan balita
dan 10 menit/balita untuk pemberian makanan tambahan,
pemberian suplementasi gizi, dan konseling gizi.

6. Diagram
Air Mempersiapkan area tempat pelayanan posyandu sesuai dengan protokol

Petugas kesehatan dan Kader membersihkan diri dan memakai APD


balita dan keluarga balita melakukan CTPS

7. Unit 1. Petugas Puskesmas


Terkait 2. Kader
3. Ibu
4. Balita
8. Rekaman
Histori
Perubahan NY I
oa s
n i
g
P
d e
i r
r u
u b
b a
a h
h a
n

Anda mungkin juga menyukai