Anda di halaman 1dari 11

HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Sikap Kerja, Masa Kerja, dan Usia terhadap Keluhan Low Back Pain pada
Pengrajin Batik

Andi Saputra1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Low Back Pain merupakan suatu keadaan dengan rasa tidak nyaman atau nyeri akut pada daerah
Diterima 18 Oktober ruas lumbalis kelima dan sarkalis. Data Kemenkes RI menunjukkan prevalensi LBP di Indonesia
2019 sebesar 11,9%. Penelitian ini dilaksanakan pada 14 Oktober 2019 sampai 18 Oktober 2019 di
Disetujui 1 September Sanggar Batik Semarang 16, Jalan Raya Sumberejo, RT:02 RW:05, Meteseh, Kecamatan
2020 Tembalang, Kota Semarang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan usia, sikap kerja,
Dipublikasikan 18 dan masa kerja dengan keluhan LBP pada pengrajin batik di Batik Semarang 16. Jenis penelitian
September 2020 ini adalah analitik kuantitatif dengan rancangan kasus cross sectional. Pengambilan sampel
________________ menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar penilaian REBA
(Rapid Entire Body Assissment), dan lembar penilaian NBM (Nordic Body Map). Data dianalisis
Keywords:
menggunakan uji chi square. Hasil menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara usia
Low Back Pain, Age, Work
dengan keluhan LBP, terdapat hubungan yang signifikan antara sikap kerja dengan keluhan LBP,
Attitude, years of service
terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan LBP. Simpulan dari
____________________
penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara usia, sikap kerja, dan masa kerja, dengan keluhan
DOI:
Low Back Pain (LBP).
https://doi.org/10.15294
/higeia.v4iSpecial%201/
36828 Abstract
____________________
___________________________________________________________________
Low Back Pain is a condition with discomfort or acute pain in the fifth lumbar and sarkalis region. Data from
the Indonesian Ministry of Health show that LBP prevalence in Indonesia is 11,9%. This research was
conducted on October 14, 2019 to October 18, 2019 at Semarang Batik Studio 16, Jalan Raya Sumberejo, RT:
02 RW: 05, Meteseh, Tembalang District, Semarang City. The purpose of this study was to determine the
association age, work attitude, and years of service with LBP complaints on batik craftsman in Batik
Semarang 16. This type of research is quantitative analytic with cross sectional case design. Sampling uses
total sampling. The instruments used were questionnaire, REBA (Rapid Entire Body Assessment) assessment
sheet, and NBM (Nordic Body Map) assessment sheet. Data were analyzed using chi square test. The results
show that there is a significant relationship between age and LBP complaints, there is a significant relationship
between work attitude and LBP complaints, there is a significant relationship between the years of service and
LBP complaints. The conclusion of this study is that there is a relationship between age, work attitude, and
years of service , with complaints of Low Back Pain (LBP).

© 2020 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: andysaputra66999@gmail.com

147
Andi, S. / Sikap Kerja, Masa / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

PENDAHULUAN memperkirakan penduduk Provinsi Jawa


Tengah dengan usia di atas 65 tahun, 40%nya
Low Back Pain (LBP) merupakan masalah pernah menderita LBP, dengan penderita laki-
kesehatan yang sangat umum dan merupakan laki 18,2% dan wanita 13,6%. Namun hanya
penyebab utama yang memengaruhi kinerja dan berkisar antara 3%-17% penderita yang
kesejahteraan kerja. LBP dikategorikan akut, memeriksakan dirinya ke rumah sakit di
subakut, dan kronis. Menurut Global Burden of Indonesia (Prayojana, 2016).
Disease (GBD) tahun 2010, Low Back Pain (LBP) Menurut (Tarwaka, 2010), faktor-faktor
adalah salah satu penyakit dan cedera beban risiko terjadinya low back pain yaitu berupa
tertinggi, dengan jumlah rata-rata DALY faktor individu (jenis kelamin, usia, Indeks
(Disability-Adjusted Life Years) lebih tinggi Massa Tubuh (IMT), riwayat pendidikan,
daripada HIV, cedera di jalan, TB, kanker paru, kebiasaan merokok, aktifitas kerja, dan riwayat
penyakit paru obstruktif kronik dan komplikasi trauma), faktor pekerjaan (sikap kerja, masa
kelahiran prematur (WHO, 2013). Menurut kerja, lama kerja, beban kerja, repetisi, dan
GBD (2010), sulit memperkirakan timbulnya manual material handling), dan faktor lingkungan
LBP karena kejadiannya sudah tinggi pada awal (stres kerja, kepuasan kerja, ergonomi, faktor
masa dewasa dan gejala cenderung berulang mental, dan psikologi).
dari waktu ke waktu. LBP akan meningkat dan Usia merupakan jumlah tahun yang
mencapai puncaknya pada usia 35-55 tahun. dihitung mulai dari responden lahir sampai saat
Berdasarkan data dari (WHO, 2013) , penderita pengambilan data. Biasanya seseorang akan
LBP tertinggi yaitu usia 40-44 tahun dengan mulai merasakan keluhan LBP pada usia 25-65
jumlah penderita sekitar 7,5 juta dan usia 45-49 tahun atau usia produktif kerja. Munculnya
tahun dengan jumlah penderita yang hampir keluhan LBP biasanya mulai terjadi pada usia
sama. 35 tahun, dan semakin bertambah usia maka
Di dunia, Low Back Pain (LBP) tingat keluhannya pun akan semakin
meningkat secara substansial karena kerusakan meningkat. Kekuatan dan ketahanan otot mulai
tulang. LBP menjadi penyebab utama menurun sehingga risiko terjadinya keluhan dan
pembatasan aktivitas dan absen kerja di nyeri otot meningkat. Kekuatan otot akan
sebagian besar dunia, dan menyebabkan beban menurun ketika berada di usia 60 tahun
ekonomi yang sangat besar pada individu, (Tarwaka, 2010). Terjadi degenerasi pada tubuh
keluarga, komunitas, industri, dan pemerintah. manusia berupa kerusakan jaringan,
Di Inggris, LBP diidentifikasi sebagai penyebab penggantian jaringan menjadi jaringan parut,
paling umum kecacatan pada orang dewasa dan pengurangan cairan, ketika seseorang mulai
dengan lebih dari 100 juta hari kerja hilang per memasuki usia 30 tahun. Hal ini menyebabkan
tahun. Di Amerika Serikat diperkirakan 149 juta tulang dan otot menjadi berkurang stabilitasnya.
hari kerja per tahun hilang karena LBP yang Apabila manusia menjadi semakin tua, maka
mengakibatkan kerugian antara US $100 hingga tingkat risiko akan menurunnya elastisitas
US $200 miliar per tahun (WHO, 2013). Jumlah tulang oun akan semakin menurun dan dapat
penderita LBP di Indonesia tinggi sehingga menjadi salah satu pemicu munculnya gejala
kasus LBP merupakan penyakit paling tinggi ke LBP (Andini, 2015).
dua setelah influenza. Belum terdapat jumlah Masa kerja adalah suatu kurun waktu
pasti mengenai data penderita LBP di atau lamanya tenaga kerja bekerja di suatu
Indonesia. Pemerintah memperkirakan jumlah tempat mulai dari awal bekerja hingga
penderita LBP antara 7,6% sampai 37% penelitian dilakukan. Masa kerja dapat
(Lailani, 2013). Data prevalensi penyakit memberikan pengaruh positif maupun pengaruh
muskuloskeletal di Indonesia sebesar 11,9% negatif kepada tenaga kerja terhadap kinerjanya.
yang telah diaknosis, dan 24,7% memeiliki Pengaruh positif akan terjadi pada kinerja
gejala. (Anjany, 2019). Pemerintah seseorang karena semakin bertambahnya

148
Andi, S. / Sikap Kerja, Masa / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

pengalaman dalam bekerja. Namun akan dan menyebabkan timbulnya low back pain.
memberi pengaruh negatif karena bertambahnya Terdapat tiga macam sikap dalam bekerja yaitu
masa kerja yang kemudian akan muncul sikap kerja duduk, sikap kerja membungkuk,
kebiasaan gerakan kerja yang monoton dan dan sikap kerja berdiri.
akhirnya mempengaruhi masalah keluhan otot Untuk meminimalisir risiko pada otot
(Verawati, 2016). Menurut Kamus Besar Bahasa rangka (musculoskletal) dan tulang belakang agar
Indonesia, masa kerja adalah jangka waktu tidak mudah lelah dan terhindar dari nyeri maka
orang sudah bekerja (pada suatu kantor, badan, kursi yang digunakan oleh pekerja harus
dan sebagaimana). Pendapat lain menyebutkan, dilengkapi dengan sandaran pada bagian
masa kerja adalah jangka waktu orang sudah punggung (Astutik, 2015). Jika posisi duduk
bekerja dari pertama mulai masuk hingga tidak benar, maka tulang belakang akan
sekarang masih bekerja. Masa kerja dapat mendapat tekanan yang lebih besar
diartikan sebagai sepenggal waktu yang agak dibandingkan bekerja dengan posisi berdiri atau
lama dimana seorang tenaga kerja masuk dalam berbaring. Tekanan tulang belakang pada posisi
suatu wilayah tempat usaha sampai batas waktu selain duduk yaitu sebesar 100%, dan tekanan
tertentu (Verawati, 2016). Menurut Sunarto akan meningkat menjadi 140% bila pekerja
(2005) dalam (Hadyan, 2015), menyebutkan duduk dengan tegang dan kaku, dan tekanan
bahwa seorang pekerja yang masa kerjanya akan meningkat menjadi 190% bila pekerja
kurang dari 5 tahun memiliki risiko terjadi LBP duduk dengan posisi membungkuk ke depan
yang lebih rendah dibandingkan dengan pekerja (Astutik, 2015). Sikap kerja berdiri yang baik
yang bekerja lebih dari 5 tahun, yang akan yaitu ketika tulang belakang pekerja vertikal dan
memiliki risiko LBP yang lebih tinggi. berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
Seseorang yang memiliki masa kerja lebih lama kaki. Apabila pekrja bekerja dengan sikap kerja
maka ia terkena paparan faktor risiko LBP lebih berdiri secara terus-menerus maka akan
sering atau lebih banyak. Apabila seseorang mengakibatkan penumpukan darah dan
bekerja dengan terkena paparan LBP maka berbagai cairan tubuh pada kaki. Hal ini akan
semakin lama, rongga diskusnya akan menjadi diperparah dengan penggunaan sepatu yang
semakin sempit dan dapat bersifat permanen. tidak sesuai bentuk dan ukurannya dengan kaki
Hal ini akan menyebabkan degenarasi tulang pekerja. Bila sikap kerja berdiri tidak dilakukan
belakang. Degenerasi tulang tersebut tentunya secara bergantian dengan sikap kerja duduk
juga diikuti dengan seiring bertambahnya usia maka dapat menimbulkan keluhan subjektif
pekerja. pada tulang belakang pekerja dan juga kelelaha
Sikap kerja alamiah adalah sikap kerja (Riningrum, 2016).
posisi bagian-bagian tubuh menjauhi posisi Sikap kerja lain yang dapat
alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, meningkatkan risiko low back pain yaitu sekap
punggung terlalu membungkuk, kepala kerja membungkuk. Posisi kerja membungkuk
terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi dilakukan dengan tidak menjaga kestabilan
bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka tubuh ketika bekerja. Posisi kerja membungkuk
semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan akan menimbulkan keluhan nyeri pada bagian
sistem muskuloskeletal. Sikap kerja tidak punggung bawah (low back pain) bila dilakukan
alamiah ini pada umumnya karena karakteristik secara berulang dan dalam periode yang cukup
tuntutan dari tugas, alat kerja dan stasiun kerja lama. Pada saat membungkuk, tulang punggung
yang tidak sesuai dengan kemampuan dan bergerak ke sisi depan tubuh dan menyebabkan
keterbatasan pekerja (Tarwaka, 2010). Salah otot bagian perut dan sisi depan invertebratal disk
satu faktor risiko terjadinya LBP adalah sikap pada bagian lumbar mengalami penekanan.
kerja yang tidak benar atau melebihi Sedangkan peregangan atau pelenturan pada
kemampuan. Tubuh akan memaksakan posisi bagian ligamen sisi belakang dari invertebratal
hingga melebihi sikap alamiah untuk bekerja disk. Kemudian akan muncul rasa nyeri pada

149
Andi, S. / Sikap Kerja, Masa / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

punggung bagian bawah. Bila sikap kerja ini Batik Semarang 16, memiliki IMT tidak normal
dilakukan dengan beban pengangkatan yang (<18,5 atau >25,0), memiliki kebiasaan
berat dapat menimbulkan slipped disk, yaitu olahraga sehari-hari, memiliki riwayat penyakit
rusaknya bagian invertebratal disk akibat muskuloskeletal.
kelebihan beban pengangkatan (Riningrum, Data dalam peneitian ini berupa data
2016). primer dan data sekunder. Data primer
Yang membedakan penelitian ini dengan diperoleh langsung melalui penilaian lingkup
penelitian lain yaitu lokasi dan tempat sikap kerja responden dengan menggunakan
penelitian yang berbeda dengan penelitian metode REBA, dan juga dilakukan wawacara
sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu kepada reponden dengan menggunakan
untuk mengetahui hubungan antara usia, sikap kuesioner untuk mengetahui massa kerja dan
kerja, dan massa kerja dengan keluhan Low Back usia responden. Untuk mengetahui adanya
Pain (LBP) pada pengrajin batik di Batik keluhan LBP pada pengrajin batik maka
Semarang 16. dilakukan pengukuran dengan menggunakan
lembar penilaian NBM. Data sekunder
METODE diperoleh dari pengurus Batik Semarang 16
berupa jumlah pekerja batik yang ada dan
Jenis dan rancangan dalam penelitian ini gambaran umum proses pembuatan batik. Uji
yaitu analitik kuantitatif dengan menggunakan statistik yang digunakan dalam penelitian ini
pendekatan cross sectional. Instrumen yang adalah chi square.
digunakan adalah kuesioner, lembar penilaian
REBA (Rapid Entire Body Assissment), dan HASIL DAN PEMBAHASAN
lembar penilaian NBM (Nordic Body Map).
Penelitian ini dilaksanakan pada 14 Oktober Pada penelitian ini, karakteristik
2019 sampai dengan 18 Oktober 2019 di responden yang dilihat meliputi jenis kelamin,
Sanggar Batik Semarang 16, Jalan Raya dengan jumlah sampel 36 pekerja pada Batik 16
Sumberejo, RT:02 RW:05, Meteseh, Semarang. Hasil penelitian menunjukkan
Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. bahwa diketahui distribusi responden
Variabel penelitian ini yaitu usia, sikap kerja, berdasarkan jenis kelamin yaitu, dari 36 pekerja
dan massa kerja. terdapat 11 pekerja berjenis kelamin laki-laki
Responden dalam penelitian ini (30,6%). Sedangkan 25 pekerja (69,4%) berjenis
ditentukan dengan teknik total sampling, yaitu kelamin perempuan. Laki-laki dan wanita
sebanyak 36 responden yang merupakan bekerja dalam kemampuan fisiknya. Kekuatan
pengrajin batik di Sanggar Batik Semarang 16. fisik tubuh wanita rata-rata 2/3 dari pria.
Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini yaitu Poltrast menyebutkan wanita mempunyai
responden merupakan pengrajin batik di Batik kekuatan 65% dalam mengangkat di banding
Semarang 16, responden tidak pernah rata-rata pria, dikarenakan adanya siklus biologi
mengalami cidera muskuloskeletal (seperti: seperti haid, kehamilan, nifas, dan menyusui
patah tulang, kelainan tulang, rheumatik, pada wanita. Kekuatan wanita yang masih
lordosis, kifosisi, osteoporosis, dan gangguan muda diibaratkan sama dengan kekuatan laki-
otot yang sudah dideteksi secara medis), tidak laki yang berumur sudah tua. Penelitian
memiliki kebiasaan olahraga sehari-hari (seperti: (Saputro, 2018), menunjukkan bahwa pengrajin
berlari, bersepeda, berjalan kaki, senam, atau batik di Virdes Batik Collection mayoritas
gerakan ringan seperti push up dan sit up), dan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 14
memiliki IMT (Indeks Massa Tubuh) normal pengrajin dan yang berjenis kelamin laki-laki
yaitu 18,5-25,0. Kriteria eksklusi dalam sebanyak 9 pengrajin.
penelitian ini yaitu responden tidak berkenan (Saputro, 2018), tentang Hubungan
untuk diteliti, responden tidak lagi bekerja di Karakteristik Individu dan Sikap Kerja terhadap

150
Andi, S. / Sikap Kerja, Masa / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Tabel 1. Karakteristik Jenis Kelamin mengalami keluhan LBP dan berujung pada
Responden menurunnya produktivitas kerja. Faktor-faktor
No. Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase yang mempengaruhi terjadinya LBP yaitu faktor
1. Laki-laki 11 30,6 % individu seperti usia, jenis kelamin, masa kerja,
2. Perempuan 25 69,4 % kebiasaan merokok, dan peningkatan indeks
Total 36 100% massa tubuh (IMT), juga faktor lingkungan
berupa getaran seluruh tubuh, faktor pekerjaan
keluhan Muskuloskeletal pada Pengrajin Batik seperti posisi kerja, lama kerja, desain tempat
Tulis, berdasarkan hasil penelitian kerja, repetisi, dan faktor gerakan tubuh . Pada
menunjukkan bahwa pengrajin batik di Virdes penelitian ini, diambil variabel usia, sikap kerja,
Batik Collection mayoritas berjenis kelamin dan massa kerja sebagai variabel bebas, dan
perempuan yaitu sebanyak 14 pengrajin dan keluhan low back pain sebagai variabel terikat.
yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9 Berdasarkan hasil analisis univariat
pengrajin. Distribusi kelompok umur pengrajin diketahui bahwa distribusi responden yang
batik yaitu sebanyak 17 pengrajin mempunyai mengalami keluhan low back pain yaitu dari 36
umur ≥30 tahun dan 6 pengrajin mempunyai pekerja terdapat 12 pekerja (33,33%) memiliki
umur <30 tahun. Masa kerja pengrajin batik risiko sangat tinggi, 7 pekerja (19,45%) memiliki
mayorits mempunyai masa kerja ≥ 5 tahun yaitu risiko tinggi, dan 17 pekerja (47,22%) memiliki
sebanyak 16 pengrajin dan pengrajin yang risiko rendah. Distribusi sikap kerja responden
mempunyai masa kerja < 5 tahun sebesar 7 berdasarkan metode REBA yaitu dari 36
orang pengrajin. Sementara untuk kebiasaan perkerja terdapat 8 pekerja (22,22%) memiliki
merokok terdapat 5 orang pengrajin. skor REBA 8-10 (memiliki risiko tinggi),
Menurut Sunarto (2005) dalam (Hadyan, sebanyak 28 pekerja (77,78%) memiliki skor
2015), menyebutkan bahwa seseorang yang REBA 4-7 (risiko sedang), tidak ada pekerja
bekerja lebih dari 5 tahun akan mengalami yang memiliki skor REBA 8-10 (risiko rendah),
peningkatan risiko terjadinya LBP dibandingkan dan tidak ada pekerja yang memiliki skor REBA
dengan pekerja yang masa kerjanya kurang dari 1 (risiko sangat rendah) dan skor REBA 11-15
5 tahun. Hal ini disebabkan karena seseorang (risiko sangat tinggi). Distribusi responden
dengan masa kerja lebih lama akan semakin berdasarkan masa kerja yaitu dari 36 pekerja,
lama terpapar faktor risiko LBP sehingga dapat sebanyak 10 pekerja (27,8%) memiliki masa
secara permanen terkena LBP serta kerja ≥ 5 tahun dan sebanyak 26 pekerja (72,2%)
mengakibatkan degenerasi tulang belakang yang pekerja memiliki masa kerja <5 tahun.
juga dipengaruhi oleh peningkatan usia kerja. Distribusi responden berdasarkan usia yaitu dari
Pekerja Batik Semarang 16 yang memiliki masa 36 pekerja, sebanyak 21 pekerja (58,33%)
kerja ≥ 5 tahun disebabkan karena pekerja berusia ≥ 35 tahun, dan sebanyak 15 pekerja
merasa sudah nyaman mengerjakan pekerjaan (41,67%) berusia < 35 tahun.
di bidang masing-masing. Dan diberikan waktu Pekerja banyak mengalami keluhan low
istirahat yang cukup serta gaji yang sesuai back pain karena saat bekerja, punggung kerap
dengan pekerjaannya dan masa kerja <5 tahun kali bergerak menjauhi posisi alami tubuh.
sudah memilih untuk pindah tempat bekerja Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika
karena merasa dirinya masih kurang cukup bekerja. Pekerja mengalami keluhan nyeri pada
untuk memenuhi kebutuhan. bagian punggung bagian bawah (low back pain)
Manusia bekerja lebih giat dan aktif bila pekerjaan ini dilakukan secara berulang dan
karena dituntut untuk memenuhi kebutuhan dalam periode yang cukup lama. Dalam proses
hidup. Namun dalam bekerja sering kali pembuatan batik, khususnya mencanting dan
seseorang tidak memperhatikan faktor-faktor menjahit dilakukan dengan posisi duduk. 60%
yang dapat memperbesar timbulnya keluhan pekerja usia dewasa mengalami keluhan low
LBP, sehingga tak jarang pekerja yang back pain karena bekerja dengan posisi duduk

151
Andi, S. / Sikap Kerja, Masa / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Tabel 2. Analisis Univariat (Harwanti, 2018).


Frekuensi Pengrajin batik bagian pewarnaan bekerja
Variabel Kategori
n % dengan posisi membungkuk. Pada saat
Keluhan Risiko Sangat 12 33,33 membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi
LBP (Skor Tinggi (0-20)
depan tubuh. Otot bagian perut dan sisi depan
NBM) Risiko Tinggi (21- 7 19,45
41) intebratal disk pada bagian lumbar mengalami
Risiko Sedang 17 47,22 penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang
(42-62) dari intebratal disk justru mengalami peregangan
Risiko Rendah 0 0 atau pelenturan. Kondisi ini akan menyebabkan
(63-84) rasa nyeri pada punggung bagian bawah
Sikap Sangat Tinggi (11- 0 0
Kerja 15) (Riningrum, 2016). Posisi kerja yang tidak baik
(Skor Tinggi (8-10) 8 22,22 jika berlangsung lama dapat menimbulkan
REBA) Sedang (4-7) 28 77,78 kelelahan otot dan berbagai keluhan low back
Rendah (2-3) 0 0 pain. Keluhan low back pain disebabkan sikap
Sangat Rendah (1) 0 0 kerja yang statis yang dilakukan secara berulang
Massa ≥ 5 Tahun 10 27,8
Kerja dan adanya pembebanan yang berlebihan pada
< 5 Tahun 26 72,2
Usia ≥ 35 Tahun 21 58,33 bagian tubuh tertentu (Uginiari, 2013).
< 35 Tahun 15 41,67 Dari tabel diketahui dari keseluruhan
responden yang diteliti (36 responden), terdapat
yang salah. Duduk lama yang salah bila 8 (22,2%) responden yang memiliki sikap kerja
dilakukan secara lama-kelamaan maka dapat berisiko tinggi, dengan 6 (16,67%) responden
menyebabkan seseorang terkena Hernia memiliki risiko sangat tinggi terhadap keluhan
Nukleus Pulposus (HNP) yang terjadi karena LBP, 1 (2,78%) responden berisiko tinggi LBP,
penekanan pada bantalan saraf di tulang dan 1 (2,78%) responden berisiko rendah LBP.
belakang sehingga menyebabkan otot punggung Diketahui pula dari 26 (72,2%) responden yang
kaku dan dapat merusak jaringan di sekitarnya memiliki sikap kerja berisiko sedang, terdapat 6

Tabel 3. Analisis Bivariat

Keluhan Low Back Pain (LBP) Total


Variabel Kategori Risiko PC ƿ
Risiko Risiko
Sangat % % % Ʃ %
Tinggi Rendah
Tinggi
Tinggi 6 16,67 1 2,78 1 2,78 8 22,2
Sedang 6 16,67 6 16,67 14 38,89 26 72,2
Sikap
9,621 0,042
Kerja Rendah 0 0 0 0 2 5,56 2 5,6

Total 12 33.34 7 19,45 15 47,23 36 100


≥ 5
5 13,89 4 11,11 1 2,78 10 27,8
Tahun
Massa < 5
7 19,44 3 8,33 16 44,44 26 72,2 6,936 0,016
Kerja Tahun
Total 12 33.33 7 19,44 17 47,22 36 100
< 35
8 22,22 4 11,11 3 8,33 15 41,7
Tahun
Usia ≥ 35 6,486 0,020
4 11,11 3 8,33 14 38,89 21 58,3
Tahun
Total 12 33,33 7 19,44 17 46,22 36 100

152
Andi, S. / Sikap Kerja, Masa / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

(16,67%) responden berisiko sangat tinggi LBP, dari membungkuk hingga posisi berdiri tegak.
6 (16,67%) responden berisiko tinggi LBP, dan Frekuensi gerakan berulang dengan pola yang
14 (38,89%) responden berisiko rendah LBP. sama apabila dilakukan terlalu sering maka
Sebanyak 2 (5,6%) responden yang memiliki akan mendorong fatigue dan ketegangan otot
risiko rendah sikap kerja, terdapat 2 (5,6%) tendon. Ketegangan otot tendon dapat
responden yang memiliki risiko rendah LBP. dipulihkan apabila ada jeda waktu istirahat yang
Hasil analisis diperoleh keterangan nilai digunakan untuk peregangan otot. Dampak
PC (Pearson Chi Square) yaitu 9,881 yang berarti gerakan berulang akan meningkat bila gerakan
semakin tinggi nilai PC maka akan semakin tersebut dilakukan dengan postur janggal dalam
berhubungan. Sig 0,042 yang berarti semakin waktu yang lama. Keluhan otot terjadi karena
kecil nilai sig maka akan semakin signifikan. otot menerima tekanan akibat beban terus
Nilai perhitungan PC 9,881 denngan sig 0,042 < menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk
0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukan relaksasi.
bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pekerja bagian batik cap di Batik
sikap kerja terhadap keluhan low back pain pada Semarang 16 bekerja dengan posisi berdiri
pengrajin batik di Batik Semarang 16. sehingga pekerja beresiko mengalami Low Back
Setiap pekerjaan memiliki risiko terhadap Pain (LBP) karena mereka bekerja dengan posisi
kesehatan pekerja, termasuk juga pengrajin berdiri selama 8 jam kerja. Penelitian terdahulu
batik bagian canting pada Batik Semarang 16. menyebutkan bahwa untuk kasus berdiri dalam
Hal ini dikarenakan para pekerja bagian canting jangka waktu yang lama, sebenarnya tubuh
duduk di kursi yang tingginya lebih pendek dari hanya bisa mentolerir tetap berdiri dengan satu
tinggi lutut pekerja, sehingga pekerja terpaksa posisi hanya dengan 20 menit. Jika lebih dari
bekerja dengan sikap kerja yang tidak batas tersebut, perlahan-lahan elastisitas
ergonomis yang menyebabkan pekerja mudah jaringan akan berkurang dan akhirnya tekanan
mengalami kelelahan, selain itu kursi yang otot meningkat dan timbul rasa tidak nyaman
digunakan oleh pekerja juga tidak memiliki busa pada daerah punggung. Apabila otot-otot
pada alas duduknya, sehingga terasa keras jika punggung tersebut menerima beban statis saat
digunakan untuk duduk dalam jangka waktu berdiri dalam jangka waktu yang lama, maka
lama. dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan
Pekerja juga bekerja dengan posisi pada sendi, ligament, dan tendon. Keluhan
memutarkan badan karena posisi kain berada hingga kerusakan inilah yang biasanya
disamping pekerja. Rotasi punggung pada saat diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal
bekerja akan menyebabkan otot pada perut disordres yang kemudian dapat diikuti dengan
menjadi lemah. Secara anatomis, rotasi adanya keluhan low back pain (Susanti, 2014).
punggung yang berlebihan pada lumbal akan Pekerja bagian jahit merupakan sebuah
mengakibatkan penyempitan saluran atau pekerjaan menyambung kain dan bahan-bahan
menekan saraf tulang belakang dan penonjolan lain yang bisa di lakukan dengan memakai
ke belakang dari ruas tulang. Hal ini yang jarum tangan maupun dengan mesin jahit.
kemudian menyebabkan Low Back Pain (LBP) Pekerja bagian jahit di Batik Semarang 16,
(Tarwaka, 2010). bekerja dengan posisi duduk di kursi dengan
Bagian pewarnaan berkerja dengan menggunakan mesin jahit yang diletakkan pada
posisi tubuh membungkuk. Pekerja bagian meja. Pekerja berisiko mengalami Low Back Pain
pewarnaan mengalami risiko Low Back Pain (LBP) karena pekerja duduk dengan posisi
(LBP) karena sikap kerjanya membungkuk badan membungkuk ke depan. Sikap kerja ini
hingga lebih dari 90 derajat. Sikap kerja tersebut berlangsung selama 8 jam kerja. Sikap kerja
dilakukan dalam jangka waktu lebih dari 10 statis menyebabkan peredaran darah ke otot
detik, dan dilakukan secara berulang-ulang berkurang sehingga glukosa dan oksigen ke otot
sebanyak lebih dari 4 kali selama 8 jam kerja, menjadi terhambat. Oleh karena itu, otot yang

153
Andi, S. / Sikap Kerja, Masa / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

bekerja statis akan terasa nyeri dan langsung sedang. Disarankan agar pemilik Aleyya Batik
menjadi lelah (Syuhada, 2018). melakukan perancangan tempat duduk yang
Penelitian ini sependapat dengan peneliti disesuaikan dengan antropometri pengrajin
terdahulu, dimana sikap kerja yang dipaksakan batik tulis sehingga postur kerja dapat
akan banyak mengakibatkan kecelakaan kerja ergonomis dan tidak menimbulkan terjadinya
yang menyebabkan cacat sementara hingga keluhan subyektif low back pain (Saputro, 2018).
cacat tetap, akibat dari sikap paksa pada saat Penelitian (Munim, 2017) tentang
melakukan aktivitas kerja. Sikap kerja yang Evaluasi Postur Pekerjaan Melepas Lilin Batik
tidak alamiah menyebabkan posisi bagian- pada Kerajinan Kulit dengan Menggunakan
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, CATIA V5R20, hasil analisis melalui simulasi
misalnya: pergerakan tangan terangkat, postur menggunakan REBA menunjukan postur
punggung terlalu membungkuk, kepala kerja manual maupun menggunakan alat press
terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi prototipe pertama berada pada kondisi beresiko
bagian tubuh dari pusat grafitasi tubuh, maka tinggi dengan skor REBA 12 dan 10. Sehingga
semakin tinggi risiko terjadinya keluhan perbaikan postur diharapkan dapat digunakan
musculoskeletal (Tarwaka, 2014). Hasil penelitian untuk pengembangan alat press yang mampu
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan mengurangi resiko musculoskeletal disorder
oleh peneliti terdahulu, didapatkan hasil uji secara nyata melalui prototipe kedua alat press
statistik dengan nilai p value 0,001, dinyatakan melepas lilin pada berbagai jenis kerajinan batik
ada hubungan sebab akibat antara sikap duduk kulit.
dengan kejadian nyeri punggung. Karyawan Dari 10 responden (27,8%) yang memiliki
yang sikap duduknya tidak ergonomis berisiko massa kerja yang berisiko (≥ 5 tahun), terdapat 5
40 kali menderita keluhan nyeri punggung responden (13,89%) memiliki risiko sangat
bawah dibandingkan dengan karyawan dengan tinggi LBP, 4 responden (11,11%), memiliki
sikap duduk ergonomis (Zaman, 2014). risiko LBP tinggi, dan 1 responden (2,78%)
Penelitian lain menunjukkan bahwa memiliki risiko LBP rendah. Pada 26 responden
simulsi postur menggunakan REBA (72,2%%) yang memiliki massa kerja tidak
menunjukkan postur kerja manual maupun berisiko (< 5 tahun), terdapat 7 responden
mengggunakan alat press prtotipe pertama (19,44%) memiliki risiko LBP sangat tinggi, 3
berada pada kondisi bersiko tinggi dengan skor responden (8,33%) memiliki risiko LBP tinggi
REBA 12 dan 10 (Munim, 2017). dan 16 responden (44,44%) memiliki risiko LBP
Penelitian ini mendukung penelitian rendah.
(Saputro, 2018), yang menunjukkan bahwa Hasil analisis diperoleh keterangan nilai
postur kerja pengrajin batik tulis berdasarkan PC (Pearson Chi Square) sebesar 8,225 yang
penilaian dengan metode REBA diketahui berarti semakin tinggi niali PC maka akan
postur kerja bagian kanan tergolong dalam semakin berhubungan. Sig 0,016 yang berarti
kategori sedang sebesar 86,67% dan postur kerja semakin kecil nilai sig maka akan semakin
bagian kiri termasuk dalam kategori sedang signifikan. Nilai perhitungan PC 6,936 dengan
sebesar 80,00% sehingga diperlukan tindakan sig 0,016 < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini
perbaikan. Keluhan subyektif yang dialami oleh menunjukan bahwa ada hubungan yang
pengrajin batik tulis dinilai dengan metode signifikan antara massa kerja terhadap keluhan
NBM diketahui bahwa sebagian besar tergolong low back pain pada pengrajin batik di Batik
dalam tingkat risiko sedang sebesar 40,00% Semarang 16.
yang berarti bahwa mungkin diperlukan adanya Penelitian (Savitri, 2015), menunjukkan
tindakan perbaikan dikemudian hari. terdapat hubungan antara massa kerja dengan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan keluhan LBP (p=0,354). Pengrajin batik tulis
bahwa postur kerja pengrajin batik tulis ketika dengan masa kerja lebih dari dua tahun
melakukan pekerjaan termasuk dalam kategori memiliki risiko gangguan muskuloskeletal 1,22

154
Andi, S. / Sikap Kerja, Masa / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

lebih tinggl (Savitri, 2015). Penelitian (8,33%) memiliki risiko LBP rendah. Pada 21
(Harwanti, 2018), menunjukkan bahwa faktor responden (58,3%) yang memiliki usia berisiko
yang terbukti berpengarug terhadap LBP adalah (≥35 tahun), 4 responden (11,11%) memiliki
umur dengan p value 0,046, kebiasan olah raga risiko LBP sangat tinggi, 3 responden (8,33%)
dengan p value 0,000 dan masa kerja dengan p memiliki risiko LBP tinggi, dan 14 responden
value 0,000. (38,89%) memiliki risiko LBP rendah.
Menurut Sunarto (2005) dalam Hasil analisis diperoleh keterangan nilai
(Hadyan, 2015), menyebutkan bahwa seseorang PC (Pearson Chi Square) sebesar 7,811 yang
yang bekerja lebih dari 5 tahun akan berarti semakin tinggi niali PC maka akan
meningkatkan risiko terjadinya LBP semakin berhubungan. Sig 0,020 yang berarti
dibandingkan sengan pekerja yang masa semakin kecil nilai sig maka akan semakin
kerjanya kurang dari 5 tahun. Hal ini signifikan. Nilai perhitungan PC 7,811 dengan
disebabkan karena seseorang dengan masa kerja sig 0,020 > 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini
lebih lama akan semakin lama terkena paparan menunjukan bahwa ada hubungan yang
faktor risiko dan juga mengakibatkan rongga signifikan antara usia terhadap keluhan low back
diskus menyempit secara permanaen serta pain pada pengrajin batik di Batik Semarang 16.
mengakibatkan degenerasi tulang belakang yang Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi
juga dipengaruhi oleh peningkatan usia kerja. yang berupa kerusakan jaringan, penggantian
Hasil penelitian ini sejalan dengan jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan
penelitian (Savitri, 2015) yang menyatakan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas
bahwa responden yang massa kerjanya >13 pada tulang dan otot menjadi berkurang.
tahun mengalami keluhan nyeri punggung Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko
bawah sebanyak 42,1% (8 responden). orang tersebut mengalami penurunan elastisitas
Sedangkan responden yang massa kerjanya ≤ 13 pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya
tahun mengalami nyeri punggung bawah gejala LBP (Andini, 2015).
sebanyak 89,5% (17 responden). Berdasarkan Hasil penelitian ini sejalan dengan
Uji Chi-Square didapatkan nilai p value sebesar penelitian (Harwanti, 2018), yang menunjukkan
0,002 nilai lebih kecil dari pada α 0,05. Hal ini bahwa faktor yang terbukti berpengaruh
menunjukkan hipotesa Ha di terima yang berarti erhadap LBP pada pekerja home industri batik
ada hubungan antara massa kerja dengan di Sokaraja adalah umur dengan ƿ value 0,046.
keluhan punggung bawah pada pengrajin batik. Keluhan LBP jarang dijumpai pada kelompok
Penelitian (Harwanti, 2018), tentang umur muda, hal ini berhubungan dengan
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Low beberapa faktor etiologik tertentu yang lebih
Back Pain (LBP) pada Pekerja di Home Industri sering dijumpai pada umur yang lebih tua.
Batik Sokaraja Kabupaten Banyumas. Hasil Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi
Penelitian menunjukkan bahwa faktor yang degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai
terbukti berpengarug terhadap LBP adalah umur terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun.
dengan p value 0,046, kebiasan olah raga Penggantian jarigan menjadi jaringan parut dan
dengan p value 0,000 dan masa kerja dengan p pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan
value 0,000. Saran dalam penelitian ini adalah stabilitas pada tulang dan otot menjadi
agar tenaga kerja melakukan olah raga minimal berkurang. Semakin tua seseorang, semakin
3 kali dan maksinal 5 kali dalam satu minggu, tinggi risiko orang tersebut mengalami
dalam setiap latihan minimal 30 menit. penurunan elastisitas pada tulang, yang menjadi
Dari 15 responden (41,7%) yang pemicu timbulnya LBP (Harwanti, 2018). Hasil
memiliki usia tidak berisiko (< 35 tahun), ini didukung dengan penelitian (Sifai, 2018)
terdapat 8 responden (22,22%%) memiliki risiko bahwa terdapat hubungan umur (p = 0,004) dan
LBP sangat tinggi, 4 responden (11,11%) masa kerja (p = 0,02) terhadap keluhan nyeri
memiliki risiko LBP tinggi, dan 3 responden punggung bawah (Sifai, 2018).

155
Andi, S. / Sikap Kerja, Masa / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Penelitian (Umami, 2014) tentang Hasil penelitian ini berbanding terbalik


hubungan antara karakteristik responden dan dengan penelitian (Arwinno, 2018) , dimana
sikap kerja duduk dengan keluhan low back pain usia tidak berhubungan dengan kejadian LBP,
pada pekerja batik, diperoleh hasil bahwa dengan nilai p = 1,000 dan IMT dengan
terdapat hubungan antara umur, panjang kerja, p=1,000. Namun berhubungan antara kebiasaan
ststus gizi dan postur terhadap keluhan LBP olahraga (p=0,001), massa kerja (p=0,001), dan
(Umami, 2014). Penelitian (Triwulandari, penambahan bantalan pada kursi kerja
2019), menunjukkan bahwa ada hubungan usia (p=0,029) (Arwinno, 2018). Penelitian
dengan keluhan nyeri punggung bawah (p = (Harwanti, 2018), menunjukkan bahwa faktor
0,031 < 0,05 OR=9,217). Penelitian Harahap yang terbukti berpengarug terhadap LBP adalah
(2018), tentang Faktor-Faktor Yang umur dengan p value 0,046, kebiasan olah raga
Berhubungan dengana Keluhan Low Back Pain dengan p value 0,000 dan masa kerja dengan p
(LBP) pada Pekerja Pengrajin Batik Tulis Di value 0,000. Saran dalam penelitian ini adalah
Kecamatan Pelayangan Kota Jambi Tahun agar tenaga kerja melakukan olah raga minimal
2018, menunjukkan bahwa hasil responden 3 kali dan maksinal 5 kali dalam satu minggu,
yang mengalami keluhan low back pain sebesar dalam setiap latihan minimal 30 menit.
52,8%. Terdapat hubungan usia (p-value=0,593)
dengan keluhan LBP pada pengrajin batik tulis. PENUTUP
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara massa kerja (p value = Simpulan dari penelitian ini yaitu ada
0,02; OR = 5), sikap kerja (p value = 0,043) hubungan antara usia, sikap kerja, dan massa
dengan nyeri punggung (Koesyanto, 2013) kerja dengan keluhan low back pain (LBP) pada
Penelitian lain menunjukkan bahwa ada pengrajin batik di Batik Semarang 16. Dengan
hubungan usia dengan keluhan nyeri punggung nilai p untuk usia sebesar 0,020, sikap kerja
bawah (p = 0,031 < 0,05 OR=9,217). Ada sebesar 0,042, dan massa kerja sebesar 0,016.
hubungan durasi lama duduk dengan keluhan Kelemahan dalam penelitian ini yaitu
nyeri punggung bawah (p = 0,027 < 0,05 OR = adanya faktor risiko lain yang tidak diteliti
2,125). Usia ≥ 30 tahun lebih beresiko 9 kali dari sehingga kemungkinan dapat menimbulkan bias
pada usia < 30 tahun. Durasi lama duduk ≥ 4 dalam hasil penelitian. Bagi peneliti selanjutnya,
jam lebih beresiko 2 kali dari pada durasi lama disarankan untuk menggunakan teori yang lain
duduk < 4 jam (Triwulandari, 2019). Peneliti dan meneliti apa yang menjadi kelemahan
selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian ini.
penelitian tentang faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi nyeri punggung bawah pada DAFTAR PUSTAKA
pembatik. Penelitian (Harahap, 2018),
menunjukkan bahwa responden yang Andini, F. 2015. Risk Factors of Low Back Pain in
mengalami keluhan low back pain sebesar 52,8%, Workers. J MAJORITY, IV(1): 12–19.
30,6% responden memiliki posisi kerja dengan Anjany, A. 2019. Keluhan Musculoskeletal Disorders
risiko sangat tinggi, 86,1% responden memiliki (MSDs) pada Pekerja Pengguna Komputer di
durasi kerja lama, 91,7% responden berusia Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera
Utara’, Jurnal Kesehatan Global. Kemenkes RI,
berisiko dan 88,9% responden memiliki masa
2(1): 45–51.
kerja lama. Hasil bivariat diperoleh ada
Arwinno, L.D. 2018. Keluhan Nyeri Punggung
hubungan antara posisi kerja (p-value=0,007) Bawah pada Penjahit Garmen. HIGEIA
dan masa kerja (p-value=0,04) dengan keluhan (Journal of Public Health Research and
LBP. si kerja (p-value=0,272) dan usia (p- Development), 2(3): 406–415.
value=0,593) dengan keluhan LBP pada Astutik, S. 2015. Hubungan Antara Desain Kursi
pengrajin batik tulis. Kerja dengan Keluhan Nyeri Punggung
Bawah pada Pekerja Bagian Penenunan di

156
Andi, S. / Sikap Kerja, Masa / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

CV. Pirsa Art Pekalongan. Unnes Journal of Musculoskeletal Pada Pengrajin Batik Tulis.
Public Health, 4(1): 61–68. MEDIA MEDIKA MUDA, 4(4): 985–995.
Hadyan, M.F. 2015. Faktor-Faktor yang Sifai, I.A. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Mempengaruhi Kejadian Low Back Pain dengan Keluhan Low Back Pain pada Sopir
pada Pengemudi Transportasi Publik. IKAS (Ikatan Angkutan Sekolah) di
Majority, IV(7): 19–24. Kabupaten Semarang. Jurnal Kesehatan
Harahap, P.S. 2018. Faktor-Faktor yang Masyarakat, 6(5): 555–562.
Berhubungan dengan Keluhan Low Back Susanti. 2014.Analisis Keluhan Nyeri Punggung
Pain (LBP) pada Pekerja Pengrajin Batik Tulis Bawah Pada Penjahit di Kecamatan Kuta
Di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi Tahun Malaka Kabupaten Aceh Besar. Kesehatan
2018. Riset Informasi Kesehatan, 7(2): 147–154. Ilmiah Nasuwakes, 7(1): 104 – 111.
Harwanti, S. 2018. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Syuhada, A.D. 2018. Faktor Risiko Low Back Pain
terhadap Low Back Pain (LBP) pada Pekerja pada Pekerja Pemetik Teh di Perkebunan Teh
di Home Industri Batik Sokaraja Kabupaten Ciater Kabupaten Subang. Promosi Kesehatan
Banyumas. Kesmas Indonesia, 10(2): 109–123. Indonesia, 13(1).
Koesyanto, H. 2013 .Masa Kerja dan Sikap Kerja Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri Dasar-Dasar
Duduk terhadap Nyeri Punggung. Jurnal Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat
Kesehatan Masyarakat, 9(1): 9–14. Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Lailani, T.M. 2013. Hubungan antara Peningkatan Tarwaka. 2014. Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan
Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Nyeri Press.
Punggung Bawah pada Pasien Rawat Jalan di Triwulandari, N. 2019. Hubungan Usia dan Durasi
Poliklinik Saraf RSUD Dokter Soedarso Lama Duduk dengan Keluhan Nyeri
Pontianak. Mahasiswa PSPD FK Universitas Punggung Bawah Pada Pembatik di
Tanjungpura, 3(1): 1–15. Kampung Batik Giriloyo. Ilmiah Fisioterapi
Munim, Y.S. 2017. Design of Pressing Tool for (JIF), 2(2).
Removing Wax in Batik Sandals Using Rula Uginiari, N.V. 2013 .Gambaran Distribusi Keluhan
Method on Catia V5E20 to Increase Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Productivity. Sci.Int.(Lahore). Surakarta: Pada Tukang Suun di Pasar Anyar Buleleng.
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC, E-Journal.
29(3): 675–680. Umami, A.R. 2014. Hubungan antara Karakteristik
Prayojana, T.W. 2016. Hubungan Postur Kerja dan Responden dan Sikap Kerja Duduk dengan
Faktor Individu dengan Keluhan Subyektif Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pain) Pada Pekerja Batik Tulis. e-Jurnal
pada Pekerja Bagian Pemuatan Packing Plant Pustaka Kesehatan, 2(1).
Indarung’, Kesehatan andalas. Verawati, L. 2016. Hubungan Tingkat Kelelahan
Riningrum, H. 2016. Pengaruh Sikap Kerja, Usia, Subjektif dengan Produktivitas pada Tenaga
dan Masa Kerja terhadap Keluhan Subyektif Kerja Bagian Pengemasan di CV. Sumber
Low Back Pain pada Pekerja Bagian Sewing Barokah. The Indonesian Journal of Occupational
Garmen PT. APAC INTI CORPORA Safety and Health. Jakarta: CV Sagung Seto.,
Kabupaten Semarang. Pena Medika, 6(2): 91– 5(1): 51–60.
112. WHO. 2013. Priority Medicine for Eropa and the World "
Saputro, C.B. 2018. Hubungan Karakteristik Individu A Public Health Approach to Innovation, WHO.
dan Sikap Kerja Terhadap Keluhan Zaman, M.K. 2014. Hubungan Beberapa Faktor
Musculoskeletal Pada Pengrajin Batik Tulis. dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
JPH RECODE, 2(1). pada Karyawan Kantor. Kesehatan Komunitas,
Savitri, I.W. 2015). Hubungan Antara Aktivitas 2(4).
Membatik dengan Gangguan Sistem

157

Anda mungkin juga menyukai