PENDAHULUAN
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
hanya dimulai dari sutu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak waktu permulaan
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih,
gerakan lambat, figur tubuh yang tidak proporsional. Sering kali keberadaan lanjut
anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya masalah
kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang
masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan. Persepsi ini
muncul karenamemandang lanjut usia hanya dari kasus lanjut usia yang sangat
ketergantungan dan sakit-sakitan. Persepsi seperti ini tidak tentu semuanya benar
banyak pula yang lanjut usia justru berperang aktif, tidak saja dalam keluarganya,
Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun
11
2
adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian. ( Wahyudi Nugroho,
2012 ). Saat ini, di seluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629
juta jiwa ( satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun ), dan pada tahun 2025,
populasi/penduduk lanjut usia telah diantisipasi sejak awal abad ke-20. Tidak
heran bila masyarakat dinegara maju sudah lebih siap menghadapi pertambahan
populasi lanjut usia dengan aneka tantangannya. Namun, saat ini, negara
berkembang pun mulai menghadapi masalah yang sama. Fenomena ini jelas
Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2010, Jumlah lansia tahun
2009 sejumlah 18.425.000 jiwa dan tahun 2010 sejumlah 19.036.000 jiwa, dilihat
dari jumlah tersebut terjadi peningkatan lansia di Indonesia. Di Bali menurut data
BPS Provinsi Bali jumlah lansia di Bali pada tahun 2011 sebanyak 371.900 jiwa,
pada tahun 2012 sebanyak 680.114 jiwa dan pada tahun 2013 sebanyak 988.329
jiwa (BPS Provinsi Bali, 2013). Saat umur telah memasuki usia lansia, penyakit
akan bermunculan. Penyakit yang sering mucul pada usia lansia yaitu penyakit
rematik. Penyakit rematik adalah penyakit yang tidak hanya menyerang sendi,
tetapi juga menyerang organ atau bagian tubuh lainnya. Secara umum, penyakit
3
rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan struktur atau jaringan
degenerasi atau proses penuaan, arthritis rematoid (penyakit autoimun), dan goat
karena asam urat tinggi. (Iskandar Junaidi, 2012). Rematik adalah penyakit yang
menyerang anggota tubuh yang bergerak, yaitu bagian tubuh yang berhubungan
antara yang satu dengan yang lain dengan perantaraa persendian, sehingga
menimbulkan rasa nyeri. Semua jenis rematik menimbulkan rasa nyeri yang
yaitu factor pola makan dan aktifitas fisik. Penderita rematik juga harus menjaga
pola makan , sebab jika sembarangan memakan makanan pasti penyakit rematik
akan bertambah parah . Makanan bisa menjadi sumber penyakit dan obat bagi
penyakit bagi tubuh. Selain makanan aktivitas fisik juga penting karena akan
membantu lancarnya peredaran darah dalam tubuh. Namun tidak banyak lansia
fisik pada lanjut usia” menunjukkan bahwa saat seseorang memasuki usia lansi
penyebabnya yaitu gaya hidup seperti kurangnya olahraga, pola istirahat yang
tidak teratur dan pola makan yang kurang gizi. Gaya hidup yang tidak baik
rheumatoid atritis.
yang termasuk dalam cakupan wilayah UPT Puskesmas Bangli Utara. Puskesmas
Bangli Utara memiliki jumlah lansia 3480 orang lansia baik jenis kelamin
juga menaungi wilayah Kelurahan Kubu, Pengotan, Cempaga. Dari hasil studi
pendahuluan diperoleh data bahwa ketiga kelurahan yang termasuk dalam wilayah
Puskesmas Bangli Utara, Kelurahan Cempaga dan lebih khusus yaitu Desa
Kelurahan Cempaga, adalah desa yang terletak di 8 kilometer dari pusat kota
Bangli. Desa ini masuk dalam kelurahan cempaga, kecamatan Bangli yang
memiliki jumlah lansia yang terdaftar tahun 2014 adalah sebanyak 334 lansia.
Dari hasil wawancara dengan petugas posyandu lansia di desa sidembunut pada
melakukan aktifitas fisik dan mengatur pola makan yg baik. Lansia di pedesaan
cenderung makan yang tidak bergizi dan enggan melakukan olahraga atau
aktifitas fisik yang menunjang kesehatannya. Dilihat dari posyandu dan senam
lansia yang dilakukan setiap 6 bulan di desa sidembunut, dari 334 lansia yang
terdata, hanya 20-25 orang yang menghadiri acara posyandu dan senam lansia
hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian rematik di desa
Sidembunut, Bangli.
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat dilihat bahwa kejadian
Utara juga menaungi wilayah Kelurahan Kubu, Pengotan, Cempaga. Dari hasil
studi pendahuluan diperoleh data bahwa ketiga kelurahan yang termasuk dalam
wilayah Puskesmas Bangli Utara, Kelurahan Cempaga dan lebih khusus yaitu
Desa Sidembunut dengan jumlah 334 lansia yang terdaftar di desa Sidembunut.
Apakah pola makan dan aktivitas fisik pada lansia berhubungan dengan
tahun 2015?
6
agar menjaga pola hidup sehat, yang salah satunya dengan menjaga pola
keperawatan gerontik.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan dan
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Lansia
usia menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai
55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan
undang No. 13 tahun dinyatakan bahwa usia 60 tahun keatas disebut sebagai
Lanjut usia ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu usia kronologis yang
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
merupakan suatu proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Memasuki usia tua berarti mengalami
7
9
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak
proporsional (Nugroho, 2008). Jadi usia lanjut dapat kita artikan sebagai
usia meliputi usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun,
usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-70 tahun, usia lanjut tua (old)
adalah kelompok usia antara 71-90 tahun, usia sangat tua (very old) adalah
kategori umur lansia, usia 45-59 tahun termasuk dalam pra lansia, lansia antara
berkaitan dengan usia yang dilihat dalam kesehatan lansia. Banyak masalah-
masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia lebih erat dihubungkan dengan
gaya hidup mereka. Mitos umum dikaitkan dengan fungsi normal saluran
10
2007).
1) Rongga Mulut
Bagian rongga mulut yang lazim terpengaruh adalah gigi, gusi, dan lidah.
Kehilangan gigi penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk. Indera pengecap menurun disebabkan adanya iritasi kronis dari
selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas dari syaraf
2) Esofagus
Refleks muntah pada lansia akan melemah, kombinasi dari faktor-faktor ini
3) Lambung
Terjadi atrofi mukosa. Atrofi dari sel kelenjar, sel parietal dan sel chief
akan menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang.
Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung
adalah akibat dari atrofi mukosa lambung dan penurunan motalitas lambung.
Atrofi mukosa lambung merupakan akibat dari penurunan sekresi asam hidrogen-
11
vitamin B 12. Motilitas gaster biasanya menurun, dan melambatnya gerakan dari
sebagian makanan yang dicerna keluar dari lambung dan terus melalui usus halus
4) Usus Halus
berkurang, sehingga jumlah vili berkurang dan sel epithelial berkurang. Di daerah
duodenum enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu juga menurun,
sehingga metabolisme karbohidrat, protein, vitamin B12 dan lemak menjadi tidak
sekresi mukus, elastisitas dinding rektum, peristaltic kolon yang melemah gagal
kolon menjadi berkurang. Keadaan ini akan menyebabkan absorpsi air dan
elektrolik meningkat (pada kolon sudah tidak terjadi absorpsi makanan), feses
menjadi lebih keras, sehingga keluhan sulit buang air besar merupakan keluhan
yang sering didapat pada lansia. Proses defekasi yang seharusnya dibantu oleh
kontraksi dinding abdomen juga seringkali tidak efektif karena dinding abdomen
6) Pankreas
kapasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga akan menurun. Pada
12
lansia sering terjadi pankreatitis yang dihubungkan dengan batu empedu. Batu
pankreas oleh enzim elastase dan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin dan/
7) Hati
protein dan lemak. Disamping juga memegang peranan besar dalam proses
terjadi perubahan akibat atrofi sebagiab besar sel, berubah bentuk menjadi
jaringan fibrous. Hal ini akan menyebabkan penurunan fungsi hati (Darmojo &
Martono, 2006). Proses penuaan telah mengubah proporsi lemak empedu tanpa
dalam sistem empedu yang juga terjadi pada pasien-pasien yang obesitas (Stanley,
2007).
mineral. Jaringan otot rangka melekat pada rangka dan bertanggung jawab untuk
fungsional. Klasifikasi struktural didasarkan pada ikatan materi tulang dan apakah
13
Penurunan progresif pada massa tulang total terjadi sesuai proses penuaan.
perubahan hormonal dan resorpsi tulang. Efek penurunan tulang adalah makin
lemahnya tulang : vertebra lebih lunak dan dapat terteka dan tulang berbatang
panjang kurang tahanan terhadap penekukan dan menjadi lebih cenderung fraktur.
Serat otot rangka berdegenerasi. Fibrosis terjadi saat kolagen menggantikan otot,
mempengaruhi pencapaian suplai oksigen dan nutrisi. Massa, tonus, dan kekuatan
otot semuanya menurun : otot lebih menonjol dari ekstremitas yang menjadi kecil
dan lemah, dan tangan kurus dan tampak bertulang. Penyusupan dan sklerosis
pada tendon dan otot mengakibatkan perlambatan respon selama tes refleks
tendon.
Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, kartilago, dan
mobilitas pada jaringan tubuh. Sel kolagen mencapai puncak mekaniknya karena
penuaan, kekakuan dari kolagen mulai menurun. Kolagen dan elastin yang
dan kuantitasnya.
14
jongkok dan berjalan dan hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Upaya
menjaga mobilitas.
2) Kartilago
berkurang atau hilang secara bertahap sehingga jaringan fibril pada kolagen
Kartilago mengalami klasifikasi di beberapa tempat seperti pada tulang rusuk dan
tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif tidak hanya sebagai peredam kejut,
Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan.
3) Sistem Skeletal
penurunan. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem skeletal
15
Implikasi dari hal ini adalah postur tubuh menjadi lebih bungkuk dengan
Implikasi dari hal ini adalah peningkatan terjadinya risiko fraktur (Stanley, 2007).
4) Sistem Muskular
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem muskular akibat
Implikasi dari hal ini adalah perlambatan waktu untuk bereaksi, pergerakan yang
kurang aktif. Perubahan kolumna vertebralis, akilosis atau kekakuan ligamen dan
sendi, penyusutan dan sklerosis tendon dan otot, dan perubahan degeneratif
ekstrapiramidal. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan fleksi (Stanley, 2007).
5) Sendi
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses
menua: Pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen. Implikasi dari hal ini
ligamen dan sendi. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko cedera
(Stanley, 2007).
paling terlihat tejadi pada otak itu sendiri. Walaupun bagian lain dari sistem saraf
pusat juga terpengaruh. Perubahan ukuran otak yang dipengaruhi oleh atrofi girus
dan dilatasi sulkus dan ventrikel otak. Korteks serebal adalah daerah otak yang
paling besar dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Penurunan aliran darah serebral
penurunan persepsi sensorik dan respon motorik pada susunan saraf pusat. Hal ini
terjadi karena SSP pada lanjut usia mengalami perubahan. Berat otak pada lansia
otak sehingga otak menjadi lebih ringan. Akson, dendrit dan badan sel saraf
Dendrit yang berfungsi untuk komunikasi antar sel mengalami perubahan menjadi
lebih tipis dan kehilangan kontak antar sel. Daya hantar saraf mengalami
penurunan 10% sehingga gerakan menjadi lamban. Akson dalam medula spinalis
keseimbangan, kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan waktu reaksi. Hal itu
cell loss, fibrosis, infiltrasi limfosit, dan sebagainya. Perubahan karena usia pada
Martono, 2006). Perubahan pada sistem endokrin akibat penuaan antara lain
produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya
tidak berubah, terjadinya pituitari yaitu pertumbuhan hormon ada tetapi lebih
rendah dan hanya di dalam pembuluh darah; berkurang produksi ACTH, TSH,
FSH, dan LH. Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic
Rate) dan menurunnya daya pertukaran zat. Menurunnya produksi aldosteron dan
gerak, seperti pada sendi, otot, tulang dan jaringan sekitar sendi.
(radang sendi) ada 3 jenis arthritis yang paling sering diderita adalah
pembengkakan benjolan pada sendi atau radang pada sendi secara serentak.
dapat digolongkan dalam golongan ini adalah osteoartritis, gout, dan fibromialgia.
Golongan yang kedua pula dikenali sebagai penyakit autoimun karenaia terjadi
apabila sistem imun yang biasanya memproteksi tubuh dari infeksi danpenyakit,
Penyebab dari reumatik hingga saat ini masih belum terungkap, namun
a. Umur.
jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki
dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita
dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
osteoartritis.
c. Genetic
19
ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-
anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan
d. Suku
paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.
Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
e. Pola makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
f. Aktifitas Fisik
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kualitas hidup agar
tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Olahraga secara teratur dapat membantu
para penderita Atritis Rheumatoid. Dengan berolahraga, nyeri akan berkurang dan
20
otot tidak akan kaku lagi. Bila tidak aktif melakukan olahraga, otot dan sendi akan
1. Lakukan aerobik ringan seperti naik tangga, berjalan dan menari. Aerobik
menit menjadi10 hingga 30 menit (1/2 jam). Ketika sudah terbiasa dengan
jenis jadi lebih baik mencari orang yang sudah menguasai isometrik
Menurut Junaidi (2006), gejala utama dari rematik adalah adanya nyeri
pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara
berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain:
a. Nyeri sendi
lain.
d. Krepitasi
sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan
dalam dua kelompok besar yaitu rematik artikular dan rematik Non artikular .
Rematik artikular atau arthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang
artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan oleh proses diluar persendian
a. Osteoartritis.
b. Artritis rematoid.
c. Olimialgia Reumatik.
a. Osteoartritis.
dalam struktur kartilago, secara radilogi, terdapat osteofit dan terjadi penyempitan
ruang sendi, dan secara klinis pula terjadi ketidakmampuan dan nyeri. (Kumar, P.,
& Clark, M., 2005). OA dapat terjadi pada semua sendi dalam tubuh, tetapi paling
sering terjadi di pinggul, lutut, dan sendi-sendi pada tangan, dan kaki.
1). Epidemiologi
karena kondisi yang tidak reversible. Pada usia kurang dari 45 tahun, laki-laki
lebih rentan kena penyakit ini jika dibandingkan dengan wanita, tetapi wanita
lebih rentan kena OA pada usia lebih dari 55 tahun. Pada dekad seterusnya,
usia lanjut, obesitas, dan kurangnya kebiasaan berolahraga. (Dubey, S., Adebajo,
A., 2008).
24
2). Etiologi
adalah karena kerusakan sendi yang ada sebelumnya (artritis rematik, gout,
Manifestasi klinis yang sering dapat dilihat adalah, nyeri sendi, kekakuan
sendi selepas tidak bergerak (terutamanya pada waktu pagi), sendi yang tidak
stabil, kehilangan fungsi, kelembutan pada sendi (joint tenderness), krepitus pada
4). Diagnosis
tahap awal, radiografinya bisa normal tetapi penyempitan ruang sendi tampak
yang dapat diketemui adalah sklerosis tulang subkondral, kista subkondral, dan
osteofitosis.
b. Artritis Rematoid.
sistemik yang paling umum ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris
menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari
a. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki
Dan stimulasi esterogen dan progesteron pada respon imun humoral (TH2)
dan menghambat respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih
c. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk
semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul
antibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel Host.
26
Sehingga bisa menyebabkan terjadinya reaksi silang Limfosit dengan sel Host
perempuan, ada riwayat keluarga yang menderita RA, umur lebih tua, paparan
salisilat dan merokok. Resiko juga mungkin terjadi akibat konsumsi kopi lebih
dari tiga cangkir sehari, khusunya kopi decaffeinated (suarjana, 2009). Obesitas
RA dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendo, tetapi paling
sering di tangan. RA juga dapat menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan
lutut. Sinovial sendi, sarung tendo, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti
oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi (Syamsuhidajat, 2010).
Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium pada RA yaitu (Nasution,
2011):
a. Stadium sinovitis.
pada membran sinovial yang membungkus sendi. Sendi yang terlibat umumnya
simetris, meski pada awal bisa jadi tidak simetris. Sinovitis ini menyebabkan erosi
2011). Sendi pergelangan tangan hampir selalu terlibat, termasuk sendi interfalang
b. Stadium destruksi
27
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi yang terjadi secara menetap (Nasution, 2011).
bursa, dan sarung tendo yang dapat menyebabkan nyeri, bengkak, dan kekakuan
berupa nyeri, bengkak, kemerahan dan teraba hangat mungkin ditemukan pada
awal atau selama kekambuhan, namun kemerahan dan perabaan hangat mungkin
tidak dijumpai pada RA kronik (Surjana, 2009). Sendi-sendi besar, seperti bahu
dan lutut, sering menjadi manifestasi klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini
(Longo, 2012).
khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada
wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita
b. Etiologi
Hiperurisemia.
c. Manifestasi Klinis
1) Artritisakut
Artritis Akut ini bersifat sangat berat. Pasien tidak dapat berjalan
(kalau yang terkena adalah kaki) tidak dapat memakai sepatu dan tidak
pertama.
2). LokasiSendi
proses inflamasi yaitu : merah, bengkak, teraba panas dan sakit. Lokasi
menahun.
4). Hiperurisemia
artinya tidak selalu artritis gout akut disertai dengan peninggalan kadar
asam urat darah. Banyak orang dengan peninggian asam urat, namun
5). Thopy
yang karakteristik sebagai benjolan dibawah kulit yang bening dan tofi
paling sering timbul pada seseorang yang menderita artritis gout lebih
dari 10 tahun.
terhadap kejadian rematik pada lansia sudah pernah dilakukan namun dengan
cross sectional untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan status kesehatan
adalah 1339 lansia,dan sampel yang diteliti yaitu 107 lansia yang dipilih dengan
30
regression tests. Kesimpulan yang didapat bahwa gaya hidup seperti pola
inklusi dan eksklusi. Sampel dibagi 2 menjadi kelompok control dan perlakuan.
Data di analisa dengan menggunakan wilcoxon test & mann-whitney test dengan
salah satunya berupa senam lansia dapat mengurangi rasa nyeri pada lansia yang
meneliti “ Hubungan pola makan dan aktivitas fisik dalam menurunkan kejadian
Tahun 2015” dengan menggunakan desain penelitian dan sampel yang berbeda.
31
BAB III
KERANGKA KONSEP
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
rematik :
a. Usia
b. Genetik
LANSIA c. Suku
d. Pengaruh
Lingkungan
e. Pola Makan
f. Aktfitas fisik Kejadian
Rematik
menurun
Gambar 3.1 Hubungan Pola Makan dan Aktifitas fisik dengan Kejadian Rematik
Pada Lansia
( Sastroasmoro,2011)
a.Ha : Ada hubungan antara pola makan dan aktifitas fisik dengan
kejadian rematik
32
kejadian rematik
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola
makan dan aktivitas fisik lansia, sedangkan variable terikat dalam penelitian ini
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
3. Aktifitas pergerakan
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor faktor risiko dengan efek
dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu
4.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
terjangkau dalam penelitian ini ialah seluruh lansia yang bertempat tinggal di
30
36
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
a. Kriteria Inklusi :
1). Lansia umur > 45 tahun. Dalam kategori umur, usia 45-59 tahun termasuk
dalam pra lansia, lansia antara 60-69 tahun, lansia beresiko > 70 tahun
b. Kriteria Eksklusi :
n = (Z1-α/2)2.PqN
d2(N-1)+(z1-α/2)Pq
Keterangan:
n : Besar sample
N : Besar populasi
37
q : 1-p 0,76
memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini
penentuan sampel diambil berdasarkan salah satu teknik dari teknik non-
Sampel diambil berdasarkan kriterian inklusi dan eksklusi kepada lansia yang
Cempaga,Kabupaten Bangli.
sebanyak 81 responden.
38
kuesioner, yang terdiri dari pertanyaan tertutup. Seluruh pertanyaan yang terdapat
pada kuisioner diisi oleh responden yaitu lansia di Desa Sidembunut, Kelurahan
Cempaga, Kabupaten Bangli. Sebelumnya kuesioner akan diuji coba untuk kepada
a. Editing
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para
b. Coding
kategori.
1. Variabel Rematik
observasi ialah sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan
Scoring
1.Variabel Rematik
a. Osteoatritis
b. Rheumatoid atritis
c. Rematik gout
dengan:
d. Entry
data. Data yang telah dikumpulkan lalu dilakukan analisis dengan menggunakan
metode statistik dengan tabel distribusi frekuensi dan narasi. Analisis deskriptif
untuk umum atau generalisasi dan tanpa menganalisa hubungan antar variabel.
41
a. Analisis Univariat
2010). Pada analisis univariat diperoleh hasil frekuensi ataupun persentase dari
variabel kejadian rematik dan variabel factor makanan dan aktivitas fisik.
b. Analisis Bivariat
formula:
=
Keterangan :
dk=(k-1)(b-1)
keterangan :
k : banyuakan kolom
b : banyaknya baris
yaitu α (0,05):
b. Apabila p ≥ 0,05 = Ho diterima atau gagal menolak Ha, berarti tidak ada
3. Tidak boleh sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang dari 1
4. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang dari %,lebih
a. Bila tabelnya lebih dari 2x2 , gunakan uji Kai Kuadrat tanpa koreksi
(Uncrrected)
c. Bila tabelnya 2x2, ada sel yang E-nya <5, gunakan Fisher Exact
43
NIM : 1202105083
penelitian tentang “Hubungan Pola Makan dan Aktifitas Fisik dengan Kejadian
makan dan aktifitas fisik dengan kejadian rematik pada lansia di desa Sidembunut.
Oleh karena itu, saya mohon kesediaan Ibu/Bapak untuk menjadi responden serta
penelitian.
Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Pekerjaan :
Alamat :
Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan anatara pola makan dan aktifitas fisik dengan kejadian
sukarela dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian. Oleh karena itu,
Bangli,
Responden,
( )
45
KUESIONER
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
a. Pola makan yang baik untuk lansia adalah makan sedikit tapi sering.
c. Makanan berupa gorengan dan minum kopi sering digunakan sebagai pengganti
sarapan pago.
1) Ya 2). Tidak
d. Jenis makanan yang disiapkan sehari-hari terdiri dari makanan pokok( nasi),
e. Makanan yang anda makan setiap hari dimasak dengan cara digoreng.
46
g. Makan makanan seperti sayur, nasi, ikan dan buah yang cukup menyebabkan
h. Makanan yang baik untuk lansia adalah makanan yang lunak agar mudah
dikunyah.
i. makan makanan yang sehat dapat memenuhi kebutuhan tubuh dengan mengatur
beraneka ragam dengan bahan makanan dalam jumlah dan kondisi yang benar dan
tepat.
terdekat ?