Anda di halaman 1dari 39

EFEKTIVITAS LAMA KOMPRES HANGAT DENGAN JAHE TERHADAP

NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN) DI DESA BRAMBANG


KABUPATEN DEMAK

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Karya Husada Semarang

Disusun oleh :
Ernita Dwi Azizah
NIM :1403082

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2017/ 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian di Indonesia bersamaan dengan
keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil
yang signifikan dalam berbagai bidang yaitu adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kualitas hidup, perbaikan lingkungan, bidang
medis dan kesehatan penduduk serta perekonomian di Indonesia.1 Indonesia
adalah negara yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi dan terbesar di Asia
Tenggara yang berperan dalam peningkatan industri.
Berdasarkan riset Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa
perkembangan ekonomi di Indonesia di sisi lain memberikan masalah
ketenagakerjaan yang besar seperti rendahnya kualitas tenaga kerja, persebaran
tenaga kerja, bahkan pengangguran. Pada tahun 2017 terdapat peningkatan
angka pengangguran di Indonesia dari 10. 000 orang menjadi 7. 04 juta orang.2
Angka pengangguran sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi mencapai angka 1 %, maka tenaga kerja yang akan
terserap bisa mencapai 400 ribu orang, jika pertumbuhan ekonomi di Indonesia
dapat mencapai 3 sampai 4 %, tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga
kerja di Indonesia, sementara para pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta per
tahun.3
Di era globalisasi tahun 2020 mendatang, kesehatan kerja merupakan
salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan
barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara
anggotanya, termasuk bangsa Indonesia. Pelaksanaan kesehatan kerja
merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat atau lingkungan
kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan.4
Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan yang telah mengamanatkan antara lain bahwa setiap tempat kerja
harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.5
Jenis alat dan sarana kerja yang kurang nyaman sering menimbulkan
masalah kesehatan bagi pengunanya jika digunakan dalam jangka waktu yang
lama yang memberikan efek negative pada kesehatan yang memicu timbulnya
penyakit akibat hubungan kerja, selain hal tersebut sikap punggung yang
membungkuk dalam bekerja, membungkuk sambil menyamping, posisi duduk
yang kurang baik dan didukung dengan kursi yang buruk beresiko
menyebabkan kekakuan dan kesakitan pada punggung, serta jika sikap kerja
dengan posisi duduk dengan frekuensi yang lama pada kursi yang kurang
ergonomi menimbulkan masalah kesehatan, kontraksi otot akan menjadi statis
dan lebih kuat di banding dengan kontraksi dinamis.
Terdapat dua faktor yang ada pada manusia keterkaitannya dengan aspek
ergonomi yang berpengaruh keluhan musculoskeletal yaitu faktor dari dalam
dan faktor dari luar. Faktor dari dalam antara lain seperti usia, jenis kelamin,
kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh dan lainnya, sedangkan faktor dari luar
seperti penyakit, status gizi, lingkungan kerja, adat- istiadat dan lainnya.6
Penerapan ergonomi untuk peningkatan keselamatan kerja, kesehatan,
produktivitas tenaga kerja serta perbaikan mutu produk perlu dilakukan dengan
baik melalui penyesuaian mesin, alat dan perlengkapan kerja di tempat kerja
yang mendukung segala aspek kemudahan, kenyamanan dan efisiensi kerja.
Salah satu masalah fisik yang sering di alami oleh pekerja adalah nyeri
punggung bawah atau low back pain.6
Low back pain merupakan perasaan tidak nyaman yang sering dirasakan
pada punggung bagian bawah dan sekitarnya, bagian yang sering dirasakan
pada penderita LBP yaitu diarea bawah costa dan diatas lipatan gluteus
inferior.7 Nyeri punggung bawah (NPB) atau Low Back Pain merupakan nyeri
yang dirasakan didaerah punggung bawah, baik nyeri lokal maupun nyeri
radikular atau keduanya, lebih dari 70% manusia dalam kehidupannya pernah
mengalami LBP, dengan kejadian berusia 35-55 tahun.8
World Heealth Organization (WHO) pada tahun 2014 menyatakan bahwa
2-5% dari karyawan di Negara industri setiap tahun mengalami nyeri punggung
bawah (low back pain), dan 15% dari tingkat absensi di Industri baja serta
industri perdagangan disebabkan karena nyeri punggung bawah.
Data statistik Amerika Serikat memperlihatkan angka kejadian terbesar 15
-20% per tahun, sebanyak 90% kasus nyeri punggung bawah bukan disebabkan
oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja.9
Angka kejadian nyeri punggung bawah (low back pain) di Indonesia
diperkirakan angka prevalensi 7,6 % sampai 37% masalah nyeri punggung
bawah (low back pain) pada pekerja pada umumnya dimulai pada usia dewasa
muda dengan puncak prevalensi pada kelompok usia 25- 60 tahun.10
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi penyakit
berdasarkan pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9% dan
berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu 24,7% Prevalensi penyakit
musculoskeletal tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah pada petani, nelayan
atau buruh yaitu 31,2%.. Prevalensi meningkat terus menerus dan mencapai
puncaknya antara usia 35 - 55 tahun. Semakin bertambahnya usia seseorang,
risiko untuk menderita LBP akan semakin meningkat karena terjadinya
kelainan pada diskus intervertebralis pada usia tua.11
Data epidemiologi mengenai Low Back Pain di Indonesia diperkirakan
40% penduduk Jawa Tengah berusia diantara 25 - 65 tahun pernah menderita
nyeri punggung bawah dengan prevalensi pada laki- laki sebesar 18,2% dan
pada wanita sebesar 13,6% insiden berdasarkan kunjungan pasien yang pernah
mengalami low back pain berkisar antara 3 - 17%12
Kesalahan postur seperti kepala menunduk ke depan, bahu melengkung ke
depan, perut menonjol ke depan dan lordosis lumbal berlebihan dapat
menyebabkan spasme otot (ketegangan otot), hal ini merupakan penyebab dari
low back pain. Aktivitas yang dilakukan dengan tidak benar, seperti salah
posisi saat mengangkat beban yang berat juga menjadi penyebab low back
pain.13
Banyak cara untuk menurunkan nyeri, baik secara farmakologis maupun
non farmakologis. Pengobatan secara non farmakologis lebih aman digunakan
karena tidak menimbulkan efek samping, karena penggunaan terapi non
farmakologis menggunakan proses fisiologis seperti teknik distraksi, relaksasi,
stimulasi kulit, masase punggung, kompres dingin dan kompres hangat.14
Kompres hangat bekerja dengan cara meningkatkan aliran darah,
melebarkan pembuluh darah, meningkatkan oksigen, dan pengiriman nutrisi ke
jaringan lokal, dan mengurangi kekuatan sendi dengan cara meningkatkan
elastisitas otot.15 Kompres hangat dilakukan dengan lama pemakaian sekitar
15- 20 menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah kompres hangat bisa
menyebabkan luka bahkan maserasi jika waktu yang digunakan berlebihan
karena efek panasnya.16 Penerapan kompres hangat dapat dikolaborasi dengan
tanaman herbal salah satunya yaitu tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc)
yang memiliki kandungan beberapa senyawa, termasuk gingerol, shogaol dan
zingeron memberikan efek seperti antioksidan, anti inflammasi dan analgesik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Margono pada tahun 2016
yang berjudul “Pengaruh Terapi Zinger Officinale Terhadap Intensitas Nyeri
Low Back Pain Di Posyandu Margomulyo Desa Ngrancah Kecamatan Grabag”
di dapatkan hasil terdapat pengaruh yang signifikan pemberian terapi Zinger
Officanale terhadap penurunan intensitas nyeri low back pain di Posyandu
Margomulyo Desa Ngrancah Kevamatan Grabag.17
Berdasarkan survei pendahuluan yang di lakukan di Konveksi Brambang
Kecamatan Karangawen Demak, pada tanggal 4 November 2017 dengan
wawancara dari 10 orang mengeluh nyeri punggung, nyeri dibagian kaki dan
nyeri di bagian leher serta belum pernah memeriksakan kondisi kesehatannya
ke puskesmas atau tenaga kesehatan lainnya. Peneliti mengamati bahwa posisi
duduk pekerja tidak ergonomis, cenderung membungkuk dan lingkungan
tempat kerja yang tidak disediakan tempat duduk ergonomis sehingga banyak
yang mengalami keluhan low back pain. Peneliti juga menanyakan tentang
terapi kompres hangat dengan jahe kepada 10 orang tersebut, dan hasilnya dari
10 orang tersebut tidak mengetahui terapi kompres hangat dengan jahe.
Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Efektivitas Lama Kompres Hangat Dengan Jahe Terhadap
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) di Desa Brambang Kabupaten
Demak”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu masalah
yaitu “Bagaimana Efektifitas Lama Kompres Hangat Dengan Jahe Terhadap
Nyeri Punggung Bawah atau Low Back Pain Di Desa Brambang Kabupaten
Demak?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas lama kompres hangat dengan jahe terhadap
nyeri punggung bawah atau low back pain pada karyawan konveksi di
Desa Brambang Kecamatan Karangawen Demak.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tingkat nyeri punggung bawah sebelum dan sesudah
dilakukan kompres hangat dengan jahe selama 10 menit pada
karyawan konveksi di Desa Brambang Kecamatan Karangawen
Demak.
b. Mendeskripsikan tingkat nyeri punggung bawah sebelum dan sesudah
dilakukan kompres hangat dengan jahe selama 15 menit pada
karyawan konveksi di Desa Brambang Kecamatan Karangawen
Demak.
c. Menganalisis perbedaan tingkat nyeri punggung bawah sebelum dan
sesudah dilakukan kompres hangat dengan jahe selama 10 menit pada
karyawan konveksi di Desa Brambang Kecamatan Karangawen
Kabupaten Demak.
d. Menganalisis perbedaan tingkay nyeri punggung bawah sebelum dan
sesudah dilakukan kompres hangat dengan jahe selama 15 menit pada
karyawan konveksi di Desa Brambang Kecamatan Karangawen
Kabupaten Demak.
e. Menganalisa efektifitas kompres hangat jahe dengan frekuensi lama
yaitu 10 menit dibandingkan 15 menit terhadap nyeri punggung bawah
pada karyawan konveksi di Desa Brambang Kecamatan Karangawen
Kabupaten Demak.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau
referensi di bidang keperawatan khususnya tentang terapi non
farmakologis yaitu kompres hangat dengan jahe untuk nyeri punggung
bawah atau low back pain sebagai penambah kepustakaan di STIKes
Karya Husada Semarang.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai kebijakan bagi
tenaga kesehatan khususnya dalam pemberian intervensi non farmakologis
yaitu terapi kompres hangat dengan jahe.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini sebagai proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan
dan pengalaman dalam bidang keperawatan khususnya pada bidang terapi
non farmakologis yaitu kompres hangat dengan jahe.
E. Originalitas Penelitian

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian

No Nama, Judul Hasil Perbedaan


Tahun Penelitian Penelitian
1 Siti Dina Kompres air Ada pengaruh Metode pada penelitian
Ita P Rendaman kompres air terdahulu adalah quasi
2015 Jahe Dapat rendaman jahe eksperimen dengan
Menurunkan terhadap rancangan penelitian one
Nyeri Pada penurunan grup pre test- post test,
Lansia skala nyeri pada penelitian sekarang
Dengan rata-rata nyeri menggunakan two group
Asam Urat turun 5,35 pre test –post test with
Di Desa pada lansia control design. Variabel
Cengkalsewu dengan asam dependen pada penelitian
Kecamatan urat di Desa terdahulu adalah kompres
Sukolilo Cangkalsewu. air dengan jahe sedangkan
Kabupaten pada penelitian sekarang
Pati adalah lama kompres
hangat dengan jahe,
Variabel independent pada
penelitian terdahulu adalah
asam urat, pada penelitian
sekarang adalah low back
pain, Sampel pada
penelitian terdahulu adalah
62 orang, pada penelitian
sekarang sebanyak 33
orang
2 Rosita Kompres Terdapat Metode pada penelitian
Dinny P. S. Hangat Atasi pengaruh terdahulu adalah quasi
dkk Nyeri Pada pemberian experiment dengan
2016 Petani kompres rancangan one group pre
Penderita hangat test – post test pada
NyeriPunggu terhadap penelitian sekarang adalah
ng Bawah di penurunan two group pre test – post
Kelurahan nyeri pada test, variabel dependen
Candi petani pada penelitian terdahulu
Kecamatan penderita nyeri adalah kompres hangat dan
Ampel punggung penelitian sekarang adalah
Kabupaten bawah di lama kompres hangat
Boyolali kelurahan dengan jahe, sampel pada
Candi penelitian tedahulu adalah
Kecamatan 30 orang dan penelitian
Ampel sekaramg 33 orang dengan
Kabupaten keluhan low back pain.
Boyolali
3 Margono Pengaruh Pemberian Metode penelitian
2016 terapi Zinger terapi jahe terdahulu adalah quasi
Officinale dapat menjadi experimental with pre test –
Terhadap salah satu post test design pada
Intensitas terapi penelitian sekarang two
Nyeri Low komplementer group pre test–post,
Back Pain di dalam variable dependen pada
Posyandu pemberian penelitian terdahulu adalah
Margomulyo asuhan kompres hangat dengan
Desa keperawatan jahe dan penelitian
Ngrancah pada pasien sekarang menggunakan
Kecamatan low back pain lama kompres hangat
Garabag bahwa jahe dengan jahe, variable
Magelang dapat independen pada penelitian
menurunakan terdahulu adalah low back
intensitas pain dan penelitian
nyeri. sekarang adalah low back
pain, sampel pada
penelitian terdahulu adalah
30 orang dan penelitian
sekarang 33 orang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyeri Punggung Bawah atau Low Back Pain


1. Pengertian
Nyeri punggung bawah (Low back pain) adalah nyeri yang
dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun
radikular atau keduanya. Nyeri terasa diantara sudut iga terbawah dan
lipat bokong bawah yaitu daerah lumbal atau lumbo sacral dan sering
disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. Nyeri yang
berasal dari daerah punggung bawah dirujuk ke daerah lain atau
sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah
pungngung bawah (refered pain).18
Nyeri Punggung Bawah (Low back Pain) adalah suatu sensasi
nyeri yang dirasakan pada diskus intervebralis umumnya pada lumbal
bawah L4 – L5 dan L5 – L6.19
Low Back Pain dapat disebabkan oleh bermacam- macam kelainan,
namun sebagian besar keluhan LBP tidak dapat ditemukan penyebabnya
dengan jelas. Penyebab tersering Low Back Pain adalah pembebanan atau
distorsi mekanik atau fisik seperti mengangkat barang, terutama pada
orang dengan dinding perut atau pinggang dan punggung yang kurang
kuat. Nyeri terjadi pada gerakan ke depan, ke lumbo sacral dengan atau
tanpa nyeri alih ke regio gluteal.20
2. Etiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai
masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut,
ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis
tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus intervertebralis,
ketidaksamaan panjang tungkai). Penyebab lainnya meliputi obesitas,
gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor, aneurisma abdominal dan
masalah psikosomatik. Nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal
akan diperberat oleh aktifitas, misalnya aktifitas pekerjaan.22 Tujuan ilmu
ergonomi adalah membuat suatu aktivitas pekerjaan menjadi aman bagi
pekerja dan mencapai efisiensi kerja.21
Fokus ergonomi melibatkan tiga komponen meliputi manusia,
lingkungan, dan mesin yang saling berinteraksi sehingga mengasilkan
suatu sistem kerja atau work system. Keberhasilan penerapan ergonomi
dilihat dari adanya perbaikan produktivitas, efisiensi, keselamatan. Faktor
utama yang menjadi penyebab terjadinya cidera saat bekerja seperti low
back pain adalah manual handling. Manual handling adalah suatu
aktifitas dimana manusia mengerahkan tenaga yang besar untuk kegiatan
khususnya bekerja, seperti mengangkat, mengangkut, menurunkan,
mendorong, menarik, mengendalikan beberapa objek yang bergerak dan
mengoperasikan perkakas bermesin, di jumpai pada pekerja, buruh, dan
karyawan yang sering mengangkat beban, duduk bungkuk seharian, dan
kegemukan mengeluh low back pain.21
3. Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Struktur spesifik dalam sistem saraf terlibat dalam mengubah
stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi nyeri disebut sebagai sistem nosiseptif. Sensitifitas dari
komponen sistem nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan
berbeda diantara individu, tidak semua reaksi terhadap stimulus yang
sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi
seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain. Reseptor nyeri
(nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
pada stimulus yang kuat yang secara potensial merusak dimana stimulus
tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal.22
Reseptor nyeri merupakan jarak multi arah yang kompleks. Serabut
saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan
mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal. Sel-sel mast, folikel
rambut dan kelenjar keringat. Stimulus serabut ini mengakibatkan
pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi.
Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh
dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan
dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat
meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin,
asetilkolin dan substansi P (Prostaglandin). 22
Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek
yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang
berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan
enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system
saraf pusat. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat
memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron
pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat
input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal.
Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan
sensasi nyeri.22
Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang
tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang
diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot
paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan
fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikanperlindungan
yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang.22
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal
pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada
aktifitas mengangkat beban, jika tidak pernah digunakan akan
melemahkan struktur pendukung ini, obesitas, masalah postur, masalah
struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat
berakibat nyeri punggung.22
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra
merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5
dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi
terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang
mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.22
4. Manifestasi Klinis Low Back Pain
Strain lumbo sacral merupakan nyeri punggung bawah atau low
back pain tanpa penjalaran nyeri atau menjalar ke pantat serta paha
belakang. Diperkirakan 90 % nyeri punggung bawah didasari oleh faktor
mekanik dan sekitar 60 – 70% penyebabnya adalah strain. Pada strain
lumbo sacral akibat cidera ringan, nyeri timbul akibat peregangan atau
trauma pada ligament, otot tendon tanpa adanya rupture atau avulsi
sedangkan pada strain kronik terasa pegal yang akan bertambah dengan
aktivitas dan berkurang atau menetap dengan berbaring. Gerakan
hiperekstensi dan hiperfleksi akan menimbulkan nyeri tekan otot
paraspinal. Pada pemeriksaan motorik, refleks, sensorik, dan otonom
tidak dijumpai kelainan dan foto lumbosacral mungkin hanya
menunjukkan kurva normal bertambah.18 Strain kronik sering dijumpai
akibat sikap tubuh yang salah dan otot kurang adekuat.
Pada strain akut dijumpai riwayat trauma seperti mengangkat benda
berat atau dalam posisi yang salah, mencabut langsung atau terjatuh.
Nyeri setempat mula- mula tidak begitu hebat dan pinggang kaku, spasme
otot bertambah hebat nyeri akan bertambah dengan aktivitas bahkan bisa
menimbulkan scoliosis.18
a. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah atau Low Back Pain
Low Back Pain dapat diklasifikasikan menjadi 5 macam yaitu:20
1) Nyeri local
Disebabkan oleh kompresi atau iritasi serabut saraf sensorik.
Bagian yang nyeri dekat dengan daerah vertebra yang teriritasi.
Nyeri lokal yang tidak berubah akibat perubahan posisi dicurigai
tumor vertebra atau infeksi vertebra. Nyeri yang disebabkan oleh
iritasi ujung-ujung saraf penghantar impuls nyeri, setempat harus
dianggap sebagai perangsang jaringan-jaringan yang peka nyeri
yaitu jaringan yang mengandung ujung-ujung serabut penghantar
impuls nyeri. Nyeri lokal ini biasanya akan terus hilang timbul,
nyeri akan bertambah pada suatu sikap atau gerakan tertentu.
2) Nyeri alih ke tulang punggung dan abdomen atau pelvis. Nyeri ini
tidak dipengaruhi oleh posisi tulang belakang.
3) Nyeri yang berasal dari tulang belakang dialihkan ke tungkai dan
bokong. Penyakit mengenai vertebra lumbal atas menjalar ke
daerah lumbal, selangkangan dan paha depan. Penyakit yang
mengenai vertebra lumbal bawah penjalaran nyerinya ke bokong,
paha belakang dan kaki.
4) Nyeri Radikular
Nyeri yang umumnya tajam dan menjalar dari tulang belakang ke
kaki sesuai dengan penjalaran saraf. Batuk, bersin dan kontraksi
otot abdomen mencetuskan nyeri radikular. Nyeri radikular
menjalar secara tegas, terbatas pada dermatormnya dan sifat
nyerinya lebih keras dan terasa pada permukaan tubuh. Nyeri ini
timbul karena perangsangan terhadap radiks, baik bersifat
penekanan, sentuhan, peregangan dan tarikan, hal ini berarti bahwa
proses patologik yang menimbulkan nyeri harus berada sekitar
foramen intervertebralis.
5) Nyeri akibat spasme otot
Nyeri yang penyebabnya tidak jelas, umumnya berkaitan dengan
kelainan tulang belakang. Spasme ini berhubungan dengan postur
abdominal, nyeri tumpul dan regangan otot paraspinal. Nyeri yang
ditimbulkan akibat spasme otot karena gangguan musculoskeletal.
Otot yang berada dalam keadaan tegang terus menerus menimbulkan
perasaan subyektif sebagai pegal, dalam bahasa Inggris digunakan
istilah dullache. Sikap duduk, posisi tidur, berjalan dan berdiri dapat
menyebabkan ketegangan otot sehingga menimbulkan nyeri
punggung, selain itu ketegangan mental juga mempengaruhi
ketegangan pada otot lumbal.
Menurut lamanya serangan nyeri punggung dapat dibagi menjadi :
1. Akut, bila dapat membaik dalam waktu 2-3 minggu
2. Kronis, bila lebih dari 3 bulan. Ini yang banyaj terjadi pada
pekerja.20
5. Pemeriksaan Nyeri
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam
mengkaji respon nyeri yang dialami klien. Komponen tersebut
diantaranya:
1) Penentuan ada dan tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri dalam observasi
harus bersifat nyata dan memeriksa adanya cidera atau luka.
Perawat harus mempercayai respon klien ketika melaporkan
adanya nyeri meskipun tidak menemukan cidera atau luka.
6. Karakteristik Nyeri ( metode P, Q, R, S, T)
1) Faktor Pencetus atau Provote
Perawat mengkaji tentang penyebab stimulus nyeri pada klien,
melakukan observasi, dan mengeksplor perasaan klien.
2) Kualitas atau Quality
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subyektif yang
diungkapkan klien dengan mendeskripsikan nyeri dengan kalimat
tajam, tumpul, seperti tertindih, berpindah- pindah, tertusuk,
berdenyut perih dan lain-lain.
a. Lokasi atau Regio
Untuk melokalisasi nyeri yang lebih spesifik perawat meminta
klien untuk menunjukkan semua bagian atau daerah yang
dirasakan tidak nyaman dan daerah titik paling nyeri oleh klien.
b. Keparahan atau Severe
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat
keparahan atau intensitas nyeri. Skala penilaian pengukuran
nyeri digunakan untuk mendeskripsikan keparahan seperti alat
VDS ( Verbal Rating Scale), NRS (Numeric Rating Scale) dan
lain- lain.
c. Durasi atau Time
Perawat menanyakan pada klien untuk menentukan awitan
durasi dan rangkaian nyeri seperti “kapan nyeri mulai
dirasakan?” dan “sudah berapa lama nyeri dirasakan?” 23
7. Pengukuran Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
yang dirasakan individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif
dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda. Beberapa cara untuk mengukur
intensitas nyeri diantaranya :22
a. Skala Intensitas Nyeri Deskriptif atau Verbal Rating Scale
Skala deskriptif merupakan alat pengukur tingkat keparahan nyeri
yang lebih obyektif. Skala deskriptif verbal merupakan sebuah
garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata yang tersusun dengan
jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini diurutkan
dari “tidak nyeri”sampai ”nyeri yang tidak tertahankan”.
Gambar 2.1 Verbal Rating Scale

b. Skala Intensitas Nyeri Numerik atau Numeric Rating Scale


Skala ini berbentuk garis horizontal yang menunjukkan angka 0 –
10 yaitu angka 0 menunjukkan tidak nyeri dan angka 10
menunjukkan nyeri yang paling hebat. Skala ini merupakan skala
penilaian numerik digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi
kata. Skala ini merupakan garis panjang 1- 10 yang setiap 1 cm
diberi tanda. Alat ini menunjukkan sensitivitas terhadap
pengobatan dalam intensitas nyeri dan berguna untuk membedakan
intensitas nyeri saat istirahat dan selama beraktivitas, bukti
mendukung validitas dan kemampuan dari alat NRS dapat
digunakan pada klien dewasa dan tua, penilaian nyeri terhadap
klien dengan gangguan kognitif ringan.
Skala ini juga dapat digunakan untuk klien dengan nyeri yang hebat
yang baru mengalami operasi. Skala ini paling efektif digunakan
saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intevensi.24

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri


Nyeri ringan sedang berat

Gambar 2.2 Numeric Rating Scale


Keterangan :

0 : Tidak ada rasa nyeri atau normal


1 : Nyeri hampir tidak terasa (sangat rigan) seperti gigitan
nyamuk
2 : Tidak menyenangkan nyeri ringan seperti dicubit
3 : Nyeri ringan masih bisa ditoleransi seperti disuntik namun
masih bisa beradaptasi
4 : Menyedihkan (kuat, nyeri yang dalam) seperti sakit gigi
dan disengat tawon
5 : Sangat menyedihkan (kuat dan dalam) nyeri yang
menusuk seperti terkilir dan keseleo
6 : Intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat)
sehingga tampak mempengaruhi salah satu panca indra
seperti komunikasi terganggu
7 : Sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu
kuat) nyeri yang sangat mendominasi yang menyebabkan
tidak bisa berkomunikasi dan tidak mampu melakukan
perawatan diri
8 : Benar – benar mengerikan nyeri yang begitu kuat sehingga
menyebabkan si penderita tidak bisa berfikir jernih, jika
nyeri dating berlangsung lama.
9 : Menyiksa tak tertahankan nyeri yang begitu kuat. Tidak
bisa ditoleransi
10 : Sakit yang tidak terbayangkan dan tidak dapat
diungkapkan sampai tidak sadarkan diri
c. Skala Intensitas Nyeri Dengan Skala Wajah atau Faces Pain Scale
Revised
Pengukuran nyeri berdasarkan skala wajah atau Faces pain scale
yaitu (FPS-R) yang menampilkan enam wajah bergaris disajikan
dalam orientasi horizontal, setiap tampilan ekspresi menunjukan
hubungan dengan nyeri yang dirasakan, termasuk alis turun ke
bawah, bibir diketatkan, pipi dinaikkandan mata tertutup.25

Gambar 2.3 Faces Pain Scale Revised

8. Strategi Penatalaksanaan Nyeri


Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan
farmakologis dan non farmakologis. Pendekatan diseleksi berdasarkan
pada kebutuhan dan tujuan pasien secara individu. Intervensi akan
berhasil bila dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah dan
keberhasilan terbesar dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara
simultan. Tujuan utama dari suatu pengelolaan nyeri yaitu untuk
memberikan kenyamanan tanpa nyeri = pain free terhadap penderita
juga untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat mempercepat
penyembuhan, memendekkan waktu hospitalisasi dan menekan biaya.26
a. Intervensi Farmakologis
Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi
farmakologis dalam kolaborasi dengan dokter atau pemberi
pelayanan lainnya pada pasien. Obat-obat tertentu untuk
penatalaksanaan nyeri mungkin diresepkan untuk memberikan dosis
awal. Meskipun pengobatan untuk penyembuhan nyeri adalah alat
yang penting, tapi itu bukanlah satu-satunya jalan untuk mengatasi
nyeri.27
b. Intervensi Non Farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari berbagai
tindakan penanganan nyeri berdasarkan stimulasi fisik maupun
perilaku kognitif, contoh dari penanganan fisik adalah stimulasi
kulit salah satunya dengan kompres yang fungsinya adalah
menghilangkan nyeri. Cara kerja khusus stimulasi kulit masih
belum jelas, salah satu pemikiran adalah bahwa dengan
menstimulasi menyebabkan pelepasan endofrin, sehingga memblok
transmisi stimulus nyeri.28
2. Terapi Kompres Hangat
a. Pengertian Kompres Hangat
Kompres hangat adalah tindakan memberikan rasa hangat untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyaman untuk mengurangi atau
membebaskan nyeri,mengurangi atau mencegah spasme otot, dan
memberikan rasa hangat pada daerah tertentu.29
Kompres hangat adalah suatu prosedur menggunakan kain atau
handuk yang telah di kompres hangat atau dicelupkan pada air hangat
yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu. Kompres hangat
menghasilkan perubahan fisiologis suhu jaringan, ukuran pembuluh
darah, tekanan darah kapiler, area permukaan kapiler untuk
pertukaran cairan dan elektrolit, dan metabolisme jaringan.29
Durasi kompres juga mempengaruhi respon, kompres hangat
dilakukan selama 15 – 20 menit dapat berbentuk kering dan lembab.
Kompres hangat dapat dilakukan dengan proses kering atau lembab.
Pada kering dilakukan dengan : botol air panas, bantalan pemanas
elektrik, kantong jelly. Kompres hangat lembab dapat dihasilkan
dengan rendaman, kain kompres, kantong.26
Pemberian terapi kompres hangat dapat meningkatkan elastisitas
jaringan dan meningkatkan kekuatan otot karena efek hangat dapat
menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah, sedangkan kompres
dingin digunakan untuk meredakan perdarahan dengan cara
mengkonstruksi pembuluh darah, meredakan inflamasi, dengan
vasokonstriksi dan meredakan nyeri dengan memperlambat konduksi
saraf mati rasa dan bekerja sebagai Icountreirritan.26
b. Tujuan Kompres Hangat
Tujuan dari kompres hangat yaitu :29
1. Melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaran darah di
jaringan tersebut.
2. Pada otot, panas memiliki efek menurunkan ketegangan.
3. Menurunkan suhu tubuh
4. Meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi
peradangan serta adanya vasodilatasi pembuluh darah yang
mengakibatkan peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2
di dalam darah akan meningkat sedangkan pH darah akan
mengalami penurunan sehingga dapat merelaksasikan sendi yang
mengalami nyeri atau ketegangan.
c. Manfaat Kompres Hangat
Penggunaan panas meningkatkan aliran darah ke suatu area
dan dapat menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.
Terapi kompres dapat menurunkan prostaglandin yang
memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada
tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi, agar efektif
kompres hangat harus diletakkan pada daerah nyeri segera setelah
terjadi.22
d. Suhu Yang Direkomendasikan untuk Terapi Kompres
Suhu yang direkomendasikan untuk pemberian kompres yaitu26
Deskripsi Suhu Aplikasi
Sangat Dingin Dibawah 15◦ C Kantong Es
Dingin 15 - 18◦ C Kemasan Pendingin
Sejuk 18 – 27 ◦C Kompres dingin
Hangat Kuku 23 - 37◦ C Mandi spons - alcohol
Hangat 37 - 40◦ C Mandi dengan air hangat,
bantalan ekuatermia
Panas 40 – 46 ◦ C Berendam dalam air
panas, irigasi, kompres
hangat
Sangat Panas Diatas 46 ◦C Kantong air panas untuk
orang dewasa

e. Mekanisme Kerja Kompres Hangat


Kompres hangat meningkatkan suhu lokal, sirkulasi dan
metabolisme jaringan. Kompres hangat dapat mempengaruhi tubuh
dengan cara memperbesar pembuluh darah atau vasodilatasi,
memberi tambahan nutrisi dan oksigen untuk sel dan membuang
sampah – sampah tubuh, mempercepat penyembuhan dan dapat
menyejukkan.30 Efektifitas kompres hangat berfungsi untuk
mendapatkan efek analgesik dan relaksasi otot sehingga proses
inflamasi berkurang.31
Terapi kompres hangat dilakukan pada stadium sub akut
dan kronis pada gangguan musculoskeletal seperti osteoarthritis
dan low back pain untuk mengurangi nyeri, menambah kelenturan
sendi, mengurangi penekanan (kompresi) dan nyeri pada sendi
dapat melemaskan otot dan melenturkan jaringan ikat (tendon
ligament extenbility).32
f. Prosedur Tindakan Kompres Hangat
Langkah – langkah tindakan kompres hangat berdasarkan
riset adalah sebagai berikut :33
1. Dekatkan alat – alat kepada klien
2. Perhatikan privasi klien
3. Cuci tangan
4. Atur posisi klien yang nyaman
5. Mengkaji skala nyeri sebelum diberi kompres jahe dengan
menggunakan NRS 5 menit sebelum diberikan intervensi
6. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres
7. Jahe tersebut diparut dan dicelupkan sebentar di air hangat
bersuhu 40- 50 °C kemudian diletakkan pada kain, kemudian
dikompreskan pada daerah sendi yang mengalami nyeri selama
1- dan 15 menit , ganti kompres per 5 menit agar tetap hangat.
8. Rapikan semua alat
9. Cuci tangan
10. Mengkaji kembali skala nyeri menggunakan NRS 30 menit
setelah diberikan intervensi
g. Lama Waktu Kompres Hangat
Kompres hangat merupakan salah satu pengobatan tradisional
yang digunakan untuk meredakan rasa sakit dan nyeri. Kompres
hangat dapat dilakukan dengan berbagai macam media, salah satu
media yang mudah digunakan dan bisa diaplikasikan dirumah
adalah dengan menggunakan kain, kantong atau botol air panas.
Kompres hangat atau thermotherapy pada dasarnya adalah
mengikuti aktivitas sel dengan menggunakan metode pengaliran
energi yaitu konduksi (pengaliran lewat suatu media padat).
Suhu air yang digunakan harus memiliki nilai aman. Individu
dewasa berkisar 40 – 45° C.34 Kompres hangat dilakukan dengan lama
pemakaian sekitar 15- 20 menit.35 Lama waktu pengompresan yang
efektif untuk mengurangi nyeri adalah selama 15 menit36
3. Jahe (Zingiber Officinale Rosc)
a. Pengertian Jahe
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun
berbatang semu. Jahe (Zingiber officinale) berasal dari Asia, yang
tersebar dari India sampai Cina, negara tersebut merupakan Negara
yang pertama kali memanfaatkan jahe, terutama sebagai bahan
minuman, bumbu masak dan obat.
Berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya, jahe
dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu jahe putih besar disebut
juga jahe badak, jahe putih kecil, dan jahe merah (jahe sunti). Jahe
adalah tanaman herbal yang banyak digunakan sebagai bumbu
masak, bahan obat, atau bahan campuran minuman yang memiliki
rasa pedas dan sedikit tajam disertai sensasi hangat. Jahe
merupakan tanaman herba semusim dan tumbuh tegak dengan
tinggi 40-50 cm, batangnya semu dan membentuk rimpang,
rimpang jika dipotong berwarna kuning dan jingga.37
b. Kandungan Jahe
Kandungan Gizi Jahe Per 100gram : Protein 8.6%,
Karbohidrat 66.5%, Lemak 6.4%, Serat 5.9%, Abu 5.7%,
Kalsium 0.1%, fosfor 0.15%, Zat besi 0.011%, Sodium 0.3%,
potasium 1.4%, Vitamin A 175 IU, Vitamin B1 0.05 mg,
Vitamin B2 0.13 mg,Vitamin C 12 mg, Niasin 1.9%.
Berdasarkan data dari Bagian Riset dan Pengembangan PT
Sidom Muncul, jahe mengandung 1 – 4 % minyak atsiri dan
oleoresin.37 Komposisi minyak yang terkandung bervariasi
tergantung kondisi geografi dimana jahe ditanam. Kandungan
atau ekstrak yang kaya menbuat jahe menjadi alternatif untuk
peluruh dahak atau obat batuk, peluruh keringat, peluruh angin
perut, diare, pencegah mual serta sebagai salah satu terapi
komplementer untuk pereda nyeri seperti nyeri osteoarthritis
dan low back pain. 38
Kompres hangat memakai jahe untuk meringankan skala
nyeri menggunakan jahe sebanyak 100 gram yang diparut dan
dicelupkan didalam air hangat.39 Jahe dibagi menjadi tiga jenis
berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpang sebagai berikut.
Jahe putih atau jahe kuning besar, jahe jenis ini biasa disebut
jahe gajah karena memiliki ukuran paling besar dan cocok
digunakan sebagai bahan minuman atau jahe olahan.
1) Jahe putih atau jahe kuning kecil, jahe ini disebut dengan jahe
sunti atau jahe emprit. Jahe ini memiliki rasa lebih pedas dari
pada jahe gajah dan cocok digunakan untuk ramuan obat-
obatan.
2) Jahe merah, memiliki rimpang dengan ukuran paling kecil dan
berwarna merah.
c. Manfaat Jahe
Manfaat pengobatan yang di dapat dari jahe antara lain
karminatif atau peluruh kentut, antimuntah, pereda kejang, anti
pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi,
antioksidan, antidepresan, antiemetic, antimikroba, antiparasit,
antipiretik, antirematik, serta merangsang pengeluaran getah
lambung dan getah empedu, melancarkan ASI, pereda rasa nyeri,
dan peningkat imunitas. Jahe digunakan sebagai obat nyeri pada
tulang seperti rematik karena kandungan gingerol dan rasa hangat
yang ditimbulkannya membuat pembuluh darah terbuka dan
memperlancar sirkulasi atau jalannya peredaran darah, sehingga
suplai makanan dan oksigen menjadi lebih baik dan nyeri akan
berkurang.37
d. Efek Merugikan Jahe
Didalam evidence synthesis ada dua penelitian yang
melaporkan efek merugikan jahe seperti rasa panas pada lambung
(6,9%), perubahan rasa (7,5%), dyspepsia, nausea dan
konjungtivitis masing – masing (1,5%), namun demikian tidak ada
kejadian- kejadian berat yang merugikan hingga menyebabkan
penderita masuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan
tau kematian.24
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Margono pada
tahun 2016 yang berjudul “Pengaruh Terapi Zinger Officinale
terhadap Intensitas Nyeri Low Back Pain di Posyandu Margomulyo
Desa Ngrancah Kecamatan Grabag” di dapatkan hasil bahwa terapi
Zinger Officinale dapat menjadi salah sati terapi komplementer
dalam pembeian asuhan keperawatan dan menunjukkan bahwa jahe
dapat menurunkan intensitas nyeri.17
2. Kerangka Teori

Gejala :
a. Sakit atau nyeri
b. Kekakuan Penatalaksanaan :
c. Rasa baal / mati
1. Intervensi Famakologis
rasa
a. Obat analgetik
d. Kelemahan
2. Intervensi Non
e. Kesemutan
farmakologis
a. Stimulasi fisik
b. Pijat refleksi
Nyeri Punggung bawah
(Low Back Pain)

Faktor resiko :
Pengobatan
a. Usia
Herbal :
b. Jenis Kelamin
kompres
c. Pekerjaan (beban kerja,
hangat dengan
lama kerja, posisi kerja)
jahe
d. Kebiasaan Merokok
e. Pola hidup
f. Lingkungan (Faktor Perbedaan Lama
getaran) waktu
g. Aktivitas fisik
1. 10 menit
h. Faktor genetik 2. 15 menit
i. Obesitas

Sumber : Judha M Sudharti (2012), Sudharta (2013)

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Yang diteliti
3. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Variabel bebas (Independent) : Lama kompres hangat
b. Variabel terkait (Dependen) : Nyeri Punggung Bawah (Low Back
Pain)

Variabel Independent Variabel Dependen

Lama Kompres
Hangat dengan Nyeri Punggung Bawah
Jahe (Low Back Pain)

Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan,
belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data.

Ha : Kompres hangat dengan jahe selama 10 menit efektif


dibandingkan kompres hangat dengan jahe selama 15 terhadap
penurunan nyeri punggung bawah (Low Back Pain)

Ho : Kompres hangat dengan jahe selama 10 menit tidak


efektif dibandingkan kompres hangat dengan jahe selama 15
terhadap penurunan nyeri punggung bawah (Low Back Pain)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain yang
digunakan adalah Quasi experimental design. Penelitian Quasi experimental
design merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek.40 Rancangan
pada penelitian yang digunakan yaitu Two Group Pre-test and Post-test with
control design dengan menggunakan dua kelompok, kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Kelompok 2 (kelompok kontrol) mendapatkan perlakuan
kompres hangat dengan jahe selama 15 menit dan kelompok 1 (kelompok
perlakuan) mendapatkan perlakuan kompres hangat dengan jahe selama 10
menit terhadap nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Pengukuran
dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat dengan jahe.

Kelompok Pre test Eksperimen Post test

Eksperimen control O1 X1 O2
1

Eksperimen 2 O3 X2 O4

Skema 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :
O1 : low back pain sebelum dilakukan terapi kompres hangat dengan
jahe selama 15 menit
O2 : low back pain setelah dilakukan terapi kompres hangat dengan
jahe selama 15 menit
O3 : low back pain sebelum dilakukan terapi kompres hangat dengan
jahe selama 10 menit
O4 : low back pain setelah dilakukan terapi kompres hangat dengan
jahe selama waktu 10 menit
X1 : Pemberian kompres hangat dengan jahe selama 15 menit
X2 : Pemberian kompres hangat dengan jahe selama 10 menit
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Industri (Home Industry) konveksi di Desa
Brambang Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. Waktu penelitian
dilakukan pada bulan Maret - April 2018

C. Variabel dan Definisi Operasional


Definisi operasional adalah suatu definisi tentang variabel – variabel
penelitian yang digunakan dalam penelitian dan bagaimana pengukurannya.40
Definisi operasional tiap variabel peneliti terdiri dari pengertian , cara ukur,
hasil ukur, dan skala ukur seperti table berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Hasil Skala


Ukur Ukur Ukur
Variabel terikat : Suatu sensasi nyeri yang NRS Skore Rasio
Low Back Pain dirasakan pada diskus 1- 10
intervebralis umumnya pada
lumbal bawah L4 – L5 dan
L5 – L6.

Lama waktu yang


digunakan untuk melakukan
kompres hangat jahe dengan
Variabel bebas: waktu 10 menit dan 15
menit selama 3 hari saat
Lama waktu
serangan nyeri punggung
kompres hangat
bawah (Low back Pain)
dengan jahe
timbul dengan dosis yang
digunakan sebanyak 100
gram.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalist yang terdiri dari sekelompok
objek yang mempunyai karakteristik sama yang ditetapkan peneliti yang
mungkin akan diteliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.41 Populasi
dalam penelitian ini adalah semua penderita nyeri punggung bawah (Low
Back Pain) pada karyawan konveksi di Desa Brambang Kecamatan
Karangawen Kabupaten Demak yang berjumlah 30 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.40 Sampel pada penelitian
ini adalah penderita low back pain pada karyawan konveksi di Desa
Brambang Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. Jumlah
keseluruhan sampel adalah 30 orang yang mengalami nyeri punggung
bawah (low back pain) yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang
ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikat :
a. Kriteria inklusi :
1) Karyawan yang bekerja di Home Industry di Desa Brambang
Demak
2) Karyawan yang mempunyai riwayat nyeri punggung bawah dengan
skala ringan (skala 1-3)
3) Karyawan yang belum pernah diberikan terapi sebelumnya
4) Karyawan yang bersedia menjadi responden dan bersedia
mengikuti prosedur penelitian secara lengkap (mulai dari pretest, saat
pemberian terapi dan post test)
5) Karyawan yang berusia 30 – 55 th
2. Kriteria Ekslusi :
1) Karyawan yang mengalami trauma maupun penyakit tulang
belakang
2) Karyawan yang mengalami low back pain berat sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan pengambilan data.
3) Karyawan yang tidak kooperatif
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah suatu proses yang digunakan dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian.40 Teknik sampling pada penelitian ini
yaitu nonprobability sampling dengan metode purposive sampling,
purposive sampling adalah teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel diantara populasi yang dikehendaki peneliti dan dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
Sampel yang diambil adalah karyawan konveksi di Desa Brambang
Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak.
E. Instrumen Penelitian
1. Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan oleh peneliti pada saat penelitin
adalah :
a. SOP terapi kompres hangat dengan jahe
b. Baskom 2 buah berisi air hangat suhu 40- 45 °C
c. Bak steril berisi 3 buah kain dengan ukuran yang sesuai
d. Thermometer untuk mengukur air hangat antara 40- 45 °C
e. Pengalas
f. Handscoon
g. 100 gram jahe putih/ sunti segar diparut
h. Pengukuran observasi nyeri dilakukan dengan memberikan
lembar pengukuran tingkat nyeri Numeric Rating Scale (NRS)
responden menilai ada atau tidaknya penurunan tingkatan
nyeri dengan skala 1-10

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri


Nyeri ringan sedang berat

Gambar 3.1 Numeric Rating Scale

2. Uji Validitas dan Reliabilitas


Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas dikarenakan instrumen sudah baku.
F. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data primer
Pengumpulan data dilakukan dengan menulis identitas dari responden
kemudian melakukan pengukuran nyeri punggung bawah atau low back
pain sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres hangat dengan jahe
selama 10 menit dan 15 menit dengan menggunakan NRS (Numeric
Rating Scale).
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data pustaka,
literature, dan instansi terkait di Desa Brambang Kecamatan
Karangawen Kabupaten Demak
2. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini yaitu :
a. Prosedur perijinan
b. Peneliti mengurus surat perijinan di Kampus STIKes Karya Husada
Semarang untuk studi pendahuluan.
c. Peneliti meminta ijin survey pendahuluan dari Dinas Kesehatan Kota
Demak.
d. Peneliti meminta ijin survey pendahuluan dari Puskesmas Karangawen
I Kabupaten Demak
e. Peneliti meminta ijin survey pendahuluan dari Rumah Industri
Konveksi di Desa Brambang Kecamatan Karangawen Kabupaten
Demak
c. Tahap Penelitian
1. Peneliti meminta surat ijin penelitian dari kampus STIKes Karya
Husada Semarang
2. Peneliti meminta surat ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Kota
Demak
3. Peneliti melakukan pengajuan surat ijin penelitian kepada pihak Rumah
Industri Konveksi Di Desa Brambang Kabupaten Demak
4. Setelah mendapatkan ijin penelitian dan telah lulus uji etik, peneliti
menjelaskan kepada pemilik home industry konveksi terkait penelitian
yang akan dilakukan, jika setuju peneliti diperbolehkan melakukan
pengambilan data.
5. Peneliti memilih responden yang akan dijadikan sampel sesuai kriteria
inklusi.
6. Peneliti menyiapkan inform consent untuk meminta persetujuan dari
responden.
7. Peneliti menyiapkan instrumen atau alat pengumpulan data yang akan
digunakan selama penelitian
8. Penderita low back pain kelompok intervensi dan kelompok control
dilakukan pengukuran tingkat nyeri pre test dengan NRS 5 menit
sebelum dilakukan terapi
9. Penderita low back pain kelompok intervensi diberikan kompres hangat
dengan jahe selama 10 menit dan kelompok control kemudian
dilakukan pemberian kompres hangat dengan jahe selama 15 menit.
10. Penderita low back pain kelompok intervensi dan kelompok control
dilakukan pengukuran tingkat nyeri post test dengan NRS 30 menit
sesudah dilakukan terapi
11. Peneliti membandingkan efektivitas lama waktu kompres hangat
dengan hasil pengukuran pre test dan post test
G. Pengumpulan Data
Pengolahan data melalui beberapa tahap yaitu :
1. Editing
Editing dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah diisi dengan
benar sesuai petunjuk pengisian. Pada tahap ini semua data diperiksa,
sehingga apabila ada lembar observasi yang belum di isi atau kesalahan
penulisan, masalah tersebut dapat ditanyakan kepada responden.
2. Scoring
Scoring merupakan tindakan dengan mengubah data yang berbentuk
huruf menjadi berbentuk angka.
3. Coding
Memberikan kode pada variable instrument sehingga memudahkan
dalam pengolahan data.
a. Skala 0 : Tidak Nyeri
b. Skala 1 – 3 : Nyeri skala ringan
c. Skala 4 – 6 : Nyeri Sedang
d. Skala 7 – 9 : Nyeri berat
e. Sakala 10 : Nyeri Sangat Berat
4. Tabulating
Tabulating merupakan pengolahan data dengan membuat suatu
tabel supaya lebih mudah untuk dijumlah, disusun, dan ditata untuk di
sajikan dan di analisis.
5. Entry data
Proses dimana peneliti memasukkan data yang sudah terkumpul
lembar observasi dan kemudian diolah melalui suatu program yaitu
SPSS.
H. Analisis Data
Data yang sudah dioleh kemudian diproses dengan SPSS analisa data ini
meliputi dua bagian yaitu :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk
menjelaskan serta menganalisis karakteristik setiap variable. Analisis ini
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase dari setiap
variabel.40 Analisa univariat dalam penelitian ini adalah pengukuran
tingkat nyeri punggung bawah atau low back pain sebelum dan sesudah
dilakukan pemberian kompres hangat dengan jahe.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk menguji
keterkaitan dua variabel. Analisis bivariat bertujuan untuk
membandingkan 2 variabel dan membuktikan hipotesis pada penelitian.
Sebelum peneliti melakukan analisis bivariat , peneliti melakukan uji
kenormalan data terlebih dahulu dengan menggunakan uji Shapiro Wilk
karena jumah responden yang akan diteliti adalah < 50. Pada penelitian ini
menggunakan derajat kemaknaan α = 0,05 dengan ketentuan apabila p
≥0,05 maka H0 ditolak, maksudnya data berdistribusi normal sehingga uji
yang digunakan uji paired t test. Jika p < 0,05 maka H0 diterima,
maksudnya data tidak berdistribusi normal sehingga uji yang digunakan
adalah uji Wilcoxon.42
I. Etika Penelitian
Dalam penelitian, etika hal yang sangat penting karena penelitian ini
berhubungan dengan manusia, sehingga harus memperhatikan etika penelitian.
1. Informed consent atau lembar persetujuan
Lembar persetujuan yang diberikan kepada responden yang setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Sebelum responden menandatangani
informed consent , peneliti memberikan informasi kepada responden
tentang tujuan penelitian
2. Confidentially atau kerahasiaan
Informasi yang diberikan oleh responden dan data yang terkumpul akan
dijamin kerahasiannya oleh peneliti
3. Anonimity atau kerahasiaan nama
Menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama
responden dalam pengolahan data dan pada lembar pengumpukan data,
peneliti menggunkan kode untuk responden.
4. Right to Full disclosure atau hak untuk mendapatkan jaminan dari
perlakuan yang diberikan.
Daftar Pustaka

1. Ani Dwi Prantiya ( 2014). Kompres Hangat Menurunkan Nyeri


Persendian Osteoarthritis Pada Lanjut Usia. Jurnal Keperawatan. Vol 10
No 1 juni hlm 1- 7
2. Http://ekonomi.kompas.com/read/2017/11/06/153940126/agustus-2017-
jumlah-pengangguran-naik-menjadi-704-juta-orang diakses tanggal 29
desember (2017)
3. Aron Pirade. (2015). Hubungan Posisi Duduk dan Lama Duduk Dengan
Nyeri Punggung Bawah (NPB) Mekanik Kronik pada Karyawan Bank.
Jurnal Biomendik . Vol 5 No 1 Maret hlm S98 – 104
4. Buqhari. (2009) Manajement Kesehatan Kerja & Alat Pelindung Diri.
USU REPOSITORI.
5. http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/2009/36TAHUN2009UU.htm
diakses pada tanggal 29 desember (2017)
6. Herry Koesyanto.(2013). Masa Kerja dan Sikap Kerja Duduk terhadap
Nyeri Punggung. Semarang : Jurnal Kesehatan Masyarakat. ISSN 1858 -
1996
7. Santosa, W.B. (2011). Low Back Pain : Kapan dicurigai sebagai TB
tulang Belakang. Journal Indon Med Assoc, Volume 61, Nomor7, Juli
2011
8. Delitto A, George SZ, Dillen LV, Whitman JM, Sowa G, Shekelle P et al.
Low back pain clinical practice guidelines linked to the international
classification of functioning, disability, and health from the orthopaedic
section of the american physical therapy association. J Orthop Sports
Phys Ther (2012) ; 42(4): A11.
9. WHO. Low back pain: Bulletin of the World Health Organization 2003;
81: 671-6.
10. Steven, JL. (2011). Do psychological factors increase the risk for back
pain in the general population in both a cross sectional and prospective
analysis?. European Journal of Pain, 9 (4) : 355
11. Riskesdas.(2013).Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
12. Ruli Syukran dan Tim. (2016). Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Dengan Tingkat Nyeri Pada Penderita Low Back Pain (LBP) Di
Poliklinik Saraf RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal biomedis.
Voll 1 No 4:1 -6
13. Rogers. (2010). Communication Technology.New York: Free Pres
14. Istichomah. (2011). Pengaruh Teknik Pemberian Kompres Terhadap
Perubahan Skala Nyeri Pada Klien Kontusio Di RSUD Sleman. Stikes
Surya Global. Yogyakarta.
15. Gatlin, C.G, & schulmeister, L .(2013). When Medicine Is Not Enough:
Nonpharmacologic Management Of Pain. Clinical Journal Of Oncology
Nuursing, 11 (5), 699-704.
16. Hegner. R. Barbara. (2011). Asisten Keperawatan. Jakarta. EGC.
17. Margono. (2016). Pengaruh Terapi Zingiber Officinale Terhadap
Intensitas Nyeri Low Back Pain di Posyandu Margomulyo Desa
Ngrancah Kecamatan Grabag. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. Vol
1 No 1 2016
18. Mahadewa G.B. Tjokorda dr, M. kes Sp Bs.(2009). Diagnosis dan
Tatalaksana kegawat Daruratan Tulang Belakang. Buku Kedokteran.
Jakarta : CV Sagung Seto.
19. Ruth F. Craven. Fundamental Of Nursing Edisi II. Philadelphia. 2009
20. Pheasant, Stephen.(2012). Bodyspace: Anthoprometry, Ergonomics, Work
and Health. Aspen Publisher. Inc. USA
21. Suhardi. National Occupational Health And Safety Commission. Jakarta.
EGC
22. Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP.(2007). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta
23. Davies, Kim. 2011. Nyeri Tulang dan Otot. Erlangga. Jakarta
24. Muttaqin, arif. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Muskuloskeletal . EGC. Jakarta.
25. Breivik, H Borchgrevink PC, Allen SM. (2011). Assesment Of Pain.
British Journal of anesthesia.
26. Berman, A. & Synder, S.J. (2010). Buku Ajar : Fundamental
Keperawatan : Konsep , Proses, & Praktik. Jakarta EGC
27. Judha M. Sudharti,Pdan Afroh Fauziah.(2012). Teori Pengukuran Nyeri
dan Nyeri Persalian. Yogyakarta. Nuha edika. Edisi 1. Hlm 16-20.
28. Sidharta P. (2013) Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta. Dian
Rakyat. 205:9
29. Izza, Syarifatul. 2014. Perbedaan Efektivitas Pemberian Kompres air
hangat dan Pemberian Kompres Jahe Terhadap Penurunan Nyeri Sendi
pada lansia di Unit Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Jurnal
Keperawatan, Vol 3 No 1
30. Hegner R. Barbara (2003). Asisten Keperawatan.Jakarta. EGC
31. Lemone& Burke.(2007).Medical Surgical Nursing : Critical Thinking in
Client Care, Third Edition California.Addison Wesley Nursing
32. Junaidi.(2008). Rematik dan Asam urat. Jakarta : Gramedia
33. Kusyati, dkk. 2010. Keterampilan dan prosedur laboratorium. EGC.
Jakarta
34. Potter, P. A. & Perry, A. G. (2011). Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses dan Praktek. Jakarta. EGC.
35. Hegner. R. Barbara. (2011). Asisten Keperawatan. Jakarta. EGC.
36. Ria Andreini. (2016) . Analisis Efektivitas Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Persalinan. RAKERNAS AIPKEMA
37. Utami, Prapti dr dan tim. (2013). The Miracle of Herbs. Jakarta : PT
Agromedia Pustaka
38. https://www.bhaktirahayu.com/artikel-kesehatan/kompres-hangat-air-
rebusan-jahe-untuk-penderita-nyeri-osteoarthritis diakses pada tanggal 15
oktober (2017)
39. Rusnoto dan Tim. (2015). Pemberian Kompres Hangat Memakai Jahe
Untuk Meringankan Skala Nyeri Pada Pasien Asam Urat di Grobogan.
Vol 6 No 1 hlm 29 - 39
40. Notoatmojo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
41. Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D.
Bandung : Alfabeta
42. Riwidiko, H. (2012). Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai