Anda di halaman 1dari 24

Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019

Universitas Jember

LAPORAN PREPLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


TENTANG RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA PASIEN DENGAN
HIPERTENSI DI WISMA MAWAR UPT PSTW BONDOWOSO
KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2019

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Stase Keperawatan Gerontik

Oleh:
Kelompok 3

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

LAPORAN PREPLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


TENTANG RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA PASIEN DENGAN
HIPERTENSI DI WISMA MAWAR PSTW BONDOWOSO KABUPATEN
BONDOWOSO TAHUN 2019

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Stase Keperawatan Gerontik

Oleh
Rindyawati Kusuma Sari NIM 192311101017
Dewi Luqmana Sari NIM 192311101114
M.anshory Rizki Putra NIM 152310101058

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

BAB I. LATAR BELAKANG

1.1 Analisis Situasi


Tekanan darah tinggi lazim di seluruh dunia. Sesuai laporan Organisasi
Kesehatan Dunia, sekitar 40% orang berusia lebih dari 25 tahun memiliki
hipertensi pada 2008 (WHO, 2013). Sekitar 4 dari 10 orang dewasa yang lebih tua
dari 25 tahun memiliki hipertensi, dan di banyak negara 1 dari 5 lainnya memiliki
prehipertensi. Peningkatan BP adalah penyebab perkiraan 9,4 juta kematian dan
162 juta tahun kehidupan hilang pada 2010 dan penyebab 50% penyakit jantung,
stroke, dan gagal jantung (Rosdiana dan Cahyati, 2019).
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas di Indonesia, terdapat
tren peningkatan prevalensi hipertensi tahunan yang signifikan di Indonesia.
Hipertensi adalah penyakit silent killer. Hipertensi adalah salah satu faktor risiko
penyakit kardiovaskular. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah sistolik yang persisten pada level 140 mm Hg atau lebih tinggi dan tekanan
diastolik pada level 90 mm Hg atau lebih tinggi. Faktor risiko hipertensi yang
dapat dimodifikasi adalah diabetes, stres, obesitas, nutrisi dan zat.
penyalahgunaan. Stres meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung serta menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis dan menyebabkan
hipertensi. Peningkatan tekanan darah yang lama secara bertahap merusak
pembuluh darah di seluruh tubuh, terutama di organ target seperti jantung, ginjal,
otak, dan mata (Arisjulyanto dkk., 2019) .
Tekanan darah tinggi lazim di seluruh dunia. Sesuai laporan Organisasi
Kesehatan Dunia, sekitar 40% orang berusia lebih dari 25 tahun memiliki
hipertensi pada 2008 (WHO, 2013). Sekitar 4 dari 10 orang dewasa yang lebih tua
dari 25 tahun memiliki hipertensi, dan di banyak negara 1 dari 5 lainnya memiliki
prehipertensi. Peningkatan BP adalah penyebab perkiraan 9,4 juta kematian dan
162 juta tahun kehidupan hilang pada 2010 dan penyebab 50% penyakit jantung,
stroke, dan gagal jantung.
Salah satu upaya untuk mengelola stres dan kecemasan yang dapat dilakukan
adalah relaksasi otot progresif, di mana respons dari teknik relaksasi diharapkan
dapat menghambat sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat, dan akan
meningkatkan aktivitas parasimpatis yang akan mengurangi denyut jantung. jadi
curah jantung menurun dan akhirnya tekanan darah juga akan menurun (Chauhan
dan Sharma, 2017).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan analisa situasi di atas, maka perumusan masalah dalam
kegiatan yang akan dilakukan ini adalah mengajarkan relaksasi otot progresif
(ROP) untuk mengurangi risiko hipertensi pada lansia di wisma mawar UPT
PSTW Bondowoso.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan intervensi tentang relaksasi otot progresif pada klien
dengan hipertensi diharapkan sasaran dapat memahami tindakan yang
disampaikan.
2.1.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dengan dibuatnya preplaning ini adalah
sebagai berikut:
1. Klien mampu mengikuti gerakan Relaksasi Otot Progresif. (ROP)
2. Klien mampu menjelaskan manfaat Relaksasi Otot Progresif. (ROP)
3. Klien mampu menerapkan gerakan Relaksasi Otot Progresif. (ROP)

2.2 Manfaat
2.2.1 Bagi Klien
Hasil pelatihan ini diharapkan mampu menambah informasi yang
bermanfaat bagi klien sehingga mendapatkan perawatan gerontik secara holistik
sampai dengan pencapaian hidup yang bahagia.

2.2.2 Manfaat Tenaga Kesehatan


Pelatihan Relaksasi Otot Progresif yang diperoleh diharapkan mampu
menjadi sebagai informasi penunjang guna meningkatkan program perawatan
gerontik berbasis ilmiah dan terintegrasi dalam rangka memberikan pelayanan
asuhan keperawatan terhadap pasien lansia.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular. Hipertensi
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik yang persisten pada level
140 mm Hg atau lebih tinggi dan tekanan diastolik pada level 90 mm Hg atau
lebih tinggi. Faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi adalah diabetes,
stres, obesitas, nutrisi dan zat. penyalahgunaan. Stres meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung serta menstimulasi aktivitas sistem
saraf simpatis dan menyebabkan hipertensi (Rosdiana dan Cahyati, 2019).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah abnormal di arteri
secara terus menerus selama lebih dari satu periode. Konstruksi arteri membuat
darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan pada dinding arteri. Hipertensi
menambah lebih banyak beban kerja untuk jantung dan arteri, yang mungkin
berlanjut dan menyebabkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Chauhan dan
Sharma, 2017).
Salah satu upaya untuk mengelola stres dan kecemasan yang dapat dilakukan
adalah relaksasi otot progresif. Terapi relaksasi otot progresif bermanfaat untuk
mengurangi tekanan darah di antara pasien hipertensi. Terapi relaksasi adalah
teknik manajemen diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Teknik relaksasi semakin banyak dilakukan karena terbukti efektif
dalam mengurangi ketegangan dan kecemasan, pencarian relaksasi progresif telah
dilakukan cukup banyak. Terapi relaksasi progresif telah terbukti efektif dalam
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Teknik relaksasi menghasilkan
respons fisiologis terintegrasi dan juga mengganggu bagian-bagian kesadaran
yang dikenal sebagai "respons pencabutan ulang benson". Respons relaksasi
dianggap menghambat sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat dan
meningkatkan aktivitas parasimpatis yang ditandai dengan penurunan tonus otot
rangka, tonus otot jantung, dan fungsi neuroendokrin yang mengganggu
(Arisjulyanto dkk., 2019).

3.2 Kerangka Penyelesaian


Kerangka penyelesaian masalah dapat dilakukan melalui relaksasi otot
progresif. Terapi ini akan membantu lansia untuk menurunkan tekanan darah

Pemateri menjelaskan konsep


dasar hipertensi

Pemateri menjelaskan
tentang diit Hipertensi
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

Pemateri mendemonstrasikan dan mengajarkan Relaksasi Otot


Progresif.

Lansia dapat melakukan Relaksasi


Otot Progresif. secara mandiri

Berikan reinforcement positif pada Lansia setelah melakukan


Relaksasi Otot Progresif.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN TINDAKAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Kegiatan akan dilaksanakan pada hari Kamis, 5 September 2019 jam 09.00-
09.30 WIB di Wisma Mawar UPT PSTW Bondowoso, Kabupaten Bondowoso.

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi ini
yaitu lansia akan diajarkan mengenai relaksasi otot progresif Latihan ini dilakukan
agar dapat diterapkan sehari-hari oleh Lansia untuk mengurangi nyeri,
meningkatkan toleransi dan mencegah kekakuan otot lansia, serta membantu
mempertahankan rentang gerak sendi otot lansia.

4.3 Metode yang Digunakan


1. Jenis model pembelajaran : demonstrasi
2. Landasan teori : diskusi
3. Landasan pokok
a. Menciptakan suasana ruangan yang nyaman
b. Mengajukkan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberikan komentar
e. Menetapkan tindak lanjut

= Sasaran/Audience

= Pemateri
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

DAFTAR PUSTAKA

Arisjulyanto, D., B. T. Hikmatushaliha, Z. Arifin, dan Supriyadi. 2019. Benefits


and effect of progressive muscle relaxation therapy on the blood pressure of
patient with hypertension in mataram. 2:76–84.
Chauhan, R. G. dan A. Sharma. 2017. Effectiveness of jacobson’s progressive
muscle relaxation therapy to reduce blood pressure among hypertensive
patient-a literature review. International Journal of Nursing Care. 5(1):26.
Rosdiana, I. dan Y. Cahyati. 2019. Effect of progressive muscle relaxation (pmr)
on blood pressure among patients with hypertension. International Journal
of Advancement in Life Sciences Research. 2(1):28–35.

Daftar Lampiran:
Lampiran 1 : Berita Acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedur (SOP) bila ada
Lampiran 5 : Materi
Lampiran 6 : Media Leaflet

Bondowoso, 3 Oktober 2019

Pemateri
Kelompok 3
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

Lampiran 1. Berita Acara

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN T.A 2019/2020

BERITA ACARA
Pada hari ini, Kamis tanggal 5 September 2019 jam 09.00 s/d 09.30 WIB. di
Wisma Mawar UPT PSTW Bondowoso Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa
Timur telah dilaksanakan Kegiatan Terapi Relaksasi Otot Progresif . Kegiatan ini
diikuti oleh ….. orang (daftar hadir terlampir)

Jember, 5 September2019
Pembimbing/Penguji
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Latifa Aini S, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom


NIP. 19710926 200912 2 001
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

Lampiran 2. Daftar Hadir

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN T.A 2019/2020

DAFTAR HADIR
Kegiatan Terapi Relaksasi Otot Progresif Pada hari ini, Kamis tanggal
5 September 2019 jam 09.00 s/d 09.30 WIB. di Wisma Mawar UPT PSTW
Bondowoso Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa Timur dihadiri oleh:

NO NAMA ALAMAT TANDA


TANGAN
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.

Jember, 5 September2019
Pembimbing/Penguji
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Latifa Aini S, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom


NIP. 19710926 200912 2 001
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

Lampiran 3. SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Relaksasi Otot Progresif


Sasaran : Lansia
Waktu : 09.00-09.30 WIB
Hari/Tanggal : Kamis, 5 September 2019
Tempat : UPT PSTW Bondowoso, Jawa Timur

1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan demonstrasi mengenai Relaksasi Otot Progresif, sasaran
akan dapat mengerti, memahami, dan mampu mendemonstrasikan Relaksasi
Otot Progresif.
2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan demonstrasi latihan Relaksasi Otot Progresif selama 15
menit sasaran akan mampu:
a. Mengerti dan mampu mempraktekkan Relaksasi Otot Progresif
b. Mampu menerapkan Relaksasi Otot Progresif sehari-hari
3. Pokok Bahasan
Relaksasi Otot Progresif
4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian Relaksasi Otot Progresif
b. Tujuan Relaksasi Otot Progresif
5. Waktu
1 × 30 menit
6. Bahan/Alat yang diperlukan
a. Materi
b. Leaflet
7. Model Pembelajaran
a. Jenis model penyuluhan: Penyuluhan dan Demontrasi.
b. Langkah pokok:
1) Menciptakan suasana ruangan yang baik
2) Mengajukan masalah
3) Membuat keputusan nilai personal
4) Mengidentifikasi pilihan tindakan
5) Memberi komentar
6) Menetapkan tindak lanjut

8. Setting Tempat
Keterangan:
1. Pemateri

2. Peserta
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

9. Persiapan
Melakukan persiapan materi tentang Relaksasi Otot Progresif untuk
membantu mengurangi tekanan darah dan mengurangi rasa nyeri pada lansia.
10. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta
Pendahuluan a. Salam pembuka Memperhatikan. 2 menit
b. Memperkenalkan
diri
c. Menjelaskan
tujuan umum dan
tujuan khusus
Penyajian 1. Menjelaskan Memperhatikan dan memberi 20
tentang: tanggapan. menit
a. Pengertian
latihan
mobilitas sendi
lansia. Tujuan
dan manfaat
latihan
mobilitas sendi
lansia
Langkah-langkah
melakukan latihan
Relaksasi Otot
Progresif
2. Memberikan
kesempatan
kepada Lansia
dan keluarganya
untuk bertanya
3. Menjawab
pertanyaan
4. Mendemonstrasi
kan Relaksasi
Otot Progresif
5. Memberikan
kesempatan
kepada Lansia
untuk ikut
mempraktikkan /
mendemonstrasik
an Relaksasi Otot
Progresif
Penutup a. Menyimpulkan Memperhatikan dan 3 menit
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

materi yang telah menanggapi.


diberikan
b. Mengevaluasi
hasil pendidikan
kesehatan dan
demonstrasi
c. Salam penutup

11. Evaluasi
a. Lansia mampu menjelaskan dan memahami masalah kesehatan yang
terjadi pada dirinya
b. Lansia mengetahui tujuan dilakukannya Relaksasi Otot Progresif
c. Lansia mempraktikkan Relaksasi Otot Progresif.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

Lampiran 4: Standar Operasional Prosedur

LATIHAN RELAKSASI OTOT


PROGRESIF

PSIK UNIVERSITAS
JEMBER

PROSEDUR TETAP NO. NO. HALAMAN


DOKUMEN: REVISI:

TANGGAL DITETAPKAN OLEH:


TERBIT:

1. PENGERTIAN Relaksasi otot progresif adalah suatu latihan


rileks dengan cara menegangkan dan merilekkan
otot.

2. TUJUAN a. Menurunkan tekanan darah


b. Menurunkan tegangan otot
c. Menurunkan stress atau kecemasan
d. Menurunkan rasa sakit (nyeri)
e. Menurunkan sesak
f. Meningkatkan daya tahan tubuh
3. INDIKASI Pada klien dengan Hipertensi atau tanpa
hipertensi, stress, dan cemas.

4. KONTRAINDIKASI -

5. PERSIAPAN a. Posisi rileks


PASIEN b. Memakai pakaian yang tidak tebal, sepatu
atau sandal dilepas.
c. Latihan dilakukan dengan posisi duduk.
d. Dilakukan sesuai tahapan
6. PERSIAPAN ALAT Kursi yang ada sandaran

7. CARA KERJA 1. Ambil posisi duduk dan rileks


2. Mata dipejamkan perlahan lahan dan
konsentrasi pada latihan.
Gerakan 1
Menggenggam tangan sambil membuat suatu
kepalan semakin kuat, sambil merasakan
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

ketegangan, kemudian kepalan dilepaskan dan


rasakan rileks selama 10 detik. Setelah selesai
bergantian dilanjutkan tangan kiri.

Gerakan 2
Menekuk kedua lengan ke belakang sehingga
otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan
bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-
langit.

Gerakan 3
Diawali dengan menggenggam kedua tangan
sehingga menjadi kepalan kemudian membawa
kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot
biceps akan menjadi tegang.

Gerakan 4
Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya
seakan-akan bahu akan dibawa hingga
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian


gerakan ini adalah kontras ketegangan yang
terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.

Gerakan 5
Untuk otot-otot wajah, dahi, mata, rahang dan
mulut. Gerakan mengerutkan dahi dan alis
sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput.

Gerakan 6
Menutup keras-keras mata sehingga dapat
dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-
otot yang mengendalikan gerakan mata.

Gerakan 7
Gerakan untuk mengendurkan ketegangan yang
dialami oleh otot-otot rahang dengan cara
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

mengatup rahang, diikuti dengan menggigit gigi


sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang

Gerakan 8
Gerakan untuk mengendurkan otot-otot sekitar
mulut. Bibir dimonyongkan sekuat-kuatnya
sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar
mulut.

Gerakan 9
Mulut dan rahang. Buka mulut Anda selebar
yang Anda bisa, seperti yang mungkin Anda
ketika Anda menguap

Gerakan 10
Meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat,
kemudian diminta untuk menekankan kepala
pada permukaan bantalan kursi sehingga
responden dapat merasakan ketegangan di
bagian belakang leher dan punggung atas.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

Gerakan 11
Gerakan untuk melatih otot leher. Dengan cara
membawa kepala ke muka, kemudian klien
diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya,
sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah
leher bagian muka.

Gerakan 12
Gerakan untuk melatih otot-otot punggung.
Mengangkat tubuh dari sandaran kursi, keudian
punggung dilengkungkan lalu busungkan dada.
Kondisi tegang dipertahankan selama 10 detik
kemudian rileks. Pada saat rileks, letakkan tubuh
kembali ke kursi sambil membiarkan otot-otot
lemas.

Gerakan 13
Gerakan untuk melemaskan otot-otot dada.
Responden diminta untuk menarik nafas
panjang. Posisi ini ditahan selama beberapa saat,
sambil merasakan ketegangan di bagian dada
kemudian diturunkan ke perut. Pada saat
ketegangan dilepas, klien dapan bernafas normal.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

Gerakan 14
Gerakan melatih otot-otot perut. Gerakan ini
dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat perut
ke dalam, kemudia menahannya sampai perut
menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik
dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali
seperti gerakan awal untuk peru ini.

Gerakan 15
Gerakan untuk otot-otot kaki dan bertujuan
untuk melatih otot-otot paha, dilakukan dengan
cara meluruskan kedua belah telapak kaki
sehingga otot paha terasa tegang.

Gerakan 16
Gerakan ini dilanjkan dengan mngunci lutut
sedemikian sehingga ketegangan pindah ke otot-
otot betis
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus


menahan posisi tegang selama 10 detik baru
setelah itu melepaskannya.

Setelah menyelesaikan semua gerakan, rileks


dengan menghitung dari hitungan 5 sampai 1
perlahan, nafas dalam dan membuka mata.

8. EVALUASI Kaji respon pasien setelah melakukan latihan


relaksasi otot progresif

9. DOKUMENTASI 1. Nama tindakan/waktu tindakan/tanggal


2. Catat respon klien setelah tindakan (respon
subyektif dan respon obyektif)
3. Berikan paraf serta nama perawat
4.
10. HAL YANG PERLU 1. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan
DIPERHATIKAN karena dapat melukai diri sendiri
2. Untuk merilekskan otot-otot membutuhkan
waktu sekitar 20-50 detik
3. Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata
tertutup, jangan dengan berdiri
4. Menegangkan kelompok otot dua kali
tegangan
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali,
kemudia bagian kiri dua kali
6. Memeriksa apakah klien benar-benar rileks
7. Terus-menerus memberikan instruksi dan
tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu lambat

11. HASIL Subjektif:


1) Klien merasa rileks dan nyaman.
2) Klien merasa otot-otot tubuhnya tidak
tegang
3) Klien merasa dapat menggerakkan anggota
tubuhnya dengan lentur
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

Objektif :
1) Klien tampak tidak tegang dan rileks
2) Bagian tubuh klien dapat digerakkan secara
bebas

Lampiran 5: Materi
HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan
perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya
tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
Menurut Wiryowidagdo (2002) mengatakan bahwa hipertensi merupakan suatu
keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di atas normal.
Sedangkan menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai darah tinggi (Soeparman, 1999).

2. Faktor Resiko Hipertensi


a. Elastisitas dinding aorta menurun 
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan penyempitan lumen pembuluh
darah
Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya:
a. Hipertensi primer : Konsumsi Na terlalu tinggi, Genetik, stres psikologis
b. Hipertensi renalis : keadaan iskemik pada ginjal
c. Hipertensi hormonal
d. Bentuk hipertensi lain: obat, cardiovascular, neurogenik (Andy Sofyan,
2012)
Faktor risiko terjadinya hipertensi :
a. Usia.
Semakin bertambah usia, pembuluh darah kita semakin kaku, tidak elastis
lagi. Akibatnya, tekanan darah pun semakin meningkat. Meski tekanan
darah tinggi paling umum pada orang dewasa, namun anak-anak juga
berisiko. Penyebab hipertensi pada anak kebanyakan karena masalah
dengan ginjal atau jantung. Namun, beberapa kebiasaan gaya hidup tak
sehat juga dapat meningkatkan risiko hipertensi pada anak.

b. Riwayat hipertensi dalam keluarga. 


Bila orangtua, saudara kandung, atau anggota keluarga lainnya punya
tekanan darah tinggi, Anda jadi lebih berisiko terserang tekanan darah
tinggi.
c. Jenis kelamin. 
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

Hingga mencapai usia 64 tahun, pria lebih rentan kena tekanan darah
tinggi daripada wanita. Sedangkan pada usia 65 tahun ke atas, wanita yang
lebih rentan mengalami tekanan darah tinggi.
Sementara faktor risiko hipertensi yang masih bisa diubah termasuk:
a. Obesitas dan kelebihan berat badan
b. Kurang gerak
c. Pola makan
d. Kecanduan alkohol
e. Stres
f. Merokok
g. Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti NSAID, pil KB, obat flu, dan
lain sebagainya

3. Tanda dan Gejala Hipertensi


Menurut Elizabeth J. Corwin (2000) sebagian besar manifestasi klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun, dan berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranium
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler
f. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

4. Diit pada Penderita Hipertensi


Diit merupakan pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau
mempertahankan BB yang sesuai dan mengendalikan kadar glukosa.Tujuan
diituntuk membantu menurunkan tekanan darah, mempertahankan tekanan
darah menuju normal,penurunan faktor resiko BB yang berlebih, menurunkan
kadar lemak kolesterol.Diit untuk penderita Hipertensi:
a. Makanan yang dianjurkan untuk penderita Darah tinggi
1) Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
2) Sumber protein hewani
Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur
ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak
3) Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
4) Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
5) Sayuran
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis,


kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.
6) Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.
7) Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak
lebih 15 gramperhari.
8) Minuman
Teh encer, coklat encer, juice buah.
b. Makanan yang dibatasi
1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi misalnya otak, paru, minyak
kelapa, gajih
2) Makanan yang diolah dengan menggunakan natrium misalnya biscuit,
craker
3) Makanan dalam kaleng : sarden, abon, asinan, ikan asin, telor asin.
4) Makanan yang mengandung alkohol misalnya durian dan tape.
5) Daging-daging warna merah segar seperti hati ayam, sosis, daging sapi,
daging kambing.
6) Garam dapur
7) Makan tinggi lemak dan kolesterol
8) Buah/sayur yang diawetkan dengan garam : ikan asin, asinan, dll
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan 2019
Universitas Jember

Lampiran 6: Media Leaflet

Anda mungkin juga menyukai