oleh
Kelompok 2
Ega Putri Nurwita, S.Kep. NIM 192311101020
Desi Trisari, S.Kep. NIM 192311101086
Novia Rizky Utami, S.Kep. NIM 192311101132
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu melakukan latihan rentan
gerak pada Lansia di UPT PSTW Jember.
2.1.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dengan dibuatnya preplaning ini
adalah sebagai berikut:
1. Klien mampu melakukan latihan rentan gerak lansia;
2. Mampu menyebutkan manfaat latihan rentan gerak lansia;
3. Klien mampu mengikuti dan mendemonstrasikan latihan rentan
gerak lansia.
2.2 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dalam penulisan preplaning ini adalah
sebagai berikut:
2.2.1 Bagi Klien
Manfaat latihan rentang gerak lansia bagi klien yaitu menambah
pengetahuan mengenai latihan rentang gerak, membantu
meningkatkan toleransi kekuatan otot lansia, dan membantu
mempertahankan rentang gerak sendi otot lansia.
2.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan
Manfaat latihan rentang gerak lansia bagi tenaga kesehatan yaitu
meningkatkan kemampuan memberikan tindakan keperawatan kepada
lansia.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember
= Pemateri
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedhi dan Martono, Hadi. 2012. Ilmu kesehatan Usia Lanjut. Jakarta:
Balai penerbit Fakultas kedokteran UI
Karimba. 2013. Gambaran Kadar Asam Urat Pada Mahasiswa Angkatan 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Dengan Indeks Massa
Tubuh ≥ 23 Kg/M. Diakses pada 22 September 2019 pukul 14.38 WIB.
Diakses dari: https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CC0
QFjACahUKEwjv5rH5gIDJAhUGMaYKHSlbAV4&url=http%3A%2F
%2Fejournal.unsrat.ac.id%2Findex.php%2Febiomedik%2Farticle
%2FviewFile
%2F1175%2F1623&usg=AFQjCNF2NO6al4HEklDZgsAx_kOw_Qsb-
w&sig2=UN_v7VjjwdLvImdsKJuO4w&bvm=bv.106923889,d.dGo
Sholihah, F.M. 2014. Diagnosis and treatment Gout Arthritis. J. Majority. Vol 3
(7), page 39 – 45. Diakses pada tanggal 22 September 2019 pukul 14.20,
diakses melalui
https://pdfs.semanticscholar.org/83a7/5c201ed4f750436fb1e0b89b1e10666d
ea79.pdf
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan latihan rentang gerak lansia bahwa di
Wisma Seruni merasa lebih lega dan lebih tenang setelah mendapatkan
pengarahan dari pemateri dan mengetahui cara latihan rentang gerak untuk
melenturkan sendi dan otot. Lansia mengatakan otot tangan dan kaki lebih
regang.
6.2 Saran
a. Bagi Lansia
Lansia bisa menerapkan latihan rentang gerak meskipun tidak ada yang
memandu sehingga bisa melanjutkan latihan yang diharapkan mampu
meningkatkan derajat kesehatan lansia
b. Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan diharapkan selalu mengembangkan dan mencari terapi
terbaru sesuai dengan penelitian/riset agar lansia mendapatkan pelayanan
dan pengetahuan yang diperlukan melalui perawat.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember
Lampiran:
Lampiran 1 : Berita Acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedur (SOP)
Lampiran 5 : Materi
Lampiran 6 : Media Leaflet
Kelompok 2
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember
BERITA ACARA
Pada hari ini, Jumat tanggal 20 September 2019 jam 14.00 – 14.30 WIB di Wisma
Seruni UPT PSTW Jember Kabupaten/Kota Jember Provinsi Jawa Timur telah
dilaksanakan Kegiatan Latihan rentang gerak lansia. Kegiatan ini diikuti oleh ….
orang (daftar hadir terlampir)
Pembimbing/Penguji
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik
Fakultas Keperawatan Universitas Jember
DAFTAR HADIR
Kegiatan Latihan gerak sendi lansia pada hari ini, Jumat tanggal 20 September
2019 jam 14.00 – 14.30 WIB di Wisma Seruni UPT PSTW Jember
Kabupaten/Kota Jember Provinsi Jawa Timur dihadiri oleh :
Pembimbing/Penguji
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik
Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember
1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan demonstrasi mengenai latihan rentan gerak lansia,
sasaran akan dapat mengerti, memahami, dan mampu mendemonstrasikan
latihan rentan gerak lansia.
2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan demonstrasi latihan rentang gerak lansia selama 20 menit
sasaran akan mampu:
a. Mengerti dan mampu mempraktekkan latihan rentan gerak lansia
b. Mampu menerapkan latihan rentan gerak lansia sehari-hari
3. Pokok Bahasan
Latihan rentan gerak lansia
4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian latihan rentang gerak lansia
b. Tujuan latihan rentang gerak lansia
5. Waktu
1 x 30 menit
7. Model Pembelajaran
a. Jenis model penyuluhan: Pertemuan Lansia
b. Langkah pokok:
1) Menciptakan suasana ruangan yang baik
2) Mengajukan masalah
3) Membuat keputusan nilai personal
4) Mengidentifikasi pilihan tindakan
5) Memberi komentar
6) Menetapkan tindak lanjut
8. Setting Tempat
Keterangan:
1. Pemateri
2. Peserta
9. Persiapan
Penyuluh menyiapkan materi dan SOP tentang latihan rentang gerak lansia
untuk Lansia kemudian membuat media pembelajaran yaitu leaflet.
2. Memberikan
kesempatan
kepada Lansia
untuk bertanya
3. Menjawab
pertanyaan
4. Mendemonstrasi
kan latihan
rentang gerak
lansia
5. Memberikan
kesempatan
kepada Lansia
untuk ikut
mempraktikkan /
mendemonstrasik
an latihan
rentang gerak
lansia
Penutup a. Menyimpulkan Memperhatikan dan 5 menit
materi yang telah menanggapi
diberikan
b. Mengevaluasi
hasil demonstrasi
latihan rentang
gerak lansia
c. Memberikan
leaflet tentang
latihan rentang
gerak lansia
d. Salam penutup
11. Evaluasi
a. Menlaskan pengertian, tujuan, indikasi serta manfaat latihan rentang
gerak lansia.
b. Memperagakan langkah-langkah rentang gerak lansia.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember
Fakultas Keperawatan
Universitas Jember
PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN : NO HALAMAN :
REVISI :
8. HASIL a. Lansia merasa badan terasa fit dan sendi-sendi tidak kaku
b. Lansia tidaak mengalami nyeri saat melakukan gerakan
latihaan
c. Lansia tidak menngalami gangguan kelenturan sendi, tonus,
dan kekuaatan otot baik.
Lampiran 5: Materi
Gout Arthritis
2. Epidemiologi
Prevalensi asam urat bervariasi di tiap negara. Lima tahun terakhir, di
Amerika angka kejadian asam urat meningkat menjadi sekitar 18,83%.
Penelitian meta-analisis di Cina pada tahun 2011 mendapatkan prevalensi
hiperurisemia sebesar 21,6% pada pria dan 8,6% pada wanita. Di Jepang,
Okinawa General Health Maintenance Association melakukan skrining
terhadap 9.914 individu (6.163 pria dan 3.751 wanita usia 18 - 89 tahun) dan
didapatkan prevalensi hiperurisemia secara keseluruhan sebesar 28,5%,
dengan prevalensi hiperurisemia pada pria sebesar 34,5% dan pada wanita
sebesar 11,6%. Penelitian di Thailand terhadap 1381 lansia pada bulan Juli
tahun 1999 sampai Februari tahun 2000, melaporkan prevalensi hiperurisemia
pada pria sebesar 18,4% dan pada wanita sebesar 7,8%. Vitoon et al
melaporkan angka kejadian hiperurisemia di Thailand pada laki-laki dan
perempuan yang berusia di bawah 18 tahun masingmasing sebesar 4,3% dan
1,3% dan menjadi meningkat pada laki-laki dan perempuan yang berusia 30-
39 tahun yakni masing-masing sebesar 17,4% dan 15,4%.
Di Indonesia juga telah dilakukan penelitian untuk mencari prevalensi
hiperurisemia. Prevalensi hiperurisemia di desa Tenganan Pegrisingan
Karangasem, Bali pada tahun 2011 didapatkan sebesar 28%. Di Minahasa,
Sulawesi Utara, didapatkan prevalensi hiperurisemia pada tahun 1999 sebesar
34,30% pada pria dan 23,31% pada wanita usia dewasa muda.8 Pada tahun
2003 didapatkan angka kejadian artritis gout di Minahasa yang cukup tinggi
yaitu sebesar 29,2% (Karimba, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember pada tahun 2011, jumlah penderita asam urat untuk
Wilayah Kabupaten Jember adalah 2.859 penderita di 49 Puskesmas,
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember
3. Etiologi
Penyebab utama terjadinya asam urat adalah karena adanya deposit/
penimbunan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering
terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan
metabolic dalam pembentukan purin dan eksresi asam urat yang kurang dari
ginjal. Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan asam urat antara lain
(Vestila, 2013):
a. Genetik atau riwayat keluarga
b. Asupan senyawa purin berlebih dari makanan
c. Konsumsi alkohol berlebih
d. Obesitas
e. Hipertensi, penyakit jantung
f. Obat – obatan tertentu (terutama diuretik)
g. Gangguan fungsi ginjal
h. Keracunan kehamilan (Preeklampsia)
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gout arthritis menurut Karimba (2013) antara lain :
a. nyeri sendi, terutama di jempol kaki yang kemudian merambat di
persendian kaki. Umumnya orang yang berusia 35 tahun ke atas rawan
terkena penyakit ini;
b. kesemutan dan linu;
c. nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur;
d. sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan nyeri
luar biasa pada malam dan pagi.
urat adalah sebesar 50-70 gr/hari atau 0,8-1 gr/kg berat badan/hari.
Sumber protein yang disarankan adalahhh protein nabati yang berasal
dari susu, keju dan telur
e. Diit Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan
yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya
dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 % dari total kalori.
f. Diit Tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat
melalui urin. Karena itu, Anda disarankan untuk menghabiskan minum
minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Selain dari minuman,
cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung
banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon,
blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan
tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-
buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya
dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai
kandungan lemak yang tinggi.