Anda di halaman 1dari 29

Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019

Keperawatan Universitas Jember

LAPORAN PERTANGGUNGJAAWABAN TERAPI AKTIVITAS


KELOMPOK LATIHAN RENTANG GERAK LANSIA PADA
LANSIA DENGAN GOUT ARTHRITIS DI WISMA SERUNI
UPT PSTW JEMBER KABUPATEN/KOTA JEMBER
TAHUN 2019

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Stase Keperawatan Gerontik

oleh
Kelompok 2
Ega Putri Nurwita, S.Kep. NIM 192311101020
Desi Trisari, S.Kep. NIM 192311101086
Novia Rizky Utami, S.Kep. NIM 192311101132

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450

BAB I. LATAR BELAKANG

1.1 Analisis Situasi


Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah asam urat
atau biasa disebut dengan Gout Artritis. Prevalensi gout arthritis bervariasi
di tiap negara. Lima tahun terakhir, di Amerika angka kejadian gout
meningkat menjadi sekitar 18,83%. Penelitian meta-analisis di Cina pada
tahun 2011 mendapatkan prevalensi hiperurisemia sebesar 21,6% pada pria
dan 8,6% pada wanita. Di Jepang, Okinawa General Health Maintenance
Association melakukan skrining terhadap 9.914 individu (6.163 pria dan
3.751 wanita usia 18 - 89 tahun) dan didapatkan prevalensi hiperurisemia
secara keseluruhan sebesar 28,5%, dengan prevalensi hiperurisemia pada pria
sebesar 34,5% dan pada wanita sebesar 11,6%. Penelitian di Thailand
terhadap 1381 lansia pada bulan Juli tahun 1999 sampai Februari tahun 2000,
melaporkan prevalensi hiperurisemia pada pria sebesar 18,4% dan pada
wanita sebesar 7,8%. Vitoon et al melaporkan angka kejadian hiperurisemia
di Thailand pada laki-laki dan perempuan yang berusia di bawah 18 tahun
masingmasing sebesar 4,3% dan 1,3% dan menjadi meningkat pada laki-laki
dan perempuan y9ang berusia 30-39 tahun yakni masing-masing sebesar
17,4% dan 15,4% (Sholihah, 2014).
Di Indonesia juga telah dilakukan penelitian untuk mencari prevalensi
hiperurisemia. Prevalensi hiperurisemia di desa Tenganan Pegrisingan
Karangasem, Bali pada tahun 2011 didapatkan sebesar 28%. Di Minahasa,
Sulawesi Utara, didapatkan prevalensi hiperurisemia pada tahun 1999 sebesar
34,30% pada pria dan 23,31% pada wanita usia dewasa muda.8 Pada tahun
2003 didapatkan angka kejadian artritis gout di Minahasa yang cukup tinggi
yaitu sebesar 29,2% (Karimba, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember pada tahun 2011, jumlah penderita asam urat untuk
Wilayah Kabupaten Jember adalah 2.859 penderita di 49 Puskesmas,
Puskesmas Kalisat memiliki kunjungan tertinggi untuk penderita asam urat
sebesar 692 kunjungan (Vestita, 2013).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa PSP2N Stase
Keperawatan Gerontik Angkatan 24 Fakultas Keperawatan Universitas
Jember pada tanggal 17 September 2019 pada klien lansia di wisma seruni di
UPT PSTW Jember Kabupaten Jember ditemukan data sebagai berikut 5
lansia mengeluh lutut dan pergelangan kakinya nyeri, lansia tersebut memiliki
riwayat penyakit asam urat. Klien mengatakan hanya memijat kaki apabila
nyeri terasa di lutut kaki dan pergelangan kaki. Sehingga dibutuhkan adanya
alternatif yang bisa dilakukan lansia untuk mengurangi nyeri dan kekakuan
sendi pada lutut dan pergelangan kaki lansia.

1.2 Perumusan Masalah


Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam


kegiatan yang akan dilakukan ini adalah bagaimana melakukan lantihan
rentan gerak lansia pada Lansia di UPT PSTW Jember ?

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu melakukan latihan rentan
gerak pada Lansia di UPT PSTW Jember.
2.1.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dengan dibuatnya preplaning ini
adalah sebagai berikut:
1. Klien mampu melakukan latihan rentan gerak lansia;
2. Mampu menyebutkan manfaat latihan rentan gerak lansia;
3. Klien mampu mengikuti dan mendemonstrasikan latihan rentan
gerak lansia.

2.2 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dalam penulisan preplaning ini adalah
sebagai berikut:
2.2.1 Bagi Klien
Manfaat latihan rentang gerak lansia bagi klien yaitu menambah
pengetahuan mengenai latihan rentang gerak, membantu
meningkatkan toleransi kekuatan otot lansia, dan membantu
mempertahankan rentang gerak sendi otot lansia.
2.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan
Manfaat latihan rentang gerak lansia bagi tenaga kesehatan yaitu
meningkatkan kemampuan memberikan tindakan keperawatan kepada
lansia.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah asam urat
atau biasa disebut dengan Gout Artritis. Kadar urat dalam darah tergantung
usia dan jenis kelamin. Rata-rata kadar asam urat pada laki-laki dewasa dan
wanita premenopause sekitar 6.8 dan 6.0 mg/dl. Kadar asam urat pada orang
dewasa cenderung meningkat dengan bertambahnya usia, berat badan,
tekanan darah, konsumsi alkohol dan gangguan fungsi ginjal. Penyakit asam
urat atau bisa dikenal sebagai merupakan suatu penyakit yang diakibatkan
karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat
merupakan hasil samping dari pemecahan sel yang terdapat di dalam darah,
karena tubuh secara berkesinambuangan memecah dan membentuk sel yang
baru. Kadar asam urat meningkat atau abnormal ketika ginjal tidak mampu
mengeluarkannya melalui urin, sehingga dapat menyebabkan nyeri sendi,
terbentuknya benjolan-benjolan pada bagian tubuh tertentu (thopi) seperti
pada jari kaki, serta gangguan pada saluran kemih (Karimba, 2013).
Penyakit gout ditandai dengan penumpukan kristal monosodium di
daerah persendian yang tidak berbau dan tida berasa lalu mengalami
dekomposisi dengan pemanasan menjadi asam sianida (HCN) sehingga cairan
ekstraselular yang disebut sodium urat. Jumlah asam urat dalam darah
dipengaruhi oleh intake purin, biosintesis asam urat dalam tubuh, dan
banyaknya ekskresi asam urat. Secara klinis hiperurisemia mempunyai arti
penting karena dapat menyebabkan artritis gout, nefropati, dan nefrolithiasis.
Masalah akan timbul bila terbentuk kristal-kristal monosodium urat
monohidrat pada sendi-sendir dari jaringan sekitarnya. Kristal ini berbentuk
seperti jarum mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan
menimbulkan nyeri hebat. Jika tidak diobati makan akan menyebabkan
kerusakan hebat pada sendi dan jaringan lunak. Penatalaksanaan gout
arthritis dapat diselesaikan secara non farmakologis dengan melakukan
latihan fisik aerobik dan latihan fisik ringan. Olahraga secara rutin mampu
menurunkan serum asam urat. Untuk mencegah kekakuan dan nyeri sendi
dapat dilakukan latihan isometrik dan latihan gerak sendi serta lathan
fleksibilitas yang mencakup stabilisasi sendi (Sholihah, 2014).
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

3.2 Kerangka Penyelesaian

Lansia mengalami Gout artritis

Nyeri ekstermitas bawah dan


kekakuan sendi

Penurunan rentang gerak

Hambatan mobilitas fisik

Latihan rentang gerak


Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

BAB IV. PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Demonstrasi merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi masyarakat khususnya lansia untuk
menerapkan cara-cara hidup sehat dan memperbaiki status kesehatan lansia.
Dalam realisasi penyelesaian masalah mengenai asam urat yang dapat
dilakukan adalah melakukan latihan rentan gerak lansia untuk memperbaiki
kekakuan sendi yang dilami oleh lansia. Kegiatan latihan rentang gerak lansia
telah dilaksanakan pada hari jumat tanggal 20 September 2019 jam 14.00 –
14.30 WIB di Wisma Seruni UPT PSTW Jember Kabupaten/Kota Jember
Provinsi Jawa Timur

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi ini
yaitu Lansia akan diajarkan mengenai latihan rentang gerak lansia. Latihan
ini dilakukan agar dapat diterapkan sehari-hari oleh lansia untuk
meningkatkan toleransi dan mencegah kekakuan otot lansia, serta membantu
mempertahankan rentang gerak sendi otot lansia.

4.3 Metode yang Digunakan


1. Jenis model pembelajaran : konstruktif
2. Landasan teori : diskusi dan demonstrasi
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindak lanjut sasaran
=Sasaran

= Pemateri
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedhi dan Martono, Hadi. 2012. Ilmu kesehatan Usia Lanjut. Jakarta:
Balai penerbit Fakultas kedokteran UI
Karimba. 2013. Gambaran Kadar Asam Urat Pada Mahasiswa Angkatan 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Dengan Indeks Massa
Tubuh ≥ 23 Kg/M. Diakses pada 22 September 2019 pukul 14.38 WIB.
Diakses dari: https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CC0
QFjACahUKEwjv5rH5gIDJAhUGMaYKHSlbAV4&url=http%3A%2F
%2Fejournal.unsrat.ac.id%2Findex.php%2Febiomedik%2Farticle
%2FviewFile
%2F1175%2F1623&usg=AFQjCNF2NO6al4HEklDZgsAx_kOw_Qsb-
w&sig2=UN_v7VjjwdLvImdsKJuO4w&bvm=bv.106923889,d.dGo
Sholihah, F.M. 2014. Diagnosis and treatment Gout Arthritis. J. Majority. Vol 3
(7), page 39 – 45. Diakses pada tanggal 22 September 2019 pukul 14.20,
diakses melalui
https://pdfs.semanticscholar.org/83a7/5c201ed4f750436fb1e0b89b1e10666d
ea79.pdf

Vestita. 2013. Gambaran Kejadian Asam Urat (Gout) Berdasarkan


Kegemukan Dan Konsumsi Makanan. Diakses pada 22 September 2019
pukul 14.00 WIB. Diakses dari: https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCE
QFjABahUKEwjbjoDF_P_IAhUCFZQKHTnzAXg&url=http%3A%2F
%2Frepository.unej.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle
%2F123456789%2F24626%2FAB%2520(330)_1.pdf%3Fsequence
%3D1&usg=AFQjCNGQCEigEec9eq8A6nQ0eIOVuFt-
Yg&sig2=kVHzXP0a4HrT4cVSlAQsLg&bvm=bv.106923889,d.dGo
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

BAB V. HASIL KEGIATAN

5.1 Analisis Evaluasi dan Hasil-Hasilnya


Setelah kegiatan ini dilaksanakan maka :
5.1.1 Evaluasi Struktur
a. Kegiatan demonstrasi rentang gerak dilakukan pada hari jumat 20
September 2019
b. Persiapan demonstrasi dan rekan telah dilakukan
c. Pemateri menyiapkan diri untuk bersikap empati, netral menghargai dan
caring
d. Telah terbina hubungan saling percaya antara lansia dan mahasiswa

5.1.2 Evaluasi Proses


a. Selama proses kegiatan berjalan lancar
b. Proses demonstrasi berjalan lancar
c. Lansia kooperatif dan mendukung
d. Tujuan umum dan tujuan khusus telah tercapai

5.1.3 Evaluasi Hasil


a. Kegiatan demonstrasi terdiri dari mahasiswa dan lansia di Wisma Seruni
UPT PSTW Jember
b. Lansia antusias, kooperatif, dan mampu mengikuti instruksi mahasiswa

5.2 Faktor Pendorong


Faktor yang mendorong keberhasilan penyuluhan ini adalah diantaranya:
a. Mendapatkan dukungan dari pihak pengelola UPT PSTW Jember terutama
perawat di Wisma Seruni
b. Lansia kooperatif dan antusias
c. Mahasiswa dibantu rekan-rekan dalam pelaksanaan demonstrasi latihan
rentang gerak lansia.

5.3 Faktor Penghambat


Faktor yang menghambat keberhasilan rentang gerak adalah diantaranya:
a. Satu klien mengalami kelelahan pada pertengahan latihan sehingga tidak
dapat mengikuti latihan hingga selesai, lansia istirahat dan duduk di kursi
yang telah disediakan.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan latihan rentang gerak lansia bahwa di
Wisma Seruni merasa lebih lega dan lebih tenang setelah mendapatkan
pengarahan dari pemateri dan mengetahui cara latihan rentang gerak untuk
melenturkan sendi dan otot. Lansia mengatakan otot tangan dan kaki lebih
regang.

6.2 Saran
a. Bagi Lansia
Lansia bisa menerapkan latihan rentang gerak meskipun tidak ada yang
memandu sehingga bisa melanjutkan latihan yang diharapkan mampu
meningkatkan derajat kesehatan lansia
b. Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan diharapkan selalu mengembangkan dan mencari terapi
terbaru sesuai dengan penelitian/riset agar lansia mendapatkan pelayanan
dan pengetahuan yang diperlukan melalui perawat.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Lampiran:
Lampiran 1 : Berita Acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedur (SOP)
Lampiran 5 : Materi
Lampiran 6 : Media Leaflet

Jember, 20 September 2019


Pemateri

Kelompok 2
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Lampiran 1: Berita Acara

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN T.A 2019/2020

BERITA ACARA

Pada hari ini, Jumat tanggal 20 September 2019 jam 14.00 – 14.30 WIB di Wisma
Seruni UPT PSTW Jember Kabupaten/Kota Jember Provinsi Jawa Timur telah
dilaksanakan Kegiatan Latihan rentang gerak lansia. Kegiatan ini diikuti oleh ….
orang (daftar hadir terlampir)

Jember, 20 September 2019

Pembimbing/Penguji
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Latifa Aini S., M.Kep.,Sp.Kom


NIP. 19710926 200912 2 001
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Lampiran 2: Daftar Hadir

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN T.A 2019/2020

DAFTAR HADIR

Kegiatan Latihan gerak sendi lansia pada hari ini, Jumat tanggal 20 September
2019 jam 14.00 – 14.30 WIB di Wisma Seruni UPT PSTW Jember
Kabupaten/Kota Jember Provinsi Jawa Timur dihadiri oleh :

NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Jember, 20 September 2019

Pembimbing/Penguji
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik
Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Latifa Aini S., M.Kep.,Sp.Kom


NIP. 19710926 200912 2 001

Lampiran 3: Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Latihan Rentan Gerak Lansia


Sasaran : Lansia
Waktu : 14.00-14.30 WIB
Hari/Tanggal : Jumat, 20 September 2019
Tempat : Wisma Seruni UPT PSTW Jember Kabupaten/ Kota Jember
Provinsi Jawa Timur

1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan demonstrasi mengenai latihan rentan gerak lansia,
sasaran akan dapat mengerti, memahami, dan mampu mendemonstrasikan
latihan rentan gerak lansia.

2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan demonstrasi latihan rentang gerak lansia selama 20 menit
sasaran akan mampu:
a. Mengerti dan mampu mempraktekkan latihan rentan gerak lansia
b. Mampu menerapkan latihan rentan gerak lansia sehari-hari

3. Pokok Bahasan
Latihan rentan gerak lansia

4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian latihan rentang gerak lansia
b. Tujuan latihan rentang gerak lansia

5. Waktu
1 x 30 menit

6. Bahan/Alat yang diperlukan


a. Materi
b. Leaflet
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

7. Model Pembelajaran
a. Jenis model penyuluhan: Pertemuan Lansia
b. Langkah pokok:
1) Menciptakan suasana ruangan yang baik
2) Mengajukan masalah
3) Membuat keputusan nilai personal
4) Mengidentifikasi pilihan tindakan
5) Memberi komentar
6) Menetapkan tindak lanjut

8. Setting Tempat
Keterangan:
1. Pemateri

2. Peserta

9. Persiapan
Penyuluh menyiapkan materi dan SOP tentang latihan rentang gerak lansia
untuk Lansia kemudian membuat media pembelajaran yaitu leaflet.

10. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta
Pendahuluan a. Salam pembuka Memperhatikan 5 menit
b. Memperkenalkan
diri
c. Menjelaskan
tujuan umum dan
tujuan khusus
Penyajian 1. Menjelaskan Memperhatikan dan 20 menit
tentang: memberi tanggapan
a. Pengertian
latihan rentang
gerak lansia
b. Tujuan dan
manfaat latihan
rentang gerak
lansia
c. Langkah-
langkah
melakukan
latihan rentang
gerak lansia
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

2. Memberikan
kesempatan
kepada Lansia
untuk bertanya
3. Menjawab
pertanyaan
4. Mendemonstrasi
kan latihan
rentang gerak
lansia
5. Memberikan
kesempatan
kepada Lansia
untuk ikut
mempraktikkan /
mendemonstrasik
an latihan
rentang gerak
lansia
Penutup a. Menyimpulkan Memperhatikan dan 5 menit
materi yang telah menanggapi
diberikan
b. Mengevaluasi
hasil demonstrasi
latihan rentang
gerak lansia
c. Memberikan
leaflet tentang
latihan rentang
gerak lansia
d. Salam penutup

11. Evaluasi
a. Menlaskan pengertian, tujuan, indikasi serta manfaat latihan rentang
gerak lansia.
b. Memperagakan langkah-langkah rentang gerak lansia.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Lampiran 4: Standar Operasional Prosedur

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

LATIHAN RENTANG GERAK LANSIA

Fakultas Keperawatan
Universitas Jember
PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN : NO HALAMAN :
REVISI :

TANGGAL DITETAPKAN OLEH :


TERBIT :
1 PENGERTIAN Latihan rentang gerak terkait dengan koordinasi otot, tulang,
sendi dan persyarafannya untuk mempertahankan rentang yang
normal.
2 TUJUAN a. Mencegah dan memperbaiki kondisi otot, tulang, dan
persendian.
b. Mencegah masalah terkait dengan kardiovaskuler,
pernafasan, dan metabolik.
3. INDIKASI Semua lansia untuk mencegah ganggguan elenturan sendi akibat
kurang aktivitas
4. KONTRAINDIKASI -

5 PERSIAPAN LANSIA a. Lansia diberitahu tindaakan yang akan dilakukan


b. Posisi lansia disesuaikan dengan gerakkan yang akan
dilakukan
c. Ruangan yang tenang, beersih, cukup ventilasi,
pencahaayaaan dan suhu yang nyaman (tidak panas)
6 PERSIAPAN ALAT Tidaak ada alat yang dipeerlukan pada latihan ini. Alat yang
digunakan dalam indikator kebersihan adalah geniomeeter dan
penggaris atau midline.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

7 PROSEDUR KERJA a. Kaji kemungkinan adanya nyeri pada sendi tertentu


b. Susun jadwal program latihan: setiap hari dan setiap latihan
diulang lima kali selama periode latihan
c. Anjurkan lansia atau care giver dalam keluarga melakukan
latihan secara berlahan
d. Pada titik yang mengalami tahanan, lakukan dengan hati-hati
dan berhenti jika lansia mengekspresikan nyeri
e. Mulai laatihaan dari bagian atas hingga bagian bawah, dengan
rangkaian gerakan sebagai berikut :
1. Bagian leher : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, dan fleksi
lateral.
2. Bagian bahu : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,
rotasi internal, rotasi eksternal, dan sirkumduksi
3. Bagian siku : fleksi dan ekstensi
4. Bagian lenngan bawah : supinasi dan pronasi
5. Bagian pergelagan tangan : fleksi, ekstensi,
hiperekstensi, abduksi, adduksi
6. Bagian jari-jari : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,
adduksi
7. Bagian ibu jari : fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan
oposisi
8. Bagian pinggul : fleksi, ekstensi, hiperekstensi abduksi,
adduksi, rotasi internal, rotasi eksternal, dan sirkumduksi
9. Bagian lutut : fleksi, dan ekstensi
10. Bagian pergelangan kaki : fleksi dorsal dan fleksi plantar
11. Bagian kaki : inverse, everse, fleksi, ekstensi, abduksi,
dan adduksi

Fleksi Tundukan kepala hingga


dagu menempel ke dada
(450)
Ekstensi Kembalikan posisi kepala
menjadi tegak
Hiperekstensi Dongakan kepala sejauh
mungkin ke arah
belakang (100)
Fleksi lateral Dongakan kepala ke arah
samping sejauh mungkin
hingga menyentuh bahu
(40- 450)
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Fleksi Angkat tangan dari posisi


samping mengarah ke
atas kepala (1800 )
Ekstensi Kembalika tangan ke
posisi di samping tubuh
Hiperekstensi Gerakan tangan di
belakaang tubuh, jaga
agar siku tetap lurus (450-
600)

Abduksi Angkat tanga ke arah


samping dan melewati
tubuh sejauh mungkin
(3200)

Rotasi Dengan siku fleksi, putar


Internal bahu dengan menggerkan
tanga sampai ibu jari
terbalik ke dalam dan ke
luar belakang (900)

Rotasi Dengan siku fleksi,


eksternal gerakan tanga sampai ke
arah luar dan lateral
terhadap kepala
Sirkumduksi Gerakan tangan dalam
gerakan melingkar penuh

Fleksi Bengkokan siku,


sehingga lengan bawah
bergerak ke arah
persendian bahu dan
sejajar dengan bahu
(1500)
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Ekstensi Luruska siku dengna


menurunkan tangan

Supinasi Putar lengan bawah


sehingga telapak tangan
menghadap ke atas (70 -
900)

Pronasi Putar lenga bawah


sehingga talapak tangan
menghadap ke bawah 70
- 900)

Fleksi Gerakan telapak tangan


ke arah aspek dalam
lengan bawah (80-900)
Ekstensi Gerakan jari-jari tangan
den lengan bawah berada
dalam bidang yang sama
Hiperekstensi Gerakan permukaan
dorsal dari punggung
tangan sejauh mungkin

Abduksi Bengkokan pergelangan


tangan secara medial ke
arah ibu jari (sampai 300)
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Adduksi Bengkokan pergelangan


tangan secara lateral ke
arah jari ke lima (30 -
500)

Fleksi Gerakan ibu jari


melintang pada
permukaan telapak
0
tangan (90 )
Ekstensi Gerakan ibu jari lurus
menjauhi tangan (900)
Abduksi Luruskan ibu jari secara
laateral (300)
Adduksi Gerakan ibu jari ke
belakang ke arah tangan
(300)

Oposisi Sentuhkan ibu jari ke


masing-masing jari
tangan

Fleksi Buat geenggaman tangan


(900)

Ekstensi Luruskan jari – jari (900)


Hiperekstensi Bengkoka jari – jari
sejauh mungkin (30-600)

Abduksi Rengggangkan jari-jari


(300)
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Adduksi Kuncupkan jari-jari (300)

Fleksi Gerakan tungkai ke arah


depan dan ke atas (90-
1200)
Ekstensi gerakan tungkau ke
belakang di samping
tungkai yang lain (90-
1200)

Hiperekstensi Gerakan tungkai ke


0
belakang tubuh (30-50 )

Abduksi Gerakan tungkai secara


lateral mejauhi tubuh
(30-500)
Adduksi Gerakan tungkai ke
posisi medial dan
melebihi jika mungkin
(30-500)

Rotasi Balikan kaki dan tungkai


internal menjauhi tubuh tungkai
yang lain ke arah dalam
(900)
Rotasi Balikan kaki dan tungkai
eksternal menjauhi tubuh tungkai
yang lain ke arah luar
(900)
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Sirkumduksi Gerakan tungkai dalam


gerakan melingkar (3600)

Fleksi Angkat tumit ke arah


belakang paha (120 –
1300 )
Ekstensi Kembalikan tungkai ke
lantai 120 – 1300 )

Fleksi dorsal Gerakan kaki sehingga


jari-jari kaki menujuk ke
atas (20-300)
Fleksi plantar Gerakan kaki sehingga
jari-jari kaki menujuk ke
bawah (45-500)

Inversi Balikan telapak kaki


secara medial (100)
Eversi Balikan telapak kaki
secara lateral (100)
Fleksi Lipat jaari-jari kaki ke
arah bawah (30 - 600)
Ekstensi Luruskan jaari-jari kaki
(30 - 600)
Abduksi Renggangkan jari-jari
0
kaki (15 )
Adduksi Kuncupkan jari-jari kaki
(150)
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

8. HASIL a. Lansia merasa badan terasa fit dan sendi-sendi tidak kaku
b. Lansia tidaak mengalami nyeri saat melakukan gerakan
latihaan
c. Lansia tidak menngalami gangguan kelenturan sendi, tonus,
dan kekuaatan otot baik.

Lampiran 5: Materi

Gout Arthritis

1. Pengertian Gout Arthritis


Ghout arthritis adalah penyakit peradangan sendi yang dipengaruhi
oleh asupan makanan yang tinggi purin. Gout arthritis atau asam urat adalah
penyakit metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri
pada tulang dan sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah. Gout arthritis merupakan kelompok
keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek genetic pada
metabolisme purin atau hiperuricemia . Arthritis pirai (gout) merupakan suatu
sindrom klinik sebagai deposit Kristal asam urat di daerah persendiaan yang
menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut (Sholihah, 2014).

2. Epidemiologi
Prevalensi asam urat bervariasi di tiap negara. Lima tahun terakhir, di
Amerika angka kejadian asam urat meningkat menjadi sekitar 18,83%.
Penelitian meta-analisis di Cina pada tahun 2011 mendapatkan prevalensi
hiperurisemia sebesar 21,6% pada pria dan 8,6% pada wanita. Di Jepang,
Okinawa General Health Maintenance Association melakukan skrining
terhadap 9.914 individu (6.163 pria dan 3.751 wanita usia 18 - 89 tahun) dan
didapatkan prevalensi hiperurisemia secara keseluruhan sebesar 28,5%,
dengan prevalensi hiperurisemia pada pria sebesar 34,5% dan pada wanita
sebesar 11,6%. Penelitian di Thailand terhadap 1381 lansia pada bulan Juli
tahun 1999 sampai Februari tahun 2000, melaporkan prevalensi hiperurisemia
pada pria sebesar 18,4% dan pada wanita sebesar 7,8%. Vitoon et al
melaporkan angka kejadian hiperurisemia di Thailand pada laki-laki dan
perempuan yang berusia di bawah 18 tahun masingmasing sebesar 4,3% dan
1,3% dan menjadi meningkat pada laki-laki dan perempuan yang berusia 30-
39 tahun yakni masing-masing sebesar 17,4% dan 15,4%.
Di Indonesia juga telah dilakukan penelitian untuk mencari prevalensi
hiperurisemia. Prevalensi hiperurisemia di desa Tenganan Pegrisingan
Karangasem, Bali pada tahun 2011 didapatkan sebesar 28%. Di Minahasa,
Sulawesi Utara, didapatkan prevalensi hiperurisemia pada tahun 1999 sebesar
34,30% pada pria dan 23,31% pada wanita usia dewasa muda.8 Pada tahun
2003 didapatkan angka kejadian artritis gout di Minahasa yang cukup tinggi
yaitu sebesar 29,2% (Karimba, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember pada tahun 2011, jumlah penderita asam urat untuk
Wilayah Kabupaten Jember adalah 2.859 penderita di 49 Puskesmas,
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Puskesmas Kalisat memiliki kunjungan tertinggi untuk penderita asam urat


sebesar 692 kunjungan (Vestita, 2013).

3. Etiologi
Penyebab utama terjadinya asam urat adalah karena adanya deposit/
penimbunan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering
terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan
metabolic dalam pembentukan purin dan eksresi asam urat yang kurang dari
ginjal. Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan asam urat antara lain
(Vestila, 2013):
a. Genetik atau riwayat keluarga
b. Asupan senyawa purin berlebih dari makanan
c. Konsumsi alkohol berlebih
d. Obesitas
e. Hipertensi, penyakit jantung
f. Obat – obatan tertentu (terutama diuretik)
g. Gangguan fungsi ginjal
h. Keracunan kehamilan (Preeklampsia)

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gout arthritis menurut Karimba (2013) antara lain :
a. nyeri sendi, terutama di jempol kaki yang kemudian merambat di
persendian kaki. Umumnya orang yang berusia 35 tahun ke atas rawan
terkena penyakit ini;
b. kesemutan dan linu;
c. nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur;
d. sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan nyeri
luar biasa pada malam dan pagi.

5. Prinsip Diet yang Tepat untuk Asam Urat


Prinsip diet yang tepat untuk pasien dengan asm urat menurut Karimba
(2013) antara lain :
a. Pembatasan purin
b. Kalori sesuai dengan kebutuhan
c. Diit Tinggi karbohidrat
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui uirn. Konsumsi karbohidrat
kompleks ini sebaiknya tidak kurang dari 100 gram per hari. Karbohidrat
sederhana jenis fruktosaa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan
sirop sebaiknya dihindari karena fruktosa akan meningkatkan kadar asam
urat dalam darah.
d. Diit Rendah protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein
hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru, dan
limpa. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

urat adalah sebesar 50-70 gr/hari atau 0,8-1 gr/kg berat badan/hari.
Sumber protein yang disarankan adalahhh protein nabati yang berasal
dari susu, keju dan telur
e. Diit Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan
yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya
dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 % dari total kalori.
f. Diit Tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat
melalui urin. Karena itu, Anda disarankan untuk menghabiskan minum
minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Selain dari minuman,
cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung
banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon,
blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan
tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-
buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya
dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai
kandungan lemak yang tinggi.

6. Cara mengobati Gout Arthritis


Terapi medikamentosa pada pasien dengan gout arthritis menurut
Sholihah (2014) antara lain :
a. Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINs)
OAINs dapat mengontrol inflamasi dan rasa sakit pada penderita gut
secara efektif. Efek samping yang terjadi antara lain iritasi pada sistem
gastrointestinal, ulserasi pada perut dan usus dan bahkan perdarahan
usus. Penderita yang memiliki riwayat menderita alergi terhadap aspirin
atau polip tidak dianjurkan menggunakan obat ini.
b. Kolksin
Kolksin efektif digunakan pada gout akut, menghiangkan nyeri
dalam waktu 48 jam pada sebagian besar pasien. Kolksin mengontrol
gout secara efektif dan mencegah fagositosit kristal urat oleh neutrofil,
tetapi seringkali membawa efek samping seperti nausea dan diare.
c. Kortikosteroid
Kortikosteroid biasanya berbentuk pil atau dapat pula berupa suntikan
yang langsung disuntikkan ke sendi penderita. Efek samping dari
steroid antara lain penipisan tulang, sulit menyembuhkan luka dan
penurunan ketahanan tubuh terhadap infeksi.

7. Pengertian Latihan Rentang Gerak Lansia


Latihan rentang gerak lansia merupakan penggunaan gerakan tubuh
secara aktif untuk memelihara atau memulihkan fleksibilitas sendi. Latihan
rentang gerak lansia ini diindikasikan untuk semua lansia guna mencegah
kelenturan sendi akibat kurang aktivitas. Tidak ada kontra indikasi untuk
latihan ini. Tujuan dari latihan ini antara lain: meningkatkan kekuatan otot,
mencegah dan memperbaiki kondisi otot, tulang dan persendian serta
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

mencegah masalah terkait dengan kardiovaskuler pernafasan dan metabolik.


Alat yang digunakan sebgai indikator keberhasilan adalah genimeter dan
penggaris.

Lampiran 6: Media Leaflet


Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Lampiran 6: Media Leaflet


Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Lampiran 7: Dokumentasi Foto Kegiatan

Gambar 1. Kegiatan demonstrasi latihan rentang gerak lansia pada lansia di


Wisma Seruni UPT PSTW Jember Kabupaten/Kota Jember pada tanggal 20 bulan
September tahun 2019 oleh Ega Putri Nurwita, S.Kep, Desi Trisari, S.Kep, dan
Novia Rizky Utami, S.Kep Mahasiswa PSP2N Stase Keperawatan Gerontik
Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas 2019
Keperawatan Universitas Jember

Gambar 2. Kegiatan demonstrasi latihan rentang gerak lansia pada lansia di


Wisma Seruni UPT PSTW Jember Kabupaten/Kota Jember pada tanggal 20 bulan
September tahun 2019 oleh Ega Putri Nurwita, S.Kep, Desi Trisari, S.Kep, dan
Novia Rizky Utami, S.Kep Mahasiswa PSP2N Stase Keperawatan Gerontik
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai