Anda di halaman 1dari 25

Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.

Kep Universitas Jember 2018

LAPORAN PRE PLANNING PENDIDIKAN KESEHATAN DAN


DEMONSTRASI TENTANG LATIHAN RENTANG GERAK
LANSIA PADA LANSIA DI PELAYANAN SOSIAL
TRESNA WERDA (PSTW) BANYUWANGI
KABUPATEN BANYUWANGI

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah stase keperawatan gerontik

oleh
Kelompok 2
Jauharotun Nafi’ah, S.Kep. NIM 182311101009
Yunizar Firda Alfianti, S.Kep. NIM 182311101050
Depi Lestari, S.Kep. NIM 182311101061

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

BAB I. LATAR BELAKANG

1.1 Analisis Situasi


Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kematangan
dalam ukuran dan fungsi dan menunjukkan kemunduran sejalan dengan
waktu. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia
yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia. Usia harapan hidup di Indonesia kian
meningkat sehingga semakin banyak terdapat lansia. Dengan bertambahnya
usia maka permasalahan kesehatan yang terjadi akan semakin kompleks.
Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah
asamuratataubiasadisebutdenganGout Artritis.
Kadar urat dalam darah tergantung usia dan jenis kelamin. Rata-rata
kadar asam urat pada laki-laki dewasa dan wanita premenopause sekitar 6.8
dan 6.0 mg/dl. Kadar asam urat pada orang dewasa cenderung meningkat
dengan bertambahnya usia, berat badan, tekanan darah, konsumsi alkohol dan
gangguan fungsi ginjal. Penyakit asam urat atau bisa dikenal sebagai
merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal
monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil samping dari
pemecahan sel yang terdapat di dalam darah, karena tubuh secara
berkesinambuangan memecah dan membentuk sel yang baru. Kadar asam
urat meningkat atau abnormal ketika ginjal tidak mampu mengeluarkannya
melalui urin, sehingga dapat menyebabkan nyeri sendi, terbentuknya
benjolan-benjolan pada bagian tubuh tertentu (thopi) seperti pada jari kaki,
serta gangguan pada saluran kemih. Penyakitasamurat yaitu penyakit yang
disebabkan oleh gangguan metabolisme, yang dalam hal ini ialah gangguan
metabolisme asam urat.Gangguan asam urat ditandai dengan suatu serangan
tiba-tiba di daerah persendian. Saat bangun tidur, misalnya, ibu jari kaki dan
pergelangan kaki terasa terbakar, sakit dan membengkak. Bahkan selimut
yang digunakan terasa seperti batu yang membebani kaki.
Prevalensi gout arthritis bervariasi di tiap negara. Lima tahun terakhir,
di Amerika angka kejadian gout meningkat menjadi sekitar 18,83%.
Penelitian meta-analisis di Cina pada tahun 2011 mendapatkan prevalensi
hiperurisemia sebesar 21,6% pada pria dan 8,6% pada wanita. Di Jepang,
Okinawa GeneralHealth Maintenance Association melakukan skrining
terhadap 9.914 individu (6.163 pria dan 3.751 wanita usia 18 - 89 tahun) dan
didapatkan prevalensi hiperurisemia secara keseluruhan sebesar 28,5%,
dengan prevalensi hiperurisemia pada pria sebesar 34,5% dan pada wanita
sebesar 11,6%. Penelitian di Thailand terhadap 1381 lansia pada bulan Juli
tahun 1999 sampai Februari tahun 2000, melaporkan prevalensi hiperurisemia
pada pria sebesar 18,4% dan pada wanita sebesar 7,8%. Vitoon et al
melaporkan angka kejadian hiperurisemia di Thailand pada laki-laki dan
perempuan yang berusia di bawah 18 tahun masingmasing sebesar 4,3% dan
1,3% dan menjadi meningkat pada laki-laki dan perempuan yang berusia 30-
39 tahun yakni masing-masing sebesar 17,4% dan 15,4%.
Di Indonesia juga telah dilakukan penelitian untuk mencari prevalensi
hiperurisemia. Prevalensi hiperurisemia di desa Tenganan Pegrisingan
Karangasem, Bali pada tahun 2011 didapatkan sebesar 28%.Di Minahasa,
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Sulawesi Utara, didapatkan prevalensi hiperurisemia pada tahun 1999 sebesar


34,30% pada pria dan 23,31% pada wanita usia dewasa muda.8 Pada tahun
2003 didapatkan angka kejadian artritis gout di Minahasa yang cukup tinggi
yaitu sebesar 29,2%(Karimba, 2013).Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember pada tahun 2011, jumlah penderita asam urat untuk
Wilayah Kabupaten Jember adalah 2.859 penderita di 49 Puskesmas,
Puskesmas Kalisat memiliki kunjungan tertinggi untuk penderita asam urat
sebesar 692 kunjungan (Vestita, 2013). Berdasarkan pengkajian yang
dilakukan oleh mahasiswa FKEP Unej pada Lansia ditemukan data bahwa
lansia sering mengalami nyeri pada persendian terutama pada daerah kaki.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
kegiatan yang akan dilakukan ini adalah bagaimana melakukan latihan rentan
gerak lansia pada Lansia diPSTW Banyuwangi?
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu melakukan latihan
rentangerakpada Lansiadi PSTW Banyuwangi
2.1.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dengan dibuatnya preplaning ini
adalah sebagai berikut:
1. Lansia mengerti dan mampu melakukan latihan rentan gerak lansia;
2. Lansia mengetahui manfaat latihan rentan gerak lansia;
3. Lansia mampu mengikuti dan mendemonstrasikan latihan rentan
gerak lansia.

2.2 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dalam penulisan preplaning ini adalah
sebagai berikut:
2.2.1 Menambah pengetahuan Lansia mengenai latihan rentan gerak lansia
2.2.2 Membantu meningkatkan toleransi dan kekuatan otot Lansia
2.2.3 Membantu mempertahankan rentang gerak sendi otot Lansia
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kematangan
dalam ukuran dan fungsi dan menunjukkan kemunduran sejalan dengan
waktu. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia
yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia. Usia harapan hidup di Indonesia kian
meningkat sehingga semakin banyak terdapat lansia. Dengan bertambahnya
usia maka permasalahan kesehatan yang terjadi akan semakin kompleks.
Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah asam urat atau
biasa disebut dengan Gout Artritis.
Kadar urat dalam darah tergantung usia dan jenis kelamin. Rata-rata
kadar asam urat pada laki-laki dewasa dan wanita premenopause sekitar 6.8
dan 6.0 mg/dl. Kadar asam urat pada orang dewasa cenderung meningkat
dengan bertambahnya usia, berat badan, tekanan darah, konsumsi alkohol dan
gangguan fungsi ginjal. Penyakit asam urat atau bisa dikenal sebagai
merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal
monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil samping dari
pemecahan sel yang terdapat di dalam darah, karena tubuh secara
berkesinambuangan memecah dan membentuk sel yang baru. Kadar asam
urat meningkat atau abnormal ketika ginjal tidak mampu mengeluarkannya
melalui urin, sehingga dapat menyebabkan nyeri sendi, terbentuknya
benjolan-benjolan pada bagian tubuh tertentu (thopi) seperti pada jari kaki,
serta gangguan pada saluran kemih.
Prevalensi gout arthritis bervariasi di tiap negara. Lima tahun
terakhir, di Amerika angka kejadian gout meningkat menjadi sekitar 18,83%.
Penelitian meta-analisis di Cina pada tahun 2011 mendapatkan prevalensi
hiperurisemia sebesar 21,6% pada pria dan 8,6% pada wanita. Di Jepang,
Okinawa GeneralHealth Maintenance Association melakukan skrining
terhadap 9.914 individu dan didapatkan prevalensi hiperurisemia secara
keseluruhan sebesar 28,5%, dengan prevalensi hiperurisemia pada pria
sebesar 34,5% dan pada wanita sebesar 11,6%. Penelitian di Thailand
terhadap 1381 lansia pada bulan Juli tahun 1999 sampai Februari tahun 2000,
melaporkan prevalensi hiperurisemia pada pria sebesar 18,4% dan pada
wanita sebesar 7,8%. Vitoon et al melaporkan angka kejadian hiperurisemia
di Thailand pada laki-laki dan perempuan yang berusia di bawah 18 tahun
masingmasing sebesar 4,3% dan 1,3% dan menjadi meningkat pada laki-laki
dan perempuan yang berusia 30-39 tahun yakni masing-masing sebesar
17,4% dan 15,4% (Karimba, 2013).
Di Indonesia juga telah dilakukan penelitian untuk mencari prevalensi
hiperurisemia. Prevalensi hiperurisemia di desa Tenganan Pegrisingan
Karangasem, Bali pada tahun 2011 didapatkan sebesar 28% (Karimba,
2013).Di Minahasa, Sulawesi Utara, didapatkan prevalensi hiperurisemia
pada tahun 1999 sebesar 34,30% pada pria dan 23,31% pada wanita usia
dewasa muda.8 Pada tahun 2003 didapatkan angka kejadian artritis gout di
Minahasa yang cukup tinggi yaitu sebesar 29,2%Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember pada tahun 2011, jumlah penderita asam urat
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

untuk Wilayah Kabupaten Jember adalah 2.859 penderita di 49 Puskesmas,


Puskesmas Kalisat memiliki kunjungan tertinggi untuk penderita asam urat
sebesar 692 kunjungan (Vestita, 2013).

3.2 Kerangka Penyelesaian

Pemateri menjelaskan konsep dasar penyakit


asam urat

Pemateri menjelaskan tentang diit


asam urat

Pemeteri mendemonstrasikan dan


mengajarkan latihan rentang gerak lansia

Lansia dapat melakukan rentang


gerak lansia secara mandiri

Berikan refoiment positif pada lansia


setelah melakukan latihan rentang
gerak lansia
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Pendidikan kesehatan yang disertai demonstrasi merupakan upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
masyarakat khususnya lansia untuk menerapkan cara-cara hidup sehat dan
memperbaiki status kesehatan lansia. Dalam realisasi penyelesaian masalah
mengenai asam urat yang dapat dilakukan adalah melakukan latihan rentan
geraklansiauntukmemperbaikikekakuansendi yang dilami oleh Lansia.

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi ini
yaitu Lansiaakan diajarkan mengenai latihan latihan rentan gerak lansia.
Latihan ini dilakukan agar dapat diterapkan sehari-hari oleh Lansia untuk
meningkatkan toleransi dan mencegah kekakuan otot Lansia, serta membantu
mempertahankan rentang gerak sendi otot Lansia.

4.3 Metode yang Digunakan


1. Jenis model pembelajaran : konstruktif
2. Landasan teori : diskusi dan demonstrasi
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindak lanjut sasaran
=Sasaran

= Pemateri
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedhi dan Martono, Hadi. 2012. Ilmu kesehatan Usia Lanjut. Jakarta:
Balai penerbit Fakultas kedokteran UI
Karimba. 2013.Gambaran Kadar Asam Urat Pada MahasiswaAngkatan 2011
Fakultas Kedokteran UniversitasSam Ratulangi Dengan Indeks Massa
Tubuh ≥ 23 Kg/M. Diaksesdari:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&
cad=rja&uact=8&ved=0CC0QFjACahUKEwjv5rH5gIDJAhUGMaYKHSlb
AV4&url=http%3A%2F%2Fejournal.unsrat.ac.id%2Findex.php%2Febiome
dik%2Farticle%2FviewFile%2F1175%2F1623&usg=AFQjCNF2NO6al4H
EklDZgsAx_kOw_Qsb-
w&sig2=UN_v7VjjwdLvImdsKJuO4w&bvm=bv.106923889,d.dGo
Vestita.2013. Gambaran Kejadian Asam Urat (Gout) Berdasarkan
Kegemukan Dan Konsumsi
Makanan.Diaksesdari:https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s
&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCEQFjABahUKEwjbjoDF
_P_IAhUCFZQKHTnzAXg&url=http%3A%2F%2Frepository.unej.ac.id%
2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F24626%2FAB%2520(330)_1.pd
f%3Fsequence%3D1&usg=AFQjCNGQCEigEec9eq8A6nQ0eIOVuFt-
Yg&sig2=kVHzXP0a4HrT4cVSlAQsLg&bvm=bv.106923889,d.dGo
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran:
Lampiran 1 : Berita Acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedur (SOP)
Lampiran 5 : Materi

Banyuwangi, Minggu, 23 September 2018


Pemateri

Kelompok 2
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 1: Berita Acara

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2018/2019

BERITA ACARA

Pada hari ini, Minggu, 23 September 2018 jam 09.00 WIB bertempat di UPT
PSTW Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur telah dilaksanakan Kegiatan
Life Review. Kegiatan ini diikuti oleh…. orang (daftar hadir terlampir)

Banyuwangi, 23 September 2018


Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Stase Keperawatan Gerontik FKEP UNEJ

Ns. Latifa Aini S., M.Kep.,Sp.Kom


NIP. 19710926 200912 2 001
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 2: Daftar Hadir

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2017/2018

DAFTAR HADIR

Kegiatan TAK: Life Rewview pada: Minggu, 23 September 2018 jam 09.00 WIB
bertempat di UPT PSTW Banyuwangi.

NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Banyuwangi, 23 September 2018


Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Stase Keperawatan Gerontik FKEP UNEJ

Ns. Latifa Aini S., M.Kep.,Sp.Kom


NIP. 19710926 200912 2 001
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 3: Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Latihan Rentan Gerak Lansia


Sasaran :Lansia
Waktu : 09.00-09.30 WIB
Hari/Tanggal : Minggu, 23 September 2018
Tempat : PSTW Banyuwangi Kabupaten/Kota Banyuwangi Provinsi Jawa
Timur

1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan demonstrasi mengenai latihan rentan gerak lansia,
sasaran akan dapat mengerti, memahami, dan mampu mendemonstrasikan
latihan rentan gerak lansia.

2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan demonstrasi latihan mobilitas sendi lansiaasam urat selama
20 menit sasaran akan mampu:
a. Mengerti dan mampu mempraktekkan latihan rentan gerak lansia
b. Mampu menerapkan latihan rentan gerak lansia sehari-hari

3. Pokok Bahasan
Latihan rentan gerak lansia

4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian latihan rentang gerak lansia
b. Tujuan latihan rentang gerak lansia

5. Waktu
1 x 30 menit

6. Bahan/Alat yang diperlukan


a. Materi

7. Model Pembelajaran
a. Jenis model penyuluhan: Pertemuan Lansia dan Istrinya
b. Langkah pokok:
1) Menciptakan suasana ruangan yang baik
2) Mengajukan masalah
3) Membuat keputusan nilai personal
4) Mengidentifikasi pilihan tindakan
5) Memberi komentar
6) Menetapkan tindak lanjut
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

8. Setting Tempat
Keterangan:
1. Pemateri

2. Peserta

9. Persiapan
Penyuluh menyiapkan materi dan SOP tentang latihan rentang gerak lansia
untuk Lansia

10. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta
Pendahuluan a. Salam pembuka Memperhatikan 5 menit
b. Memperkenalkan
diri
c. Menjelaskan
tujuan umum dan
tujuan khusus
Penyajian 1. Menjelaskan Memperhatikan dan 20 menit
tentang: memberi tanggapan
a. Pengertian
latihan
mobilitas sendi
lansiaasam urat
b. Tujuandanmanf
aatlatihan
mobilitas sendi
lansiaasam urat
c. Langkah-
langkahmelaku
kanlatihan
mobilitas sendi
lansiaasam urat
2. Memberikan
kesempatan
kepada
Lansiadankeluarg
anya untuk
bertanya
3. Menjawab
pertanyaan
4. Mendemonstrasi
kan latihan
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

mobilitas sendi
lansiaasam urat
5. Memberikan
kesempatan
kepada Lansia
untuk ikut
mempraktikkan /
mendemonstrasik
an
latihanrentangger
aklansia
Penutup a. Menyimpulkan Memperhatikan dan 5 menit
materi yang telah menanggapi
diberikan
b. Mengevaluasi
hasil pendidikan
kesehatan dan
demonstrasi
c. Memberikan
leaflet tentang
personal hygiene
d. Salam penutup

6. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Materi yang akan disajikan terkait latihan mobilitas sendi lansia asam
urat yang mengalami kram atau mati rasa pada bagian tubuh sebelah
kiri telah siap disajikan
b. Tempat yang akan digunakan untuk melakukan latihan mobilitas sendi
lansia asam urat telah siap digunakan
c. Persiapan mahasiswa telah dilakukan
d. Persiapan Lansia dan keluarga telah dilakukan
2. Evaluasi Proses
a. Proses penyuluhan dan demonstrasi latihan rentang gerak lasia pada
Lansia berjalan dengan lancer mulai dari awal hingga akhir latihan
sesuai dengan yang diharapkan
b. Lansia dan keluarga kooperatif selama dilakukan latihan rentang
gerak lansia
c. Tujuan umum dan tujuan khusus tercapai setelah latihan rentang gerak
lansia dilaksanakan
3. Evaluasi Hasil
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan lansia dan keluarga
mampu:
a. Menjelaskan pengertian, tujuan, indikasi serta manfaat latihan rentang
gerak lansia
b. Mengetahui dan mampu mempraktikkan langkah-langkah rentang
gerak lansia
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

c. Melakukan konseling untuk membantu lansia dalam mengemukakan


masalah yang dihadapi
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 4: Standar Operasional Prosedur

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

LATIHAN RENTANG GERAK LANSIA


PSIK

UNIVERSITAS JEMBER

PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN : NO HALAMAN :


REVISI :

TANGGAL DITETAPKAN OLEH :


TERBIT :
1 PENGERTIAN Latihan rentang gerak terkait dengan koordinasi otot, tulang, sendi
dan persyarafannya untuk mempertahankan rentang yang normal.
2 TUJUAN a. Mencegah dan memperbaiki kondisi otot, tulang, dan
persendian.
b. Mencegah masalah terkait dengan kardiovaskuler, pernafasan,
dan meetaabolik.
3. INDIKASI Semua lansia untuk mencegah ganggguan elenturan sendi akibat
kurang aktivitas
4. KONTRAINDIKASI -

5 PERSIAPAN a. Lansia diberitahu tindaakan yang akan dilakukan


LANSIA b. Posisi lansia disesuaikan dengan gerakkan yang akan dilakukan
c. Ruangan yang tenang, beersih, cukup ventilasi, pencahaayaaan
dan suhu yang nyaman (tidak panas)

6 PERSIAPAN ALAT Tidaak ada alat yang dipeerlukan pada latihan ini. Alat yang
digunakan dalam indikator kebersihan adalah geniomeeter dan
penggaris atau midline.
7 PROSEDUR KERJA a. Kaji kemungkinan adanya nyeri pada sendi tertentu
b. Susun jadwal program latihan: setiap hari dan setiap latihan
diulang lima kali selama periode latihan
c. Anjurkan lansia atau care giver dalam keluarga melakukan
latihan secara berlahan
d. Pada titik yang mengalami tahanan, lakukan dengan hati-hati
dan berhenti jika lansia mengekspresikan nyeri
e. Mulai laatihaan dari bagian atas hingga bagian bawah, dengan
rangkaian gerakan sebagai berikut :
1. Bagian leher : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, dan fleksi
lateral.
2. Bagian bahu : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

rotasi internal, rotasi eksternal, dan sirkumduksi


3. Bagian siku : fleksi dan ekstensi
4. Bagian lenngan bawah : supinasi dan pronasi
5. Bagian pergelagan tangan : fleksi, ekstensi, hiperekstensi,
abduksi, adduksi
6. Bagian jari-jari : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,
adduksi
7. Bagian ibu jari : fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan
oposisi
8. Bagian pinggul : fleksi, ekstensi, hiperekstensi abduksi,
adduksi, rotasi internal, rotasi eksternal, dan sirkumduksi
9. Bagian lutut : fleksi, dan ekstensi
10. Bagian pergelangan kaki : fleksi dorsal dan fleksi plantar
11. Bagian kaki : inverse, everse, fleksi, ekstensi, abduksi, dan
adduksi

Fleksi Tundukan kepala hingga


dagu menempel ke dada
(450)
Ekstensi Kembalikan posisi kepala
menjadi tegak
Hiperekstensi Dongakan kepala sejauh
mungkin ke arah
belakang (100)
Fleksi lateral Dongakan kepala ke arah
samping sejauh mungkin
hingga menyentuh bahu
(40- 450)

Fleksi Angkat tangan dari posisi


samping mengarah ke
atas kepala (1800 )
Ekstensi Kembalika tangan ke
posisi di samping tubuh
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Hiperekstensi Gerakan tangan di


belakaang tubuh, jaga
agar siku tetap lurus (450-
600)
Abduksi Angkat tanga ke arah
samping dan melewati
tubuh sejauh mungkin
(3200)

Rotasi Dengan siku fleksi, putar


Internal bahu dengan menggerkan
tanga sampai ibu jari
terbalik ke dalam dan ke
luar belakang (900)

Rotasi Dengan siku fleksi,


eksternal gerakan tanga sampai ke
arah luar dan lateral
terhadap kepala
Sirkumduksi Gerakan tangan dalam
gerakan melingkar penuh

Fleksi Bengkokan siku,


sehingga lengan bawah
bergerak ke arah
persendian bahu dan
sejajar dengan bahu
(1500)

Ekstensi Luruska siku dengna


menurunkan tangan
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Supinasi Putar lengan bawah


sehingga telapak tangan
menghadap ke atas (70 -
900)

Pronasi Putar lenga bawah


sehingga talapak tangan
menghadap ke bawah 70
- 900)

Fleksi Gerakan telapak tangan


ke arah aspek dalam
lengan bawah (80-900)
Ekstensi Gerakan jari-jari tangan
den lengan bawah berada
dalam bidang yang sama
Hiperekstensi Gerakan permukaan
dorsal dari punggung
tangan sejauh mungkin

Abduksi Bengkokan pergelangan


tangan secara medial ke
arah ibu jari (sampai 300)
Adduksi Bengkokan pergelangan
tangan secara lateral ke
arah jari ke lima (30 -
500)

Fleksi Gerakan ibu jari


melintang pada
permukaan telapak
tangan (900)
Ekstensi Gerakan ibu jari lurus
menjauhi tangan (900)
Abduksi Luruskan ibu jari secara
laateral (300)
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Adduksi Gerakan ibu jari ke


belakang ke arah tangan
(300)
Oposisi Sentuhkan ibu jari ke
masing-masing jari
tangan

Fleksi Buat geenggaman tangan


(900)

Ekstensi Luruskan jari – jari (900)


Hiperekstensi Bengkoka jari – jari
sejauh mungkin (30-600)

Abduksi Rengggangkan jari-jari


(300)
Adduksi Kuncupkan jari-jari (300)

Fleksi Gerakan tungkai ke arah


depan dan ke atas (90-
1200)
Ekstensi gerakan tungkau ke
belakang di samping
tungkai yang lain (90-
1200)
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Hiperekstensi Gerakan tungkai ke


belakang tubuh (30-500)

Abduksi Gerakan tungkai secara


lateral mejauhi tubuh
(30-500)
Adduksi Gerakan tungkai ke
posisi medial dan
melebihi jika mungkin
(30-500)

Rotasi Balikan kaki dan tungkai


internal menjauhi tubuh tungkai
yang lain ke arah dalam
(900)
Rotasi Balikan kaki dan tungkai
eksternal menjauhi tubuh tungkai
yang lain ke arah luar
(900)

Sirkumduksi Gerakan tungkai dalam


gerakan melingkar (3600)

Fleksi Angkat tumit ke arah


belakang paha (120 –
1300 )
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Ekstensi Kembalikan tungkai ke


lantai 120 – 1300 )

Fleksi dorsal Gerakan kaki sehingga


jari-jari kaki menujuk ke
atas (20-300)
Fleksi plantar Gerakan kaki sehingga
jari-jari kaki menujuk ke
bawah (45-500)

Inversi Balikan telapak kaki


secara medial (100)
Eversi Balikan telapak kaki
secara lateral (100)

Fleksi Lipat jaari-jari kaki ke


arah bawah (30 - 600)
Ekstensi Luruskan jaari-jari kaki
(30 - 600)

Abduksi Renggangkan jari-jari


kaki (150)
Adduksi Kuncupkan jari-jari kaki
(150)

8. HASIL a. Lansia merasa badan terasa fit dan sendi-sendi tidak kaku
b. Lansia tidaak mengalami nyeri saat melakukan gerakan
latihaan
c. Lansia tidak menngalami gangguan kelenturan sendi, tonus,
dan kekuaatan otot baik.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 5: Materi

ASAM URAT

1. PengertianAsamUrat
Asam urat atau Gout adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan
penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang dan sendi, sangat sering
ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah
(Merkie, Carrie, 2005).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan
dengand efek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia (Brunner
&Suddarth, 2001: 1810 ). Arthritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom
klinik sebagai deposit Kristal asam urat di daerah persendiaan yang
menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.

2. Epidemiologi
Prevalensi asam urat bervariasi di tiap negara. Lima tahun terakhir, di
Amerika angka kejadian asamurat meningkat menjadi sekitar 18,83%.
Penelitian meta-analisis di Cina pada tahun 2011 mendapatkan prevalensi
hiperurisemia sebesar 21,6% pada pria dan 8,6% pada wanita. Di Jepang,
Okinawa GeneralHealth Maintenance Association melakukan skrining
terhadap 9.914 individu (6.163 pria dan 3.751 wanita usia 18 - 89 tahun) dan
didapatkan prevalensi hiperurisemia secara keseluruhan sebesar 28,5%,
dengan prevalensi hiperurisemia pada pria sebesar 34,5% dan pada wanita
sebesar 11,6%. Penelitian di Thailand terhadap 1381 lansia pada bulan Juli
tahun 1999 sampai Februari tahun 2000, melaporkan prevalensi hiperurisemia
pada pria sebesar 18,4% dan pada wanita sebesar 7,8%. Vitoon et al
melaporkan angka kejadian hiperurisemia di Thailand pada laki-laki dan
perempuan yang berusia di bawah 18 tahun masingmasing sebesar 4,3% dan
1,3% dan menjadi meningkat pada laki-laki dan perempuan yang berusia 30-
39 tahun yakni masing-masing sebesar 17,4% dan 15,4%.
Di Indonesia juga telah dilakukan penelitian untuk mencari prevalensi
hiperurisemia. Prevalensi hiperurisemia di desa Tenganan Pegrisingan
Karangasem, Bali pada tahun 2011 didapatkan sebesar 28%.Di Minahasa,
Sulawesi Utara, didapatkan prevalensi hiperurisemia pada tahun 1999 sebesar
34,30% pada pria dan 23,31% pada wanita usia dewasa muda.8 Pada tahun
2003 didapatkan angka kejadian artritis gout di Minahasa yang cukup tinggi
yaitu sebesar 29,2% (Karimba, 2013).Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember pada tahun 2011, jumlah penderita asam urat untuk
Wilayah Kabupaten Jember adalah 2.859 penderita di 49 Puskesmas,
Puskesmas Kalisat memiliki kunjungan tertinggi untuk penderita asam urat
sebesar 692 kunjungan (Vestita, 2013).
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

3. Etiologi
Penyebab utama terjadinya asam urat adalah karena adanya
deposit/penimbunan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat
sering terjadi pada penyakit dengan metabolism asam urat abnormal dan
kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan eksresi asam urat yang
kurang dari ginjal.
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan asam urat antara lain:
a. Genetik atau riwayat keluarga
b. Asupan senyawa purin berlebih dari makanan
c. Konsumsi alcohol berlebih
d. Obesitas
e. Hipertensi, penyakit jantung
f. Obat – obatan tertentu (terutama diuretik)
g. Gangguan fungsi ginjal
h. Keracunan kehamilan (Pre eklampsia)

4. Manifestasi Klinis
a. nyeri sendi, terutama di jempol kaki yang kemudian merambat di
persendian kaki. Umumnya orang yang berusia 35 tahun ke atas rawan
terkena penyakit ini;
b. kesemutan dan linu;
c. nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur;
d. sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan nyeri
luar biasa pada malam dan pagi.

5. Prinsip Diet yang Tepat untuk Asam Urat


a. Pembatasan purin
b. Kalori sesuai dengan kebutuhan
c. Diit Tinggi karbohidrat
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui uirn. Konsumsi karbohidrat
kompleks ini sebaiknya tidak kurang dari 100 gram per hari. Karbohidrat
sederhana jenis fruktosaa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan
sirop sebaiknya dihindari karena fruktosa akan meningkatkan kadar asam
urat dalam darah.
d. Diit Rendah protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein
hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru, dan
limpa. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam
urat adalah sebesar 50-70 gr/hari atau 0,8-1 gr/kg berat badan/hari.
Sumber protein yang disarankan adalahhh protein nabati yang berasal
dari susu, keju dan telur
e. Diit Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan
yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya
dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 % dari total kalori.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

f. Diit Tinggi cairan


Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat
melalui urin. Karena itu, Anda disarankan untuk menghabiskan minum
minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Selain dari minuman,
cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung
banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon,
blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan
tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-
buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya
dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai
kandungan lemak yang tinggi.

6. Pengertian Latihan RentangGerakLansia


Latihan rentang gerak lansia merupakan penggunaan gerakan tubuh
secara aktif untuk memelihara atau memulihkan fleksibilitas sendi. Latihan
rentang gerak lansia ini diindikasikan untuk semua lansia guna mencegah
kelenturan sendi akibat kurang aktivitas. Tidak ada kontraindikasi untuk
latihan ini. Tujuan dari latihan ini antara lain: meningkatkan kekuatan otot,
mencegah dan memperbaiki kondisi otot, tulang dan persendian serta
mencegah masalah terkait dengan kardiovaskuler pernafasan dan metabolik.
Alat yang digunakan sebgai indicator keberhasilan adalah genimeter dan
penggaris.

Anda mungkin juga menyukai