PENDAHULUAN
Low back pain secara global merupakan salah satu penyebab utama tahun
hidup dengan kecatatan di 65% negara dan menjadi penyebab utama tahun hidup
dengan kecacatan di semua negara berpenghasilan tinggi. Dari hasil survey yang
dilakukan oleh Wang L et al dari tahun 1990 hingga tahun 2019 didapati kejadian
global Low back pain meningkat sebesar 50%, dari 149.294.134,47 kasus menjadi
menunjukkan tren menurun dengan EAPC sebesar -041 (-0,46 hingga -0,36),
menurun dari 3.168,93 menjadi 2.748,90 per 100.000 orang. Tingkat insiden
menurut usia menurun pada kedua jenis kelamin dimana subjek laki-laki memiliki
EAPC sebesar -0,41 (95% CL-0,46 hingga-037), dan subjek wanita memiliki
EAPC sebesar -0,41 (95% CI -0,4710-036). Tingkat insiden Low Back Pain
menurut usia standar dari tahun 1990 hingga 2019 didapati subjek wanita lebih
tinggi dari pada subjek pria, seperti yang ditunjukan oleh rasio pria terhadap
Tingkat insiden low back pain di negara-negara, pada tahun 2019 dengan
Vanuatu (4.160,10), dan Rumania (4.140,40), sedangkan tingkat insiden low back
pain dengan standar usia terendah adalah di India (2.268,60), Cina (2.280,67), dan
Singapura (2.371,31). Dari tahun 1990 hingga 2019, tingkat insiden low back
pain berdasarkan usia menurun paling banyak di India (total: EAPC, -1,02; pria:
1
EAPC, -1,10. wanita: EAPC, -1,04) dan meningkat paling tinggi di Zambia (total:
Di Eropa Tengah tingkat insiden low back pain terjadi pada 4.106,34,
Oseania pada 3.845,30, dan Eropa Timur pada 3.820,55 per 100.000 penduduk,
sedangkan tingkat insiden Low back pain standar usia terendah berada di Asia
Timur pada 2.317,36, Asia Selatan pada 2.362,13, dan Amerika Latin Selatan
pada 2.391,11 per 100.000 penduduk. Dari tahun 1990 hingga 2019, tingkat
insiden low back pain berdasarkan usia menurun paling tinggi di Asia Selatan
dengan EAPC -1,51 (95% CI, 1,72 hingga -1,31), Asia Timur dengan EAPC -0,68
(95% CI, 0,86 hingga -0,49), dan Australasia dengan EAPC -0,26 (95% CI, -0,30
hingga -0,22).1
yaitu 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu 24,7%. Jumlah penderita
800 orang dari 8 sektor informal di Indonesia. Dari data yang diperoleh, tampak
keluhan low back pain yang dialami petani kelapa sawit di Riau 31,6%, dalang di
Jawa Tengah 8%, pengrajin batu bata di Lampung 76,7% dan nelayan di DKI
Jakarta 1%.3,4
2
Angka prevelensi nyeri Low back pain di Maluku menurut survey Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku, menunjukan bahwa nyeri low back pain menduduki
hasil survei dari penelitian sebelumnya yang dilakukan pada penjahit di gedung
putih kota Ambon terdapat 30 orang penjahit yang bekerja, para penjahit
waktu 8-10 jam/hari untuk bekerja (data primer). Untuk melakukan proses
penjahit posisi kerja duduk dan menunduk dalam waktu yang lama membuat para
dengan 10 orang penjahit. Dari hasil survei tersebut didapati semua penjahit
mengeluh nyeri pinggang bagian bawah di sertai keluhan pada lutut dan bahu.
Pasien yang berkunjung ke puskesmas dengan keluhan nyeri Low back pain akan
dirujuk ke rumah sakit RSUD Dr. M. Haulussy yang merupakan rumah sakit
masyarakat, dan pemerintah karena individu yang mengalami low back pain
menjadi tidak produktif.6 Selain itu Low back pain juga menjadi penyebab paling
sering pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia dibawah 45 tahun, urutan
kedua untuk alasan paling sering mengunjungi dokter, urutan kelima alasan
perawatan dirumah sakit, dan menjadi penyebab paling sering untuk tindakan
operasi.4
3
Faktor resiko Low back pain dibagi menjadi faktor fisik, pekerjaan/okupasi
dan psikososial. Faktor fisik melipusi usia diatas 35 tahun dan wanita usia diatas
60 tahun riwayat Low back pain sebelumnya, kehamilan terutama pada usia
berlebihan, nyeri kepala dan merokok. Faktor pekerjaan yang berisiko adalah
duduk lama atau berdiri dengan posisi tubuh static, terpapar atau mengoperasikan
alat getar seperti mengemudi, menarik beban, menurunkan beban, mendorong dan
social, tuntutan mutu, tuntutan kerja, control kerja, muatan kerja rendah bahkan
sampai pada kehidupan pribadi. Untuk penyebab pasti sebagian besar Low back
pain masih belum diketahui dan dalam pemeriksaan penunjang sering tidak
terbanyak yang mengalami Low back pain adalah < 35 tahun (58%) dengan
intensitas nyeri terbanyak pada nyeri berat (86,6%). Pada penelitian yang
dilakukan Filberto et al7 didapati usia terbanyak pada kelompok umur 51-60 tahun
serupa di Ambon mengenai karakteristik Low back pain yakni usia, jenis kelamin,
IMT, penyebab Low back pain, klasifikasi nyeri berdasarkan perjalanan penyakit,
dan derajat gejala nyeri yang dikhususkan penelitiannya di Poli neurologi RSUD
4
I.2 Rumusan Masalah
2023.
tahun 2023.
2023.
2023.
5
6. Mengetahui distribusi frekuensi Low Back Pain berdasarkan ada derajat
pasien Low Back Pain di Poli Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
tahun 2023.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan data
proses perkuliahan
6
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Low back pain atau biasa dikenal dengan nyeri punggung bawah adalah
nyeri atau rasa tidak nyaman yang dirasakan didaerah sekitar punggung bagian
bawah diantara batas bawah costa dan diatas lipatan musculus glutealis inferior.
Nyeri dapat berupa nyeri lokal, radikuler, atau keduanya. Rasa nyeri yang
dirasakan seperti terbakar, menusuk, tajam atau tumpul, nyeri ini juga terdefenisi
dengan baik atau samar dengan intensitas mulai dari ringan sampai parah. Rasa
nyeri dapat dimulai secara tiba-tiba, namun bisa berkembang secara bertahap. 1
Nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan yang disebabkan oleh
gerakan yang kurang baik. Penyebab paling umum adalah kelelahan otot dan
Low back pain (LBP) atau dikenal dengan nyeri punggung bawah sering
vertebralis, mental dan postural. Contoh postur duduk adalah postur duduk yang
salah, seperti tidak lurus, kepala menunduk, condong ke depan, dada rata, dinding
perut menonjol dan cekung kedepan akibat lekukan pinggang yang berlebihan
(hiperlordotik).3 Posisi diatas yang akan menyebabkan pusat gaya berat kedepan.
8
Konpensasinya adalah punggung akan tertarik kebelakang, dan akan
waktu yang lama maka akan terjadi tulang punggung beserta jaringan tendon dan
otot dipaksa untuk menjaga bagian tubuh atas secara berlebih, sehingga akan
2. Nyeri.Kronis
membutuhkan waktu lama. Nyeri ini biasanya akan berulang, jika adanya
terdapat trauma.11
9
a) Hernia nucleus pulposus (HNP)
b) Spondilosis
c) Osteoarthiriitis
yang buruk, usia, osteoarthritis, masalah psikologis dan sosial, obesitas, tinggi
dalam waktu lama, mengemudi dalam waktu lama, membawa beban, mengangkat
beban, menarik beban, membungkuk, memutar, dan latihan. Merokok juga dapat
dianggap sebagai faktor penyebab nyeri punggung bawah pada usia muda dengan
a. Usia
10
Nyeri biasanya sudah dapat dirasakan pada usia 20 tahun ke atas,
b. Jenis kelamin
1. Tinggi badan
beban tubuh.10
2. Berat badan
punggung.5
d. Pekerjaan
sangat penting, karena seorang pekerja berat sering memikul beban berat
yang dilakukan secara intens dan dalam jangka waktu lama akan
11
e. Masa kerja
terjadinya
kerja atau masa kerja hal ini dikarenakan semakin lama masa bekerja
klinis.5
f. Aktivitas/olahraga
berat seperti aktivitas berlebihan lebih dari 1 jam per hari dan duduk
jika diamati lebih dari 2 jam per hari. Sebelum dapat meningkatkan
12
Gejala dan tanda klinis yang terjadi pada pasien Low Back Pain, yaitu 10
1. Spasme dan nyeri akan terjadi setelah cedera otot atau dalam empat jam
setelah cidera. Spasme otot terjadi baik saat istrahat maupun saat
melakukan aktivitas.
7. Spasme otot dapat terjadi baik pada saat aktifitas maupun istirahat.
Gejala yang terjadi pada berat koyakan (tears) pada otot dibagi menjadi tiga
derajad, yaitu :
13
Tabel I.1 Derajad gejala Low Back Pain.10
Derajad I Derajad II Derajad III
[Sumber : Yang H, Haldeman S, Lu M-L, Baker D. Low back pain prevalence and related
workplace psychosocial risk factors: astudy using data from the 2010 national health interview
survey. Journal of Manipulative and Physiological Therapeutics. 2017;39(7):459–72.]10
mengubah rangsangan ini menjadi sinyal listrik yang ditransduksi ke pusat otak
yang badan selnya terletak di ganglia akar dorsal. Akson akan bercabang menjadi
dua: cabang perifer bersentuhan dengan kulit dan cabang pusat bersinaps dengan
informasi sonosensori dan terdiri dari beberapa populasi sel glial yang membentuk
sinyal.4 Jika rangsangan berbahaya bertahan, proses sensitisasi perifer dan sentral
14
dapat terjadi, mengubah nyeri dari akut menjadi kronis. Sensitisasi sentral ditandai
dengan peningkatan eksitabilitas sel SSP sehingga input normal memulai respons
abnormal. Ini adalah penyebab disestesia, yaitu rasa sakit yang disebabkan oleh
sentuhan ringan pada kulit dan penyebaran rasa sakit hipersensitivitas di luar area
proses yang mengarah ke sensitisasi sentral, penyakit ini tetap sulit untuk diobati.
Sensitisasi perifer dan sentral memainkan peran penting dalam meredakan nyeri
mudah memicu peradangan jangka panjang pada sendi, ligamen, dan otot yang
sensitivitas perifer.vi dan sentral. Selain itu, sendi, cakram, dan tulang dikelilingi
oleh serat delta yang stimulasi konstannya dapat dengan mudah berkontribusi
diperkirakan penyebab 80-90% kasus nyeri punggung bawah tidak diketahui dan
berlangsung selama beberapa dekade.1 Ketegangan otot dan kedutan adalah salah
satu alasan paling umum untuk nyeri punggung bawah, misalnya pada pasien
dengan fibromyalgia. Dalam kasus lain, nyeri punggung bawah dapat dikaitkan
dengan pemicu nyeri yang berbeda, dengan ciri-ciri khusus, seperti nyeri lensa,
1. Nyeri Radikular
15
Nyeri radial adalah nyeri yang disebabkan oleh pelepasan ektopik
dari akar dorsal yang meradang atau rusak atau kelenjar getah beningnya;
Pada umumnya nyeri menjalar dari punggung dan bokong sampai kaki
Meskipun nyeri sentuh, nyeri ini berbeda dari nyeri sentuh normal
atau di ujung perifer tetapi dari perineum. Cedera pada serat sensorik
belakang lumbar. Mereka terbentuk dari proses bawah vertebra atas dan
saraf bebas dan tertutup, yang mengaktifkan saraf sensorik dan juga
stabil namun fleksibel untuk tubuh bagian atas. Sendi sakral terlibat
16
dalam gerakan sakral, secara langsung mempengaruhi diskus
internalnya tidak diketahui tetapi telah ditandai oleh cabang ventral dari
karena ligamen atau regangan selubung, kompresi atau gaya geser yang
peradangan.12
jaringan parut setelah operasi tulang belakang atau, bahkan tanpa operasi
belakang.
5. Nyeri Diskogenik
17
lesi, terdiri dari asam hialuronat dan fragmen fibronektin, yang memiliki
1. Palpasi
menilai apakah ada nyeri tekan pada tulang belakang atau spasme pada
di L4-L5 atau L5-S1. Tes ini biasanya dilakukan secara pasif, dengan
pasien berbaring terlentang dengan kaki lurus, rotasi pinggul medial dan,
selain itu, ekstensi lutut, kemudian terapis mulai melenturkan kaki dari
35 ° hingga 70 ° sampai pasien bebas dari rasa sakit atau kaku di paha
posterior Hasil positif terjadi jika nyeri terjadi di sepanjang jalur saraf
akar vertebra.11
18
Gambar II.1 Laseque test (straight leg raising test)11
[Sumber : Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Clinically oriented anatomy, 7th edition. 7th
Edition. Taylor C, editor. Wolters Kluwer Health. Philadelphia: Wolter Kluwer Health; 2014.
440-53]
3. Tes Valsava
pasien untuk memeras dan menahan napas, dan kemudian menilai apakah
4. Tes Patrik
5. Bragrad test
19
Cara untuk melakukan tes ini sama dengan tes laseque hanya saja
pada saat mengangkat tungkai disertai dengan dosri fleksi kaki dan
hasilnya sama hal dengan laseque, namun apabila pada low back pain
6. Tes Nyeri
Gerakan sama pada tes SLR tetapi di tambahi dengan gerakan fleksi
kepala secara aktif dan biasanya akan dilakukan pada 40-60 derajat. Hasil
negatif.13
20
neuromuskular. Terapi dapat pula dilakukan dengan cara meridian
1. Asetaminofen
sebagai terapi lini pertama didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan
(NSAID).
2. NSAID
dengan biaya lebih rendah daripada lebih agen selektif. Jika NSAID non
21
berdasarkan profil risiko pasien. NSAID harus dipertimbangkan ketika
nyeri.
3. Steroid
untuk nyeri radikuler harus jelas namun untuk injeksi steroid epidural
22
II.2 Kerangka Teori
Klasifikasi LBP:
1. LBP traumatik
2. LBP akibat adanya perubahan
degenerative Faktor resiko:
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. IMT
4. Pekerjaan
Derajat Gejala LBP:
5. aktivitas/olahraga
1. Derajat I
2. Derajat II
3. Derajat III
Diagnosis LBP:
1. Anamneis
2. Pemeriksaan Fisik
Gambar II.2
3. Pemeriksaan Kerangka
penunjang
Terapi LBP:
1. Non-farmakologi
2. farmakologi
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Back Pain di Poli Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2023.
Haulussy Ambon.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang terdiagnosis Low
Back Pain yang datang berobat di poli neurologi di RSUD Dr. M. Haulussy
Ambon.
24
III.4 Kriteria Penelitian
1. Pasien dengan diagnosis Low Back Pain yang datang ke poli neurologi
infonm consent.
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah karakteristik pasien
Low Back Pain berdasarkan usia, jenis kelamin, IMT, Penyebab Low Back Pain,
jenis nyeri berdasarkan durasi nyeri, dan derajat gejala Low Back Pain di Poli
Karakteristik :
1. Usia
Low Back Pain
2. Jenis Kelamin
3. IMT
4. Penyebab LBP
5. Jenis nyeri
6. Derajat gejala LBP
25
III.7 Definisi Operasional
26
III.8 Instrumen Penelitian
diperoleh dari kuesioner yang dijawab oleh pasien Low Back Pain yang datang
kuesioner yang dilakukan oleh pasien Low Back Pain di RSUD Dr. M. Haulussy
analisis data
dalam SPSS apakah data yg diinput sudah lengkap atau tidak lengkap.
27
III.10.2 Analisis Data
mengenai karakteristik pasien Low Back Pain berdasarkan usia, jenis kelamin,
IMT, Penyebab LBP, Jenis Nyeri dan derajat gejala Low Back Pain di Poli
Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2023. Data disampaikan dalam
bentuk tabel dan grafik disertai dengan penjelasan terkait hasil penelitian.
Subjek penelitian
Kuesioner
28
III.12 Etika Penelitian
kepada subjek untuk dapat memberikan informasi atau tidak dalam penelitian
pengumpulan data peneliti akan mendapat persetujuan dari Komite Etik Fakultas
III.12.3 Kerahasiaan
inisial dalam mengisi data dalam kuisioner. Selain itu, peneliti juga akan menjaga
kode.
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pasien low back pain
pada subjek penelitian dan peneliti berusaha untuk tidak merugikan subjek.
29
III.12.6 Justice (Keadilan)
Tahun 2022
Pembuatan
Proposal
Seminar
Proposal
Perbaikan
Proposal
Pengumpulan
data
Analisis data
Ujian Skripsi
30
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ijphcm/article/download/33580/31812
3. Lating Z, Stikes D, Husada M dkk. Hubungan antara Posisi dan Lama Duduk
dengan Kejadian Low Back Pain (LBP) pada Penjahit di Kota Ambon.
http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
4. Rinaldi E, Utomo W, Nauli FA. Hubungan posisi kerja pada pekerja industri
batu bata dengan kejadian low back pain. Jurnal Online Mahasiswa [Internet];
https://media.neliti.com/media/publications/184011-ID-hubungan-posisi-
kerja-pada-pekerja-indus.pdf
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamedica/article/view/866/1067
dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di
31
Pelabuhan Dusun Pelita Jaya Tahun 2020. Global Health Science [Internet];
http://jurnal.csdforum.com/index.php/GHS/article/view/ghs6104
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/jbk/article/view/14479
al. Mechanisms of low back pain: a guide for diagnosis and therapy[version
9. Wong AY, Karppinen J, Samartzis D. Low back pain in older adults: risk
Disorder. 2017;12(1):1–23.
10. Yang H, Haldeman S, Lu M-L, Baker D. Low back pain prevalence and
related workplace psychosocial risk factors: astudy using data from the 2010
Therapeutics. 2017;39(7):459–72.
11. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Clinically oriented anatomy, 7th Edition.
12. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Suwahjo A, Liestyawan YA,
32
13. Morgan GE, Mikhail MS. Morgan &mikhail’s clinical anesthesiology fifth
edition. 5th Edition. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD, editors.
14. Rathore M, Sharma DK, Manisha BS, Siddiqui AU, Trivedi S. A focused
2014;1(1): 42-43.
https://cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/745/508
33