Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Low back pain secara global merupakan salah satu penyebab utama tahun

hidup dengan kecatatan di 65% negara dan menjadi penyebab utama tahun hidup

dengan kecacatan di semua negara berpenghasilan tinggi. Dari hasil survey yang

dilakukan oleh Wang L et al dari tahun 1990 hingga tahun 2019 didapati kejadian

global Low back pain meningkat sebesar 50%, dari 149.294.134,47 kasus menjadi

223.455.640,82 kasus. Tingkat insiden standar usia global secara konsisten

menunjukkan tren menurun dengan EAPC sebesar -041 (-0,46 hingga -0,36),

menurun dari 3.168,93 menjadi 2.748,90 per 100.000 orang. Tingkat insiden

menurut usia menurun pada kedua jenis kelamin dimana subjek laki-laki memiliki

EAPC sebesar -0,41 (95% CL-0,46 hingga-037), dan subjek wanita memiliki

EAPC sebesar -0,41 (95% CI -0,4710-036). Tingkat insiden Low Back Pain

menurut usia standar dari tahun 1990 hingga 2019 didapati subjek wanita lebih

tinggi dari pada subjek pria, seperti yang ditunjukan oleh rasio pria terhadap

wanita masing-masing sebesar 0,7% dan 0,77. 1

Tingkat insiden low back pain di negara-negara, pada tahun 2019 dengan

standar usia tertinggi diamati di Polandia (4.179,43 per 100.000 populasi),

Vanuatu (4.160,10), dan Rumania (4.140,40), sedangkan tingkat insiden low back

pain dengan standar usia terendah adalah di India (2.268,60), Cina (2.280,67), dan

Singapura (2.371,31). Dari tahun 1990 hingga 2019, tingkat insiden low back

pain berdasarkan usia menurun paling banyak di India (total: EAPC, -1,02; pria:

1
EAPC, -1,10. wanita: EAPC, -1,04) dan meningkat paling tinggi di Zambia (total:

EAPC, 0,18; laki-laki: EAPC, 0,17, perempuan: EAPC, 0,19). 1

Di Eropa Tengah tingkat insiden low back pain terjadi pada 4.106,34,

Oseania pada 3.845,30, dan Eropa Timur pada 3.820,55 per 100.000 penduduk,

sedangkan tingkat insiden Low back pain standar usia terendah berada di Asia

Timur pada 2.317,36, Asia Selatan pada 2.362,13, dan Amerika Latin Selatan

pada 2.391,11 per 100.000 penduduk. Dari tahun 1990 hingga 2019, tingkat

insiden low back pain berdasarkan usia menurun paling tinggi di Asia Selatan

dengan EAPC -1,51 (95% CI, 1,72 hingga -1,31), Asia Timur dengan EAPC -0,68

(95% CI, 0,86 hingga -0,49), dan Australasia dengan EAPC -0,26 (95% CI, -0,30

hingga -0,22).1

Menurut Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018, prevalensi penyakit

muskulosekeletal di Indonesia yang pernah di diagnosis oleh tenaga kesehatan

yaitu 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu 24,7%. Jumlah penderita

nyeri punggung bawah di Indonesia belum diketahui lebih pasti, namun

diperkirakan antara 7,6% sampai 37%.2 Berdasarkan studi yang dilakukan

Puslitbang Pusat Ekologi Kesehatan, didapatkan Kementerian Kesehatan terkait

800 orang dari 8 sektor informal di Indonesia. Dari data yang diperoleh, tampak

keluhan low back pain yang dialami petani kelapa sawit di Riau 31,6%, dalang di

Yogyakarta 21%, pengrajin onix di Jawa Barat 18%, penambang emas di

Kalimantan Barat 16%, pengrajin sepatu di Bogor 1,9%, pengrajin kuningan di

Jawa Tengah 8%, pengrajin batu bata di Lampung 76,7% dan nelayan di DKI

Jakarta 1%.3,4

2
Angka prevelensi nyeri Low back pain di Maluku menurut survey Dinas

Kesehatan Provinsi Maluku, menunjukan bahwa nyeri low back pain menduduki

urutan ketiga untuk jumlah kunjungan pasien di puskesmas 11,11%.5 Berdasarkan

hasil survei dari penelitian sebelumnya yang dilakukan pada penjahit di gedung

putih kota Ambon terdapat 30 orang penjahit yang bekerja, para penjahit

menjahit dengan posisi membungkuk, dan rata-rata para penjahit membutuhkan

waktu 8-10 jam/hari untuk bekerja (data primer). Untuk melakukan proses

penjahit posisi kerja duduk dan menunduk dalam waktu yang lama membuat para

penjahit sering menggalami berbagai keluhan berdasarkan wawancara secara acak

dengan 10 orang penjahit. Dari hasil survei tersebut didapati semua penjahit

mengeluh nyeri pinggang bagian bawah di sertai keluhan pada lutut dan bahu.

Pasien yang berkunjung ke puskesmas dengan keluhan nyeri Low back pain akan

dirujuk ke rumah sakit RSUD Dr. M. Haulussy yang merupakan rumah sakit

rujukan untuk wilayah Ambon dan sekitarnya.3

Keluhan Low back pain berdampak langsung pada kapasitas fungsional

seseorang dan sering menyebabkan ketidakhadiran kerja. Selain itu juga

menimbulkan beban ekonomi yang sangat besar bagi individu, keluarga,

masyarakat, dan pemerintah karena individu yang mengalami low back pain

menjadi tidak produktif.6 Selain itu Low back pain juga menjadi penyebab paling

sering pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia dibawah 45 tahun, urutan

kedua untuk alasan paling sering mengunjungi dokter, urutan kelima alasan

perawatan dirumah sakit, dan menjadi penyebab paling sering untuk tindakan

operasi.4

3
Faktor resiko Low back pain dibagi menjadi faktor fisik, pekerjaan/okupasi

dan psikososial. Faktor fisik melipusi usia diatas 35 tahun dan wanita usia diatas

60 tahun riwayat Low back pain sebelumnya, kehamilan terutama pada usia

trimester ke-3, kebugaran jasmani, scoliosis mayor, obesitas, tinggi badan

berlebihan, nyeri kepala dan merokok. Faktor pekerjaan yang berisiko adalah

duduk lama atau berdiri dengan posisi tubuh static, terpapar atau mengoperasikan

alat getar seperti mengemudi, menarik beban, menurunkan beban, mendorong dan

menahan beban serta banyak membungkuk dan berputar. Sedangkan faktor

psikososial yang bermakna seperti rendahnya kepuasangan kerja dam dukungan

social, tuntutan mutu, tuntutan kerja, control kerja, muatan kerja rendah bahkan

sampai pada kehidupan pribadi. Untuk penyebab pasti sebagian besar Low back

pain masih belum diketahui dan dalam pemeriksaan penunjang sering tidak

ditemukan penyebab terjadinya Low back pain.7

Penelitian yang dilakukan oleh umamity et al6 didapati kelompok umur

terbanyak yang mengalami Low back pain adalah < 35 tahun (58%) dengan

intensitas nyeri terbanyak pada nyeri berat (86,6%). Pada penelitian yang

dilakukan Filberto et al7 didapati usia terbanyak pada kelompok umur 51-60 tahun

yang mengalami Low back pain.

berdasarkan data-data tersebut penulis ingin melakukan penelitian yang

serupa di Ambon mengenai karakteristik Low back pain yakni usia, jenis kelamin,

IMT, penyebab Low back pain, klasifikasi nyeri berdasarkan perjalanan penyakit,

dan derajat gejala nyeri yang dikhususkan penelitiannya di Poli neurologi RSUD

Dr. M. Haulussy Ambon.

4
I.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah karakteristik pasien low back pain di Poli Neurologi RSUD

Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2023”?

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pasien Low Back

Pain di Poli Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2023.

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi Low Back Pain berdasarkan usia pasien

di Poli Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2023.

2. Mengetahui distribusi frekuensi Low Back Pain berdasarkan jenis

kelamin pasien di Poli Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun

2023.

3. Mengetahui distribusi frekuensi Low Back Pain berdasarkan indeks masa

tubuh (IMT) pasien di Poli Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

tahun 2023.

4. Mengetahui distribusi frekuensi Low Back Pain berdasarkan Penyebab

nyeri pasien di Poli Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun

2023.

5. Mengetahui distribusi frekuensi Low Back Pain berdasarkan Klasifikasi

nyeri pasien di Poli Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun

2023.

5
6. Mengetahui distribusi frekuensi Low Back Pain berdasarkan ada derajat

nyeri punggung bawah pasien di Poli Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy

Ambon tahun 2023.

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah dan referensi

kepustakaan untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana karakteristik

pasien Low Back Pain di Poli Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

tahun 2023.

I.4.2 Bagi Instansi Kesehatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan data

bagi pelayanan kesehatan tentang bagaimana karakteristik pasien Low Back

Pain di Poli Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2023.

I.4.3 Bagi Peneliti

1. Dari penelitian ini peneliti berharap dapat menjadi pengalaman pada

peneliti untuk menerapkan dan memperluas ilmu mengenai teori dan

pengetahuan tentang keluhan Low Back Pain.

2. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama

proses perkuliahan

I.4.4 Bagi Masyarakat

6
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai bagaimana gambaran karakteristik pasien Low Back

Pain di Poli Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2023.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Low Back Pain

II.1.1 Defisini Low Back Pain

Low back pain atau biasa dikenal dengan nyeri punggung bawah adalah

nyeri atau rasa tidak nyaman yang dirasakan didaerah sekitar punggung bagian

bawah diantara batas bawah costa dan diatas lipatan musculus glutealis inferior.

Nyeri dapat berupa nyeri lokal, radikuler, atau keduanya. Rasa nyeri yang

dirasakan seperti terbakar, menusuk, tajam atau tumpul, nyeri ini juga terdefenisi

dengan baik atau samar dengan intensitas mulai dari ringan sampai parah. Rasa

nyeri dapat dimulai secara tiba-tiba, namun bisa berkembang secara bertahap. 1

Nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan yang disebabkan oleh

gerakan yang kurang baik. Penyebab paling umum adalah kelelahan otot dan

bertambahnya usia, menyebabkan penurunan intensitas latihan, membuat otot

punggung dan perut yang menopang tulang belakang melemah.3,4

II.1.2 Etiologi Low Back Pain

Low back pain (LBP) atau dikenal dengan nyeri punggung bawah sering

disebabkan oleh faktor-faktor seperti perkembangan/bawaan, stres, keseleo atau

tegang (trauma ringan), herniasi diskus, patah tulang, artritis, degenerasi,

kanker/metastasis tumor, infeksi/peradangan, metabolisme, dll. yaitu diseksi arteri

vertebralis, mental dan postural. Contoh postur duduk adalah postur duduk yang

salah, seperti tidak lurus, kepala menunduk, condong ke depan, dada rata, dinding

perut menonjol dan cekung kedepan akibat lekukan pinggang yang berlebihan

(hiperlordotik).3 Posisi diatas yang akan menyebabkan pusat gaya berat kedepan.

8
Konpensasinya adalah punggung akan tertarik kebelakang, dan akan

menyebabkan hiperlordotic di daerah lumbal. Jika kejadian ini berlangsung dalam

waktu yang lama maka akan terjadi tulang punggung beserta jaringan tendon dan

otot dipaksa untuk menjaga bagian tubuh atas secara berlebih, sehingga akan

menjadi kelelahan di otot punggung, terutama pada otot daerah lumbal.9

II.1.3 Klasifikasi Low Back Pain

Klasifikasi Low Back Pain berdasarkan terjadinya nyeri

1. Nyeri Akut (Tajam)

Nyeri yang menyebabkan seseorang tidak tenang dalam

beristirahat, terjadi pada daerah punggung. Biasanya dirasakan selama

kurang lebih 8 minggu.10

2. Nyeri.Kronis

Nyeri yang terjadi terus menerus dan cenderung tidak bisa

berkurang, biasanya terjadi dalam beberapa hari tetapi sering

membutuhkan waktu lama. Nyeri ini biasanya akan berulang, jika adanya

aktifitas fisik yang sederhana.10

Klasifikasi berdasarkan penyebab terjadinya Low Back Pain

1. Low Back Pain (LBP) Traumatik

Lesi Traumatic bisa disamakan dengan lesi mekanik terjadi pada

daerah punggung bawah, pada semua unsur neuromuskuloskeletal yang

terdapat trauma.11

2. Low Back Pain (LBP) akibat adanya perubahan degenerative

9
a) Hernia nucleus pulposus (HNP)

Adanya perubahan degenerative yang terjadi pada angulus fibrosus

discus intervetebralis, apabila nanti terjadi robekan maka akan

disusul. Dengan protusio discus intervertebralis dan akhirnya akan

mengakibatkan hernia nukleus pulposus.11

b) Spondilosis

Adanya perubahan degenerative pada vertebra lumbosakralis di

Corpus vertebra pada arcus & processus artikularis.11

c) Osteoarthiriitis

Osteoarthitis terjadi pada degenerasi akibat trauma kecil secara

berulang-ulang. Gerakan terbatas pada osteoarthritis dapat

menyebabkan tarikan dan tekanan pada ligament atau otot di setiap

gerakan sehingga menyebabkan terjadinya nyeri punggung bawah.11

II.1.4 Faktor Risiko Low Back Pain

Faktor predisposisi terjadinya nyeri punggung bawah adalah kesehatan

yang buruk, usia, osteoarthritis, masalah psikologis dan sosial, obesitas, tinggi

badan yang berlebihan, skoliosis, masalah terkait pekerjaan seperti berdiri/duduk

dalam waktu lama, mengemudi dalam waktu lama, membawa beban, mengangkat

beban, menarik beban, membungkuk, memutar, dan latihan. Merokok juga dapat

dianggap sebagai faktor penyebab nyeri punggung bawah pada usia muda dengan

odds ratio 2,4 95% CI 1,3-6.5

a. Usia

10
Nyeri biasanya sudah dapat dirasakan pada usia 20 tahun ke atas,

dan insiden akan memuncak pada usia 35 sampai 50 tahun ke atas.

Keluhan sakit punggung meningkat hingga sekitar usia 55 tahun.5

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin seseorang juga bisa mempengaruhi terjadinya sakit

pinggang. keluhan biasanya lebih sering dikeluhkan pada wanita,

terutama saat menstruasi. Selain itu, proses menopause menyebabkan

penurunan kepadatan tulang karena penurunan hormon estrogen yang

dapat menyebabkan nyeri punggung.5

c. Indeks Massa Tubuh (IMT)

1. Tinggi badan

Sangat berkaitan dengan panjang sumbu tubuh untuk mengangkat

beban tubuh.10

2. Berat badan

Orang yang kelebihan berat badan akan mudah menghadapi risiko

sakit punggung yang besar, karena beban pada persendian akan

menambah berat badan, yang pada akhirnya menyebabkan sakit

punggung.5

d. Pekerjaan

Untuk mengetahui penyebab dan mengatasi rasa sakit, catatan kerja

sangat penting, karena seorang pekerja berat sering memikul beban berat

sehari-hari meningkatkan resiko sakit punggung. selain itu pekerjaan lain

yang dilakukan secara intens dan dalam jangka waktu lama akan

meningkatkan resiko sakit punggung.5

11
e. Masa kerja

semakin lama seseorang bekerja maka semakin besar kemungkinan

terjadinya

salah satu faktor resiko terjadinya nyeri punggung adalah durasi

kerja atau masa kerja hal ini dikarenakan semakin lama masa bekerja

seseorang maka semakin besar pula resiko untuk mengalami nyeri

punggung dikarenakan nyeri punggung merupakan penyakit kronis yang

membutuhkan waktu lama yang berkembang dan menimbulkan gejala

klinis.5

f. Aktivitas/olahraga

Seringkali pasien tidak menyadari bahwa penyebab nyeri

punggung bawah adalah postur yang buruk dan menjadi kebiasaan.

Kebiasaan seseorang dengan posturnya seperti tidur, duduk hingga

berdiri, mengangkat beban dengan posisi yang salah dapat

menyebabkan nyeri pinggang, postur berdiri yang salah seperti

membungkuk.4 Tidur dengan posisi yang salah seperti tidur di kasur

yang tidak menopang tulang belakang. Postur saat mengangkat

beban dari membungkuk untuk mengambil beban adalah posisi yang

salah, dianjurkan untuk mengangkat beban setelah jongkok. Selain

itu, postur tubuh yang buruk sering menjadi kebiasaan, aktivitas

berat seperti aktivitas berlebihan lebih dari 1 jam per hari dan duduk

jika diamati lebih dari 2 jam per hari. Sebelum dapat meningkatkan

risiko nyeri punggung bawah.16

II.1.5 Gejala Low Back Pain

12
Gejala dan tanda klinis yang terjadi pada pasien Low Back Pain, yaitu 10

1. Spasme dan nyeri akan terjadi setelah cedera otot atau dalam empat jam

setelah cidera. Spasme otot terjadi baik saat istrahat maupun saat

melakukan aktivitas.

2. Nyeri berat biasanya membaik pada saat istirahat.

3. Nyeri yang terisolir pada daerah pinggang dapat menjalar sampai

kepantat akan tetapi tidak menjalar ke tungkai.

4. Rasa kaku pada daerah pinggang dapat menyebabkan keterbatasan gerak

terutama pada moving bending di depan, samping atau straightening.

5. Bengkak atau memar yang di dapatkan kemungkinan terdapat pada area

yang mengalami cedera.

6. Nyeri akut, nyeri yang menetap maksimal 2 minggu.

7. Spasme otot dapat terjadi baik pada saat aktifitas maupun istirahat.

8. Depesi atau Ansietas yang biasanya dijumpai di nyeri pinggang kronik.

Gejala yang terjadi pada berat koyakan (tears) pada otot dibagi menjadi tiga

derajad, yaitu :

13
Tabel I.1 Derajad gejala Low Back Pain.10
Derajad I Derajad II Derajad III

a. Masih dapat berjalan a. Kemungkinan dapat berjalan a. Nyeri berat


dengan baik dengan baik
b. Tidak dapat berjalan dengan baik
b. Rasa kaku pada pinggang b. Biasanya sering terjadi nyeri
bersifat menusuk saat c. Pembengkakan nyata yang muncul
c. Bisa terjadi pembengkakan melakukan aktivitas setelah injury
ringan
c. Pembengkakan ringan d. Kontraksi statis rasanya nyeri dan
dapat munculkan benjolan di bawah
d. Nyeri tekan otot.

[Sumber : Yang H, Haldeman S, Lu M-L, Baker D. Low back pain prevalence and related
workplace psychosocial risk factors: astudy using data from the 2010 national health interview
survey. Journal of Manipulative and Physiological Therapeutics. 2017;39(7):459–72.]10

II.1.6 Patofisiologi Low Back Pain

Nyeri dikendalikan oleh reseptor, neuron sensorik perifer khusus yang

mengingatkan kita pada rangsangan yang berpotensi membahayakan kulit dengan

mengubah rangsangan ini menjadi sinyal listrik yang ditransduksi ke pusat otak

yang lebih tinggi.11 Reseptornya adalah neuron somatosensori pseudo-bipolar

yang badan selnya terletak di ganglia akar dorsal. Akson akan bercabang menjadi

dua: cabang perifer bersentuhan dengan kulit dan cabang pusat bersinaps dengan

neuron sekunder kornu dorsalis medula spinalis. Neuron orde kedua

memproyeksikan rasa ke otak tengah dan talamus, dan kemudian terhubung

dengan somatosensori dan korteks prefrontal untuk memandu karakteristik

sensorik-diskriminatif dan afektif-persepsi nyeri, yang sesuai.11,12

Tanduk dorsal tulang belakang adalah situs utama untuk mengintegrasikan

informasi sonosensori dan terdiri dari beberapa populasi sel glial yang membentuk

jalur desendens penghambat dan terfasilitasi yang mampu mengatur transmisi

sinyal.4 Jika rangsangan berbahaya bertahan, proses sensitisasi perifer dan sentral

14
dapat terjadi, mengubah nyeri dari akut menjadi kronis. Sensitisasi sentral ditandai

dengan peningkatan eksitabilitas sel SSP sehingga input normal memulai respons

abnormal. Ini adalah penyebab disestesia, yaitu rasa sakit yang disebabkan oleh

sentuhan ringan pada kulit dan penyebaran rasa sakit hipersensitivitas di luar area

kerusakan jaringan. 11,12

Sensitisasi sentral terjadi pada sejumlah gangguan nyeri kronis, seperti

gangguan temporomandibular, nyeri punggung bawah, osteoartritis, fibromialgia,

sakit kepala, dan mialgia bilateral. Meskipun peningkatan pengetahuan tentang

proses yang mengarah ke sensitisasi sentral, penyakit ini tetap sulit untuk diobati.

Sensitisasi perifer dan sentral memainkan peran penting dalam meredakan nyeri

punggung bawah.15 Faktanya, perubahan minimal pada postur dapat dengan

mudah memicu peradangan jangka panjang pada sendi, ligamen, dan otot yang

terlibat dalam stabilitas tulang belakang lumbar, yang berkontribusi pada

sensitivitas perifer.vi dan sentral. Selain itu, sendi, cakram, dan tulang dikelilingi

oleh serat delta yang stimulasi konstannya dapat dengan mudah berkontribusi

pada sensitisasi sentral.11,12

Sebagian besar nyeri punggung bawah dianggap tidak spesifik, dan

diperkirakan penyebab 80-90% kasus nyeri punggung bawah tidak diketahui dan

berlangsung selama beberapa dekade.1 Ketegangan otot dan kedutan adalah salah

satu alasan paling umum untuk nyeri punggung bawah, misalnya pada pasien

dengan fibromyalgia. Dalam kasus lain, nyeri punggung bawah dapat dikaitkan

dengan pemicu nyeri yang berbeda, dengan ciri-ciri khusus, seperti nyeri lensa,

sindrom sendi faset, nyeri sakral, nyeri diskus, dan stenosis.11

1. Nyeri Radikular

15
Nyeri radial adalah nyeri yang disebabkan oleh pelepasan ektopik

dari akar dorsal yang meradang atau rusak atau kelenjar getah beningnya;

Pada umumnya nyeri menjalar dari punggung dan bokong sampai kaki

sesuai dengan distribusi dermatologisnya.1,2 Nyeri granulomatosa adalah

nyeri yang menjalar sepanjang akar saraf tanpa disfungsi otonom.

Meskipun nyeri sentuh, nyeri ini berbeda dari nyeri sentuh normal

karena pada nyeri lentikular akson tidak dirangsang sepanjang jalurnya

atau di ujung perifer tetapi dari perineum. Cedera pada serat sensorik

anestesi (distribusi transdermal) namun penyumbatan serat motorik

menyebabkan kelemahan (miotomal). Obstruksi sensorik atau motorik

dapat menyebabkan hiporefleksia.12

2. Facet Joint Syndrome

Sendi zygapophyseal lumbar adalah proses sendi posterior tulang

belakang lumbar. Mereka terbentuk dari proses bawah vertebra atas dan

proses sendi atas vertebra bawah. Mereka dipelihara oleh cabang

perantara di belakang cabang. Sendi ini memiliki sejumlah besar ujung

saraf bebas dan tertutup, yang mengaktifkan saraf sensorik dan juga

diatur oleh serat simpatis. Nyeri punggung bawah zygapophyseal atau

artralgia "lokal" diperkirakan terjadi pada 30% kasus nyeri punggung

bawah kronis, dengan pembentukan jaringan yang timbul dari membran

sinovial, tulang rawan hialin, tulang atau kapsul fibrosa sendi.12

3. Sacroilliac Joint Pain

Sendi sacroiliac didedikasikan untuk memberikan dukungan yang

stabil namun fleksibel untuk tubuh bagian atas. Sendi sakral terlibat

16
dalam gerakan sakral, secara langsung mempengaruhi diskus

intervertebralis dan hampir pasti sendi lumbal atas.10 Fenomena

internalnya tidak diketahui tetapi telah ditandai oleh cabang ventral dari

cabang panggul, namun ini belum dikonfirmasi. Rasa sakit dianggap

karena ligamen atau regangan selubung, kompresi atau gaya geser yang

tidak terkait, peningkatan atau penurunan mobilitas, perubahan mekanika

sendi, dan disfungsi otot atau rantai kinetik yang menyebabkan

peradangan.12

4. Lumbar Spinal Stenosis

Stenosis tulang belakang lumbal dapat bersifat bawaan atau didapat

(atau keduanya).10 Hal ini dapat diidentifikasi dengan peradangan/

jaringan parut setelah operasi tulang belakang atau, bahkan tanpa operasi

sebelumnya, dengan herniated disc, penebalan ligamen atau hipertrofi

proses sendi. Sebagian besar kasus stenosis tulang belakang lumbal

bersifat degeneratif, terkait dengan perubahan terkait usia pada tulang

belakang.

5. Nyeri Diskogenik

Nyeri diskus akibat penyakit diskus degeneratif diperkirakan menjadi

sumber nyeri punggung bawah kronis pada 39% kasus. Gejalanya

spesifik, aksial, tanpa penyinaran lensa dan terjadi tanpa adanya

deformitas atau ketidakstabilan tulang belakang. Secara patologis,

ditandai dengan degradasi, di dalam diskus, nukleus pulposus meduler

disertai dengan fisura radial dan/atau konsentris pada AF. 11 Hipotesis

melibatkan kelas molekul, yang dikenal sebagai model molekul terkait

17
lesi, terdiri dari asam hialuronat dan fragmen fibronektin, yang memiliki

kemampuan untuk merangsang diskitis aseptik melalui aksi inflamasi

sitokin proinflamasi (IL-1beta, IL-6 dan IL- 8) dan enzim pendegradasi

substrat (MMP-1, MMP-3 dan MMP-13). Infeksi bakteri anaerob

subklinis, yang disebabkan oleh hipoksia, mungkin berperan dalam

perkembangan nyeri yang dapat dideteksi.12

II.1.7 Pemeriksaan Low Back Pain

1. Palpasi

Biasanya dilakukan secara halus dan diraba lebih dulu di daerang

yang nyeri terasa lebih ringan. Kemudian lakukan pemeriksaan untuk

menilai apakah ada nyeri tekan pada tulang belakang atau spasme pada

otot erector spine.11,13

2. Laseque test (straight leg raising test)

Tes ini biasanya dilakukan dengan tujuan meregangkan saraf sciatic

di L4-L5 atau L5-S1. Tes ini biasanya dilakukan secara pasif, dengan

pasien berbaring terlentang dengan kaki lurus, rotasi pinggul medial dan,

selain itu, ekstensi lutut, kemudian terapis mulai melenturkan kaki dari

35 ° hingga 70 ° sampai pasien bebas dari rasa sakit atau kaku di paha

posterior Hasil positif terjadi jika nyeri terjadi di sepanjang jalur saraf

skiatik, tetapi jika nyeri punggung bawah memiliki penyebab, hasil

negatif akan menghasilkan hasil negatif karena tidak ada keterlibatan

akar vertebra.11

18
Gambar II.1 Laseque test (straight leg raising test)11
[Sumber : Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Clinically oriented anatomy, 7th edition. 7th
Edition. Taylor C, editor. Wolters Kluwer Health. Philadelphia: Wolter Kluwer Health; 2014.
440-53]

3. Tes Valsava

Tes ini menyebabkan peningkatan tekanan di rongga yang

menyebabkan rasa sakit yang menusuk. Terapis/pemeriksa akan meminta

pasien untuk memeras dan menahan napas, dan kemudian menilai apakah

mereka merasakan sakit.13

4. Tes Patrik

Tes Patrik positif Jika tungkai lutut di fleksikan dan pasien

merasakan nyeri pada daerah panggul. Tes kontra-patrik dilakukan

dengan tujuan untuk merangsang rasa sakit di daerah sakroiliaka. 11 Untuk

dapat menentukan letak patologi dengan menekuk anggota tubuh yang

rusak ke luar, kemudian melakukan endoskopi dan tambahan. Jika rasa

sakit di daerah sakral, hasilnya positif.13

5. Bragrad test

19
Cara untuk melakukan tes ini sama dengan tes laseque hanya saja

pada saat mengangkat tungkai disertai dengan dosri fleksi kaki dan

hasilnya sama hal dengan laseque, namun apabila pada low back pain

myogenic maka akan ditemui hasil negatif dikarenakan tidak ada

keterlibatan radik vertebrae.13,14

6. Tes Nyeri

Gerakan sama pada tes SLR tetapi di tambahi dengan gerakan fleksi

kepala secara aktif dan biasanya akan dilakukan pada 40-60 derajat. Hasil

akan positif jika nyeri dirasakan sepanjang distribusi n. Ischiadicus.

Pemeriksaan yang telah dilakukan pada kedua tungkai memperoleh hasil

negatif.13

II.1.8 Penatalaksanaan Low Back Pain

II.1.8.1 Terapi Non-Farmakologis 9,15

1. Pasien akan dirujuk berolahraga dan dievaluasi lebih lanjut jika

pasien tidak mampu melakukan aktivitas dalam 4-6 minggu.

2. Dalam beberapa kasus pasien dianjurkan untuk melakukan tirah

baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi rasa nyeri.

3. Dipertimbangkan penggunaan dan pemberian obat anti nyeri apabila

pasien belum mampu melakukan aktivitas dalam 1-2 minggu.

4. Pemberian terapi dengan modalitas lain seperti intervensi listrik,

pemijatan, orthosis, mobilisasi, traksi maupun modalitas termal

berupa ultrasound terapeutik, diatermi, infrared dan hidroterapi,

dengan terapi elektrik seperti stimulasi galvanic, arus interferensial,

arus mikro, stimulus saraf transkutaneus elektrik maupun stimulus

20
neuromuskular. Terapi dapat pula dilakukan dengan cara meridian

seperti akupuntur atau elektroakupuntur. Selain itu, dapat pula

digunakan terapi laser dan terapi kombinasi atau multimodalitas.

II.1.8.2 Terapi Farmakologis 9,15

1. Asetaminofen

Penggunaan asetaminofen dengan dosis penuh (2 sampai 4g per hari)

sebagai terapi lini pertama didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan

beberapa pedoman terapi (rekomendasi A).19 Harus diketahui bahwa pada

pasien dengan riwayat alkoholisme, sedang puasa, memiliki penyakit

liver, mengonsumsi obat tertentu (terutama antikonvulsan) atau orang tua

yang lemah, toksisitas hati dapat terjadi pada dosis yang

direkomendasikan. Selanjutnya, toksisitas asetaminofen meningkat

secara substansial jika dikonsumsi bersamaan dengan dengan inhibitor

siklooksigenase-2 spesifik (COX-2) atau obat-obat anti-inflamasi

(NSAID).

2. NSAID

Hampir pada sebagian besar pengobatan direkomendasikan NSAID.

Mempertimbangkan manfaat dibandingkan efek samping, American

Geriatrics Society merekomendasikan COX-2 inhibitor sebagai terapi lini

pertama dibandingkan NSAID non spesifik. Salisilat non-asetil (kolin

magnesium trisalicylate, salsalat) terbukti efektif dan memiliki lebih

sedikit efek samping gastrointestinal dibandingkan NSAID non spesifik

dengan biaya lebih rendah daripada lebih agen selektif. Jika NSAID non

spesifik yang dipilih, sitoproteksi lambung harus dipertimbangkan

21
berdasarkan profil risiko pasien. NSAID harus dipertimbangkan ketika

peradangan diyakini memainkan peran penting dalam proses produksi

nyeri.

3. Steroid

Injeksi steroid epidural adalah prosedur yang biasa dilakukan untuk

nyeri leher radikuler dan nyeri punggung bawah. Penggunaan steroid

untuk nyeri radikuler harus jelas namun untuk injeksi steroid epidural

kurang direkomendasikan sedangkan penggunaan steroid tidak

dianjurkan untuk mengobati LBP kronis.

22
II.2 Kerangka Teori

Low Back Pain

Klasifikasi LBP:
1. LBP traumatik
2. LBP akibat adanya perubahan
degenerative Faktor resiko:
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. IMT
4. Pekerjaan
Derajat Gejala LBP:
5. aktivitas/olahraga
1. Derajat I
2. Derajat II
3. Derajat III

Diagnosis LBP:
1. Anamneis
2. Pemeriksaan Fisik
Gambar II.2
3. Pemeriksaan Kerangka
penunjang

Terapi LBP:
1. Non-farmakologi
2. farmakologi

Gambar II.2 Kerangka Teori

23
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah degan

metode deskriptif kualitatif untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien Low

Back Pain di Poli Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2023.

III.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

III.2.1 Lokasi Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. M.

Haulussy Ambon.

III.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada

bulan Maret 2023 – April 2023.

III.3 Populasi dan Sampel Penelitian

III.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang terdiagnosis Low

Back Pain yang datang berobat di poli neurologi di RSUD Dr. M. Haulussy

Ambon.

III.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah semua pasien dari populasi yang diperoleh

dengan menggunakan teknik total sampling dimana semua populasi menjadi

sampel dengan syarat memenuhi kriteria inklusi.

24
III.4 Kriteria Penelitian

III.4.1 Kriteria Inklusi

1. Pasien dengan diagnosis Low Back Pain yang datang ke poli neurologi

RSUD Dr. M. Haulussy Ambon.

2. Bersedia menjadi responden dan menandatangani inform consent.

III.4.2 Kriteris Eksklusi

Pasien yang tidak bersedia menjadi responden dan tidak menandatangani

infonm consent.

III.5 Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah karakteristik pasien

Low Back Pain berdasarkan usia, jenis kelamin, IMT, Penyebab Low Back Pain,

jenis nyeri berdasarkan durasi nyeri, dan derajat gejala Low Back Pain di Poli

Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2023.

III.6 Kerangka Konsep

Karakteristik :
1. Usia
Low Back Pain
2. Jenis Kelamin
3. IMT
4. Penyebab LBP
5. Jenis nyeri
6. Derajat gejala LBP

Gambar III.1 Kerangka Konsep

25
III.7 Definisi Operasional

Tabel III.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Pengukuran
Usia Rentang kehidupan yang kuesioner 1. ≤ 35 tahun Nominal
diukur dengan tahun, 2.  35 tahun1
atau lamanya hidup yang
dapat di hitung sejak
dilahirkan.
Jenis Perbedaan biologis dan kuesioner 1. Laki-laki Nominal
Kelamin fisiologis yang dapat 2. Perempuan
membedakan laki laki
dan perempuan.
Indeks Nilai yang berasal dari kuesioner 1. Berat badan Ordinal
Masa massa tubuh dibagi kurang
Tubuh dengan kuadrat dari 2. Berat badan
(IMT) tinggi badan dengan normal
satuan kg/m2 3. kegemukan
Penyebab Nyeri punggung bawah kuesioner 1. Trauma Nominal
LBP sering disebabkan oleh 2. Non Trauma
faktor-faktor seperti
akibat trauma contoh
seperti fraktur pada
tulang belakang,
dislokasi pada tulang
belakang, sedangkan
LBP akibat non trauma
contoh karena adanya
penyakit lain seperti
Hernia nucleus pulposus
dan penyakit lain yang
akan menyebabkan
terjadinya nyeri
punggung bawah.
Jenis Nyeri adalah pengalaman kuesioner 1. Akut Nominal
Nyeri sensorik dan emosional 2. Kronis
yang tidak
menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik
aktual maupun potensial
atau yang digambarkan
dalam bentuk kerusakan
tersebut.
Derajat Gejala yang di timbulkan kuesioner 1. Derajat I Ordinal
gejala saat menderita sakit low 2. Derajat II
LBP back pain. 3. Derajat III

26
III.8 Instrumen Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data menggunakan data yang

diperoleh dari kuesioner yang dijawab oleh pasien Low Back Pain yang datang

berobat di poli neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2023.

III.9 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik total sampling. Data yang

diambil merupakan data primer dengan pengumpulan data berupa pengisian

kuesioner yang dilakukan oleh pasien Low Back Pain di RSUD Dr. M. Haulussy

Ambon tahun 2023.

III.10 Pengolahan dan Analisis Data

III.10.1 Pengolahan Data

a. Editing adalah pengecekan data atau pengoreksian data yang telah

terkumpul, tujuannya untuk mengilangkan kesalahan yang terdapat pada

pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.

b. Coding adalah proses mengubah huruf menjadi angka, hal ini

mempermudah saat proses menganalisis data dan juga dapat

mempercepat pengimputan (entry) data ke komputer.

c. Entry Data adalah pengimputan data kedalam SPSS untuk dilakukan

analisis data

d. Cleaning adalah proses pengecekan kembali data yang telah diinput ke

dalam SPSS apakah data yg diinput sudah lengkap atau tidak lengkap.

27
III.10.2 Analisis Data

hasil penelitian disampaikan secara univariat yang didalamnya membahas

mengenai karakteristik pasien Low Back Pain berdasarkan usia, jenis kelamin,

IMT, Penyebab LBP, Jenis Nyeri dan derajat gejala Low Back Pain di Poli

Neurologi RSUD Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2023. Data disampaikan dalam

bentuk tabel dan grafik disertai dengan penjelasan terkait hasil penelitian.

III.11 Alur Penelitian

Pasien Low Back Pain yang terdata di Poli Neurologi RSUD


Dr.M.Haulussy Ambon tahun 2023

Subjek penelitian

Kuesioner

Gambar III.2 Alur Penelitian

28
III.12 Etika Penelitian

III.12.1 Menghormati hakat dan martabat manusia

Pada penelitian ini menggunakan data dari kuisioner dengan identitas

responden yang akan dirahasiakan. Peneliti juga akan memberikan kebebasan

kepada subjek untuk dapat memberikan informasi atau tidak dalam penelitian

(Respect for person).

III.12.2 Informed consent

Informed consent adalah tindakan pemberian informasi secara tertulis atau

lisan mengenai suatu tindakan yang akan dilakukan, sebelum dilakukan

pengumpulan data peneliti akan mendapat persetujuan dari Komite Etik Fakultas

Kedokteran Universitas Pattimura.

III.12.3 Kerahasiaan

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti akan menggunakan

inisial dalam mengisi data dalam kuisioner. Selain itu, peneliti juga akan menjaga

dan menjamin kerahasiaan data dari setiap responden.

III.12.4 Tanpa Nama

Untuk menjaga kerahasiaan data diri dari responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden dalam lembar kuisioner tetapi hanya memberikan

kode.

III.12.5 Beneficence dan Non-maleficence

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pasien low back pain

pada subjek penelitian dan peneliti berusaha untuk tidak merugikan subjek.

29
III.12.6 Justice (Keadilan)

Selama proses pengambilan data peneliti akan memperlakukan subjek

penelitian sama atau tidak membeda-bedakan.

III.13 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tahun 2022

Bulan Oktober november Desember Januari Februari Maret April

Pembuatan

Proposal

Seminar

Proposal

Perbaikan

Proposal

Pengumpulan

data

Analisis data

Ujian Skripsi

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Wang L, Ye H, Li Z dkk. Epidemiological Trends of Low Back Pain at the

Global, Regional and Nasional Levels. European Spine Journalz [Internet];

2022, Available from: https://doi.org/10.1007/s00586-022-07133-x

2. Kumbea NP, Asrifuddin A, Sumampouw O. Keluhan Nyeri Punggung Bawah

pada Nelayan. Public Health and Community Medicine [Internet]:

2021;2(1):21-26 Available from:

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ijphcm/article/download/33580/31812

3. Lating Z, Stikes D, Husada M dkk. Hubungan antara Posisi dan Lama Duduk

dengan Kejadian Low Back Pain (LBP) pada Penjahit di Kota Ambon.

Ambon: 2-TRIK [Internet]; 2022, Volume 12. Available from:

http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik

4. Rinaldi E, Utomo W, Nauli FA. Hubungan posisi kerja pada pekerja industri

batu bata dengan kejadian low back pain. Jurnal Online Mahasiswa [Internet];

2015;2:1085-93. Available from:

https://media.neliti.com/media/publications/184011-ID-hubungan-posisi-

kerja-pada-pekerja-indus.pdf

5. Ninik MS, Maureen JP, Farah CN. Efektifitas Penggunaan Terapi

Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada Pasien Nyeri

Punggung Bawah Di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon. Ambon: Molucca

Medica [Internet]; 2018, Volume 11. Available from:

https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamedica/article/view/866/1067

6. Umamity S, Tappang J, Wairata L dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di

31
Pelabuhan Dusun Pelita Jaya Tahun 2020. Global Health Science [Internet];

2021, Volume 6. Available from:

http://jurnal.csdforum.com/index.php/GHS/article/view/ghs6104

7. Filberto F, Azis A, Irsan I et al. Low Back Pain Patiet Distribution in

Malang’s Secondary Referral Private Hospital: A Single-Center Study.

Berkala Kedokteran [Internet]; 2022, Volume 18. Available from:

https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/jbk/article/view/14479

8. Allegri M, Montella S, Salici F, Valente A, Marchesini M, Compagnone C, et

al. Mechanisms of low back pain: a guide for diagnosis and therapy[version

2; referees: 3 approved]. F1000Research. 2016;5(F1000 Faculty Rev):1530.

9. Wong AY, Karppinen J, Samartzis D. Low back pain in older adults: risk

factors, management options and future directions. Scoliosis and Spinal

Disorder. 2017;12(1):1–23.

10. Yang H, Haldeman S, Lu M-L, Baker D. Low back pain prevalence and

related workplace psychosocial risk factors: astudy using data from the 2010

national health interview survey. Journal of Manipulative and Physiological

Therapeutics. 2017;39(7):459–72.

11. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Clinically oriented anatomy, 7th Edition.

Taylor C, editor. Wolters Kluwer Health. Philadelphia: Wolter Kluwer

Health; 2014. 440-53.

12. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Suwahjo A, Liestyawan YA,

editors. EGC. Jakarta: EGC; 2012. 538-41.

32
13. Morgan GE, Mikhail MS. Morgan &mikhail’s clinical anesthesiology fifth

edition. 5th Edition. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD, editors.

McGraw-Hill Education. New York: McGraw-Hill Education; 2013. 1025-7.

14. Rathore M, Sharma DK, Manisha BS, Siddiqui AU, Trivedi S. A focused

review thoracolumbar spine: anatomy, biomechanics, and clinical

significance. Indian Journal of Clinical Anatomy and Physiology. New Delhi.

2014;1(1): 42-43.

15. Suryo AP, Sasmoyohati, Hadiarso L. Karakteristik Nyeri Punggung Bawah

Anggota Aktif TNI AD di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Cermin Dunia

Kedokt [Internet]; 2017, Available from:

https://cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/745/508

33

Anda mungkin juga menyukai