Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

Disusun Oleh
Marhatun
Solikha D002105

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY Y DENGAN POST SC
INDIKASI INDUKSI GAGAL DI RUANG MULTAZAM RSI PKU
MUHAMMADIYAH TEGAL

Disusun Oleh
Marhatun
Solikha D002105

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
LAPORAN UJIAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.Y G2 P21A0 DENGAN SC ATAS
INDIKASI INDUKSI GAGAL
DI RUANG RAWAT INAP MULTAZAM BAWAH
Nama Mahasiswa : Marhatun
Solikha Tanggal Pengkajian :4-02 2021
Ruang : Multazam Bawah
Tanggal Praktek :

1. PENGKAJIAN
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama : Ny. Y
Umur : 23 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Jawaa/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Karangdawa 1/9 margasari
Diagnosa medis : G 2 P1 A0 dengan induksi gagal
Tanggal Masuk : 02-02-2021
Tanggal Pengkajian : 04-02-2021
No. RM : 368697
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.S
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Suku /Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Karangdawa 1/9
margasari Hubungan dengan klien : Suami
Riwayat kesehatan pasien
a. Riwayat kesehatan
- Ny. Y mengatakan nyeri luka post operasi sc
P : Ny. Y mengatakan nyeri dirasakan pertama kali saat akan bergeser
Q : Ny. Y mengatakan nyeri seperti ditekan
R : Ny. Y mengatakan nyeri di perut bagian bawah
S : Ny. Y mengatakan skala nyeri 6
T : Ny. Y mengatakan nyeri hilang timbul saat beraktifitas
b. Riwayat kehamilan sekarang
Pasien mengatakan saat hamil anak pertama dalam satu bulan sekali pasien
memeriksakan kondisi dirinya dan janinnya di bidan terdekat dengan rumah.
Selama memeriksakan kondisi dan janinnya di bidan, pasien mengatakan tidak ada
keluhan.
c. Riwayat kehamilan terdahulu
Pasien mengatakan saat hamil anak yang pertama tidak pernah mengalami keluhan
seperti kehamilan anak yang kedua. Tidak mengalami mual berlebih
d. Riwayat ginekologi
Tidak ada PMS (penyakit menular seksual), tidak pembedahan ginekologi, dan
tidak ada keganasan alat reproduksi.
e. Riwayat obstertri
Pada usia 13 tahun siklus menstruasi Ny.A teratur dan tidak ada keluhan dengan
siklus haid 28 hari dan lama haid 7 hari. Jumlah darah yang keluar setiap kali haid
sebanyak 2-3 kali ganti pembalut perhari. Ny. A mengatakan pada kehamilan yang
pertama proses persalinan dilakukan secara normal.
f. Riwayat keluarga berencana
Pasien mengatakan belum pernah memakai alat kontrasepsi.
Pola fungsional
a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen
Sebelum dirawat di rumah sakit Ny.Y mengatakan mengetahui mengenai
informasi kehamilannya karena rutin memeriksakan kandungannya di bidan desa
setiap sebulan sekali. Ny.Y setiap hari rutin berjalan-jalan sehabis subuh, selama
proses kehamilan anak pertama jika sakit Ny. Y tidak pernah mengkonsumsi obat
warung. Sedangkan selama dirawat di rumah sakit Ny. Y mengetahui bahwa nyeri
yang dirasakannya saat ini karena luka post SC dan cara menangani nyeri yang
dilakukan Ny. Y mengalihkan perhatian .
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum dirawat di rumah sakit atau sebelum melahirkan pola makan Ny. Y tidak
ada pantangan, makan sehari 3x habis satu porsi dengan jenis sayur, nasi, tempe,
tahu, telur, dan ikan. Sedangkan selama dirawat di rumah sakit pola makan Ny. Y
makan tetap 3x sehari dengan menu makan dari rumah sakit namun hanya habis
satu setengah porsi. Berat badan sebelum melahirkan 65kg dan setelah melahirkan
63 kg.
c. Pola eliminasi
Sebelum dirawat di rumah sakit BAK pasien 5-6 kali dalam sehari dengan warna
urin kuning jernih dan tidak memiliki keluhan BAK dan BAB 1x sehari (tidak
menentu) dengan konsistensi feses warna kecoklatan dan tidak memiliki keluhan
BAB. Sedangkan selama dirawat di rumah sakit pasien terpasang kateter dengan
jumlah 300-500cc, warna urin kuning pekat dan tidak ada masalah yang
berhubungan dengan BAK dan setelah melahirkan pasien belum BAB.
d. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum dirawat di rumah sakit pasien mengatakan aktivitas dalam sehari-hari
melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain seperti makan, minum, mengerjakan
pekerjaan rumah, dll sedang selama dirawat di rumah sakit aktivitas dibantu oleh
keluarganya dan pasien hanya berbaring di tempat tidur. Pasien mengatakan
merasakan sakit jika melakukan pergerakkan karena ada luka jahitan post SC,
pasien merasa kurang nyaman karena hanya boleh miring kanan dan miring kiri.
e. Pola persepsi
Sebelum dirawat di rumah sakit pasien mengatakan bahwa tidak mengetahui akan
dilakukan tindakan operasi caesar dan selama dirawat di rumah sakit pasien
mengetahui bagaimana rasa nyeri yang dirasakannya setelah dilakukan tindakan
operasi caesar dan berharap nyeri segera hilang karena pasien ingin segera untuk
pulang kerumah.
f. Pola istirahat
Pasien mengatakan sebelum dan selama dirawat di rumah sakit pasien tidur sehari
±8 jam/hari, siang hari istirahat minimal ±1 jam dan tidak mengalami gangguan
tidur.
g. Pola peran dan hubungan
Sebelum dirawat di rumah sakit pasien mengatakan dirinya dirumah adalah sebagai
ibu dan istri, saat dirumah memasak dan melakukan aktifitas seperti mencuci baju
dll namun selama dirawat di rumah sakit pasien mengatakan tidak dapat melakukan
peran sebagaimana mestinya menjadi ibu dan istri karena masih merasakan sakit
dan harus dirawat di rumah sakit.
h. Pola seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan sebelum dan selama dirawat di rumah sakit hubungan
seksualitasnya baik dan pasien selalu menjaga kebersihan organ reproduksinya.
i. Pola mengatasi stress
Sebelum dirawat di rumah sakit pasien mengatakan sering jalan-jalan untuk
melepas kepenatan bersama keluarga sedangkan selama dirawat di rumah sakit
untuk menangani stress pasien hanya bermain hp dan mengobrol dengan suami.
Aspek psikologis
a. Reva Rubin (taking in)
Ny. Y masih pasif dan bergantung pada keluarganya, perhatian Ny. Y tertuju pada
kekhawatiran pada perubahan tubuhnya. Ny. Y memerlukan ketenangan dalam tidur
untuk mengembalikan keadaan tubuh dalam kondisi normal dan nafsu makan Ny. Y
bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi.
b. Bounding attachment
Pasien tidak rooming in dengan anaknya, jadi untuk bounding attachment tidak dapat
dilakukan dengan sempurna.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Pasien merasa lemas, lemah, tegang dan meringis kesakitan
b. Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 20 x/menit
c. TB : 152cm
BB : 65 kg
d. Kepala
- Rambut : bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok
- Mata : konjugtiva merah muda dan sklera putih
- Mulut : lidah bersih, tidak ada sariawan
- Hidung : bersih dan tidak ada gangguan fungsi penciuman
- Tenggorokan : tidak ada peradangan
- Telingga : telinga bersih dan pendengaran baik
e. Leher
Tidak ada pembesaran thiroid
f. Thorak dan paru-paru.
I : simetris, pengembangan pada paru kanan dan kiri
sama P : tidak ada nyeri tekan
P : terdengar sonor
A : vesikuler
g. Jantung
I : tidak terlihat ictus cordis
P : tidak ada pembesaran
jantung P : jantung pekak
A : duplup, tidak ada suara tambahan

h. Payudara
Bentuk putting menonjol, kolostrum keluar, tidak ada pembesaran vena, terjadi
hiperpigmentasi aerola mamae dan putting, payudara terlihat bersih.
i. Abdomen
Pasien mengatakan ada luka di perut bawah dan merasa perban luka gatal dan
kotor, ada stria gravidarum, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus kuat,
DRA negatif, ada luka post SC, peristaltik 8x/menit, ukuran luka post SC ±12
cm dan terlihat adanya rembesan di perban pasien.
j. Genetalia
Lokhea rubra sebanyak 1 pembalut dan ganti pembalut 3x dalam sehari,
perineum pasien utuh.
k. Anus
Tidak ada hemoroid.
l. Vaskularisasi perifer ekstremitas atas dan
bawah Tidak pucat atau kemerahan, CRT < 3
detik.
m. Ektremitas Atas dan Bawah
Homan sign negatif, tidak ada varises atau edema.
PEMERIKSAAN PENUNJANG pada tanggal 02 februari 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
DarahRutin

Hemoglobin 9,1 12-18 g/dL


Leukosit 12000 4.500-10.000 /uL
Trombosit 240.000 150-400 10ˆ3/uL
Eritrosit 3.42 3,8-5,4 10ˆ6/uL
Hematokrit 31.8 37-54 %
MCV 83.1 82 - 98 Mikro m3
MCH 28.3 27 - 34 Pg
MCHC 35.5 32 - 36 gr/dL
RDW CV 13.4 11 - 16 %
Bleding Time 2’40” 1-3 Menit:Detik
ClottingTime 4’00” 2-6 Menit : Detik
KIMIA KLINIK
Glokosa Sewaktu 98 70 - 140 mg/dL
SEROLOGI
HbsAg Negatif Negatif -
Swab Antigen Negatif Negatif -
Anti HIV Non Rektif Non Reaktif -

A. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem
1 DS: Agen cidera fisik Nyeri Akut
O : Ny. Y mengatakan nyeri dirasakan (luka post SC)
pertama kali saat akan bergeser
P : Ny. Y mengatakan nyeri karena
luka post SC
Q : Ny. Y mengatakan nyeri seperti
ditekan
R : Ny. Y mengatakan nyeri di perut
bagian bawah
S : Ny. Y mengatakan skala nyeri 6
T : Ny. Y mengatakan nyeri hilang
timbul saat beraktifitas
DO:
- Pasien terlihat kaku dan tegang
- Pasien terlihat meringis kesakitan
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- Suhu : 36,5oC
- RR : 20 x/menit
2 DS: Prosedur Invasif Risiko Infeksi
- Ny. Y mengatakan terdapat luka
dibagian perut bawahnya
- Ny. Y mengatakan luka terasa
gatal DO:
- Suhu : 36,5oC
- Al : 12000
- Ukuran luka post SC ± 12 cm
3
 Klien mengatakan belum isit pengetahuan
mengetahui perawatan luka di kurang terpapar tentang teknik
daerah abdomen, perawatan informasi. menyusi yang
payudara dan perawatan bayinya benar
:
 Klien terlihat bingung
 Klien sering bertanya tentang
perawatan dirinya.
 Jarak anak sebelumnya 13 tahun
 ASI belum keluar

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka post SC)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan Prosedur invasive
3. Defisit pengetahuan tentang teknik menyusi yang benar berhubungan dengan
kurang terpapar informasi.
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx. Kep Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nyeri
berhubungan 20 menit dalam 2x24 jam masalah nyeri akut 1. Kaji dan monitoring tingkat
dengan agen dapat berkurang dengan kriteria hasil: nyeri pasien
cidera fisik 1. Skala Nyeri 2. Atur posisi pasien untuk
- Skala nyeri Ny. Y turun dari 6 menjadi 2 (4) mencegah nyeri
2. Kontrol nyeri 3. Ajarkan teknik nafas dalam
- Ny. Y mengetahui cara menangani nyeri
tanpa obat (4) 4. Kolaborasikan pemberian
Intervensi Awal Tujuan analgesic
Skala nyeri Ny. Y turun 2 4 5. Berikan PENKES tentang
dari 6 menjadi 2
Ny. Y mengetahui cara 3 4 penanganan nyeri non
menangani nyeri tanpa farmakologis
obat

Keterangan :
1. Berat/ Tdk pernah menunjukan
2. Cukup berat/ Jarang menunjukan
3. Sedang/ Kadang menunjukkan
4. Ringan/ Sering menunjukan
5. Tidak ada/ Secara konsisten menunjukan
2 Resiko infeksi Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama Kontrol Infeksi
20 menit dalam 2x24 jam risiko infeksi dapat 1. Kaji dan monitoring tanda
teratasi dengan kriteria hasil: infeksi
1. Kontrol Infeksi
2. Tidak ada tanda- tanda infeksi (4) 2. Lakukan ganti balut
3. Ny. Y mampu mencegah timbulnya
infeksi dengan cara cuci tangan (4) 3. Ajarkan cara pencegahan
4. Ny. Y mampu melakukan cara infeksi
perawatan luka post SC (4)
4. Kolaborasikan pemberian
Intervensi Awal Tujuan
Tidak ada tanda- tanda 3 4 antibiotic
infeksi
Ny. Y mampu mencegah 3 4 5. Berikan PENKES tentang
timbulnya infeksi dengan penanganan infeksi
cara cuci tangan

Ny. Y mampu 3 4
melakukan cara perawatan
luka post SC

Keterangan :
1. Tdk pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukan
5. Secara konsisten menunjukan
3 Defisit NOC : 1. Knowledge : Disease Process Setelah NIC : 3.1 Kaji pengetahuan
pengetahuan dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 tentang teknik menyusui yang
tentang teknik jam diharapkan pasien mengerti tentang teknik benar. 3.2 Berikan kesempatan
menyusi yang menyusui yang benar dengan Kriteria Hasil : 1. pasien dan keluarga untuk
benar Pasien dan keluarga mampu menyatakan bertanya 3.3 Jelaskan informasi
berhubungan tentang cara menyusui yang benar. 2. Pasien dan mengenai teknik menyusui yang
dengan kurang keluarga mampu melaksanakan prosedur yang benar 3.4 Tanyakan kembali
terpapar dijelaskan secara benar 3. Pasien dan keluarga tentang pengetahuan dan prosedur
informasi. mampu menjelaskan kembali apa yang yang telah dijelaskan oleh perawat.
(D.0111) dijelaskan oleh perawat/ tim kesehatan lainnya.
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa
No Hari/tgl/jam Implementasi Respon klien ttd
Keperawatan

1. Kamis/4/2/2021 Nyeri akut 1. Melakukan pengkajian DS: MS


09.00 WIB nyeri - Ny Y mengatakan
nyeri dengan skala 6
dan nyeri pada saat
bergerak
DO:
- Ny. Y meringis
kesakitan
09.30 WIB Nyeri akut 2. Mengajarkan teknik DS: MS
nafas dalam - Ny. Y mengatakan
paham cara melakukan
tarik nafas dalam
- Ny. Y mengatakan
masih merasakan nyeri
luka operasi
DO:
- Pasien mau melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam
DS: -
DO:
10.00 WIB Nyeri akut 3. Memberikan obat - Pasien tidak alergi MS
ketorolac 30 mg melalui - Pasien terlihat kesakitan
IV bolus saat disuntik

DS: -
10. 30 WIB mobilitas fisik 4. Memonitor tanda dan DO : Ada rembesan diiperban
gejala infeksi

DS:
Risiko Infeksi - Keluarga Ny. y
11.00 WIB 5. Mengajarkan cara cuci mengatakan sudah MS
tangan dengan benar mengetahui cara cuci
pada pasien dan tangan dengan benar
keluarga untuk DO:
Risiko Infeksi mencegah infeksi - Keluarga Ny. Y terlihat
11.30 WIB mempraktekkan cara
cuci tangan
menggunakan
handwash
DS:
- Ny.Y mengatakan
nyeri dengan skala 6
dan nyeri pada saat
6. Melakukan pengkajian bergerak
nyeri DO:
- Ny. Y terlihat menahan
rasa sakit
Nyeri akut DS. :
11.45 wib - Ny. Y mengatakan MS
Nyeri sedikit hilang.
DO:
7. Mengajarkan tekhnik - Ny. Y sudah bisa
nafas dalam dengan cara melakukannya
tarik nafas dari hidung DS: -
dan keluarkan dari mulut DO:
Nyeri akut - Pasien terlihat kesakitan
saat disuntik MS
8. Memberikan obat
injeksi ketorolac 30 mg DS:
melalui IV bolus - Ny. Y Mengatakan
nyeri saat mobilisasi
DO :
Nyeri akut 9. Mengkaji tanda-tanda - Luka terlihat kotori
infeksi MS

DS:
DO :
Reiko Infeksi 10. Mengajarkan cara cuci - Keluarga Ny. Y
12.00 WIB tangan dengan benar mengatakan sudah MS
pada pasien dan mengetahui cara cuci
keluarga untuk tangan dengan benar
mencegah infeksi.
Risiko Infeksi

DS : Pasien meyatakan belum


tau cara menyusui dan posisi
1. mengajarkan teknik menyusui yang benar
Defisit menyusui yang benar DO : Pasien tampak bingung
pengetahuan 2. memberikan edukasi untuk menyusui
tentang teknik tentang menyusui yang
menyusi yang benar
benar MS
berhubungan
dengan kurang
terpapar
informasi
D. EVALUASI
Hari/Tgl/ Dx.
No. Evaluasi ttd
Jam Keperawatan
1 Kamis , 04/ Nyeri akut S: MS
02 /2021 berhubungan O : Ny. Y mengatakan nyeri dirasakan pertama kali saat
Jam 13.00 dengan agen akan bergeser
wib cidera fisik P : Ny. Y mengatakan nyeri karena luka post SC
(luka post SC) Q : Ny. Y mengatakan nyeri seperti ditekan
R : Ny. Y mengatakan nyeri di perut bagian bawah
S : Ny. Y mengatakan skala nyeri 6
T : Ny. Y mengatakan nyeri hilang timbul saat
beraktifitas
O:
- Ny. Y terlihat dapat mempraktekkan tarik nafas
dalam saat rasa nyeri itu dating
- Ny.Y nampak mempraktikan mobilisasi ROM
- TTV
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- Suhu : 36,5oC
- RR : 20 x/menit
A : Masalah nyeri akut pada Ny. A dapat teratasi
Intervensi Awal Tujuan Akhir
Skala nyeri Ny. Y turun 2 4 2
dari 6 menjadi 2
Ny. Y mengetahui cara 3 4 4
menangani nyeri tanpa
obat

P : Lanjutkan intervensi
- Pengkajian nyeri
- Pemberian obat analgetik
- Ajarkan ulang teknik relaksasi napas dalam
- Ajarkan mobilisasi ROM pada pasien post SC
2 Kamis/ 04- Risiko infeksi S: MS
02-21 - Ny. Y mengatakan dirinya dan keluarganya
Jam 13.00 sudah dapat melakukan cara pencegahan
wib infeksi dengan cara mencuci tangan
menggunakan handrub dan hand wash
- Ny. Y mengatakan luka post SC terasa gatal
O:
- Ukuran luka post SC kurang lebih 12 cm
- Rubor : luka post SC terlihat kemerahan
- Color : daerah luka post SC tidak panas
- Dolor : Ny. Y terlihat nyeri saat bergerak
- Tumor : tidak ada pembengkakan
- Fungsiolesa : tidak ada perubahan fungsi
jaringan
- Suhu : 36,5oC
A : Masalah risiko infeksi Ny. N belum teratasi
Intervensi Awal Tujuan Akhir
Tidak ada tanda- tanda 3 4 3
infeksi

Ny. Y mampu mencegah 3 4 4


timbulnya infeksi dengan
cara cuci tangan
Ny. Y mampu melakukan 3 4 3
cara perawatan luka post
SC
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau tanda-tanda infeksi
- Pertahankan prinsip mencegah infeksi
Defisit S : Pasien menyatakan belum tahu teknik menyusui MS
pengetahuan yang benar
tentang teknik O : Pasien tampak bingung dan masih kakuuntuk
menyusi yang menyusui bayinya
benar A: Masalah teratasi sebagian
berhubungan P: Lanjutkan intervensi – pantau pasien untuk belajar
dengan kurang teknik menyusui
terpapar
informasi.
SAP CARA MENYUSUI YANG BENAR

(SAP)
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Teknik Menyusui yang Benar


Sup Pokok Bahasan : a. Pengertian teknik menyusui yang benar
b. Posisi dan perlekatan menyusui
c. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
d. Langkah-langkah menyusui yang benar
e. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Hari/Tanggal : Kamis, 04 februari 2021
Waktu : 30 menit
Tempat : ruang multazam
Sasaran : Ibu menyusui

A. Tujuan Umum:
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta mengerti tentang cara menyusui yang benar.

B. Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian teknik menyusui yang benar
2. Posisi dan perlekatan menyusui
3. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
4. Langkah-langkah menyusui yang benar
5. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar.

C. Materi
Pengertian teknik menyusui yang
benar Posisi dan perlekatan menyusui
Persiapan memperlancar pengeluaran
ASI Langkah-langkah menyusui yang
benar
Cara pengamatan teknik menyusui yang benar.

D. Metode
Ceramah dan tanya jawab.

E. Media
Leaflet
Lembar balik.
F. Kegiatan Penyuluhan

NO TAHAP / WAKTU KEGIATAN KEGIATAN SASARAN


PENYULUHAN
1. Pembukaan : Memberi salam pembuka Menjawab salam
3 MENIT Memperkenalkan diri
Menjelaskan pokok bahasan Memperhatikan
dan tujuan penyuluhan Memperhatikan
Membagi leaflet
Memperhatikan
2. Pelaksanaan : Menjelaskan pengertian teknik Memperhatikan
20 menit menyusui yang benar
Menjelaskan posisi dan
perlekatan menyusui Memperhatikan
Menjelaskan persiapan
memperlancar pengeluaran
ASI Memperhatikan
Menjelaskan langkah-langkah
menyusui yang benar
Menjelaskan cara pengamatan Memperhatikan
teknik menyusui yang benar.

Memperhatikan
3. Evaluasi : Menanyakan kepada peserta Menjawab pertanyaan
5 menit tentang materi yang telah
diberikan, dan memberi
reinforcement kepada peserta
yang dapat menjawab
pertanyaan.
4. Terminasi : Mengucapkan terimakasih atas Mendengarkan
2 menit peran serta peserta
Mengucapkan salam penutup
Menjawab salam

G. Evaluasi
1. Struktur
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang menyusui
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya (SAP, leaflet, lembar balik)

2. Proses
Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan mahasiswa menjawab pertanyaan secara benar

3. Hasil
Para peserta mengerti penjelasan yang telah diberikan
MATERI PENYULUHAN
“CARA MENYUSUI YANG BENAR”

A. Pengertian Teknik Menyusui yang Benar


Teknik Menyusui yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan
bayi dengan benar . Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi susu memperkuat refleks menghisap
bayi
Menyusui adalah sebuah pokok bahasan yang bermuatan emosional: sangatlah sulit untuk tidak beraksi ketika
anda mendengar kata ini. Kata ini memunculkan respon emosional yang kuat dari wanita yang sedang hamil dan
memikirkan cara memberi makanan bayinya ; dari para bidan dan dokter yang merawat wanita ini, yang mungkin
mempunyai pandangan dan pendapat yang sama kuatnya.
Menyusui adalah seni yang hampir punah. Sekarang ini, sebagian besar dari kita hanya ingat yang diberi susu dari
botol . memang sulit untuk menghindari budaya menyusui dengan botol. Menyusui telah menjadi sebuah isu yang kadang
saja dibicarakan , dan bukan sesuatu yang sering ditemukan . semakin jarang kita melihat wanita yang menyusui.

B. Posisi dan Perlekatan Menyusui


Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk,
berdiri atau berbaring. Contoh cara menyusui yang benar sebagai berikut:
a. Breast-feeding positions
b. Cara menyusui yang baik dengan posisi rebahan
c. Cara menyusui yang baik dengan posisi duduk
d. Cara menyusui yang baik dengan posisi berdiri

e. Cara menyusui yang baik untuk bayi kembar

C. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI


Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.
2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.

D. Langkah-langkah menyusui yang benar

1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar puting, duduk dan berbaring dengan
santai.
2. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja,
kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan
badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
3. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu. Cara
melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah
bayi membuka lebar.
4. Bayi disusui secara bergantian dari payudara sebelah kiri, lalu ke sebelah kanan sampai bayi merasa kenyang.
5. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan air
hangat.
6. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawankan dulu supaya udara yang terhisap bisa keluar.
7. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI, supaya dikeluarkan dengan alat pompa susu.

E. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar


Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar
optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui
dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Bayi terlihat kenyang setelah minum ASI.
2. Berat badannya bertambah setelah dua minggu pertama.
3. Payudara dan puting Ibu tidak terasa terlalu nyeri.
4. Payudara Ibu kosong dan terasa lebih lembek setelah menyusui.
5. Kulit bayi merona sehat dan pipinya kencang saat Ibu mencubitnya
6. Bayi tidak rewel.
7. Bayi tampak tenang.
8. Badan bayi menempel pada perut ibu.
9. Mulut bayi terbuka lebar.
10. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
11. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.
12.Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
13. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
14. Kepala bayi agak menengadah.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. k DENGAN POST SC

Disusun Oleh
Marhatun
Solikha D002105

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin lewat insisi pada abdomen dan uterus (Oxorn, 1996

: 634)

Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan/ pada dinding perut atau section caesaria

adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janji dan dalam rahim (Mochtar, 1998 : 177).

Pre Eklampsi adalah suatu penyakit kehamilan yang disebabkan kehamilan itu sendiri, pre eklampsia yang

teiah lanjut atau pre eklampsia berat menunjukan gejala trias yaitu hipertensi, oedema, dan proteinuria (Tabel,

1994 : 236).

Masa nifas atau post parfum adalah masa pulih kembali, mulai dan persalinan selesai sampai dengan pulihnya

alat-alat reproduksi sampai keadaan sebelum hamil, berlangsung 6-8 minggu (Mochtar, 1998 : 115).

Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa post sectio caesaria dengan indikasi

pre eklampsia adalah masa pulihnya alat-alat reproduksi setelah kelahiran janin melalui insisi dinding abdomen

dan uterus disebabkan kehamilan itu sendiri dengan gejala trias yaitu hipertensi, oedema, dan proteinuria.

2. Etiologi

Indikasi dilakukan sectio caesaria pada ibu adalah disproporsi cepalo pelvik, placenta previa, tumor jalan lahir,

hidromnion, kehamilan gemeli, sedangkan pada janin adalah janin besar, mal presentasi, letak lintang,

hidrocepalus (Oxorn, 1996 : 634). Penyebab dari pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui, faktor

predisposisinya (Taber, 1994) :

a) Nulipara umur belasan tahun.

b) Pasien kurang mampu, dengan pemeriksaan antenatal yang buruk terutama, dengan diit

kurang protein.

c) Mempunyai riwayat pre eklampsia atau eklampsia dalam keluarganya.

d) Mempunyal penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya.

3. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis eklampsia dan pre eklampsia menurut Hacker (2001) adalah :
a) Pre eklampsia ringan

Tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/110 mmHg atau sistolik lebih dan atau sama dengan

pcningkatan 30 mmHg, distolik lebih dan atau sama dengan peningkatan 15 mmHg, proteinuria kurang dan

5 gram/24jam (+ 1 sampai +2), oedema tangan atau muka.

b) Pre eklampsia berat


Tekanan darah lebih dan 160/110 mmHg, Proteinuria lebih dan 5 gram/24 jam (+ 3 sampai + 4),

oedema tangan dan atau muka.

c) Eklampsia

Salah satu gejala di atas disertai kejang.

4. Tipe-tipe Sectio caesaria

Tipe-tipe sectio caesaria menurut Oxorn (1996) adalah :

a) Tipe-tipe segmen bawah : insisi melintang

Insisi melintang segmen bawah uterus merupakan prosedur pilihan abdomen dibuka dan disingkapkan,

lipatan vesika uterina peristoneum yang terlalu dekat sambungan segmen atas dan bawah uterus di sayat

melintang dilepaskan dan segmen bawah serta ditarik atas tidak menutupi lapangan pandangan.

b) Tipe-tipe segmen bawah : insisi membujur

Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti pada insisi melintang. Insisi

membujur dibuat dengan skapal dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera pada

bayi.

c) Sectio caesaria klasik


Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skapal ke dalam dinding anterior uterus dan dilebarkan

ke atas serta ke bawah dengan gunting berujung tumpul.

d) Sectio caesaria ekstranperitoneal


Pembedahan ektraperitonial dikerjakan untuk menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus
yang mengalami infeksi luas.
5. Komplikasi

a) Komplikasi sectio caesaria adalah

i) Infeksi puerpeural (nifas)


1) Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2) Sedang, dengan kertaikan suhu lebih tinggi, disertai dehidrasi, perut sedikit kembung.

3) Beral, dengan peritonitis dan sepsis, hal ini sering dijumpai pada partus terlantar, dimana

sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang teah pecah terlalu lama,

penanganannya adalah pemberian cairan, elektrolit dan antibiotik yang ada dan tepat.

ii) Perdarahan, disebabkan karena

1) Banyak pembuIuh darah terputus dan terbuka.

2) Antonia uteri

3) Perdarahan pada placenta bed.

iii)Juka kandung kemih

iv) kemungkinan ruptura uteri spontanea pada kehamilan mendatang. (Mochtar, 1998 : 121)

Komplikasi yang timbul pada pre eklampsia berat (Taber, 1994)

Maternal: solusio plasenta, gagal ginjal, oedema paru, pendarahan otak, eklampsia. Janin : prematuritas,
insufisiensi utero plasenta, retardasi pertumbuhan intra uterin, kematian janin intro uterin.
6. Pemeriksaan Penunjang

e) Pre eklampsia

i) Tes kimia darah : ureum, keratin, asam urat, menilai fungsi ginjal,

ii) Tes fungsi hati: bilirubin, SGOT

iii) Urinalisis : proteinuria merupakan kelainan yang khas pada pasien dengan pre eklampsia, jika

3+ atau 4+ urine 24 jam mengandung 5 gram protein atau lebih pre eklampsia dinyatakan

berat.

f) Sectio caesaria

i) Hemoglobin

ii) Hematokrit

iii) Leukosit

iv) Golongan darah


7. Proses Penyembuhan Luka
Menurut Robbins dan Kumar (1995) proses penyembuhan luka sebagai berikut :

a) Hari pertama pasca bedah


Setelah lahir disambung dan dijahit, garis insisi segera terisi bekuan darah. Permukaan bekuan darah ini
mengering menimbulkan suatu kerak yang menutupi luka.

b) Hari kedua pasca


bedah

Timbul aktifitas yang terpisah yaitu reepitelisasi dan pembekuan jembatan yang terdiri dan jaringan fibrosa

yang menghubungkan kedua tepi celah sub epitalis.

Jalur-jalur tipis sel menonjol, dibawah permukaan kerak dan tepi epitel menuju ke arah sentral. Dalam waktu

48 jam tonjolan ini berhubungan satu sama lain, dengan demikian luka telah tertutup oleh epitel

c) Hari ketiga pasca bedah

Respon radang akut mulai berkurang dan neutrofil sebagai besar diganti oleh makrofag yang membersihkan
tepi cabang.

d) Hari kelima pasca


bedah

Celah insisi biasanya terdiri dan jaringan granulosa yang kaya akan pembuluh darah dan langgar. Dapat

dijumpai serabut-serabut kolagen disekitarnya

a. Akhir minggu pertama

Luka telah tertutup dan epidermis dengan ketebalan yang kurang dan normal.

b. Selama minggu
kedua

Kerangka fibrin sudah ienyap dan jaringan parut masih tetap berwarna merah cerah sebagai akibat

peningkatan vaskularisasi, reaksi radang hampir hilang seluruhnya.

c. Akhir minggu kedua

Struktur jaringan dasar parut telah mantap dan terjadi suatu proses yang panjang (menghasilkan warna

jaringan parut yang lebih muda sebagai akibat tekanan pada pembuluh darah, timbunan kolagen dan

peningkatan secara mantap dan rentang luka) sedang berjalan.


8. Pathway

Kehamilan
dengan PEB

Resiko pada janin:


Prematuritas, insufisiensi utero plasenta, retardasi Dilakukan tindakan SC (sectio caesaria) Resiko pada ibu
Solusio plasenta, gagalginjal,
pertumbuhan intra uterin, kematian janin intra uterin perdarahan otak, ekla

Adaptasi fisiologis Adaptasipsikolo

Insisi abdomen Efek anestasi Penurunan hormone


estrogen dan progesteron Taking in T
Terputusnya Jalan masuk Komplikasi Peristaltik usus
ontinuitas jaringan kuman menurun Menstimulasi hipofisi Ketergantungan Bel
anterior dan posterior info
Perdarahan n
Nyeri Resiko tinggi Belum flatus Mobilisasi fisik menurun
infeksi Volumedarah Sekresi proklatin
Tidak boleh makan Kura
Hb menurun menurun minum Gangguan perawatan pera
Laktasi diri
O2 + nutrisi ke sel Resiko tinggi Pemenuhan nutrisi
berkurang kurang bertahap
volume Pengeluaran ASI tidak
Perubahan pola lancar
Kelemahan
Kurang gerak Intake tidak makan
Intoleransi adekuat Pembengkakan payudara
aktivitas Sirkulasi darah Konstipasi
tidak lancar Kurang protein dan
vitamin

Gangguan pola
Penyembuhan lukatidak nutrisi

sempurna Jaringan tidak menyatu

Jaringan tidak menyatu

Redressing

Perawatan lama kritis situasi

Cemas
9. Fokus Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan inkontinuitas jaringan (Doenges, 2000 : 388) Tujuan : nyeri

berkurang

Kriteria hasil : mengungkapkan hilangnya nyeri setelah dilakukan tindakan, dibuktikan dengan pasien

mengatakan nyeri berkurang.

Intervensi :

a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri

b. Beri informasi mengenai penyebab nyeri

c. Kaji suhu dan nadi

d. Ajarkan teknik relaksasi

e. Kolaborasi pemberin analgetik

2. Resiko tinggi infeksi berhuhungan dengan luka insisi pembedahan (Tucker, 1999)

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil : individu akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang faktor-faktor resiko

yang herhubungan dengan potensial terhadap infeksi dan akan melaksanakan tindakan

pencegahan yang sesuai untuk mencegah infeksi.

Intervensi :

a. Kaji peningkatan suhu, nadi, respirasi sebagai tanda infeksi

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

c. Observasi insisi terhadap tanda infeksi : kemerahan, nyeri tekan, bengkak pada sisi

insisi, peningkatan suhu.

d. Ganti pembalut luka perkebijakan Rumah Sakit

e. Kaji fundus uteri dan pengeluaran lochea

f. Kolaborasi pemberian antihiotik

3. Resiko kurang volume cairan berhuhungan dengan perdarahan pasca partum

(Tucker, 1999)

Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan Kriteria hasil

a. Individu akan mempertahankan masukan cairan dan elektrolit.


b. Mengidentifikasi cairan yang abnormal dan mengganti cairan sesuai kebutuhan

c. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas norma Intervensi :

a. Beritahu pasien tentang jumlah lochea yang normal.

b. Instruksikan untuk menghubungi dokter bila pengeluaran lochea

berlebih.

c. Pertahankan cairan parenteral sesuai instruksi.

d. Ukur intake dan output cairan.

4. Kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan bayi berhubungan dengan

Tujuan : pasiendapat mendemonstrasikan dan mengungkapkan pemahaman diri post partum.

Kriteria hasil :

a. Pasien memahami cara-cara perawatan diri dan bayi

b. Pasien mampu mendemonstrasikan.

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien

b. Beri informasi tentang perawatan diri dan bayi.

c. Beri pendidikan kesehatan

d. Dorong pasien untuk melakukan sendiri.

e. Libatkan keluarga ketika memberi pendidikan kesehatan.

5. Perubahan pola eliminasi : BAB (konstipasi) berhubungan dengan penurunan otot abdomen,

penurunan peristaltik usus (Doenges, 2000) Tujuan : Pola eliminasi kembali normal

Kriteria hasil : Pasien bila BAB dengan konsistensi lembek. Intervensi:

a. Anjurkan klien untuk tidak menahan BAB.

b. Berikan cairan perotal 6-8 gelas per hari.

c. Observasi penyebab gangguan eliminasi BAB.

d. Ajarkan untuk ambulasi dini sesuai toleransi.

e. Kolaborasi pemberian obat pencahar.

f. Kolaborasi pemberian diit tinggi serat.


6. Intoleransi aktifitasberhubungan dengan kelemahan fisik (Doenges, 2000) Tujuan : Aktititas pasien

meningkat sesuai dengan toleransi.

Kriteria hasil :

a. Individu akan mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat intoleransi aktivitas.

b. Mengidentifikasi metode untuk mengurangi intoleransi aktvitas.

c. Mengalami kemajuan aktivitas.

d. Mempertahankan tekanan darah, nadi, dan pernapasan dalam rentang yang

telah ditentukan sebelumnya selama sakit.

Intervensi:

a. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas.

b. Ajarkan teknik mobilisasi dinisesuai indikasi.

c. Bantu klien dalam melakukan aktivitas.

d. Motivasi klien dalam mengikuti latihan ambulasi.

e. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam latihan ambulasi.


7. Kurang perawatan diri berhuhungan dengan ketergantungan, kehilangan mobilitas (Doenges,

2000) Tujuan : Gangguan perawatan diri tidak terjadi Kriteria hasil :

a. Menunjukan aktivias perawatan diri dalam tingkat kemampuan pribadi.

b. Mendemonstrasikan perubahan teknik atau gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan diri.

Intervensi:

a. Kaji faktor penyebab atau yang berperan

b. Tentukan kemampuan saat ini (skala 0-4) dan hambatan untuk partisipasi dalam perawatan.

c. Ikut sertakan pasien dalam formulasi rencana perawatan pada tingkat kemampuan.

d. Dorong perawatan diri, bekerja dengan kemampuan yang sekarang jangan menekan pasien di

luar kemampuannya.

e. Sediakan waktu adekuat bagi pasien untuk melengkapi tugas, miliki harapan untuk peningkatan

dan bantu sesuai,kebutuhan.

8. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus (Doenges,

2001) Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi Intervensi :

a. Pantau masukai makanan setiap hari


b. Ukur berat badan setiap hari

c. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan protein

d. Beri makan dalam porsi kecil tapi sering

e. Kolaborasi dalam pemberian diit.


9. Cemas berhubungan dengan tindakan redressing, perawatan yang lama krisis situasi (Doenges, 2000)

Tujuan : cemas tidak terjadi


Kriteria Hasil :

a. Menunjukkan relaksasi dan melaporkan berkurangnya cemas.

b. Menunjukkan pemecahan masalah dan menggunakan sumber-sumber secara

efektif Intervensi :

a. Kaji tingkat kecemasan.

b. Beri informasi yang benar.

c. Jelaskan tujuan dilakukan tindakan redresing.

d. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

e. Dorong klien mengekspresikan perasaannya.


10.Resiko tinggi cidera berhuhungan dengan kejang (Donges, 2000) Tujuan : Tidak terjadi cidera

Kriteria hasil : meindemonstrasikan tidak ada cidera dengan komplikasi minimal atau

terkontrol Intervensi :

a. Monitor tanda-tanda vital

b. Observasi adanya kejang

c. Pertahankan penghalang tempat tidur terpasang.

d. Pantau kadar kalsium darah

e. Berikan obat sesuai indikasi


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERIODE POST PARTUM
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K DENGAN POST SC INDIKASI LETAK
SUNGSANG DI RUANG MULTAZAM BAWAH
RUMAH SAKIT ISLAM PKU MUHAMMADIYAH TEGAL

Nama Mahasiswa : Marhatun Solikha, S. Kep


Pengkajian : 27-29 Januari 2021
Ruang : Multazam Bawah
Tanggal praktek : 27-29 Februari 2021
A. PENGKAJIAN
I. Identitas pasien
Nama : Ny.K
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Alamat : Bengle 009/002, Talang
Diagnosa medis : G1P0A0 Hamil 35 minggu dengan letak sungsang
HPHT : 15 bulan 5 2020
HPL: 12 bulan 2 2021
II. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. K
Umur : 51 tahun
Alamat : Bengle 04/002, Talang
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien: Ayah

III. Riwayat Kesehatan pasien


a. Riwayat Kesehatan
Pasien mengatakan datang ke IGD RSI PKU Muhammadiyah pada tanggal 26
Januari 2021 pukul 11.15 WIB dengan keluhan keluar lendir dari jalan
lahir, namun tidak keluar darah. Pasien sedang hamil 35 minggu dan
mempunyai riwayat hipertensi. Saat datang ke IGD pasien langsung
diperiksa dokter dan disarankan untuk rencana operasi ceasar. Pasien
kemudian dipindah ke ruang Multazam Bawah untuk dilakukan
persiapan operasi. Pasien menjalani operasi SC pada tanggal 26 Januari
2021 pukul 19.00 WIB dan sudah melahirkan bayi laki-laki dengan BB
2400 dan PB 47. Saat dilakukan pengkajian pasien dalam kondisi post
operasi SC di ruang Multazam Bawah.
b. Riwayat kehamilan sekarang
Pasien mengatakan ini kehamilan anak pertama dan sebelumnya tidak pernah
mengalami keguguran. Usia kehamilan pasien saat ini 35 minggu.
Sebelumnya pasien sudah melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan
atau antenatal care sebanyak 4x dengan dokter kandungan. Saat
diperiksa hasil USG menunjukkan posisi bayi sungsang dan Ny. k pernah
memiliki TD saat hamil 140/80, sehingga disarankan dokter untuk
melahirkan dengan operasi atau secara ceasar.
c. Riwayat kehamilan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah hamil.
d. Riwayat ginekologi (PMS, Pembedahan ginekologi, keganasan alat
reproduksi)
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit ginekologi.
e. Riwayat Obstetri (menarche, siklus menstruasi, darah yang keluar,
masalah yang terjadi pada saat menstruasi) G : 1 P : 0 A : 0
Pasien merupakan G1P0A0. Pasien mengatakan pertama kali menstruasi pada
usia 12 tahun, siklus menstruasi teratur dengan darah yang keluar
biasanya selama 7 hari, dan tidak ada masalah dengan pola menstruasi
pasien.
f. Riwayat keluarga berencana
Pasien mengatakan belum pernah mengikuti KB sejak menikah. Untuk
kedepannya pasien belum berencana KB.
IV. Pola fungsional
a. Pola persepsi Kesehatan dan manajemen
Pasien menagatakan ini kehamilan anak pertama dan sangat diinginkan oleh
keluarga besar. Untuk menjaga kesehatan saat hamil, pasien rutin
mengikuti antenatal care sebanyak 4x dengan dokter kandungan.
Keluarga besar pasien mengatakan tidak mempunyai kepercayaan khusus
atau budaya saat hamil. Pasien juga mengikuti asuransi BPJS untuk
menunjang biaya persalinan.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Pasien mengatakan saat hamil pasien rutin makan 3x sehari dengan nas,
sayur, lauk, dan buah. Pasien juga mengonsumsi susu hamil dan obat
yang diberikan oleh dokter. Pasien mengatakan tidak ada gangguan atau
masalah pencernaan saat hamil.
Setelah melahirkan pasien mengatakan makan 3x sehari sesuai diit yang
diberikan oleh RS dan selalu habis. Pasien mengatakan ASInya belum
keluar.
c. Pola eliminasi
Pasien mengatakan saat hamil memiliki kebiasaan BAK yang sering terutama
pada bulan ke7-9 kehamilan saat perut sudah membesar. Frekuensi BAK
bisa sampai 10x sehari dan kadang sedikit-sedikit. Pola BAB pasien
biasanya 2 hari sekali.
Saat di RS pasien terpasang DC dengan produk urin banyak dan berwarna
kuning kecoklatan. Selama di RS pasien belum BAB.
d. Pola aktivitas dan Latihan
Pasien mengatakan saat hamil aktivitas pasien seperti biasa namun agak
membatasi pada pekerjaan yang berat-berat. Di rumah pasien sebagai ibu
rumah tangga dan rutin jalan-jalan pagi saat hamil.
Saat dilakukan pengkajian di RS pasien mengatakan masih belum bisa gerak
karena baru saja menjalani operasi dan terasa nyeri saat gerak. Sehinggan
untuk aktivitas pasien masih bedrest dan dibantu oleh perawat dan
keluarganya.
e. Pola persepsi
Pasien mengatakan sangat senang dengan kehamilan anak pertamanya ini.
Seluruh keluarga besar juga ikut senang dan mendukung. Saat hamil dan
dinyatakan untuk menjalani operasi SC karena letak bayi sungsang
pasien agak takut dan membuat TD nya pernah tinggi. Namun demi
kebaikan ibu dan anaknya, pasien akhirnya mau untuk dioperasi.
f. Pola istirahat tidur
Pasien mengatakan saat hamil susah untuk tidur nyenyak, terutama di akhir
masa kehamilan. Pasien mengatakan tidur malam sekitar 4-7 jam, dan
kadang sering terbangun dan bisa tidur lagi. Pasien mengatakn tidak
mengonsumsi obat-obatan untuk tidur.
Selama di RS pasien mengatakan tidurnya sebentar-sebentar. Pasien
mengatakan sering terbangun karena bayinya menangis dan mencoba
untuk memberikan ASI.
g. Pola peran dan hubungan
Saat hamil peran pasien di keluarga sebagai anak dan istri. Hubungan pasien
dengan suami dan keluarganya tidak ada masalah, serta saling
mendukung dan menerima dengan kehamilan pasien.
Setelah melahirkan, pasien mengatakan senang dan terharu dengan
bertambahnya peran menjadi seorang ibu. Pasien senang dan menerima
bayinya. Pasien mengatakan tidak mengalami baby blues syndrome.
h. Pola seksual dan reproduksi
Saat hamil pasien mengatakan tidak mempunyai masalah seksual dan
reproduksi. Pasien mengatakan saat ini ASI nya belum keluar, namun
pasien masih tetap melatih menyusukan bayinya.
i. Pola mengatasi stress
Pasien mengatakan selama ini untuk mengatasi masalah atau stress pasien
berdoa dan mohon petunjuk kepada Allah karena pasien sorang muslim.
Selain itu, pasien juga kadang meminta bantuan kepada orang terdekat
seperti suami dan keluarga besarnya.
V. Aspek psikologis
a. Reva rubin ( taking in, taking hold, letting go)
- Taking in
Pasien mengatakan setelah operasi SC dan melahirkan bayi, masih terasa
nyeri pada luka jahitan dan sekaligus bahagia karena sudah
melahirkan. Setelah di ruangan pasien masih bedrest dan ingin segera
melihat bayinya yang masih berada dalam ruang KBY.
- Taking hold
Setelah melihat bayinya, pasien mengatakan sangat senang dan belajar
menggendong dan menyusui anaknya, namun pasien masih terbatas
karena masih nyeri dan ASI nya belum keluar.
- Letting go
Pada hari 2 setelah operasi pasien mengatakan sudah bisa memberikan
ASI pada anaknya dan sudah bisa berjalan sehingga bisa lebih sering
ddengan bayinya. Pasien mengatakan tidak merasakan baby blues
atau post partum syndrome.
b. Bonding attachment
Setelah operasi pasien melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) pada saat di
ruang recovery IBS selama 10 menit bayi diletakkan di atas perut ibu.
Setelah itu pindah ke ruangan dan bayi dibawa ke ruang KBY. Selama di
ruang rawat, ibu dan bayi langsung berlatih memberi ASI dan ibu sangat
senang dan ingin segera memberikan ASI pada bayi.
VI. Pemeriksaan fisik ibu (Inspeksi, Palpasi,, Perkusi, Auskultasi)
- Vital sign
KU pasien cukup, kesadaran compos mentis, E4V5M6.
TD 120/80, HR 88 x/m, RR 20 x/m, SB 36,6 oC, Spo2 98%.
- Ukur TB dan BB
TB 156 cm, BB 66 kg
- Kepala (rambut, mata, mulut, hidung, tenggorokan dan telinga)
Bentuk kepala mesocephal, bentuk simetris, tak ada benjolan, tidak ada lesi
dan nyeri tekan.
Mata Ny. k simetris, pergerakan bola normal, reflek pupil isokhor, kornea
bening, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, visus normal, dan
fungsi penglihatan masih bagus.
Telinga simetris dan bersih. Bentuk hidung Ny. k bilateral, tidak ada
pernafasan cuping hidung, tidak ada polip, tidak ada peradangan, dan
fungsi penciuman masih bagus.
Bentuk daun telinga Ny. k normal, letaknya simetris, tidak ada peradangan,
tidak ada serumen, dan fungsi pendengaran masih bagus.
Warna bibir Ny. k coklat tidak pucat dan tampak kering, tidak ada
stomatitis, dan fungsi pengecapan masih bagus.
- Wajah
Wajah Ny. k bersih, tidak pucat, tidak ada kehitaman.
- Leher (Palpasi kelenjar limphe nodi anterior dan superior, palpasi
kelenjar thyroid)
Di leher Ny. k tidak ada pembesaran atau benjolan kelenjar tyroid, tidak ada
peningkatan JVP, tidak ada deviasi trakea, dan tidak ada kekakuan pada
leher Ny. k.
- Thorak dan paru – paru (keadaan dada, suara pernafasan, Gerakan dada
saat bernafas)
Bentuk dada Ny. K normal, pergerakan dada simetris, tidak ada retraksi
dinding dada, dan tidak ada iktus cordis. Palpasi thorak pada Ny. K
tidak ada nyeri tekan dan krepitasi, serta perkusi sonor. Auskultasi
irama pernafasan reguler, bunyi nafas vesikuler, dan tidak ada suara
tambahan.
- Jantung
Bagian jantung inspeksi tidak ada iktus kordis, palpasi teraba point maximal
impuls, perkusi redup, dan auskultasi bunyi reguler atau normal.
- Payudara (pembesaran vena, hiperpigmentasi pada aerola mamae dan
putting, peningkatan ukuran mamae, kebersihan, keluar colostrum,
keadaan putting menonjol/tenggelam)
Bentuk payudara Ny. k bulat, tidak ada nejolan, tidak ada pembesaran vena,
aerola dan putting tampak kehitaman atau hiperpigmentasi, belum
keluar colostrum atau ASI, keadaan putting menonjol.
- Abdomen (Stria gravidarum, bentuk abdomen, TFU, kontraksi uterus,
DRA)
Bentuk abdomen tidak ada distensi, terdapat garis-garis striae gravidarum,
tinggi TFU teraba di umbilicus, terdapat kontraksi urterus, DRA 3 jari.
Terdapat luka balutan operasi ceasar sepanjang 15 cm, balutan bersih,
tidak ada rembesan darah atau pus.
- Genetalia (kebersihan, luka episiotomy/perineal, lokea : jenis, jumlah,
warna, bau, tanda – tanda REEDA)
Tidak terdapat luko episotomi, pembalut penuh dengan lokhea rubra, warna
merah, bau normal darah. Tidak ada luka jahitan pada perineum.
- Anus (Hemorroid, lesi warna, discharge)
Tidak ada pembesaran hemoroid, tidak ada lesi dan discharge.
- Vaskularisasi perifer ekstremitas atas dan bawah (warna, pucat,
kemerahan, kqpilqri reffil)
Pada ekstrimitas atas nadi teraba kuat, akral hangat, CRT < 2 dtk, tidak ada
kelemahan, dan kekuatan otot 5.
- Ekstremitas bawah ( Hofman sign, varises, oedema)
Pada ekstrimitas bawah kedua kaki tidak ada pembengkakan, tidak ada
varises, dan tanda hofman negative.
VII. Pemeriksaan penunjang
Cek darah rutin tanggal 26 Januari 2021
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Pemeriksaan
Hemoglobin 11,5-16,5 10,3
Leukosit 3500-10000 11000
Eritrosit 3,50-55,0 4,12
Trombosit 150000-400000 308000
Hematokrit 35,0-55,0 27,9
Ig G Covid 19 Non Reaktif Non Reaktif
Ig M Covid 19 Non Reaktif Non Reaktif

VIII. Therapi
NO. JENIS/NAMA DOSIS INDIKASI KONTRA
OBAT INDIKASI
1. Infus RL % 20 tpm Hidrasi
2. Injeksi Ceftriaxon 2x1 gr (iv) Antibiotic Alergi antibiotic
3. Injeksi ketorolac 3x1 amp (iv) Analgesic Alergi ketorolac

B. ANALISA DATA
TA IOLOGI OBLEM
: en cedera fisik eri Akut
eien mengatakan nyeri pada luka (luka insisi)
jahitan operasi di perut.
erak
Tajam
Perut
kala 6
Terus menerus

:
cukup, CM, E4V5M6, nadi kuat,
akral hangat, tampat meringis
kesakitan, pasien H+0 operasi SC.
120/80, HR 88 x/m, RR 20 x/m,
SB 36,6 oC, Spo2 98%.

: eri mbatan mobilitas


ien mengatakan belum bisa fisik
beraktivitas karena masih nyeri
setelah operasi, pasien masih
tiduran di bed dan untuk aktivitas
dibantu keluarga dan perawat.

:
cukup, CM, E4V5M6, nadi kuat,
akral hangat, terpasang infus dan
kateter urin atau DC, pasien
bedrest, pasien H+0 operasi SC,
tanda Hofman negative.
120/80, HR 88 x/m, RR 20 x/m,
SB 36,6 oC, Spo2 98%.
: idakadekuatan idakefektifan
ien mengatakan ingin segera suplai ASI pemberian ASI
menyusui bayinya namun ASI
belum keluar.

:
cukup, CM, E4V5M6, nadi kuat,
akral hangat, pasien H+0 operasi
SC, putting menonjol, belum
keluar ASI.
120/80, HR 88 x/m, RR 20 x/m,
SB 36,6 oC, Spo2 98%.

DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri skala 6.
2. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan pasien
post operasi SC.
3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai
ASI ditandai dengan ASI belum keluar.

C. INTERVENSI
. KEP JUAN DAN ERVENSI SIONAL
ITERIA
HASIL
eri akut C: Pain IC: Pain
berhubungan Control Management
dengan agen elah dilakukan - Melakukan ngetahui kualitas
cedera fisik Tindakan pengkajian nyeri pasien
ditandai dengan keperawatan secara
pasien selama 3x24 komprehensif
mengatakan jam mengenai lokasi,
nyeri skala 6 diharapkan karakteristik,
nyeri teratasi lamanya,
dengan frekuensi,
kriteria hasil: kualitas nyeri
TTV pasien dan faktor
DBN presipitasi pat mengurangi
Skala nyeri - Mengobservasi rasa cemas dan
berkurang penyebab takut sehingga
menjadi 0-1 ketidaknyamana mampu
asien tampak n klien secara mengurangi rasa
rileks verbal dan sakit
nonverbal nurunkan nyeri
- Menyakinkan
klien akan
pemberian ngetahui kondisi
analgesik ketidaknyamana
- Mengkaji n klien yang
dampak dari kemungkinan
pengalaman mampu
nyeri (gg. tidur, mengagnggu
gg. hubungan) kualitas
hidupnya
minimalkan nyeri
dengan
menciptakan
- Mengontrol lingkungan
faktor nyaman
lingkungan yang
menyebabkan
klien merasa
tidak nyaman
(ruangan, ningkatkan
temperatur, relaksasi
cahaya)
- Instruksikan
pasien untuk
melakukan
teknik relaksasi
seperti
bimbingan
imajinasi, nafas
dalam.
mbatan mobilisasi C: C:
fisik
Mobility Exercise Therapy:
berhubungan
Level Ambulation
dengan nyeri ngetahui status
elah dilakukan - Monitor TTV
ditandai dengan hemodinamik
Tindakan sebelum dan
pasien post pasien.
keperawatan sesudah Latihan
operasi SC ningkatkan
selama 3x24 ambulasi.
pengetahuan
jam - Ajarkan klien
pasien tentang
diharapkan dan keluarga
mobilisasi.
pasien bisa tentang Teknik
mobilisasi ambulasi
ien mengetahui
dengan bertahap.
kriteria hasil:
Aktivitas fisik - Ajarkan pasien cara mengubah
meningkat bagaimana posisi.
engerti tujuan merubah posisi. ien bisa
peningkatan - Latih pasien memenuhi ADL.
mobilitas. dalam
ADL pasien pemenuhan
terpenuhi ADL sesuai
kemampuan mberikan
- Dampingi dan dorongan pada
bantu pasien pasien.
dalam mobilisasi
dan
memenuhi ADL t bantu bisa
- Berikan alat mempermudah
bantu jika pasien mobilisasi.
memerlukan.
idakefektifan C: C: Breastfeding
pemberian ASI Breastfeding Assistance
berhubungan Ineffective - Evaluasi pola ngetahui
dengan elah dilakukan menghisap dan kemampuan
ketidakadekuata Tindakan menelan bayi bayi.
n suplai ASI keperawatan - Evaluasi ngetahui
ditandai dengan selama 3x24 pemahaman ibu pemahaman ibu.
ASI belum jam tentang isyarat
keluar diharapkan menyusui dan
proses bayi ch on yang salah
menyusi - Pantau dapat
efektif kemampuan mengurangi
dengan latch on keluarnya ASI.
kriteria hasil: bayi
erlekatan bayi nilai kemampuan
sesuai. ibu.
emantapan ibu
untuk - Pantau anya luka pada
keterampilan ibu
membuat dalam putting bisa
bayi melekat menempelkan mempengaruhi
dengan tepat. putting ke keluarnya ASI.
bayi mberi
- Pantau integritas pengetahuan ibu
kulit putting ibu tentang ASI.

mudahkan ibu
dalam
- Sediakan memahami cara
informasi menyusui yang
tentang tepat.
keuntungan dan nambah
kerugian pengetahuan ibu
pemberian ASI tentang
- Demonstrasikan alternative lain.
Latihan
menghisap

- Diskusikan
metode
alternative
pemberian
makan bayi

D. IMPLEMENTASI
. RI/TANGGAL . KEP PLEMENTASI SPON PASIEN NDA
/JAM TANG
AN
BU 27-01-21 eri akut  Mengukur TTV :
 Mengkaji keluhan ien mengatakan
00 nyeri secara nyeri pada luka
komprehensif, operasi dan
 Memberikan injeksi kontraksi Rahim.
ketorolac 3x1 amp per erak
IV dan ceftriaxone 2x1 Tajam
gr per IV perut bawah
 Menganjurkan pasien
untuk istirahat yang terus menerus
cukup untuk
mengurangi nyeri. :
 Mengkaji kontraksi cukup, CM.
uterus dan perdarahan E4V5M6, nadi
nifas pasien. kuat, akral hangat,
 Melibatkan keluarga terpasang infus dan
dalam perawatan kateter urin,
pasien, tampak nyeri dan
kesakitan, TFU
sebatas umbilicus,
kontraksi uterus
keras, lokea DBN.
120/70, RR 20 x/m,
HR 78 x/m,SB
36,7 oC, Spo2
98%.
bu, 27-01-21 eri Akut  Mengukur TTV :
 Mengkaji keluhan ien mengatakan
00 nyeri secara masih nyeri pada
komprehensif, luka operasi dan
 Memberikan injeksi kontraksi Rahim.
ketorolac 3x1 amp per erak
IV dan ceftriaxone 2x1 Tajam
gr per IV perut bawah
 Menganjurkan Teknik
relaksasi distraksi intermitten
berupa melihat dan
merawat bayi pasien. :
 Mengkaji kontraksi cukup, CM.
uterus dan perdarahan E4V5M6, nadi
nifas pasien. kuat, akral hangat,
 Membantu pasien terpasang infus dan
mengganti pembalut kateter urin,
agar nyaman. tampak nyeri dan
 Melibatkan keluarga kesakitan, TFU
dalam perawatan dua jari di bawah
pasien, umbilicus,
kontraksi uterus
keras, lokea DBN.
110/70, RR 20 x/m,
HR 82 x/m, SB
36,5 oC, Spo2
98%.
mis, 28-01-21  Mengukur TTV :
 Mengkaji keluhan ien mengatakan
00 nyeri secara nyeri berkurang
komprehensif, pada luka operasi
 Memberikan injeksi dan kontraksi
ketorolac 3x1 amp per Rahim, sudah bisa
IV dan ceftriaxone 2x1 mobilisasi.
gr per IV erak
 Menganjurkan Teknik Tajam
relaksasi distraksi alih perut bawah
posisi untuk
mengurangi nyeri. intermitten
 Melakukan perawatan
luka SC dan mengkaji :
kondisi luka. cukup, CM.
 Mengkaji kontraksi E4V5M6, nadi
uterus dan perdarahan kuat, akral hangat,
nifas pasien. infus dan kateter
 Memotivasi pasien urin sudah dilepas,
untuk tetap Latihan tampak rileks,
memberikan ASI agar TFU 3 jari
nyeri berkurang. dibawah
 Melibatkan keluarga umbilicus,
dalam perawatan kontraksi uterus
pasien, keras, lokea DBN.
120/80, RR 20 x/m,
HR 76 x/m, SB
36,5 oC, Spo2
98%.

. RI/ . PLEMENTASI SPON NDA


NGGAL P SIEN TANG
M AN
BU-01-21 mbatan  Mengukur TTV :
mobilitas  Membantu pasien ien mengatakan
00 fisik mandi dan mengganti masih nyeri untuk
pembalut. miring kanan dan
 Melatih pasien kiri.
mobilisasi miring
kanan dan kiri. :
 Memberikan injeksi cukup, CM.
ketorolac 3x1 amp per E4V5M6, nadi
IV dan ceftriaxone 2x1 kuat, akral hangat,
gr per IV terpasang infus dan
 Melibatkan keluarga kateter urin,
dalam memnuhi ADL tampak nyeri saat
pasien gerak.
120/70, RR 20 x/m,
HR 78 x/m,SB
36,7 oC, Spo2
98%.
bu, 27-01-21 mbatan  Mengukur TTV :
mobilitas  Membantu pasien ien mengatakan
00 fisik mandi dan mengganti sudah bisa duduk
pembalut. semifowler di bed
 Melatih pasien sambal memangku
mobilisasi duduk di bayinya.
bed.
 Memberikan injeksi :
ketorolac 3x1 amp per cukup, CM.
IV dan ceftriaxone 2x1 E4V5M6, nadi
gr per IV kuat, akral hangat,
 Melibatkan keluarga terpasang infus dan
dalam memenuhi ADL kateter urin,
pasien. tampak sudah bisa
duduk dengan
dibantu.
110/70, RR 20 x/m,
HR 82 x/m, SB
36,5 oC, Spo2
98%.
mis, 28-01-21 mbatan  Mengukur TTV :
mobilitas  Membantu pasien ien mengatakan
00 fisik mandi dan mengganti sudah bisa turun
pembalut. dari bed dan
 Memberikan injeksi berjalan dengan
ketorolac 3x1 amp per dibantu setelah
IV dan ceftriaxone 2x1 kateter urin
gr per IV. dilepas.
 Melepas infus dan
kateter setelah injeksi :
pagi. cukup, CM.
 Melatih pasien E4V5M6, nadi
mobilisasi jalan. kuat, akral hangat,
 Melibatkan keluarga infus dan kateter
dalam memenuhi ADL urin sudah dilepas,
pasien. tampak berjalan
pelan dengan
dibantu.
120/80, RR 20 x/m,
HR 76 x/m, SB
36,5 oC, Spo2
98%.

RI/ LEMENTASI PON NDA


NGGAL IEN TANGA
M N
BU,27-01-21 idakefektifa  Mengukur TTV :
n  Mengkaji cara pasien ien mengatakan
00 pemberian dalam memberikan sudah mengerti
ASI ASI. tentang cara
 Mengkaji payudan dan memberikan ASI.
putting pasien. Pasien mengatakan
 Mengedukasi pasien ASInya belum
tentang ASI. keluar.
 Mendemonstrasikan
cara menyesui dengan :
benar. ting pasien tampak
 Memotivasi pasien dan keluar, tidak ada
keluarga dalam luka pada aerola
memberikan ASI payudara, ASI
belum keluar.
Latch on bayi
sudah tepat. Bayi
tampak menghisap.
120/70, RR 20 x/m,
HR 78 x/m,SB
36,7 oC, Spo2
98%.
mis,28-01-21 idakefektifa  Mengukur TTV :
n  Mengkaji produk ASI ien mengatakan
00 pemberian  Mengevaluasi ASInya sudah
ASI kemampuan menyusui mulai keluar dan
 Melakukan pijat bayinya sudah
laktasi pada pasien. menyusu.
 Memotivasi pasien dan
keluarga untuk tetap :
memberikan ASI pada ch on bayi sudah
bayi. tepat. Bayi tampak
 Menganjurkan suami menghisap. ASI
pasien untuk colostrum sudah
mendukung pemberian keluar.
ASI. 110/70, RR 20 x/m,
HR 82 x/m, SB
36,5 oC, Spo2
98%.
at, 29-01-21 idakefektifa  Mengukur TTV :
n  Mengkaji produk ASI ien mengatakan
00 pemberian  Mengevaluasi ASInya sudah
ASI kemampuan menyusui keluar sedikit-
 Memotivasi pasien dan sedikit dan bayinya
keluarga untuk tetap sudah menyusu.
memberikan ASI pada
bayi tiap dua jam sekali :
atau ad libitum ch on bayi sudah
 Menganjurkan diit tepat. Bayi tampak
yang dapat menghisap. ASI
meningkatkan produk sudah keluar.
ASI 120/80, RR 20 x/m,
 Menganjurkan suami HR 76 x/m, SB
dan keluarga pasien 36,5 oC, Spo2
untuk mendukung 98%.
pemberian ASI.

E. EVALUASI
RI/TANGGAL/JAM AGNOSA ALUASI NDA
KEPERAWATAN TANGAN
BU, 27-01-21 eri akut
14.00 ien mengatakan nyeri pada
luka operasi dan kontraksi
Rahim.
erak
Tajam
perut bawah

terus menerus

cukup, CM. E4V5M6,


nadi kuat, akral hangat,
terpasang infus dan kateter
urin, tampak nyeri dan
kesakitan, TFU sebatas
umbilicus, kontraksi
uterus keras, lokea DBN.
120/70, RR 20 x/m, HR 78
x/m,SB 36,7 oC, Spo2
98%.

Nyeri akut belum teratasi

- Lanjutkan intervensi
- Anjurkan relaksasi
distraksi

bu, 27-01-21 eri akut


14.00 ien mengatakan masih
nyeri pada luka operasi
dan kontraksi Rahim.
erak
Tajam
perut bawah

intermitten

cukup, CM. E4V5M6,


nadi kuat, akral hangat,
terpasang infus dan kateter
urin, tampak nyeri dan
kesakitan, TFU dua jari di
bawah umbilicus,
kontraksi uterus keras,
lokea DBN.
110/70, RR 20 x/m, HR 82
x/m, SB 36,5 oC, Spo2
98%.

Nyeri akut teratasi sebagian

- Lanjutkan intervensi
- Anjurkan relaksasi
distraksi

mis, 28-01-21 eri akut


14.00 ien mengatakan nyeri
berkurang pada luka
operasi dan kontraksi
Rahim, sudah bisa
mobilisasi.
erak
Tajam
perut bawah

intermitten

cukup, CM. E4V5M6,


nadi kuat, akral hangat,
infus dan kateter urin
sudah dilepas, tampak
rileks, TFU 3 jari dibawah
umbilicus, kontraksi
uterus keras, lokea DBN.
120/80, RR 20 x/m, HR 76
x/m, SB 36,5 oC, Spo2
98%.

Nyeri akut teratasi

- Lanjutkan intervensi
- Anjurkan relaksasi
distraksi
- Persiapkan pasiej pulang

RI/TANGGAL/JAM AGNOSA ALUASI NDA


KEPERAWATAN TANGAN
BU, 27-01-21 mbatan mobilitas fisik
14.00 ien mengatakan masih
nyeri untuk miring kanan
dan kiri.

cukup, CM. E4V5M6,


nadi kuat, akral hangat,
terpasang infus dan kateter
urin, tampak nyeri saat
gerak.
120/70, RR 20 x/m, HR 78
x/m,SB 36,7 oC, Spo2
98%.

Hambatan mobilitas fisik


belum teratasi

- Lanjutkan intervensi
- Anjurkan mobilisasi
duduk
bu, 27-01-21 mbatan mobilitas fisik
14.00 ien mengatakan sudah bisa
duduk semifowler di bed
sambal memangku
bayinya.

cukup, CM. E4V5M6,


nadi kuat, akral hangat,
terpasang infus dan kateter
urin, tampak sudah bisa
duduk dengan dibantu.
110/70, RR 20 x/m, HR 82
x/m, SB 36,5 oC, Spo2
98%.

Hambatan mobilitas fisik


teratasi sebagian
- Lanjutkan intervensi
- Anjurkan mobilisasi
jalan

mis, 28-01-21 mbatan mobilitas fisik


14.00 ien mengatakan sudah bisa
turun dari bed dan
berjalan dengan dibantu
setelah kateter urin
dilepas.

cukup, CM. E4V5M6,


nadi kuat, akral hangat,
infus dan kateter urin
sudah dilepas, tampak
berjalan pelan dengan
dibantu.
120/80, RR 20 x/m, HR 76
x/m, SB 36,5 oC, Spo2
98%.

Hambatan mobilitas fisik


teratasi

- Lanjutkan intervensi
- Anjurkan mobilisasi
jalan
- Persiapkan pasien pulang

RI AGNOSA ALUASI NDA


KEPERAWATAN TANGAN
NGGAL

M
BU, 27-01-21 idakefektifan
14.00 pemberian ASI ien mengatakan sudah
mengerti tentang cara
memberikan ASI. Pasien
mengatakan ASInya
belum keluar.

ting pasien tampak keluar,


tidak ada luka pada aerola
payudara, ASI belum
keluar. Latch on bayi
sudah tepat. Bayi tampak
menghisap.
120/70, RR 20 x/m, HR 78
x/m,SB 36,7 oC, Spo2
98%.

Ketidakefektifan pemberian
ASI belum teratasi

- Lanjutkan intervensi
- Lakukan pijat laktasi

bu, 27-01-21 idakefektifan


14.00 pemberian ASI ien mengatakan ASInya
sudah mulai keluar dan
bayinya sudah menyusu.
ch on bayi sudah tepat.
Bayi tampak menghisap.
ASI colostrum sudah
keluar.
110/70, RR 20 x/m, HR 82
x/m, SB 36,5 oC, Spo2
98%.

Ketidakefektifan pemberian
ASI teratasi sebagian

- Lanjutkan intervensi
- Anjurkan diit untuk
meningkatkan laktasi

mis, 28-01-21 idakefektifan


14.00 pemberian ASI ien mengatakan ASInya
sudah keluar sedikit-
sedikit dan bayinya sudah
menyusu.

ch on bayi sudah tepat.


Bayi tampak menghisap.
ASI sudah keluar.
120/80, RR 20 x/m, HR 76
x/m, SB 36,5 oC, Spo2
98%.

Ketidakefektifan pemberian
ASI teratasi
- Lanjutkan intervensi
- Anjurkan untuk tetap
memberikan ASI secara
ad libitum
- Persiapkan pasien pulang

FORMAT JURNAL SHARING


1 Judul Jurnal Efektivitas Aromaterapi Lavender Dan Aromaterapi Lemon
Terhadap Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea (Sc) Di Rumah
Sakit Budi Rahayu Kota Magelang
2 PICO Population : Pasien post operasi sc
Intervention : Aromaterapi lavender
Comparison : Aromaterapi lemon
Outcome : Intensitas nyeri post sc
3 Refrensi Journal of holistic nursing science : Universitas
Terakreditasi Muhammadiyah Magelang Vol. 2 No. 2 2015
4 Relevasi dengan Masalah yang muncul pada tindakan setelah operasi sectio
fenomena masalah caesarea akibat insisi oleh robekan jaringan dinding perut dan
dinding uterus dapat menyebabkan terjadinya perubahan
kontinuitas sehingga ibu merasa nyeri karena adanya
pembedahan. Penanganan yang sering digunakan untuk
menurunkan nyeri post section caesarea berupa penanganan
farmakologi dan non farmakologi. Salah satu terapi non
farmakologi yang dapat digunakan yaitu aromaterapi.
5 Kemutakhiran Mekanisme kerja aromaterapi dalam tubuh manusia
berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh
dan sistem penciuman.Wewangian dapat mempengaruhi
kondisi psikis, daya ingat, dan emosi seseorang. Aromaterapi
lemon merupakan jenis aromaterapi yang dapat digunakan
untuk mengatasi nyeri dan cemas. Aromaterapi lemon efektif
untuk menurunkan nyeri post sectio cesarea karena aromaterapi
lemon mengandung minyak atsiri yang bermanfaat sebagai anti
stress, menghilangkan kelelahan mental, pusing, gelisah,
gugup, ketegangan saraf dan menurunkan nyeri serta
menyegarkan pikiran dengan menciptakan pikiran positif dan
menghapus emosi negatif.
Aromaterapi lavender dapat memberikan ketenangan,
keseimbangan, rasa nyaman, rasa keterbukaa, dan keyakinan.
Disamping itu juga dapat mengurangi rasa tertekan, stres, rasa
sakit, emosi yang tidak seimbang, histeria, rasa frustasi dan
kepanikan. Lavender dapat bermanfaat untuk mengurangi rasa
nyeri, dan dapat memberikan relaksasi.
6 Kelengkapan aspek Aromaterapi lavender
Pra interaksi
1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
2. Identifikasi factor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontra indikasi
3. Siapkan alat dan bahan
Tahap Orientasi
4. Beri salam dan panggil klien dengan namanya dan
memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama)
5. Menanyakan keluhan klien/perasaan klien
6. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien
dan keluarga
7. Beri kesempatan klien dan keluarga
bertanya Tahap Kerja
8. Jaga privasi klien
9. Tuangkan air ke dalam mangkok secukupnya
10. Hidupkan lilin dengan korek api
11. Taruh lilin yang menyala di bawah mangkok, usahakan
jarak antara lilin dan mangkok sekitar 2 inchi
12. Tuangkan essential oil ke dalam air hangat di dalam
mangkok sebanyak 5-10 tetes
13. Anjurkan klien untuk menghirup uap essential oil pada
mangkok selama 5-10 menit
14. Setelah terapi selesai bersihkan alat dan atur posisi nyaman
untuk klien
Tahap Terminasi
15. Evaluasi hasil kegiatan
16. Berikan umpan balik positif
17. Kontrak pertemuan selanjutnya (bila dianjurkan untuk
mengikuti terapi lanjutan)
18. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
19. Bereskan peralatan
20. Cuci tangan
Dokumentasi
21. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
Aromaterapi lemon
Tahap Pra interaksi
1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
2. Identifikasi factor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontra indikasi
3. Siapkan alat dan bahan
Tahap Orientasi
4. Beri salam dan panggil klien dengan namanya dan
memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama)
5. Menanyakan keluhan klien/perasaan klien
6. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien
dan keluarga
7. Beri kesempatan klien dan keluarga
bertanya Tahap Kerja
8. Jaga privasi klien
9. Tuangkan air ke dalam mangkok secukupnya
10. Hidupkan lilin dengan korek api
11. Taruh lilin yang menyala di bawah mangkok, usahakan
jarak antara lilin dan mangkok sekitar 2 inchi
12. Tuangkan essential oil lemon ke dalam air hangat di dalam
mangkok sebanyak 2 tetes dan dicampur dengan minyak
zaitun 160 ml
13. Anjurkan klien untuk menghirup uap essential oil pada
mangkok selama 5-10 menit
14. Setelah terapi selesai bersihkan alat dan atur posisi nyaman
untuk klien
Tahap Terminasi
15. Evaluasi hasil kegiatan
16. Berikan umpan balik positif
17. Kontrak pertemuan selanjutnya (bila dianjurkan untuk
mengikuti terapi lanjutan)
18. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
19. Bereskan peralatan
20. Cuci tangan
Dokumentasi
21. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
7 Besarnya manfaat 1. Perawat dapat memberikan terapi dengan aromaterapi lemon
untuk mengatasi yang dapat diterapkan sebagai bagian dari intervensi
masalah keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan
keperawatan khususnya pada pasien yang mengalami nyeri pasca operasi
SC (Sectio Cesaria) ataupun dengan keluhan nyeri pada
diagnose lainnya.
2. Perawat dapat memberikan pengarahan, membimbing, dan
menganjurkan pasien untuk dapat melaksanakan terapi
dengan aromaterapi lemon untuk mengatasi keluhan nyeri
dan untuk pasien sebaiknya mempelajari berbagai tehnik
manajemen nyeri khususnya aromaterapi lemon agar secara
mandiri dapat mempraktekkan sendiri ketika merasakan
nyeri, sehingga nyeri dapat teralihkan dan bisa berkurang
setelah melakukan terapi aromaterapi lemon.
8 Keamanan untuk Prosedur untuk menurunkan intensitas nyeri dengan
diterapkan pada aromaterapi lemon merupakan prosedur non farmakologi dan
pasien dengan alat sederhana sehingga mudah dan aman untuk
digunakan dan dapat dilakukan pasien itu sendiri setelah kita
melakukan edukasi bagaimana cara menggunakan teknik ini.
9 Pengaplikasian Persiapan :
Meliputi persiapan dan pengkajian klien sebelum dilaksanakan
tindakan
Pelaksanaan :
Seluruh prosedur teknis pelaksanaan intervensi seperti durasi
dan frekuensi tindakan.
Evaluasi :
Pengaruh yang dihasilkan oleh tindakan terhadap keadaan
klien.
EFEKTIVITAS AROMATERAPI LAVENDER DAN AROMATERAPI
LEMON TERHADAP INTENSITAS NYERI POST SECTIO
CAESAREA (SC) DI RUMAH SAKIT BUDI RAHAYU KOTA
MAGELANG

Ina Rahmawati1, Rohmayanti2

Abstrak
Latar belakang: Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman yang sering dirasakan oleh
pasien post sectio caesarea. Aromaterapi dapat digunakan untuk mengatasi nyeri post sectio
caesarea. Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antara aromaterapi
lavender dan aromaterapi lemon di Rumah Sakit Budi Rahayu Kota Magelang. Metode:penelitian
ini menggunakan metodequasy experimentdengan rencangan two group pre-test and post-test
designdengan sampel 56 responden, 28 responden kelompok aromaterapi lavender dan 28
responden kelompok aromaterapi lemon. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive
samplingInstrumen yang digunakan adalah numeric rating scale (NRS). Data diolah dengan uji
Wilcoxon dan uji Mann Whitney.Hasil: hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aromaterapi
lavender dan aromaterapi lemon efektif dalam menurunkan skala nyeri post sectio caesarea
dengan p value 0,009 (p < 0,05). Kesimpulan: Aromaterapi levender dan aromaterapi lemon
efektif dalam menurunkan skala nyeri post sectio caesarea,tetapi aromaterapi lemon lebih efektif
dalam mengatasi nyeri post sectio caesarea dengan nilai rata-rata sebesar 4 lebih besar
dibandingkan rata-rata aromaterapi lavender yaitu 2,15.Saran: Rekomendasi penelitian ini adalah
supaya menggunakan aromaterapi lavender dan aromaterapi lemon sebagai intervensi alternatif
yang digunakan untuk menurunkan nyeri post sectio caesarea.

Kata Kunci : Aromaterapi Lavender, Aromaterapi Lemon, Nyeri Post Sectio Caesarea

1. PENDAHULUAN Penanganan yang sering digunakan


. Angka persalinan melalui sectio untuk menurunkan nyeri post sectio
caesarea di Amerika Serikat telah caesarea berupa penanganan
meningkat empat kali lipat, dari 5,5 per farmakologi dan non farmakologi. Salah
100 kelahiran pada tahun 1970 menjadi satu terapi non farmakologi yang dapat
22,7 per 100 kelahiran pada tahun digunakan yaitu aromaterapi.
1985.Di Inggris, pada tahun 2008-2009 (Anggorowati, 2007).
angka sectio caesarea 24,6%. Selain itu Mekanisme kerja aromaterapi
angka kejadian sectio caesarea di dalam tubuh manusia berlangsung
Australia pada tahun 1998 sekitar 21% melalui dua sistem fisiologis, yaitu
dan pada tahun2007 sekitar 31%. Di sirkulasi tubuh dan sistem penciuman.
Indonesia angka kejadian sectio Wewangian dapat mempengaruhi
caesarea mengalami peningkatan pada kondisi psikis, daya ingat, dan emosi
tahun 2000-2006 sebesar 48,85% dan seseorang. Aromaterapi lemon
pada tahun 2011-2013 sebesar 49,6% merupakan jenis aromaterapi yang dapat
(Kulas, 2008). digunakan untuk mengatasi nyeri dan
Masalah yang muncul pada cemas (Wong, 2010).
tindakan setelah operasi sectio caesarea Jenis aromaterapi diantaranya
akibat insisi oleh robekan jaringan adalah aromaterapi lavender dan buah
dinding perut dan dinding uterus dapat lemon. Aromaterapi lavender dapat
menyebabkan terjadinya perubahan memberikan ketenangan, keseimbangan,
kontinuitas sehingga ibu merasa nyeri rasa nyaman, rasa keterbukaa, dan
karena adanya pembedahan (Asamoah, keyakinan. Disamping itu juga dapat
2011). mengurangi rasa tertekan, stres, rasa
sakit, emosi yang tidak seimbang, karakteristik dan kuesioner. Pada data
histeria, rasa frustasi dan kepanikan. karakteristik data berupa lembaran
Lavender dapat bermanfaat untuk demografi yang berisi data karakteristik
mengurangi rasa nyeri, dan dapat responden yang meliputi usia,
memberikan relaksasi (Hutasoit, 2002). pendidikan terakhir, dan pekerjaan.
Aromaterapi lemon merupakan Pada kuesioner skala numeric Rating
jenis aroma terapi yang dapat digunakan Scale adalah suatu garis lurus yang
untuk mengatasi nyeri dan cemas. Zat digunakan untuk mengukur intensitas
yang terkandung dalam lemon salah nyeri dan pendeskripsi verbal pada
satunya adalah linalool yang berguna setiap ujungnya dengan rentang nyeri 0-
untuk menstabilkan sistem saraf 10 sesuai dengan tingkatnya yang berarti
sehingga dapat menimbulkan efek 0 adalah tidak nyeri, 1-3 adalah nyeri
tenang bagi siapapun yang ringan, 4-6 adalah nyeri sedang dan 7-10
menghirupnya (Wong, 2010). adalah nyeri yang tidak terkontrol.
Aromaterapi lavender dan buah Adapun populasi target dari penelitian
lemon dapat digunakan untuk mengatasi ini adalah ibu bersalin dengan cara
nyeri post sectio caesarea. Didukung sectio caesarea. Populasi terjangkau
oleh penelitian dari Wening Dwijayanti, dalam penelitian ini yaitu ibu bersalin
Sri Sumarni, dan Ida Ariyanti dengan dengan sectio caesarea.Adapun populasi
hasil penurunan nyeri rata-rata antara target dari penelitian ini adalah ibu
sebelum dan sesudah pemberian bersalin dengan cara sectio caesarea.
aromaterapi lavender secara inhalasi Populasi terjangkau dalam penelitian ini
adalah sebesar 1,13. Namun belum yaitu ibu bersalin dengan sectio
diketahui perbedaan efektivitasnya, caesarea. pemilihan sampel dengan cara
sehingga peneliti tertarik meneliti non-probability sampling: consecutive
perbedaan efektivitas aromaterapi sampling. Sedangkan penentuan sampel
lavender dan aromaterapi lemon kelompok aromaterapi lavender dan
terhadap intensitas nyeri post sectio kelompok aromaterapi lemon
caesarea. menggunakan undian. Analisa data yang
digunakan menggunakan uji Wilcoxon
2. METODOLOGI PENELITIAN dan Mann-Whitney.
Penelitian ini merupakan penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
quasi eksperiment dengan desain Berikut penjelasan karakteristik
rancangan two group pre test and post responden diantaranya umur,
test design. Instrumen yang digunakan pendidikan, dan pekerjaan
dalam penelitian ini berupa data
Tabel 1 Tingkat

Berdasarkan karakteristik pendidika 25, 17,


n 0 9 0,
SD 28, 42. 31
Aromaterapi Aromaterapi
variabel Lavender Lemon (n=28) P SMP 6 9
(n=28) 28, 0
va SMA 35,
M Sd Ju M Sd Ju Pergur 7 6
ea lu
ea ml e uan 10, 10,
n ah n ah Tinggi
Pekerjaan 7 7 0,
ml % % IRT 64, 64, 26
PNS 3 3

Usia KARY 28, 10, 1


18-25 AWAN 6 7
7,1 25,
0
21 1, 21 2, 2,2 0,
,3 89 ,2 23 38 05
6 0 5 8 9
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil uji yang sama sehingga dapat disimpulkan
homogenitas pada kedua kelompok pada bahwa kelompok intervensi aromaterapi
masing-masing karakteristik lavender dan kelompok aromaterapi
menunjukkan P value >0.05 yang lemon memiliki karakteristik yang sama.
artinya kedua kelompok memiliki varian
Tabel 2
Uji Normalitas Nyeri Post Sectio Caesarea Sebelum dan Setelah Dilakukan
Tindakan Pada Kelompok Aromaterapi Lavender

Shapiro-Wilk
Statistik df sig
AT lavender ke 1 ,605 28 ,000
AT lavender ke 2 ,800 28 ,000
Pre test AT Lavender ke 3 ,774 28 ,000
AT Lavender ke 4 ,867 28 ,002
AT Lavender ke 1 ,926 28 ,049
AT Lavender ke 2 ,786 28 ,000
Post test AT Lavender ke 3 ,904 28 ,014
AT Lavender ke 4 ,861 28 ,002

Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel aromaterapi lavender ke 4 didapatkan


nyeri responden sebelum diberikan hasil P=0,002. Dan setelah diberikan
aromaterapi pada kelompok aromaterapi aromaterapi lavender, pada kelompok
lavender dengan menggunakan uji aromaterapi lavender ke 1 didapatkan
Shapirow-Wilk pada kelompok hasil P=0,049, pada kelompok
aromaterapi lavender ke 1 didapatkan aromaterapi lavender ke 2 didapatkan
hasil P=0,000, pada kelompok hasil P=0,000, pada kelompok
aromaterapi lavender ke 2 didapatkan aromaterapi lavender ke 3 didapatkan
hasil P=0,000, pada kelompok hasil P=0,014, pada kelompok
aromaterapi lavender ke 3 didapatkan aromaterapi lavender ke 4 didapatkan
hasil P=0,000, pada kelompok hasil P=0,002

Tabel 3
Uji Normalitas Post Sectio Caesarea Setelah Dilakukan Tindakan Pada Kelompok
Aromaterapi Lemon
apiro-Wilk
df sig
Sh
Statistik
AT Lemon ke 1 ,842 28 ,001
Pre test AT Lemon ke 2 ,734 28 ,000
AT Lemonke 3 ,833 28 ,000
AT Lemonke 4 ,879 28 ,002
AT Lemon ke 1 ,915 28 ,026
Post test AT Lemon ke 2 ,871 28 ,003
AT Lemonke 3 ,920 28 ,034
AT Lemon ke 4 ,858 28 ,001

Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel didapatkan hasil P=0,000, pada


nyeri responden sebelum diberikan kelompok aromaterapi lemon ke 3
aromaterapi, pada kelompok didapatkan hasil P=0,000, pada
aromaterapi lemon dengan kelompok aromaterapi lemon ke 4
menggunakan uji Shapirow-Wilk pada didapatkan hasil P=0,002. Dan setelah
kelompok aromaterapi lemon ke 1 diberikan aromaterapi lemon pada
didapatkan hasil P=0, 001, pada kelompok aromaterapi lemon ke 1
kelompok aromaterapi lemon ke 2 didapatkan hasil P=0,026, pada
kelompok aromaterapi lemon ke 2 didapatkan hasil P=0,034, pada
didapatkan hasil P=0,003, pada kelompok aromaterapi lemon ke 4
kelompok aromaterapi lemon ke 3 didapatkan hasil P=0,001
Tabel 4
Perbedaan Skor Nyeri Post Sectio caesarea Sebelum dan Setelah Dilakukan
Terapi Aromaterapi Lavender pada Tindakan 1, 2, 3 dan 4

Variabel Mean Meandefferent sd P value


Nyeri post SC Intervensi 1 1,43 ,000
Sebelum 8,14 0,448
sesudah 6,71 1,084
Nyeri post SC Intervensi 2 1,75 ,000
Sebelum 7,50 0,638
Sesudah 5.75 1,295
Nyeri post SC Intervensi 3 2,61 ,000
Sebelum 6,68 0,723
Sesudah 3,89 1,257
Nyeri post SC Intervensi 4 2,15 ,000
Sebelum 5,54 1,105
Sesudah 3,39 1,474
*Uji Wilcoxon
Tabel 4 menunjukan bahwa terdapat sebelum diberikan aromaterapi lavender
penurunan signifikan skor nyeri sebelum pada tindakan ke 4 sebesar 5,54 dan
dan setelah diberikan aromaterapi setelah diberikan aromaterapi lavender
lavender pada kelompok aromaterapi pada tindakan ke 4 sebesar 3,39 dengan
lavender dengan hasil rata-rata nyeri p=0,000

Histrogram 1
Perbedaan Skor Nyeri Post Sectio Caesarea Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Aromaterapi Lavender

Tabel 4.5
Perbedaan Skor Nyeri Post Sectio caesarea Sebelum dan Setelah Dilakukan
Terapi Aromaterapi Lemon pada Tindakan 1, 2, 3 dan 4
Variabel mean Mean sd P value
defferent
Nyeri post SC Intervensi 1 2,43 ,000
Sebelum 7,93 0,858
Sesudah 5,50 1,427
Nyeri post SC Intervensi 2 3,14 ,000
Sebelum 7,46 0,637
Sesudah 4,32 1,249
Nyeri post SC Intervensi 3 3,04 ,000
Sebelum 6,18 0,723
Sesudah 3,14 1,380
Nyeri post SC Intervensi 4 4 ,000
Sebelum 5,39 0,875
Sesudah 1,39 1.066
*Uji Wilcoxon
Tabel 5 menunjukan bahwa terdapat diberikan aromaterapi lemon pada
penurunan signifikan skor nyeri sebelum tindakan ke 4 sebesar 5,39 dan setelah
dan setelah diberikan aromaterapi lemon diberikan aromaterapi lavender pada
pada kelompok aromaterapi lemon tindakan ke 4 sebesar 1,39 dengan
dengan hasil rata-rata nyeri sebelum p=0,000

Histrogram 4.2
Perbedaan Skor Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Aromaterapi Lemon

10

pre
pos

Tindakan ke 1 Tindakan ke 2 Tindakan ke 3 Tindakan ke

Tabel 4.6
Perbedaan penurunan Skor Nyeri Post Sectio Caesarea sebelum dan setelah
diberikan tindakan Aromaterapi Lavender dan Aromaterapi Lemon Pada
Tindakan 1, 2, 3 dan 4

Tindakan Aromaterapi Aromaterapi Mean Different P value


lavender lemon
Tindakan ke 1
Sebelum 8,14 7,93 1 0,257
Sesudah 6,71 5,50
Tindakan ke 2
Sebelum 7,50 7,46 1,39 0,028
Sesudah 5,75 4,32
Tindakan ke 3
Sebelum 6,68 6,18 0,25 0,019
Sesudah 3,89 3,14
Tindakan ke 4
Sebelum 5,54 5,39 1,85 0,009
Sesudah 3,39 1,39
*Uji Mann Whitney

Tabel 4.6 menunjukan bahwa terdapat kajen kabupaten pekalongan dengan p


perbedaan yang signifikan terdapat rata- value sebesar 0,001 (P < 0,05).
rata nyeri post sectio caesarea diantara Aromaterapi lemon efektif untuk
kedua kelompok pada tindakan ke 4 menurunkan nyeri post sectio cesarea
didapatkan hasil p= 0,009. karena aromaterapi lemon mengandung
tentang pengaruh pemberian minyak atsiri yang bermanfaat sebagai
aromaterapi terhadap nyeri pada pasien anti stres. menghilangkan kelelahan
post operasi sectio caesrea di RSUD mental, pusing, gelisah, gugup,
ketegangan saraf dan menurunkan nyeri. melaksanakan perannya sesuai undang-
menyegarkan pikiran dengan undang keperawatan.
menciptakan pikiran positif dan
menghapus emosi negatif. 3. Penelitian Selanjutnya
Dengan penelitian ini diharapkan
4. KESIMPULAN DAN SARAN penelitian selanjutnya dapat menjadikan
KESIMPULAN penelitian ini sebagai referensi
1. Terdapat perbedaan penurunan bagipeneliti lain untuk melakukan
intensitas nyeri post sectio caesarea penelitian dengan intervensi yang
sebesar 2,15 sebelum dan sesudah berbeda. selain itu penelitian selanjutnya
diberikan aromaterapi lavender dari diharapkan dapat meneliti jenis-jenis
nyeri skala nyeri 5,54, sesudah aromaterapi yang lainnya, dalam
diberikan aromaterapi lavender 3,39 mengatasi nyeri post sectio caesarea.
2. Terdapat perbedaan intensitas nyeri
post sectio caesarea sesudah DAFTAR PUSTAKA
diberikan aromaterapi lemon erdapat
perbedaan penurunan intensitas nyeri 1. Alexander, M. (1994).
post sectio caesarea sebelum dan Biodegradation and
sesudah diberikan aromaterapi lemon Bioremediation. Academic Press,
sebesar 4, dari imtemsitas nyeri 5,39 New York.
menjadi 1,39
3. Aromaterapi lemon lebih efektif 2. Anggorowati. (2007). Efektifitas
menurunkan nyeri post sectio pemberian intervensi spiritual
caesarea dibandingkan dengan “spirit ibu” terhadap nyeri post
aromaterapi lavender. sectio caesarean (SC) pada rs
sultan agung dan rs roemani
SARAN semarang. Journal Media Ners,1
1. Bagi Ibu Post Sectio Caesarea dan 3. Asamoah. (2011). Distribution of
Masyarakat Causes of Maternal Mortality
Dengan penelitian ini diharapkan ibu among Different Socio-
post sectio caesarea dan masyarakat demographic Groups in Ghana; A
dapat menjadikan aromaterapi sebagai Descriptive Study. BMC Public
salah satu pengobatan alternatif bagi Health
masyarakat yang mengalami nyeri post
sectio caesrea agar menggunakan 4. Firdayanti. (2009). Terapi Nyeri
aromaterapi lavender dan aromaterapi Persalinan Non Farmakologis.
lemon sebagai terapi non farmakologi Jurnal Kesehatan;Vol-11, No. 4
dalam mengatasi nyeri.
5. Hutasoit, A.S. (2002). Panduan
2. Pelayanan Keperawatan Praktik Pijat Aromaterapi Untuk
Dengan penelitian ini diharapkan Pemula. Jakarta: PT. Gramedia
pelayanan keperawatan bukan hanya Pustaka Utama
memberikan terapi farmakologis dalam
mengatasi nyeri post sectio caesarea 6. Ignatavicius & Workman. (2006).
pada ibu post sectio caesarea, namun Medical surgical nurshing critical
dapat memberikan terapi komplementer thingking for collaborative care.
yang berupa aromaterapi laveder dan Vol. 2. Elsevier sauders : Ohia
aromaterapi lemon untuk menangani
nyeri post sectio caesarea dalam
7. Imepey L, Child T. 18. Potter, and Perry (2005).
(2008). Obstetrics Fundamental Keperawatan Konsep,
and Gynaecology, 3rd edition. Proses dan Praktik. Jakarta: EGC
Wiley- Blackwell
19. Potter, P,A and Perry, A,G.
8. Jitowiyono, S. dan Kristiyanasari (2009).Fundamentals of Nursing,
W. (2010). Asuhan Keperawatan Fundamental Keperawatan buku 1
Neonatus Dan Anak. Nuha Medika. Edisi 7 Jakarta: Salemba Medika
Cetakan I: Jakarta
20. Prawirohardjo, S.
9. Kulas, T. (2008). Modified Misgav (2009). Pelayanan Kesehatan
Ladach Method For Cesarean Maternal Dan Neonatal. Jakarta:
Section: Clinical Experience. PT Bina Pustaka
Gynecol Obstet Invest
21. Sulistyowati, 2009, Farmakologi
10. Laila, Nur, Najmi. (2011). Buku dan Terapi, EKG. Yogyakarta
pintar menstruasi. Buku Biru:
Yogyakarta 22. Suroso dan Sri M. T. (2014).
Penerapan Tehnik Akupresur Titik
11. MacKinnon, K. (2004). Pada Tangan Terhadap Intensitas
Aromatherapy: Ar or science Nyeri Persalinan Kala I.
Highlights of Aromatherapi in
medicine today, USPG, 8(8).
23. Wong. 2010. Easing anxiety with
aromatherapy. about.com
12. Maifrisco, (2008). Pengaruh
alternativemedicine [Jurnal
Aromaterapi Terhadap Tingkat
Online].
Stress Mahasiswa,
http://altmedicine.about.com/od/an
www.indoskripsi.com.
xiety/a/anxiety_acupuncture.htm
13. Mochtar, R. (2008).Sinopsis
obstetri : obstetri operatif, obstetri
sosial, jilid 2. Jakarta: EGC.

14. Notoatmodjo,s. 2010. Ilmu


Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT
Rineka Cipta

15. Dr. R. D. Kandau Manado. E jurnal


Keperawatan, volume 1, 1-8.

16. Perez, C. (2003). Clinical


Aromatherapy Part I: An
Introduction Into Nursing Practice.
Clinical Journal Of Oncologi
Nursing. Volume 7, Number 5.

17. Poerwadi, R. (2006). Aromaterapi


Sahabat Calon Ibu. Jakarta: Dian
Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai