A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Penyakit Sindrom Koroner Akut adalah terjadi ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen miokard.(Heni Rokhani, SMIP, CCRN. et.al).
2. Etiologi
Masalah yang sesungguhnya pada SKA terletak pada penyempitan pembuluh
darah jantung (vasokontriksi). Penyempitan ini diakibatkan oleh 4 hal yaitu :
.
3. Faktor predisposisi
Terjadinya SKA dipengaruhi oleh beberapa keadaan yakni :
4. Patofisiologi
Peningkatan tekanan vena paru yang kronis dapat meningkatkan tekanan arteri
paru yang disebut dengan hipertensi pulmonal, yang mana hipertensi pulmonal
akan meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Bila proses yang terjadi
pada jantung kiri juga terjadi pada jantung kanan, akhirnya akan terjadi kongesti
sistemik dan edema.
a. Mekanisme neurohormonal
1. Rasa tertekan, teremas, terbakar yang tidak nyaman, nyeri atau rasa ‘penuh’
yang sangat terasa dan menetap di bagian tengah dada dan berlangsung selama
beberapa menit (biasanya lebih dari 15 menit).
2. Nyeri yang memancar sampai ke bahu, leher, lengan, atau rahang, atau nyeri di
punggung diantara tulang belikat.
3. Pusing
4. Berkeringat
5. Sesak napas
6. Kecemasan
Diagnosis dari Sindroma Koroner Akut seyogyanya ditegakkan secara cepat dan tepat.
Ada 3 kriteria dasar diagnosis daripada SKA, yaitu :
1. Gejala klinis berupa nyeri dada spesific chest pain / cardiac chest pain
Adanya keluhan nyeri dada akut perlu ditelusuri secara cepat dan tepat apakah terkait
dengan SKA atau tidak. Nyeri dada spesifik (angina) merupakan gejala kardinal
penderita SKA dan tentunya harus dapat dibedakan dengan nyeri dada yang lainnya /
non specific chest pain / non cardiac chest pain.Ciri dari nyeri dada angina / specific
chest pain / cardiac chest pain adalah :
d. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau dengan obat nitrat
e. Faktor pencetus : latihan fisik, stres emosional, udara dingin dan sesudah
makan
g. Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin dan
lemas.
a. Cardiac Troponin
b. Creatine Kinase
c. LDH
(Anderson et al.,2007
6. Pemeriksaan penunjang
2. Enzim jantung dan iso enzim : CPK –MB (isoenzim yang ditemukan pada otot
jantung ) meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12 – 24 jam, kembali
normal dalam 36-48 jam : LDH meningkat dalam 12-24 jam, memuncak dalam
24-48 jam, dan memakan waktu lama untuk kembali normal. AST ( aspartat
amonitransfarase )meningkat (kurang nyata / khusus) terjadi dalam 6-12 jam,
memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3-4 hari.
4. Sel darah putih : leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak pada hari kedua
setelah IM sehubungan dengan proses inflamasi.
7. Foto dada : mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK
atau aneurisma ventrikuler.
1. Aktifitas
Gejala :
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
Tanda :
a. TD : dapat normal atau naik/turun, perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk/berdiri
b. Nadi : Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
d. Murmur : bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar
g. Edema : Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles
mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
h. Warna : Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja ,
keluarga.
Tanda : menolak , menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
4. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat
Gejala :
a. Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan
nyeri dalam dan viseral
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus ,
hipertensi, lansia
6. Pernafasan:
Gejala :
b. Dispnea nokturnal
9. Pemeriksaan Fisik :
a. Pasien tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas simpatis berlebih.
c. Demam derajat sedang (< 38° C) bisa timbul setelah 12-24 jam pasca infark.
d. Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat
adanya stemi.
b. Adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi dari infark
a. Adanya bunyi jantung S4 dan S3 Gallop, Penurunan Intensitas Bunyi Jantung Pertama
Dan Split Paradoksikal Bunyi Jantung Kedua.
b. Dapat ditemukan Mur Mur Mid Sistoloik atau Late Sistolik Apikal bersifat sementara
4. Pantau kadar
6. Mengetahui adannya
elektrolit sianosis pada px
5. Pantau status
mental px
6. Observasi
terhadap sianosis,
terutama membran
mukosa mulut
6. Meningkatkan
keefektifan perfusi
5. Memberikan
jaringan px
terapi oksigen
6. Kolaborasi
pemberian obat
berdasarkan
program
(misalnya,
analgesik,
antikoagulan,
vasodilator)
4. Kendalikan
4. Memberikan
faktor lingkungan
kenyamanan kepada px
yang dapat
mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan
(misalnya suhu
ruangan,
pencahayaan, dan
kegaduhan)
5. Ajarkan
teknik
5. Mengendalikan nyeri
non farmakologis
px
( misalnya
relaksasi,
distraksi, kompres
hangat)
6. Kolaborasi
pemberian 6. Menurunkan nyeri px
analgetik
5 Intoleran Aktifitas Setelah diberikan
1. Monitor 1. Mengidentifikasi
berhubungan dengan asuhan frekuensi nadi dan kemajuan atau
ketidakseimbangan keperawatan nafas sebelum dan penyimpangan dari
antara suplai dan selama…x24 sesudah sasaran yang
kebutuhan oksigen jam, diharapkan melakukan diharapkan
px mampu aktifitas
beraktifitas secara
normal dengan
kriteria hasil : 2. Tunda aktifitas
2. Gejala-gejala tersebut
jika freuensi nadi
1. Klien merupakan tanda
dan nafas
mendemonstrasik intoleransi aktifitas.
meningkat secara
an peningkatan konsumsi oksigen
cepat dan klien
toleransi terhadap meningkat jika aktifitas
mengeluh sesal
aktifitas meningkat dan daya
nafas dan
tahan tubuh klien dapat
2. Klien dapat kelelahan,
bertahan lebih lama jika
melakukan tingkatkan
ada waktu istirahat di
aktifitas, dapat aktifitas secara
antara kktifitas
berjalan lebih bertahap
jauh tanpa
mengalami nafas
tersengal-sengal
sesak nafas dan
kelelahan
3. Bantu klien
melaksanakan 3. Membantu
aktifitas sesuai menurunkan kebutuhan
dnegan oksigen yang
kebutuhannya. meningkat akibat
Beri klien waktu peningkatan aktifitas
tanpa diganggu
berbagai aktifitas
4. Aktifitas fisik
meningkatkan
4. Pertahankan
kebutuhan oksigen dan
terapi oksigen
sistem tubuh akan
selama aktifitas
berusaha
dan lakukan
menyesuaikannya.
tindakan
pencegahan
terhadap
komplikasi akibat
omobilisasi jika
klien dianjurkan
tirah baring
2 Pasien tidak
gelisah 3. Bantu pasien
3. Mengurangi cemas px
untuk memfokusk
an pada situsi saat
ini, sebagai cara
untuk
mengidentifikasi
mekanisme
koping yang
dibutuhkan untuk
mengurangi
cemas.
4. Intruksikan
pasien tentang
4. Membantu px
pengguanaan
mengendalikan cemas
teknik relaksasi
5. Memnimalkan faktor
5. Kurangi
pencetus cemas
rangsangan yang
berlebihan dengan
menyediakan
lingkungan yang
tenang, kontak
denga orang lain
jika dibutuhkan,
serta pembatasan
pengguanaan
kafein dan
stimulasi lain
pemberian obat px
untuk menurunkan
ansietas, jika perlu
B. DAFTAR PUSTAKA
Bare, Brenda and Smeltzer, Suzanne, dkk. 2002. Buku Ajar Keperwatan Medikal
Bedah Bruner and Suddarth. Jakarta : EGC.