Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tahap

Perkembangan Keluarga Lansia

A. Tahap Perkembangan Keluarga Lansia

1. Definisi keluarga

Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi

keluarga berbeda-beda, tergantung kepada orientasi teoritis

pendefinisi yaitu dengan menggunakan menjelaskan yang

penulis cari untuk menghubungkan keluarga. Misal para

penulis mengikuti orientasi teoritis interaksionalis keluarga,

memandang keluarga sebagai suatu arena berlangsungnya suatu

interaksi kepribadian, dengan demikian menekankan

karakteristik transaksi dinamika. Para penulis yang mendukung

suatu perspektif sistem-sistem sosial terbuka ukuran kecil yang

terdiri dari seperangkat bagian yang sangat tergantung sama

lain dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-sistem

yang ekstrem (Friedman, 1998).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

hidup bersama dengan keterikatan aturan dan e mosional dan

individu mempunyai peran masing- masing yang merupakan

bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

2. Tipe dan Bentuk Keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks

keilmuwan dan orang yang mengelompokkan menurut

(Murwani, 2007) tipe keluarga ada 6 yaitu:

a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya

terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan

atau adopsi atau keduanya.


b. Keluarga besar (Extented Family) adalah keluarga inti

ditambah anggota keluarga yang lain yang masih

mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).

c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang

terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali

dan merupakan satu keluarga inti.

d. Keluarga duda/janda (Single famili), adalah keluarga yang

terjadi karena perceraian/kematian.

e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga

yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang

menjadi satu tanpa pernikahan membentuk satu keluarga.

3. Peran keluarga

a. Peran formal keluarga menurut (Murwani, 2007) antara lain:

1) Peran parental dan perkawinan

Ada delapan peran dasar yang membentuk posisi

sosial sebagai suami-ayah dan istri- ibu antara lain

yaitu, Peran sebagai provider (penyedia), Peran

sebagai rumah tangga, Peran perawat anak, Peran

perawatan anak, Peran rekreasi, Peran

persaudaraan/kinship (memelihara hubungan keluarga

paternal dan maternal), Peran terapeutik (Memenuhi

kebutuhan afektif pasangan), Peran seksual.

2) Peran perkawinan

Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu

hubungan perkawinan yang kokoh itu sangat penting.

Anak-anak terutama dapat mempengaruhi membentuk


suatu koalisi dengan anak. Memelihara suatu

hubungan perkawinan yang memuaskan merupakan

salah satu tugas perkembangan yang vital dari

keluarga.

b. Peran Informal

1) Pengharmonis: Menengahi perbedaan yang terdapat

di anatara para anggota, menghibur dan menyatukan

kembali perbedaan pendapat.

2) Insiator-kontributor: mengemukakan dan mengajukan

ide- ide baru atau cara-cara mengingat masalah-

masalah atau tujuan-tujuan kelompok.

3) Pendamai: merupakan salah satu dari bagian dari

konflik dan ketidak sepakatan, pendamai menyatakan

kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian

setengah jalan.

4) Perawat keluarga: Orang yang terpanggil untuk


merawat dan mengasuh anggota keluarga lain yang
membutuhka nnya.
5) Koordinator keluarga: Mengorganisasi dan

merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi

mengangkat keterikatan/keakraban.

4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) antara lain:

a. Fungsi Afektif (The affective function) adalah fungsi

keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan


dengan orang lain.

b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan social (sosialisation and

social placement fungtion) adalah fungsi pengembangan dan

tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum

meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain

di luar rumah.

c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) adalah fungsi

untuk mempertahankan generasi menjadi kelangsungan

keluarga.

d. Fungsi Ekonomi (the economic function) adalah untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan

tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty

care function) adalah untuk mempertahankan keadaan

kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktivitas tinggi.

5. Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut (Friedman, 1998) yaitu:

a. Mengenal masalah kesehatan

Megenal masalah kesehatan dalam mengenal masalah

kesehatan nyeri sendi karena kurangnya pengetahuan

tentang nyeri sendi dan rasa takut akibat masalah yang di

ketahui.

b. Ketidak mampuan keluarga dalam mengambil keputusan di

sebabkan oleh tidak memahami mengeni sifat, berat, dan

luasnya masalah, maslah tidak begitu menonjol dan tidak


sanggup memcahkan masalah kurang pengetahuan tentang

nyeri sendi.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang sakit nyeri sendi di karenakan oleh ketidak

mampuan tentang penyakit, misal penyebab, gejala,

penyebaran, dan perawatan penyakit.

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang

sehat Dikarenakan oleh keluarga dapat melihat keuntungan

dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah, dan ketidak

tahuan tentang usaha penyakit nyeri sendi.

e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan)

fasilitas kesehatan masyarakat.

Ketidak mampuan keluarga menggunakan sumber di

masyarakat guna memelihara kesehatan di sebabkan

keluarga tidak memahami keuntungan yang di peroleh dan

tidak ada dukungan dari masyarakat.

6. Tugas Perkembangan Keluarga Usia Lanjut

Tugas perkembangan keluarga usia lanjut merupakan

bagian penting dalam konsep keluarga usia lanjut. Perawat

keluarga perlu memahami setiap tahap perkembannganya yaitu

menerima penurunan kemampuan dan keterbatasan,

menyesuaikan dengan masa pensiun, mengatur pola hidup yang

terorganisir, menerima kehilangan dan kematian dengan

tentram (Mubarak, 2006).

a. Tugas-tugas perkembangan keluarga usia lanjut.

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan


2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi


6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka

(diadaptasi dari caeter dan McGoldrik (1988 ),

Duval dan Miller (1985)

b. Permasalahan yang terjadi pada usia lanjut

1) Menurunya fungsi dan kekuatan fisik

2) Sumber-sumber finansial yang tidak memadai

3) Isolasi sosial

4) Kesepian

(kelley et al, 1977 dalam friedman)

B. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami

perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini

akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan,

termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu

mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan

ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif

sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan

aktif dalam pembangunan (Mubarak, 2006).

Aging process atau proses menua merupakan suatu proses

biologis yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh

setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara


perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan struktur

dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injuri termasuk

adanya infeksi (Paris Contantinides, 1994).

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang

mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan

jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan lain sehingga

tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas

yang tegas, pada usia berapa penampilan seorang mulai

menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya

sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun aat

menurunya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh

mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah mencapai

puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh

beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai

bertambahnya umur.

a. Batasan-batasan lansia

Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut:

1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai

masa vibrilitas

2) Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium

3) Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai senium

Menurut organisasi kesehatan Dunia la njut usia

dikelompokkan menjadi

1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45

sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly): antara 60 dan 74 tahun.


3) Lanjut usia tua (old): antara 75 dan 90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old): diatas 90 tahun.

b. Teori menua

Menurut Wahyudi (2008), Teori proses menua dibagi

menjadi dua, yaitu teori biologis dan teori sosiologis.

Adapun teori biologis diantaranya sebagai berikut:

Teori biologis

1) Teori biologis

Teori genetic clock merupakan teori intrinsik yang

menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis

yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan.

Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram

secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies

didalam inti selnya memiliki suatu jam genetik atau jam

biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas

usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut

replikasi tertentu sehingga bila jenius ini berhenti

berputar, maka ia akan mati.

Teori mutasi somatik. Menurut teori ini, penuaan

terjadi karena adanya mutasi somatic akibat pengaruh

lingkungan
yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA

atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein atau enzim.

Kesalahan ini terjadi terus- menerus sehingga akhirnya akan

terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi

kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami

mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin

sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.

2) Teori nongenetik

Teori penurunan sistem imun tubuh merupakan mutasi

yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition).

Jika mutasi yang merusak membrane sel, akan menyebabkan

sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Dalam

proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada

jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut

sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai

contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa

berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan autoimun.

Teori kerusakan akibat radikal bebas, teori radikal bebas

dapat terbentuk di alam bebas dan didalam tubuh karena

adanya proses metabolisme atau proses pernapasan didalam

mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau

molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang


tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau

molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau

perubahan dalam tubuh.

Radikal bebas yang terdapat dilingkungan seperti:

a) Asap kendaraan bermotor

b) Asap rokok

c) Zat pengawet makanan

d) Radiasi

e) Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya

perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.

Teori sosiologis

1) Teori interaksi sosial teori ini mencoba menjelaskan mengapa

lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas

dasar hal- hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lanjut

usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci

mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya

bersosialisasi.

2) Teori aktivitas atau kegiatan

a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan

secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut

yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta

dalam kegiatan sosial.

b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat


melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas

tersebut selama mungkin.

c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup

lanjut usia.

d) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan

individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai

lanjut usia.

3) Teori kepribadian berlanjut

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut

usia. Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan

sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang

terjadi pada seorang usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tipe

personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan

adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia.

4) Teori pembebasan atau penarikan diri

Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan

masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.

Menurut teori ini seorang lanjut usia dinyatakan mengalami

proses menua yang berhasil apabila ia menarikdiri dari

kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan

pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.

c. Perubahan sistem muskuloskeletal

Perubahan pada lansia Menurut Wahyudi (2008),


Perubahan Fisik meliputi:

1) Sistem persarafan

a) Menurun hubungan persarafan

b) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang

berkurang setiap harinya)

c) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya

terhadap stress

d) Saraf panca- indra mengecil

e) Penglihatan berkurang, pendengaran menhilang, saraf

penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap

perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap

dingin

f) Kurang sensitif terhadap sentuhan

g) Defisit memori

2) Sistem muskoloskeletal

Sistem muskuloskeletal bekerja membuat gerakan dan

tindakan yang harmoni sehingga manusia menjadi seorang

yang bebas dan mandiri. Sistem muskuloskeletal terdiri dari

kerangka, sendi, otot, ligamentum dan bursa. Kerangka

membentuk dan menopang tubuh, melindungi organ penting

dan berperan sebagai penyimpanan mineral tertentu seperti


kalsium, magnesium, dan fosfat. Rongga medula tulang adalah

tempat utama yang memproduksi sel darah. Otot memberikan

kekuatan untuk menggerakkan tubuh, menutup lobang luar dari

sistem gastrointestinal dan saluran kencing serta meningkatkan

produksi panas untuk menjaga kontrol temperatur.

Perubahan pada sistem muskuloskeletal (Surini, 2003)

a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen

sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon,

tulang, artilago, dan jaringan pengikat mengalami

perubahan menjadi bentangan cross linking yang tidak

teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan

hubungan tarikan linier pada jaringan kolagen

merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada

jaringan kolagen merupakan salah satu alasan

penurunan mobilitas pada jaringan tubuh. Setelah

kolagen mencapai puncak fungsi atau daya mekaniknya

karena penuaan, tensile strength dan kekakuan dari

kolagen mulai menurun. Kolasen dan elastin yang

merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung

mengalami perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai

penuaan. Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab

turunya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan

dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk

meningkatkan kekakuan otot, kesulitan bergerak dari duduk


keberdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan dalam

melakukan aktivitas sehari- hari.

b) Kartilago. Jaringan kartilago pada persendian menjadi

lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya

permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya,

kemampuan kartilago untuk generasi berkurang dan

degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif.

Proteoglikan yang merupakan komponen dasar matriks

kartilago berkurang atau hilang secara bertahap.

Setelah matriks mengalami deteriorasi, jaringan fibril

pada kolagen kehilangan kekuatanya, dan akhirnya

kartilago cenderung mengalami fibrilasi. Kartilago

mengalami klasifikasi di beberapa tempat, seperti pada

tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak

efektif, tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi juga

sebagai permukaan sendi berpelumas.

Konsekuensinya, kartilago pada persendian menjadi rentan

terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada

sendi besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu

sendi mudah mengalami peradangan, kekakuan, nyeri,

keterbatasan gerak dan terganggunya aktivitas sehari- hari.

c) Tulang. Berkurangnya kepadatan tulang, setelah

diobservasi, adalah bagian dari penuaan fisiologis.

Trabekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula


transversal terabsorbsi kembali. Sebagai akibat dari

perubahan itu, jumlah tulang spongiosa berkurang dan

tulang kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang

terjadi adalah penurunan estrogen sehingga produksi

osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan

kalsium di usus, peningkatan kanal Haversi sehingga

tulang keropos. Berkurangnya jaringan dan ukuran

tulang secara keseluruhan menyebabkan kekuatan dan

kekakuan tulang menurun. Dapak kekurangan

kepadatan akan mengakibatkan osteoporosis.

Osteoporosis lanjut akan mengakibatkan nyeri,

deformitas dan fraktur.

d) Otot. Perubahan otot pada penuaan sangat bervariasi.

Penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan

jaringan penghubung, dan jaringan lemak pada otot

mengakibatkan efek negatif.

e) Sendi. Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti

tendon, ligamen dan fasia mengalami penurunan

elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi, dan k lasifikasi

pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehingan

fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas gerak

sendi. Beberapa kelainan akibat perubahan pada lansia

antara lain osteoartritis, artritis reumatoid, gout, dan


pseudogout. Kelainan tersebut dapat menimb ulkan

gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan sendi,

keterbatasan luas gerak sendi, gangguan jalan dan

aktivitas keseharian lainya. Proses destruksi dari tulang

rawan pada kondisi arthritis sepsis seperti tampak pada

Gb. 2.1 berikut :

Gambar 2.1 Proses destruksi tulang rawan pada kondisi


arthritis sepsis
Tampak dari gambar diatas 2.1 kondisi destruksi pada

tulang rawan. Pertemuan antar tulang taji akan

menyebabkan mengikisnya pada tulang rawan dan

meniskus. Berikut adalah gambar dari struktur sendi,

normal dan tidak normal. Gambar 2.2 Perbedaan Sendi

Normal dan Artritis


Tampak dari gambar 2.2 diatas kondisi dari sendi

normal tulang tidak mengalami bone erosion.

Sedangkan pada sendi arthritis, akibat dari penekanan

antar tulang menyebabkan cairan synovial semakin

menipis dan terjadi gesekan antar tulang sehingga

tulang meradang, bengkak dan mengalami nyeri pada

persendian.

Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat

aliran darah, limfe, atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan

metabolisme lain dibawa oleh cairan sendi yang membasahi

tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen dan

pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau

ketika usia bertambah. Beberapa kolagen baru pada tahap ini

mulai membentuk kolagen tipe satu yang lebih fibrosa.

Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan

hidrofiliknya. Perubahan-perubahan ini berati tulang rawan

akan kehilangan kemampuanya untuk menahan kerusakan bila

diberi beban berat.

Sendi dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh perubahan-

perubahan hidrostatik yang terjadi pada cairan interstisial

tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan

mengakibatkan pergeseran cairan kebagian yang kurang

mendapat tekanan. Sejalan dengan pergeseran sendi kedepan,

cairan yang bergerak ini juga bergeser kedepan mendahului


beban. Cairan kemudian akan bergerak ke belakang kembali

kebagian tulang rawan ketika tekanan berkurang. Tulang

rawan sendi dan tulang-tulang yang membentuk sendi biasanya

terpisah selama gerakan selaput cairan ini. Selama terdapat

cukup selaput atau cairan, tulang rawan tidak dapat aus

meskipun dipakai terlalu banyak. Kapsul sendi terdiri atas

suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang

terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah

banyak dan sinovium. Sinovium membentuk suatu kantung

yang melapisi seluruh sendi dan membungkus tendon-tendon

yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluar melalui

permukaan sendi, tetapi terlipat sehingga memungkinkan

gerakan sendi secara penuh. Lapisan- lapisan bursa diseluruh

persendian membentuk sinovium. Periosteum tidak melewati

kapsul sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak

membeku, dan tidak berwarna. Jumlah yang ditemukan pada

tiap-tiap sendi relative kecil (1-3 ml). hitung sel darah putih

pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan sebagian

besar merupakan sel mononuclear. Asam hialuronidase adalah

senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan

sinovial dan disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial.

Penurunan progresif pada massa tulang total terjadi sesuai

proses penuaan. Beberapa kemungkinan penyebab dari

penurunan ini meliputi ketidak aktifan fisik, perubahan


hormonal dan reasorbsi tulang aktual. Efek penurunan tulang

adalah makin lemahnya tulang vertebra lebih lunak dan dapat

tertekan, dan tulang berbatang panjang kurang tahanan

terhadap penekukan dan menjadi lebih cenderung fraktur.

Menyertai penurunan tulang ini dari permukaan dalam

endosteum adalah penambahan tulang aktual pada permukaan


luar periosteum. Akibatnya, bentuk taji dan tepi, membuat

beberapa tonjolan tulang lebih menonjol. K lasifikasi kartilago

artikular, disertai dengan penyimpangan noninflamasi dari

sendi penyokong berat badan, dapat terjadi. Cairan sinovial

mengental dan kartilago hialin berdegenerasi. Perubahan-

perubahan ini dapat mempengaruhi rentang gerak, gerakan

mudah keseluruhan, dan cara berjalan. Ankilosis dari ligamen

dan sendi menambah gambaran feksi umum.

Anda mungkin juga menyukai