Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan


angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara
berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif
lebih muda dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang
lebih berat.Tujuan penulisan buku ini untuk memberikan pedoman praktis dalam
melakukan diagnosis, penilaian dan penatalaksanaan gagal jantung akut serta
kronik. Pendekatan berdasarkan hasil penelitan digunakan untuk menentukan
kelas rekomendasi, disertai dengan penilaian tambahan berupa kualitas
kesahihan penelitan. European Society of Cardiology guidelines for the diagnosis
and treatment of acute and chronic heart failure 2012, Heart Failure Society of
America 2010 Comprehensive Heart Failure Practice Guidelines, ESC Guidelines
on diabetes, pre-diabetes, andcardiovascular diseases 2013, dan American
Diabetes Association-Standards of Medical Care 2012 .
BAB II
PEMBAHASAN
Gagal Jantung
1. Definisi
Sindroma klinis yang ditandai oleh sesak nafas saat istirahat ataupun
beraktifitas yang disebabkan oleh ketidakmampuan jantung memompakan
darah kesemua jaringan tubuh secara adekuat dan akibat adanya gangguan
struktur dan fungsi jantung (ESC, 2012).
Gagal jantung dibagai menjadi dua yaitu, Gagal jantung akut adalah
serangan cepat/ rapid onset atau adanya perubahan mendadak gejala atau
tanda gagal jantung dan gagal jantung kronik adalah Sindrom Klinik Yang
Komplek Yang Disertai Keluhan Gagal Jantung Berupa Sesak, Fatik, Baik
Dalam Keadaan Istirahat Atau Latihan, Edema Dan Tanda Objektif Adanya
Disfungsi Jantung Dalam Keadaan Istirahat (E.SC, 2008)

2. Epidemiologi
Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit
Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta
kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia
60 tahun, dan 90% dari kematian “dini” tersebut terjadi di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Secara global PTM penyebab kematian
nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit
kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan
pembuluh darah, seperti:Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Gagal jantung
atau Payah Jantung, Hipertensi dan Stroke.
Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan
oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi
sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian “dini” yang
disebabkan oleh penyakit jantungterjadi berkisar sebesar 4% di negara
berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan
rendah (Depkes, 2013)
3. Etiologi
Menurut Lilly, 2011; Black & Hawks, 2009 didalam Yuliana, 2012.
Penyebab Gagal jantung dapat dibedakan dalam tiga kelompok yang terdiri
dari: (1) kerusakan kontraktilitas ventrikel, (2) peningkatan afterload, dan (3)
kerusakan relaksasi dan pengisian ventrikel (kerusakan pengisian diastolik).
Kerusakan kontraktilitas dapat disebabkan coronary arteri disease (miokard
infark dan miokard iskemia), chronic volume overload (mitral dan aortic
regurgitasi) dan cardiomyopathies. Peningkatan afterload terjadi karena
stenosis aorta, mitral regurgitasi, hipervolemia, defek septum ventrikel, defek
septum atrium, paten duktus arteriosus dan tidak terkontrolnya hipertensi
berat. Sedangkan kerusakan pengisian diastolik pada ventrikel disebabkan
karena hipertrofi ventrikel kiri, restrictive cardiomyopathy, fibrosi miokard,
transient myocardial ischemia, dan kontriksi pericardial.

Factor pencetus gagal jantung sebagai berikut :


4. Manifestasi klinis Gagal Jantung

Adapun manifestasi klinis yang ditemui pada pasien gagal jantung


berdasarkan tipe gagal jantung itu sendiri, terdiri dari: (Lilly, 2011;
Ignatavisius & Workman, 2010 dalam Yuliana 2012). Gagal Jantung kiri,
dengan tanda dan gejala berupa:

a. Penurunan cardiac output: kelelahan, oliguri, angina, konfusi dan gelisah,


takikardi dan palpitasi, pucat, nadi perifer melemah, akral dingin.

b. Kongesti pulmonal: batuk yang bertambah buruk saat malam hari


(paroxysmal noctural dyspnea), dispnea, krakels, takipnea dan orthopnea.

Gagal Jantung kanan, manifestasi klinisnya adalah kongesti sistemik


yaitu berupa: distensi vena jugularis, pembesaran hati dan lien, anoreksia dan
nausea, edema menetap, distensi abdomen, bengkak pada tangan dan jari,
poliuri, peningkatan berat badan, peningkatan tekanan darah atau penurunan
tekanan darah karena kegagalan pompa jantung.

Manifestasi klinis Gagal Jantung Menurut Hayes., dkk (2008). Yaitu:


Demam, Hipertensi, Nocturia, Dypsnea, Paroxysmal atau dypsnea noctural,
Batuk, Orthopnea, Hypoxemia, Pernafasan Cheyne-Stokes, Anorexia, Mual,
Kelelahan, Kelemahan, Cemas, Bingung, Sakit kepala dan Insomnia.

Manifestasi klinis gagal jantung akut dan kronik :


5. Patofisiologi gagal jantung
6. Klasifikasi Gagal Jantung

7. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
- Sesak nafas: mendadak, pada posisi tidur terlentang, terutama malam
hari
- Rasa lelah dapat terjadi saat aktivitas maupun istirahat
- Batuk-batuk tidak produktif, terutama posisi baring
- Progresivitas perburukan dalam hitungan hari.
2. Pemeriksaan Fisik
- Pernafasan cepat, lebih dari 24 x/menit (takipnoe)
- Nadi cepat (takikardi) dan lemah ( >80 x/menit )
- Tekanan vena jugular meningkat
- Ronki basah halus
- Gallop
- Waktu Pengisian kapiler memanjang (> 2 detik)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
b. Rontgen dada PA
c. Lab. : Hb, Ht, lekosit, kreatinin, GDs, Na+,K+, CKMB, hs Troponin
T, natriuretic peptide, analisagas darah pada kondisi yang berat
d. Pulseoxymetry
e. Echocardiografi (NT pro BNP jika tersedia)
4. Kriteria diagnostik
a. Mayor :
- Sesak saat tidur terlentang (Orthopnoe)
- Sesak terutama malam hari (Paroxysmal Nocturnal Dyspnoe)
- Peningkatan Tekanan Vena Jugularis
- Ronki basah halus
- Pembesaran Jantung
- Edema Paru
- Gallop S3
- Waktu sirkulasi memanjang>25 detik
- Refluks hepato jugular
- Penurunan berat badan karena respons dengan pengobatan
b. Minor:
- Edema tungkai bawah (biasanya dekat mata kaki)
- Batuk-batuk malam hari
- Sesak nafas saat aktifitas lebih dari sehari hari
- Pembesaran hati
- Efusi Pleura
- Takikardia
Bila terdapat 1 gejala mayor dan 2 minor atau 3 gejala minor, sudah
memenuhi kriteria diagnostic gagal jantung
8. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a. Gagal jantung akut
 Terapi Oksigen
- Berikan O2 nasal 2-4L/menit, disesuaikan dengan hasil
pulseoxymetry. Bila diperlukan, O2 dapat diberikan dengan
masker non- rebreathing atau rebreathing bila tidak membaik
dalam waktu 1/2 jam
- Bila saturasi oksigen tetap rendah dengan mask atau ada
distress pernafasan, digunakan CPAP.
- Bila distress pernafasan tidak membaik dan atau tidak toleran
dengan CPAP dilakukan intubasi
 Obat-obatan
- Furosemid intravena: Bolus 40 mg (bila tidak dalam
pengobatan diuretic sebelumnya), 2,5x dosis sebelumnya
(bila sebelumnya sudah minum diuretik)
- Nitrogliserin infus Dimulai dari 5 microgram/menit, bila
tekanan darah sistolik >110 mmHg, atau ada kecurigaan
sindroma koroner akut.
- Morphin Sulfat injeksi, 2 sd4 mg bila masih takipnoe -
Dobutamin mulai 5 mcg/kgBB/menit bila tekanan darah <90
mmHg
- Dopamine mulai dari 5 mcg/kgbb/menit bila TDs <80 mmHg
- Noradrenaline mulai dari 0.02 mcg/kgbb/mnt bila TDs <70
mmHg
- Digoksin IV 0,5 mg bolus bila fibrilasi atrium respon cepat,
bias diulang tiap 4 jam hingga maksimal1mg
- Captopril mulai dari6.25mg bila fase akut telah teratasi.
b. gagal jantung kronik
1) Diuretik: Furosemidoral / IV bila tanda dan gejala kongesti masih
ada, dengan dosis 1 mg/kg BB atau lebih
2) ACE inhibitor (atau ARB bila batuk) bila tidak ada kontra
indikasi; dosis dinaikan bertahap sampai dosis optimal tercapai
3) Beta blocker dosis kecil bila tidak ada kontra indikasi, dosis naik
bertahap Bila dosis sudah optimal tetapi laju nadi masih cepat
(>70x/menit), dengan: - Irama sinus, dapat ditambahkan
Ivabradin mulai dosis kecil 2x2,5mg, maksimal 2 X 5mg. - Irama
atrialfibrilasi - respons ventrikel cepat serta fraksi ejeksi rendah,
tetapi fungsi ginjal baik, berikan digoxin dosis rumat 0,25mg
pagi.
4) Mineralocorticoid Receptor Blocker (Aldosterone Antagonist)
dosis kecil bila tidak ada kontra indikasi
2. Nonfarmakologis
1) Manajemen perawatan mandiri
Mempunyai peran dalam keberhasilan pengobatan gagal jantung
dan dapat memberi dampak bermakna perbaikan gejala gagal
jantung, kapasitas fungsional, kualitas hidup, morbiditas dan
prognosis. Manajemen perawatan mandiri dapat didefnisikan
sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas
fisik, menghindari perilaku yang dapat memperburuk kondisi dan
mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung.
2) Ketaatan pasien berobat
Ketaatan pasien berobat menurunkan morbiditas, mortalitas dan
kualitas hidup pasien. Berdasarkan literatur, hanya 20 - 60%
pasien yang taat pada terapi farmakologi maupun non-farmakologi
Pemantauan berat badan mandiri Pasien harus memantau berat
badan rutin setap hari, jika terdapat kenaikan berat badan > 2 kg
dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis diuretik atas
pertmbangan dokter (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti C)
Asupan cairan Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/hari dipertimbangkan
terutama pada pasien dengan gejala berat yang disertai
hiponatremia. Restriksi cairan rutin pada semua pasien dengan
gejala ringan sampai sedang tidak memberikan keuntungan klinis
(kelas rekomendasi IIb, tingkatan bukti
3) Pengurangan berat badan Pengurangan berat badan pasien obesitas
(IMT > 30 kg/m2) dengan gagal jantung dipertimbangkan untuk
mencegah perburukan gagal jantung, mengurangi gejala dan
meningkatkan kualitas hidup (
kelas rekomendasi IIa, tingkatan bukti
4) Kehilangan berat badan tanpa rencana
Malnutrisi klinis atau subklinis umum dijumpai pada gagal
jantung berat.Kaheksia jantung (cardiac cachexia) merupakan
prediktor penurunan angka kelangsungan hidup.Jika selama 6
bulan terakhir berat badan > 6 % dari berat badan stabil
sebelumnya tanpa disertai retensi cairan, pasien didefinisikan
sebagai kaheksia. Status nutrisi pasien harus dihitung dengan hati-
hati (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti
5) Latihan fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal
jantung kronik stabil. Program latihan fisik memberikan efek yang
sama baik dikerjakan di rumah sakit atau di rumah (kelas
rekomendasi I, tingkatan bukti A)
6) Akitivitas seksual,
Penghambat 5-phosphodiesterase (contoh: sildenafil) mengurangi
tekanan pulmonal tetapi tidak direkomendasikan pada gagal
jantung lanjut dan tidak boleh dikombinasikan dengan preparat
nitrat (kelas rekomendasi III, tingkatan bukti B).
9. Edukasi
a. Edukasi kepatuhan minum obat
b. Edukasi kepatuhan diet rendah garam, rehabilitasi jantung,
c. Edukasi cara mengatasi bila terjadi perburukan sesak nafas
d. Edukasi timbang berat badan dan lingkar perut, ukur jumlah cairan masuk
dan keluar agar seimbang
e. Edukasi control tekanan darah, nadi dan pemeriksaan fisik ke Puskesmas
terdekat.
10. PROGNOSIS
a. Ad vitam : dubia ad bonam
b. Ad sanationam : dubia ad bonam
c. Ad fungsionam : dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA

Dickstein , K., Filippatos, G., & Keren , A. (2008). ESC Guidelines for the
diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2008‡.
European Heart Journal, 2388–2442.

Ghanie , A. (2016). Tatalaksana Gagal Jantung Akut. In B. Setyohadi, S. A.


Nasution, & P. M. Arsana, EIMED PAPDI (p. 1). Jakarta: Interna
Publishing.

Ghanie, A. (2014). Gagal Jantung Kronik. In S. Setiati, I. Alwi, & A. W. Sudoyo,


Ilmu Penyakit Dalam (p. 1150). Jakarta: Interna Publishing.

Manurng, D., & Muhadi. (2014). Gagal Jantung Akut. In S. Setiati, I. Alwi, & A.
W. Sudoyo, Ilmu Penyakit Dalam (p. 1138). Jakarta: Interna Publishing.

McMurray , J. J., Anker , S. D., & Adamopoulos, S. (2012). ESC Guidelines for
the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2012.
European Journal of Heart Failure, 803–869.

Panggabean, M. M. (2014). Gagal Jantung. In S. Setiati , I. Alwi, & A. W.


Sudoyo, Ilmu Penyakit Dalam (p. 1134). Jakarta: Interna Publishing.

PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Jakarta: Indonesia Heart


Association.

Ponikowski, P., Voors, A. A., & Anker, S. D. (2016). 2016 ESC Guidelines for
the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure. European
Heart Journal, 1-85.

Anda mungkin juga menyukai