SKENARIO G3 BLOK 9
Oleh: Kelompok G3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan
Tutorial Skenario G Blok 9” sebagai tugas kompetensi kelompok.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran.
Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,
2. Ibu dr Dalillah, M.kes selaku tutor kelompok G3
3. Teman-teman sejawat FK Unsri, terutama kelas PSPD gamma 2017
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita
dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan.
Penulis
Kata Pengantar……………………………………………………………..ii
Daftar Isi…………………………………………………………………...3
Kegiatan Diskusi…………………………………………………………...4
Skenario……………………………………………………………………5
I. Klarifikasi Istilah………………………………………………………6
VII. Kesimpulan…………………………………………………………...57
Daftar Pustaka……………………………………………………………..58
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan spesifik:
Kepala : bibir pecah-pecah, lidah berselaput putih kekuningan, kotor ditengah,
tepi dan ujung merah serta tremor
Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan kanan kuadran kanan bawah, auskultasi :
bising usus normal
Pemeriksaan penunjang
Hb: 11,5 gr% lekosit: 3.000/uL, trombosit 284.000/uL, LED 40 mm/jam, hitung
jenis: 0/0/1/52/46/1
Widal Salmonella typhii titer O : 1/160 dan H : 1/160, IgM Salmonella typhi
(tubex): 3
Nn.A, 20 tahun, seorang mahasiswa datang ke IGD Tidak sesuai harapan VVVVV
RS dengan keluhan demam sejak 7 hari yang lalu.
Sejak 7 hari yang lalu, Nn. A mengeluh demam
tinggi terus menerus, terutama sore dan malam hari,
disertai bibir kering dan pecah-pecah. Nn. A sudah
berobat ke puskesmas namun demam tidak turun
meskipun sudah minum obat penurun panas
Alasan prioritas masalah ini karena demam merupakan keluhan utama yang
harus segera ditangani.
5. Apa penyebab bibir kering dan pecah-pecah pada kasus ini disertai
mekanismenya?
Pada orang-orang yang menderita penyakit-penyakit yang
menimbulkan dehidrasi seperti demam, diare yang terlalu lama,
diabetes, gagal ginjal kronis dan keadaan sistemik lainnya dapat
mengalami pengurangan aliran saliva. Hal ini disebabkan karena
adanya gangguan dalam pengaturan air dan elektralit, yang diikuti
dengan terjadinya keseimbangan air yang negatif yang
menyebabkan turunnya sekresi saliva.
i. Demam Septik
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik
ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut
turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
ii. Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap
hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan
suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatatpada demam septik.
iii. Demam Intermiten
Pada tipe damam intermiten, suhu badan turun ke tingkat
yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
iv. Demam Kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggisekali disebut hiperpireksia.
v. Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula.
3. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Tanda vital : kesadaran: compos mentis; tekanan darah: 110/70mmHg;
frekuensi Nadi: 88x/menit; frekuensi napas: 20x/menit; suhu: 39,6C.
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik umum pada kasus ini?
Kriteria Keadaan umum pasien
1. Sakit ringan
Kesadaran penuh, tanda-tanda vital stabil, dan pemenuhan
kebutuhan mandiri.
2. Sakit sedang
Kesadaran penuh s/d apatis, tanda-tanda vital stabil,
memerlukan tindakan medis, memerlukan observasi, dan
pemenuhan kebutuhan dibantu.
3. Sakit berat
Kesadaran penuh s/d somnolen, tanda-tanda vital tidak
stabil, memakai alan bantu organ vital, memerlukan
tindakan pengobatan, memerlukan observasi yang ketat,
dan pemenuhan kebutuhan dibantu seluruhnya.
1. Kompos mentis
Sadar penuh, dapat menjawab pertanyaan
2. Apatis
Segan berhubungan dengan keadaan sekitar, acuh
3. Letargi
Lesu, mengantuk
4. Somnolen
Selalu mau tidur, dapat dibangunkan dengan nyeri, atau
untuk makan dan minum
5. Sopor/stupor
Tidak bereaksi bila dibangunkan kecuali dengan rangsang
nyeri.
6. Koma
Kesadaran hilang sama sekali, tidak ada reflex batuk
ataupun muntah
N o r m a l I n t e r p r e t a s i
S u h u ( 3 9 , 6 C ) 36,6-37,2 C (mulut/oral) D i a t a s n o r m a l
4. Keadaan spesifik:
Kepala: bibir pecah-pecah, lidah berselaput putih kekuningan, kotor
ditengah, tepi dan ujung merah serta tremor
Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan kanan kuadran kanan bawah,
auskultasi: bising usus normal
1. Organ apa saja yang terdapat pada regio iliaca dextra?
i. Bagian kanan atas: Hepar dan kantong empedu
ii. Bagian kiri atas: Gastric dan limfa
iii. Bagian kanan bawah: Cecum, ascending colon dan usus
kecil
iv. Bagian kiri bawah: Descending colon, sigmoid colon, dan
usus kecil
5. Pemeriksaan penunjang
Hb: 11,5 gr% lekosit: 3.000/uL, trombosit 284.000/uL, LED 40
mm/jam, hitung jenis: 0/0/1/52/46/1
Widal Salmonella typhii titer O : 1/160 dan H : 1/160, IgM Salmonella
typhi (tubex): 3
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan penunjang pada kasus ini?
LED naik, Hb turun, leukosit turun, shift to the left
Infeksi Salmonella
typhii
Hipersensitvitas
Makrofag
Brakikardi relatif Nyeri tekan bawah LED meningkat IL 1,6 TNF-α Nitrit oksida
Pemeriksaan fisik
Meningkatkan patokan tanda vital
termostat hipotal
Demam
Menggigil
Berkeringat
Mekanisme, Cara
Demam Pengertian -
Mengobati
Teknik
Pemeriksaan Pengertian, Textbook
Pemeriksaan Fisik -
Fisik Umum Tujuan Internet
Umum
Jurnal
Teknik
Pemeriksaan Pengertian,
Pemeriksaan Fisik -
Fisik Spesifik Tujuan
Spesifik
Teknik
Pemeriksaan Pengertian,
Pemeriksaan Fisik -
Fisik Penunjang Tujuan
Penunjang
Salmonella
Salmonella merupakan bakteri batang gram-negatif. Karena
habitat aslinya yang berada di dalam usus manusia maupun
binatang, bakteri ini dikelompokkan ke dalam enterobacteriaceae
(Brooks, 2005).
Isolasi dari mikroorganisme Salmonella pertama sekali
dilaporkan pada tahun 1884 oleh Gaffky dengan nama spesies
Bacterium thyposum. Kemudian, pada tahun 1886 perkembangan
nomenklatur semakin kompleks karena peranan Salmon dan Smith
serta sempat menjadi bahan pembicaraan yang rumit. Bahkan dalam
perkembangannya, Salmonella menjadi bakteri yang paling
kompleks dibandingkan enterobacteriacea lain, oleh karena bakteri
ini memiliki lebih dari 2400 serotipe dari antigen bakteri ini (Winn,
2006).
Walaupun begitu banyak serotip dari Salmonella, namun telah
disepakati bahwa hanya terdapat dua spesies, yakni S. bongori dan
S. enterica dengan enam subspesies. Klasifikasi Salmonella
terbentuk berdasarkan dasar epidemiologi, jenis inang, reaksi
biokimia, dan struktur antigen O, H, V ataupun K. Antigen yang
paling umum digunakan untuk Salmonella adalah antigen O dan H.
Antigen O, berasal dari bahasa Jerman (Ohne), merupakan susunan
senyawa lipopolisakarida (LPS).
LPS mempunyai tiga region. Region I merupakan antigen O-
spesifik atau antigen dinding sel. Antigen ini terdiri dari unit-unit
oligosakarida yang terdiri dari tiga sampai empat monosakarida.
Polimer ini biasanya berbeda antara satu isolat dengan isolat lainnya,
itulah sebabnya antigen ini dapat digunakan untuk menentukan
subgrup secara serologis. Region II merupakan bagian yang melekat
pada antigen O, merupakan core polysaccharide yang konstan pada
genus tertentu. Region III adalah lipid A yang melekat pada region
2. Demam
Definisi
Mekanisme Demam
Demam tifoid
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat
akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai
oleh panas yang berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa
keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri
sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati,
limpa, kelenjar limfe usus, dan Peyer’s patch.
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau
typhoid fever. Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya
terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran
Patogenesis
Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks yang
mengikuti ingesti organism, yaitu: 1) penempelan dan invasi sel- sel
pada Peyer Patch, 2) bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam
makrofag Peyer Patch, nodus limfatikus mesenterica, dan organ-
organ extra intestinal sistem retikuloendotelial 3) bakteri bertahan
hidup di dalam aliran darah, 4) produksi enterotoksin yang
meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan meningkatkan
permeabilitas membrane usus sehingga menyebabkan keluarnya
elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal.
Manifestasi klinik
A. Kesadaran
Derajat kesadaran biasanya dinyatakan sebagai:
1. Kompos mentis adalah sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan disekelilingnya.
2. Apatis adalah keadaan kesadaran pasien yang segan untuk
berhubungan dengan keadaan sekitarnya, sikap acuh tak acuh.
3. Letargi adalah keadaan kesadaran pasien yang tampak lesu dan
mengantuk.
4. Somnolen adalah keadaan kesadaran pasien yang selalu mau tidur
saja, dapat dibangunkan dengan rasa nyeri, atau untuk
makan/minum, namun jatuh tertidur kembali.
5. Sopor atau Stupor adalah keadaan kesadaran pasien yang mirip
koma, berbaring dengan mata tertutup, tidak menunjukkan reaksi
jika dibangunkan, kecuali dengan rangsang nyeri. Refleks kornea
meski lunak masih bisa dibangkitkan, reaksi pupil utuh.
6. Koma adalah keadaan kesadaran yang hilang sama sekali, dengan
rangsang apapun reaksi atas rangsang tak akan timbul. Refleks
apapun tak didapatkan lagi bahkan batuk atau muntah tidak ada.
Seseorang pasien gangguan jiwa, dimana tidak ada kontak psikis,
kesadarannya berubah.
B. Taksiran Umur
Taksiran pemeriksa akan umur pasien kadang-kadang tidak
sesuai dengan kenyataan, misalnya pada orang normal dengan
kelainan pada raut muka, sikap badan, dan warna rambut atau pada
pasien dwarfism, kusta.
C. Bentuk Badan
Bentuk yang abnormal dapat dijumpai misalnya pada:
1. Akromegali adalah bentuk tubuh akibat hiperfungsi kelenjar
pituitari anterior setelah tertutupnya epifisis. Kepala tamoak
lebih besar dari biasanya, hidung dagu serta rahang bawah
membesar dan menonjol sehingga gigi rahang atas dan
bawah tidak dapat saling bertemu.
2. Berbagai keadaan salah bentuk (malformation) misalnya
bibir sumbing, paralisis saraf muka.
3. Kelainan bentuk tulang belakang, yaitu berupa:
D. Habitus
1. Astenikus: bentuk tubuh yang tinggi, kurus, dada rata atau
cekung, angulus costae, otot-otot tak bertumbuh dengan
baik.
2. Atletikus: bentuk tubuh olahragawan, kepala dan dagu
terangkat ke atas, dada penuh, perut rata, lengkung tulang
belakang dalam batas normal.
3. Piknikus: bentuk tubuh yang cenderung bulat, penuh dengan
penimbunan jaringan lemak subkutan.
F. Cara Berjalan
Pada beberapa penyakit tulang, sendi atau saraf, cara
berjalan dapat memberi petunjuk-petunjuk berharga, misalnya
pasien hemiplegia biasanya mengangkat kaki yang lumpuh dalam
gerakan setengah lingkaran sewaktu ia berjalan.
Lengan yang lumpuh biasanya dalam keadaan kaku dan sedikit
fleksi bila dibandingkan dengan yang sehat.
J. Tekanan Darah
Cara mengukur
1. Palpasi untuk mencegah salah ukur akibat menghilangnya bunyi pada
auskultasi (auscultatory gap).
L. Pemeriksaan Pernapasan
a. Cara pemeriksaan pernapasan:
1. Pemeriksaan inspeksi : perhatikan gerakan pernafasan pasien secara
menyeluruh (lakukan inspeksi ini tanpa mempengaruhi psikis
penderita). Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga ke lateral, pelebaran
sudut epigastrium, adanya retraksi dinding dada (supraklavikuler,
suprasternal, interkostal, epigastrium), penggunaan otot-otot pernafasan
aksesoria serta penambahan ukuran anteroposterior rongga dada. Pada
ekspirasi, perhatikan : masuknya kembali iga, menyempitnya sudut
epigastrium dan pengurangan diameter anteroposterior rongga dada.
2. Pemeriksaan palpasi : pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk
merasakan naik turunnya gerakan dinding dada.
3. Pemeriksaan auskultasi : menggunakan membran stetoskop diletakkan
pada dinding dada di luar lokasi bunyi jantung.
PEMERIKSAAN ABDOMEN
1. INSPEKSI
a. Kulit
Perhatikan tinggi dinding perut dibanding dinding dada,
wujud kelainan kulit, jaringan parut pelebaran vena.
b. Umbilikus
Perhatikan bentuk, lokasi dan adanya tanda-tanda inflamasi
atau hernia.
c. Bentuk perut
Perhatikan simetris, pembesaran organ atau adanya massa.
Perhatikan juga daerah inguinal dan femoral.
e. Adanya pulsasi
Normal : pada orang kurus terlihat pulsasi aorta abdominalis
2. AUSKULTASI
3. PERKUSI
PERKUSI HEPAR
Prosedur pemeriksaan :
Pada penyakit paru obstruktif pekak hati menurun tetapi liver span normal.
Liver span menyempit : hepar kecil (sirosis hepatis), udara bebas di bawah
diafragma.
6 – 12 cm pada linea
medioklavikularis kanan
- Perkusi sela iga terendah di linea aksilaris anterior kiri. Pada daerah
ini terdengar suara timpani. Minta penderita tarik napas dalam dan
tahan nafas. Perkusi lagi di tempat yang sama. Dalam keadaan
normal suara tetap terdengar timpani. Berarti tidak ada
splenomegali.
- Bila dicurigai terdapat splenomegali maka lakukan perkusi dari
berbagai arah mulai dari redup atau timpani ke arah daerah pekak
yang diduga limpa sehingga bisa memberikan gambar batas-batas
lien.
4. PALPASI
PALPASI HATI
Langkah pemeriksaan :
Deep Palpation
Palpasi hepar
PALPASI LIEN
PALPASI GINJAL
Ginjal kanan :
Letakkan tangan kanan di perut bagian atas lateral dari linea mediana.
Tekan agak kuat dan dalam dan identifikasikan pulsasi.
1. Pemeriksaan penunjang
a. Widal test
Tes Widal merupakan tes aglutinasi yang digunakan dalam
diagnosis serologi penyakit demam typhoid atau demam enterik. Tes
Widal mengukur level aglutinasi antibodi terhadap antigen O (somatik)
dan antigen H (flagella). Level tersebut diukur dengan menggunakan
dilusi ganda serum pada tabung tes. Biasanya, antibodi O terlihat pada
hari ke 6-8 dan antibodi H terlihat pada hari ke 10-12 setelah munculnya
gejala penyakit demam typhoid. Tes biasanya dilakukan pada serum
akut (serum yang pertama kali diambil saat pertama kali kontak dengan
pasien). Minimal harus didapatkan 1 ml darah untuk mendapatkan
jumlah serum yang cukup.
Prinsip tes Widal adalah pasien dengan demam typhoid atau demam
enteric akan memiliki antibodi di dalam serumnya yang dapat bereaksi
dan beraglutinasi dilusi ganda. Prinsip dari tes widal adalah pasien yang
mengalami penyakit demam typhoid akan memiliki antibodi di dalam
serumnya yang mana dapat bereaksi dan beraglutinasi dengan antigen
Salmonella enterica serotype typhi pada tes aglutinasi tabung maupun
tes aglutinasi slide.
VII. Kesimpulan
Nn. A, 20 tahun berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik umum,
pemeriksaan fisik spesifik dan pemeriksaaan fisik penunjang menderita
demam kontinyu.
Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking, electronic version, 115-
208
Bhutta,Z.A.,Current concept sin the diagnosis and treat ment of typhoid fever
British Medical Journal, 2006. 333 (7558) : p. 78-82.
Cameron J.R., Skofronick J.G., Grant R.M. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Ed. 2.
Jakarta : Sagung Seto, pp : 124-125
Guyton and Hall. 2007. Fisiologi kedokteran. Ed. 9. Jakarta : EGC, pp : 221-222
Paulsen F, Waschke J (2013) Sobotta Atlas of Human Anatomy 15th. ed. London :
Urban & Fischer