A. Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai
hipertensi maligna.
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan
sistolik (Smith Tom, 1995).
B. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik
91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment
of Hipertension, yaitu:
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 mmHg : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang
e. >115 mmHg : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg
membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi
dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata
(retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan
darah, diantaranya yaitu:
1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau
progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan
organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam
kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala
yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan
dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam
sampai hari).
C. Tanda Dan Gejala
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual
muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1. Pemeriksaan yang segera seperti:
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama):
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
ipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain,
juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
a. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan
Kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
1. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint
National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
E. Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi
garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan
stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
d. Batasi aktivitas.
F. Diit Hipertensi
1. Konsumsi lemak dibatasi
2. Konsumsi kolesterol dibatasi
3. Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4. Makanan yang boleh dikonsumsi
a. Sumber kalori (beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula).
b. Sumber protein hewani (daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram
perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak).
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai
halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan satu
gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit
ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa
memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.
a. Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap
pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman
karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam keadaan mentah
bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat
yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya ditambaah menjadi 8
sampai 9 siung sekali makan.
b. Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama
dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas
memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap
pagi dan sore hari secara teratur
c. Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas
air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum
pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.
d. Melon,sEmangka dan melon
A. Konsep Keluarga
1. Pegertian Keluarga
berbeda dalam hal mendefinisikan tentang keluarga. UU. No. 10 tahun 1992 mendefinisikan
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Dep.Kes. RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga beserta beberapa orang anggotanya yang terkumpul dan
tinggal dalam satu tempat karena pertalian darah, ikatan perkawinan, atau adopsi yang satu
. Menurut Friedman (1998) tujuan utama keluarga adalah sebagai perantara yaitu
mengubah sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan
b. Struktur keluarga
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah, sedangkan
matrilineal adalah sama dengan patrilineal hanya hubungan disusun berdasarkan garis ibu.
Matrilokal merupakan sepasang suami-istri yang tinggal dengan keluarga sedarah istri
berbeda dengan patrilokal merupakan kebalikan dari matrilokal yang tinggal dengan
keluarga sedarah suami. Sedangkan keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai
dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
ketergantungan antara anggota keluarga. Kedua, ada keterbatasan yaitu setiap anggota
memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi
d. Type-type keluarga :
Tipe atau bentuk keluarga berbeda menurut pandangan dan keilmuan serta orang
yang mengelompokkannya. Menurut Suprajitno, SKp (2004:2), tipe keluarga dibagi menjadi
Kelompok tradisional dibagi menjadi 2 yaitu : Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu
keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
diadopsi atau keduanya. dan keluarga besar (Extendeed Family) yaitu keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
(Dyadic Family) yaitu keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau
kehilangan pasangannya, orang tua tunggal (Single Parent Family) yaitu keluarga yang terdiri
dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya, ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (The unmarried teenage mother),
Terdapat perbedaan dengan teori lain seperti yang disampaikan oleh Effendy
(1998:33) yang membagi tipe keluarga menjadi 6 tipe/ bentuk keluarga, yaitu: Keluarga inti
(Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Keluarga besar
(Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,
Terdapat beberapa teori tentang tahap dan tugas perkembangan keluarga, yaitu:
menurut Carter dan McGoldrick (1989), tahap perkembangan terdiri dari : keluarga antara
masa bebas (pacaran) dewasa muda, terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan,
keluarga yang memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai sekolah), keluarga yang
memiliki anak dewasa, keluarga yang mulai melepaskan anaknya untuk keluar rumah,
keluarga lansia.
tangga atau keluarga dengan tiga jenis yaitu keluarga patriakal, yang dominan dan
memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah. Sementara pada keluarga
matriakal pihak ibu lebih dominan dan sebagai pemegang kekuasaan. Dan yang
ketiga adalah equalitarian yaitu keluarga yang dalam keluarga ayah dan ibu sama-
f. Peran Keluarga
Effendy (1998: 34) membagi peranan keluarga dalam tiga peranan yaitu
peranan ayah, peranan ibu dan juga peranan anak. Peranan ayah adalah sebagai suami
dari istri dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
Peranan ibu adalah sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga, Apabila dalam keluarga
sudah mempunyai anak, maka selain ada peranan ayan, peranan ibu, juga ada peranan
anak.
g. Fungsi keluarga
Fungsi afektif. Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga
saling mempertahankan iklim yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh
keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah; saling mengasuh, cinta kasih,
kehangatan, saling menrima, saling mendukung, saling menghargai, dan ikatan antar
Dari aspek fungsi afektif dapat disimpulkan bahwa fungsi afek merupakan
kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afektif yang tidak
terpenuhi.
Fungsi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan
yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga
praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan
atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan
keluarga
kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau masalah
keluarga juga bertugas memberi keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit
dan yang tidak dapat membantu dirinya karena cacat atau usia yang terlalu muda.
(1998: 55) membagi proses keperawatan kedalam lima tahap yang terdiri dari pengkajian
terhadap keluarga, identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan,
perawatan.
a. Pengkajian
secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya (Suprajitno, 2004:29). Pengkajian
merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan
menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana
(Suprajitno: 2004).
1. Pengumpulan data
pola hidup terutama pola hidup yang salah, pola hidup yang berhubungan dengan
emosi yang negative seperti emosi yang tidak terkendali atau temperamental,
ambisius, pekerja kerasyang tidak tenang, takut dan kecemasan yang berlebihan
(Indomedia, 2002).
a. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh Keluarga. Pada
keluarga dengan hipertensi sering dijumpai pola makan yang tidak benar seperti
kesehatan digunakan untuk upaya pencegahan dan pengobatan dini karena dapat
c. Pengobatan tradisional
minum sari bawang putih yang ditumbuk halus dan diberi air secukupnya di
minum pagi dan sore (Hariadi, 2001:26). Hipertensi akan menjadi parah dan
hipertensi yang benar dan tepat justru akan memperparah dan bahkan akan
menimbulkan gangguan pada organ lain seperti hati, ginjal dan lambung
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal hipertensi
untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah
pada keluarga.
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk riwayat perkembangan
dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan
yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap
5) Aktiftas
aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan darah.
Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik,
6) Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan
dan fentilasi yang baik dapat mengurangai factor penyebab terjadinya hipertansi
dan juga ketenangan dalam rumah tangga dapat memperkecil serangan
hipertensi.
b. Karakteristik Lingkungan
pada hipertensi
Masalah dalam keluarga dapat menjadi salah satunya faktor pencetus terjadinya
7) Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan
b. Struktur Kekuasaan
dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik
dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai
(Friedman, 1998).
8) Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
hipertensi, maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini
b. Fungsi sosialisasi .
keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan
mudah stress.
c. Fungsi kesehatan
b) Mengambil keputusan.
(Eendy, 1998:50).
pengobatan.
tidur sering diakibatkan oleh sesak nafas dan batuk. Tidak terpenuhinya
fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku. Setelah
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga
tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan.
Salah satu pencegahan agar serangan hipertensi tidak sering muncul adalah
DIANGOSA
NO
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX
KOLABORASI
1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :
penurunan curah Cardiac Pump effectiveness
jantung Cardiac Care
berhubungan Circulation Status
dengan Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
peningkatan Vital Sign Status
afterload, Catat adanya disritmia jantung
vasokonstriksi, Kriteria Hasil: Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
hipertrofi/rigiditas Tanda Vital dalam rentang Monitor status kardiovaskuler
normal
ventrikuler, iskemia (Tekanan darah, Nadi, respirasi) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
miokard Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada
Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
kelelahan Monitor balance cairan
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak
Monitor adanya perubahan tekanan darah
ada asites Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
Tidak ada penurunan kesadaran Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford
University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang