Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai
hipertensi maligna.
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan
sistolik (Smith Tom, 1995).

B. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik
91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment
of Hipertension, yaitu:
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 mmHg : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang
e. >115 mmHg : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg
membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi
dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata
(retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan
darah, diantaranya yaitu:

1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau
progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan
organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam
kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala
yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan
dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam
sampai hari).
C. Tanda Dan Gejala
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual
muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1. Pemeriksaan yang segera seperti:
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama):
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

ipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain,
juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

a. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan
Kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
1. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint
National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

E. Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi
garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan
stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
d. Batasi aktivitas.

F. Diit Hipertensi
1. Konsumsi lemak dibatasi
2. Konsumsi kolesterol dibatasi
3. Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4. Makanan yang boleh dikonsumsi
a. Sumber kalori (beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula).
b. Sumber protein hewani (daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram
perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak).
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai
halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan satu
gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit
ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa
memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.
a. Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap
pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman
karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam keadaan mentah
bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat
yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya ditambaah menjadi 8
sampai 9 siung sekali makan.
b. Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama
dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas
memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap
pagi dan sore hari secara teratur
c. Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas
air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum
pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.
d. Melon,sEmangka dan melon

A. Konsep Keluarga

1. Pegertian Keluarga

Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga. Terdapat pengertian yang

berbeda dalam hal mendefinisikan tentang keluarga. UU. No. 10 tahun 1992 mendefinisikan

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri

dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Dep.Kes. RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat

yang terdiri atas kepala keluarga beserta beberapa orang anggotanya yang terkumpul dan

tinggal dalam satu tempat karena pertalian darah, ikatan perkawinan, atau adopsi yang satu

sama lainnya saling tergantung dan beriteraksi.

a. Tujuan dasar keluarga

. Menurut Friedman (1998) tujuan utama keluarga adalah sebagai perantara yaitu

menanggung semua harapan dan kewajiban-kewajiban masyarakat serta membentuk dan

mengubah sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan

setiap individu dalam keluarga.

b. Struktur keluarga

Struktur keluarga menurut Effendy (1998:33) terdiri dari bermacam-macam,

diantaranya: patrilineal, matrilineal, matrilokal, patrilokal dan keluarga kawinan.

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah, sedangkan

matrilineal adalah sama dengan patrilineal hanya hubungan disusun berdasarkan garis ibu.

Matrilokal merupakan sepasang suami-istri yang tinggal dengan keluarga sedarah istri

berbeda dengan patrilokal merupakan kebalikan dari matrilokal yang tinggal dengan

keluarga sedarah suami. Sedangkan keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai

dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga

karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

c. Ciri – ciri struktur keluarga

struktur keluarga adalah: terorganisasi dimana antar anggota keluarga saling

ketergantungan antara anggota keluarga. Kedua, ada keterbatasan yaitu setiap anggota
memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi

dan tugasnya masing-masing. Kektiga..

d. Type-type keluarga :

Tipe atau bentuk keluarga berbeda menurut pandangan dan keilmuan serta orang

yang mengelompokkannya. Menurut Suprajitno, SKp (2004:2), tipe keluarga dibagi menjadi

2 kelompok yaitu : 1. kelompok tradisional, 2. Kelompok non tradisional.

Kelompok tradisional dibagi menjadi 2 yaitu : Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu

keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau

diadopsi atau keduanya. dan keluarga besar (Extendeed Family) yaitu keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

Sedangkan kelompok kedua (Non Traditional) yaitu kelompok tradisional dengan

perkembangannya ditambah dengan kelompok lain yaitu: keluarga bentukan kembali

(Dyadic Family) yaitu keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau

kehilangan pasangannya, orang tua tunggal (Single Parent Family) yaitu keluarga yang terdiri

dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal

pasangannya, ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (The unmarried teenage mother),

Terdapat perbedaan dengan teori lain seperti yang disampaikan oleh Effendy

(1998:33) yang membagi tipe keluarga menjadi 6 tipe/ bentuk keluarga, yaitu: Keluarga inti

(Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Keluarga besar

(Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,

kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.


e.Tahap dan tugas perkembangan keluarga

Terdapat beberapa teori tentang tahap dan tugas perkembangan keluarga, yaitu:

menurut Carter dan McGoldrick (1989), tahap perkembangan terdiri dari : keluarga antara

masa bebas (pacaran) dewasa muda, terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan,

keluarga yang memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai sekolah), keluarga yang

memiliki anak dewasa, keluarga yang mulai melepaskan anaknya untuk keluar rumah,

keluarga lansia.

e. Pemegang kekuasaan dalam keluarga

Pemegang kekuasaan dalam tiap keluarga berbeda dalam mengatur kehidupan

dalam keluarga. Effendy (1998:34) membagi pemegang kekuasaan dalam rumah

tangga atau keluarga dengan tiga jenis yaitu keluarga patriakal, yang dominan dan

memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah. Sementara pada keluarga

matriakal pihak ibu lebih dominan dan sebagai pemegang kekuasaan. Dan yang

ketiga adalah equalitarian yaitu keluarga yang dalam keluarga ayah dan ibu sama-

sama memegang kekuasaan.

f. Peran Keluarga

Effendy (1998: 34) membagi peranan keluarga dalam tiga peranan yaitu

peranan ayah, peranan ibu dan juga peranan anak. Peranan ayah adalah sebagai suami

dari istri dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,

pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari

kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.

Peranan ibu adalah sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu

mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya

serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga, Apabila dalam keluarga

sudah mempunyai anak, maka selain ada peranan ayan, peranan ibu, juga ada peranan

anak.

Sedangkan Peranan anak adalah melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai

dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.

g. Fungsi keluarga

Friedman ( 1998:13 ) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yaitu:

Fungsi afektif. Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada

kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga

saling mempertahankan iklim yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh

keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah; saling mengasuh, cinta kasih,

kehangatan, saling menrima, saling mendukung, saling menghargai, dan ikatan antar

anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada

berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.

Dari aspek fungsi afektif dapat disimpulkan bahwa fungsi afek merupakan

sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga,

kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afektif yang tidak

terpenuhi.
Fungsi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan

yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam

lingkungan social (Friedman, 1998:13). Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang

diwujudkan dalam sosialisasi.

Fungsi Reproduksi. Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga

berencana maka fugsi ini sedikit terkontrol.

Fungsi Ekonomi. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk

memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan makan,

pakaian, dan tempat untuk berlindung (rumah).

Fungsi Perawatan Kesehatan. Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan

praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan

atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan

asuhan kesehatan mempengaruhai status kesehatan keluarga. Keluarga yang dapat

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan

keluarga

h. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Keluarga dalam masalah kesehatan mempunyai tugas pemeliharaan kesehatan

para anggotanya dan saling memelihara. Suprajitno (2004:16) membagi 5 tugas

kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau masalah

perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga, setelah mengenal keluarga


diharapkan mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

keluarga juga bertugas memberi keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit

dan yang tidak dapat membantu dirinya karena cacat atau usia yang terlalu muda.

2. Proses Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan keluarga terdapat beberapa langkah yang disusun secara

sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap ke tahap. Menurut Friedman

(1998: 55) membagi proses keperawatan kedalam lima tahap yang terdiri dari pengkajian

terhadap keluarga, identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan,

rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi

perawatan.

a. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi

secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya (Suprajitno, 2004:29). Pengkajian

merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data

pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan

menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana

(Suprajitno: 2004).

1. Pengumpulan data

1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal,

dan tipe keluarga.

Pada umumnya penderita hipertensi merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh

pola hidup terutama pola hidup yang salah, pola hidup yang berhubungan dengan

emosi yang negative seperti emosi yang tidak terkendali atau temperamental,
ambisius, pekerja kerasyang tidak tenang, takut dan kecemasan yang berlebihan

(Indomedia, 2002).

2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga

a. Kebiasaan makan

Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh Keluarga. Pada

keluarga dengan hipertensi sering dijumpai pola makan yang tidak benar seperti

mengkosumsi makanan yang banyak mengandung zat pengawet ,makanan yang

asin serta emosi yang negatif

b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor

yang penting dalam penggelolaan penyakit hipertensi. Adanya sumber pelayanan

kesehatan digunakan untuk upaya pencegahan dan pengobatan dini karena dapat

mencegah timbulnya komplikasi (Rokhaeni,2001:115).

c. Pengobatan tradisional

Keluarga dapat mengobati hipertensi dengan pengobatan tradisional, yaitu

minum sari bawang putih yang ditumbuk halus dan diberi air secukupnya di

minum pagi dan sore (Hariadi, 2001:26). Hipertensi akan menjadi parah dan

menimbulkan komplikasi bila pasien tidak memilih pengobatan tradisional

hipertensi yang benar dan tepat justru akan memperparah dan bahkan akan

menimbulkan gangguan pada organ lain seperti hati, ginjal dan lambung

3) Status Sosial Ekonomi

a. Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal hipertensi

beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan

untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.

b. Pekerjaan dan Penghasilan

Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam

melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah

satunya disebabkan karena hipertensi. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan

bahwa ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit

salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada

pada keluarga.

4) Tingkat perkembangandan riwayat keluarga

Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk riwayat perkembangan

dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan

yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap

psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan cemas stres(friedmen, 1998:125).

5) Aktiftas

aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan darah.

Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik,

seperti olah raga.

6) Data Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan

dan fentilasi yang baik dapat mengurangai factor penyebab terjadinya hipertansi
dan juga ketenangan dalam rumah tangga dapat memperkecil serangan

hipertensi.

b. Karakteristik Lingkungan

Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan.

Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali

pada hipertensi

c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Masalah dalam keluarga dapat menjadi salah satunya faktor pencetus terjadinya

hipertensi dimana akan menyebabkan cemas merupakan factor resiko hipertensi

7) Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi

Menurut (Nursalam, 2001:26) Semua interaksi perawat dengan pasien

adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu

tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan

perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non

verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.

b. Struktur Kekuasaan

Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan,

kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang

mempengaruhi dalam hipertensi.


c. Struktur peran

Bila anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang

dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik

dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai

dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga

(Friedman, 1998).

8) Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita

hipertensi, maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini

akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi

serangan hipertensi karena kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).

b. Fungsi sosialisasi .

Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita

hipertensi dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak

memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota

keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan

mudah stress.

c. Fungsi kesehatan

Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya

a) Mengenal masalah kesehatan


Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah kesehatan pada

keluarganya, salah satunya adalah disebabkan karena kurang

pengetahuan (Effendy, 1998:50). Bila keluarga tidak mampu mengenali

masalah hipertensi yang disertai anggota keluarganya, maka hipertensi

akan berakibat terjadinya komplikasi.

b) Mengambil keputusan.

Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam

melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena tidak memahami

mengenai sifat, berat dan luasnya masalah tidak begitu menonjol

(Eendy, 1998:50).

c) Memelihara lingkungan rumah yang sehat

Keluarga diharapkan mengetahui keuntungan atau manfaat

pemeliharaan lingkungan yang sehat, dan menyadarinya sebagai salah

satu media perawatan bagi anggota keluarga yang sakit.

Lingkungan rumah yang berdebu dan asap rokok bisa menjadi

pemicu serangan hipertensi (Sundaru, 2001). Dengan melihat hal

tersebut, keluarga harus mampu memodifikasi lingkungan yang sehat

dan nyaman bagi penderita hipertensi.

d) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

Pengetahuan keluarga tentang keberadaan dan keuntungan

yang didapat dari fasilitas-fasilitas kesehatan, sangat berpengaruh

terhadap penderita hipertensi. Fasilitas kesehatan di masyarakat sangat


berperan daiam hal ini, juga saat penderita hipertensi memerlukan

pengobatan.

9) Pola istirahat tidur

Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami

masalah yang belum terselesaikan. Pada penderita hipertensi, gangguan istirahat

tidur sering diakibatkan oleh sesak nafas dan batuk. Tidak terpenuhinya

kebutuhan istirahat tidur beresiko memperburuk keadaan hipertensi.

10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga

Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan

fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku. Setelah

ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih difokuskan lagi pada

pemeriksaan sistem pernafasan terutama pada penderita hipertensi

dikarenakan dengan adanya hipertensi dapat terjadi peningkatan tekanan

intra kranial yang dapat menyebabkan kelainan pada syaraf yang

mempersyarafi pada pernafasan.

11) Koping keluarga

Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga

tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan.

Salah satu pencegahan agar serangan hipertensi tidak sering muncul adalah

dengan mencegah timbulnya stress (Tanjung, 2003).

G. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit.
RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA
NO
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX
KOLABORASI
1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :
penurunan curah   Cardiac Pump effectiveness
jantung Cardiac Care
berhubungan   Circulation Status
dengan   Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
peningkatan   Vital Sign Status
afterload,   Catat adanya disritmia jantung
vasokonstriksi, Kriteria Hasil:   Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
hipertrofi/rigiditas   Tanda Vital dalam rentang   Monitor status kardiovaskuler
normal
ventrikuler, iskemia (Tekanan darah, Nadi, respirasi)   Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
miokard   Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada
  Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
kelelahan   Monitor balance cairan
  Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak
  Monitor adanya perubahan tekanan darah
ada asites   Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
  Tidak ada penurunan kesadaran   Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
  Monitor toleransi aktivitas pasien
  Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
  Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
  Monitor kualitas dari nadi
  Monitor adanya pulsus paradoksus
  Monitor adanya pulsus alterans
  Monitor jumlah dan irama jantung
  Monitor bunyi jantung
  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
  Monitor suara paru
  Monitor pola pernapasan abnormal
  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
  Monitor sianosis perifer
  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


berhubungan   Energy conservation
dengan Energy Management
kelemahan,   Self Care : ADLs   Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
ketidakseimbangan suplai Kriteria Hasil :   Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
dan kebutuhan oksigen.   Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
  Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
  Monitor nutrisi  dan sumber energi tangadekuat
disertai peningkatan tekanan darah, nadi
dan RR   Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
  Mampu melakukan aktivitas sehari hari
  Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas
(ADLs) secara mandiri   Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan
progran terapi yang tepat.
  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan social
  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
  Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
  Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

3 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


  Pain Level,
dengan peningkatan tekanan Pain Management
vaskuler serebral   Pain control,   Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
  Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Kriteria Hasil :   Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri, mampu menggunakan tehnik nyeri pasien
  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)   Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
menggunakan manajemen nyeri kontrol nyeri masa lampau
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
frekuensi dan tanda nyeri)   Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri ruangan, pencahayaan dan kebisingan
berkurang   Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Tanda vital dalam rentang normal   Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
  Tingkatkan istirahat
  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
  Cek riwayat alergi
  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali
  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

4 Cemas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Anxiety Reduction


krisis situasional sekunder selama 3 x 24 jam,   cemas pasien  Gunakan pendekatan yang menenangkan
adanya hipertensi yang berkurang dengan kriteria hasil:   Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
diderita klien  Anxiety Control   Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
 Coping   Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
 Vital Sign Status   Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
 Menunjukan teknik untuk mengontrol  Dorong keluarga untuk menemani anak
cemas  teknik nafas dalam   Lakukan back / neck rub
 Postur tubuh pasien rileks dan ekspresi  Dengarkan dengan penuh perhatian
wajah tidak tegang   Identifikasi tingkat kecemasan
 Mengungkapkan cemas berkurang   Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
 TTV dbn   Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
TD = 110-130/ 70-80 mmHg   Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
RR = 14 – 24 x/ menit   Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
N   = 60 -100 x/ menit
S    = 365 – 375 0C

5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


berhubungan   Kowlwdge : disease process
dengan Teaching : disease Process
kurangnya   Kowledge : health Behavior
informasi   Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
tentang proses penyakit Kriteria Hasil : penyakit yang spesifik
  Pasien dan keluarga   Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
menyatakan
pemahaman tentang penyakit, kondisi, dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
prognosis dan program pengobatan   Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan cara yang tepat
prosedur yang dijelaskan secara benar   Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan
  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.   Hindari harapan yang kosong
  Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau diindikasikan
  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
  Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara
yang tepat
  Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford
University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

Anda mungkin juga menyukai