Anda di halaman 1dari 4

PENATALAKSANAAN

1. Antikonvulsan
a. Tindakan Emergensi dan Suportif
1) Pemeliharaan aliran udara (airway) dan pernafasan (breathing) :
Perhatikan dan pastikan jalan nafas terbuka, beri ruang supaya dapat bernafas secara
leluasa, dan pemberian oksigen.
2) Pemeliharaan peredaran darah (circulation and nervous system) :
a) Jika terjadi koma dan stupor, perhatikan pernafasan pasien dan beri oksigen, serta
dapat diberikan dekstrosa, thiamin, atau naloxon.
b) Cegah pasien menyakiti diri sendiri, jika terjadi ataksia.
c) Treatment agitasi dan delirium, jika terjadi.
3) Monitor pasien tanpa gejala setidaknya selama 4-6 jam, sedangkan untuk pasien
dengan gejala selama 24 jam.
b. Obat dan/ atau Antidotum
Tidak ada antidotum khusus, namun sodium bikarbonat telah direkomendasikan untuk
QRS interval prolongation yang diinduksi oleh Lamotrigin.
Jika terjadi hepatoksisitas dan ensefalopati akibat efek toksis dari valproat maka dapat
diberikan suplemen L-carnitin secara intravena.
c. Mekanisme Obat atau Antidotum dalam Mengobati Intoksikasi
L-carnitin akan menghambat pembentukan amonia dan metabolit toksik lainnya dari
asam valproat.
Sodium bikarbonat dalam hal ini digunakan untuk pembasaan urin sehingga akan
menurunkan reabsorbsi pada obat atau zat yang bersifat asam lemah, serta untuk
mengkoreksi asisdosis metabolik.
d. Dekontaminasi
1) Prehospital
a) Pemberian arang aktif (activated charcoal)
b) Pemberian ipecac untuk induksi muntah tidak direkomendasikan
2) Hospital
a) Pemberian arang aktif (activated charcoal)
b) Bilas lambung (gastric lavage) tidak diperlukan apabila sudah diberikan arang
aktif segera
e. Peningkatan Eliminasi Toksin
Hemodialisis efektif untuk meningkatkan eliminasi dari gabapentin, topiramat, dan
valproat.

2. Antihistamin-dekongestan
Antihistamin
a. Tindakan Emergensi dan Suportif
1) Pemeliharaan aliran udara (airway) dan pernafasan (breathing) :
Perhatikan dan pastikan jalan nafas terbuka dan beri oksigen jika perlu
2) Pemeliharaan peredaran darah (circulation and nervous system) :
Atasi koma, kejang, hipertermia, takikardi ventrikular atipikal jika terjadi
3) Monitor pasien selama 6-8 jam setelah pemberian obat, dan untuk pasien yang
mengkonsumsi terfenadin orastemizol dimonitor selama 18-24 jam.
b. Obat dan/ atau Antidotum
Tidak ada antidotum ataupun obat khusus untuk atasi overdosis antihistamin. Pada
keracunan antikolinergik, digunakan physostigmine untuk atasi delirium atau takikardi.
Namun untuk overdosis antihistamin, physostigmine tidak direkomendasikan, karena
meningkatkan resiko kejang yang lebih hebat. Sodium bikarbonat 1-2 mEq/ kg secara
intravena dapat digunakan untuk atasi depresi miokard dan QRS interval prolongation
pada overdosis difenhidramin masif.
c. Mekanisme Obat atau Antidotum dalam Mengobati Intoksikasi
Sodium bikarbonat dalam hal ini digunakan untuk pembasaan urin sehingga akan
menurunkan reabsorbsi pada obat atau zat yang bersifat asam lemah, serta untuk
mengkoreksi asisdosis metabolik.
d. Dekontaminasi
1) Prehospital
a) Pemberian arang aktif (activated charcoal)
2) Hospital
a) Pemberian arang aktif (activated charcoal)
b) Bilas lambung (gastric lavage)
e. Peningkatan Eliminasi Toksin
Hemodialisis, hemoperfusi, peritoneal dialisis, dan multiple-dose arang aktif tidak efektif
dalam mengeliminasi antihistamin

Dekongestan
a. Tindakan Emergensi dan Suportif
1) Pemeliharaan aliran udara (airway) dan pernafasan (breathing) :
Perhatikan dan pastikan jalan nafas terbuka dan beri oksigen jika perlu
2) Pemeliharaan peredaran darah (circulation and nervous system) :
Atasi dan terapi hipertensi, kejang, dan takiaritmia ventrikular jika terjadi
3) Monitor gejala-gejala vital dan EKG minimal 4-6 jam setelah paparan, atau dapat
lebih lama apabila sediaan berbentuk lepas lambat.
b. Obat dan/ atau Antidotum
1) Hipertensi
Terapi hipertensi dilakukan apabila tekanan diastolik lebih tinggi dari 100-105mmHg,
terutama untuk pasien tanpa riwayat hipertensi. Apabila terdapat bukti klinis terkait
adanya hemoragik intrakranial, maka turunkan tekanan diastolik secara hati-hati
hingga tidak lebih rendah dari 90 mmHg, kemudian konsultasikan kepada ahli bedah
saraf.
a) Menggunakan vasodilator seperti phentolamine atau nitroprusside
b) Perhatian : jangan gunakan beta-blocker sendiri untuk terapi hipertensi tanpa
pemberian vasodilator terlebih dahulu
c) Beberapa pasien mengalami ortostatik hipertensi, untuk meringankan gejala yang
terjadi maka, pasien dapat ditempatkan dalam posisi tegak.
2) Aritmia
a) Takiaritmia dapat diterapi dengan esmolol atau metoprolol dosis rendah
b) Jangan melakukan terapi untuk AV block atau sinus bradikardia yang berkaitan
dengan hipertensi; meningkatkan denyut jantung dengan atropin dapat
menghilangkan respon yang berfungsi untuk membatasi hipertensi, hal ini
mengakibatkan meningkatkan tekanan darah .
c. Mekanisme Obat atau Antidotum dalam Mengobati Intoksikasi
1) Phentolamin :
Merupakan non-selektif alfa-adrenergic reseptor blocker yang menyebabkan relaksasi
pembuluh darah sistemik untuk menurunkan tekanan darah
2) Nitroprusside :
Merupakan antihipertensi short-acting, bekerja langsung pada otot polos vena dan
arteriolar yang menyebabkan vasodilatasi perifer, sehingga dapat mengurangi
resistensi perifer dan menurunkan tekanan darah.
3) Esmolol :
Merupakan short-acting cardioselective agent, yang memblok reseptor β1-adrenergik
secara kompetitif, menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung, sehingga tekanan
darah turun.
4) Metoprolol :
Memblok reseptor β1-adrenergik secara kompetitif, menyebabkan penurunan
kontraktilitas jantung, sehingga tekanan darah turun.
d. Dekontaminasi
1) Prehospital
a) Pemberian arang aktif (activated charcoal)
Jangan menginduksi muntah
2) Hospital
a) Pemberian arang aktif (activated charcoal)
b) Pengosongan lambung tidak diperlukan apabila segera diberikan arang aktif
(activated charcoal)
e. Peningkatan Eliminasi Toksin
Dialisis dan hemoperfusi tidak efektif. Pengasaman urin (urinary acidification) dapat
meningkatkan eliminasi PPA, efedrin, dan pseudoefedrin, namun hal ini dapat
memperburuk disposisi mioglobin pada ginjal jika pasien mengalami rhabdomyolisis.
Sumber:

Olson, Kent R., 2004, Poisoning & Drug Overdose, Fourth Edition, The McGraw-Hill
Companies.

Kumar, P., and Clark, M., 2016, Kumar and Clark’s Clinical Medicine, Ninth Edition, Elsevier,
Spain.

Anda mungkin juga menyukai