Anda di halaman 1dari 5

ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS)

ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS)

ACS adalah suatu spektrum kondisi yang sesuai dengan acute myocardial


ischemia  (AMI) dan/atau infark yang biasanya disebabkan oleh turunnya aliran darah
koroner secara mendadak. ACS dibagi menjadi 3, yaitu : Unstable Angina (UA), Non-
ST elevation myocardial infarction (NSTEMI), dan ST elevation myocardial
infarction (STEMI).(3)

EPIDEMIOLOGI

CVD adalah pembunuh nomor satu di dunia, yaitu sebanyak 31% dari
keseluruhan kematian di dunia. Pada tahun 2016 sebanyak 17.9 juta orang meninggal
akibat CVD, di mana 85% kematian diakibatkan oleh serangan jantung dan stroke.
Masalah ini terutama dihadapi oleh negara-negara berkembang, sedangkan di negara
maju masalah ini perlahan mulai berkurang dalam decade terakhir ini.  (1,2) Indonesia,
sebagai negara berkembang, juga mengalami hal serupa. Berdasarkan laporan WHO
tahun 2018, sebanyak 35% kematian di Indonesia disebabkan oleh CVD. (4) Riskesdas
2018 melaporkan 1.5% penduduk Indonesia didiagnosis dengan penyakit jantung
(tidak dibedakan macam penyakit jantungnya). Namun hasil tersebut belum dapat
menggambarkan keseluruhannya, karena hanya berdasarkan hasil anamnesis, apakah
pernah didiagnosis dengan penyakit jantung oleh dokter.

FAKTOR RISIKO

Faktor risiko utama CVD adalah diet yang tidak sehat, malas berolahraga,
merorok, dan konsumsi alkohol yang berbahaya. Faktor risiko berikutnya yang
diakibatkan oleh faktor risiko utama tersebut antara lain adalah hipertensi,
hiperglikemia / diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, overweight dan obesitas.
Selain itu riwayat keluarga dengan nyeri dada, penyakit jantung, dan stroke juga
meningkatkan risiko CVD. (1,5)

PATOFISIOLOGI

Iskemi miokard akan menimbulkan gejala berupa nyeri dada. Hal ini
diakibatkan oleh karena ketidakseimbangan ketersediaan dan kebutuhan O2  miokard.
(6)
 Sebagian besar ACS terjadi akibat atherosklerosis, di mana plak atheroma dari
pembuluh darah koroner pecah. Kemudian akan terjadi agregasi trombosit dan
aktivasi jalur koagulasi hingga membentuk thrombus yang dapat menyumbat
pembuluh darah koroner. Pelepasan zat vasoaktif akan menyebabkan vasokonstriksi,
sehingga gangguan pembuluh darah coroner menjadi semakin parah. (7)

DIAGNOSIS

Diagnosis ACS didasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang.

Anamnesis - Manifestasi Klinis

Gejala umum ACS adalah nyeri dada, berdasarkan lokasi nyerinya terlihat pada
gambar 1. Karakteristik nyeri dapat berupa rasa tertekan, terikat, atau terasa penuh.
(5,6)
 Nyeri juga dapat dirasakan di lengan, bahu kiri siku, rahang, hingga punggung.
Selain itu dpat disertai dengan kesulitan bernapas / sesak napas, mual muntah, hilang
kesadaran, keringat dingin, dan pucat. (1,6) Tabel 1 adalah perbedaan dari keluhan nyeri
dada pada masing-masing jenis penyebabnya. (3,8)
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan elektrokardiogram


(EKG) dan pemeriksaan laboratorium untuk biomarker jantung. EKG harus segera
dilakukan dalam waktu 10 menit sejak pasien datang dengan keluhan nyeri dada yang
berlanjut. (6)

Pemeriksaan laboratorium biomarker jantung yang digunakan adalah Troponin


I atau Troponin T (saat keluhan muncul dan 3-6 jam setelah onset gejala). Sedangkan
pemeriksaan CK-MB dan myoglobin tidak berguna untuk penentuan diagnosis ACS.
(3,6)
Jika diringkas, maka alur diagnosis pada pasien dengan keluhan nyeri dada
adalah sebagai berikut (6) :

Gambar 2. Alur Diagnosis Nyeri Dada

PROGNOSIS

Selain dengan pengukuran level troponin, Global Registry of Acute Coronary


Events (GRACE) risk score dapat digunakan pula untuk memperkirakan risiko jangka
pendek dan panjang dari ACS (mortalitas). (9) Alat ini sudah divalidasi dan diterima
secara internasional. Berikut ini adalah komponen dari skoring GRACE. Skoring ini
memang lebih rumit, namun sudah terdapat kalkulator online yang tersedia
di https://www.outcomes-umassmed.org/grace/. Aspek yang dinilai antara lain
adalah sebagai berikut (10) :

1. Usia
2. Riwayat
3. Denyut nadi saat istirahat
4. Tekanan darah sistolik
5. Deviasi segmen ST
6. Serum Kreatinin Awal
7. Peningkatan enzim jantung
8. Ada tidaknya henti jantung saat tiba
9. Klasifikasi Killip (tabel 2) (11)

Interpretasi :
Tabel 2. Klasifikasi Killip (11)
TATA LAKSANA AWAL

Berikut ini adalah algoritma evaluasi dan tata laksana ACS:

SKA : ACS; LBBB/RBBB : Left/ Right Branch Bundle Block

IMA-NEST : Infark miokard akut – Non ST elevasi

Langkah awal yang harus dilakukan pada kasus curiga ACS adalah (7) :

1. MONA (Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin) – tidak semua harus diberikan dan
tidak harus diberikan bersamaan. 
2. Pasien diistirahatkan (tirah baring)
3. Ukur saturasi oksigen (indikasi suplementasi O2 adalah jika SaO2 <90% atau
PaO2 <60 mmHg)
4. Aspirin 160 – 320 mg diberikan segera ke semua pasien yang tidak diketahui
intoleransinya terhadap aspirin.
5. Penghambat reseptor adenosine difosfat (ADP):
1. Ticagrelor : dosis awal 180 mg, lanjut dosis maintenance 2 x 90 mg/hari
2. Clopidogrel : dosis awal 300 mg, lanjut dosis maintenance 75 mg/hari
(Clopidogrel digunakan jika pasien direncanakan untuk terapi reperfusi
6. Nitrogliserin spray / tablet sublingual diberikan pada pasien dengan nyeri
dada yang masih berlangsung. Dapat diulang setiap 5 menit (maksimal 3 kali)
jika nyeri tidak hilang. Jika tidak tersedia, gunakan isosorbide dinitrat (ISDN).
7. Morfin sulfat 1-5 mg IV (dapat diulang 10-30 menit) untuk pasien yang tidak
responsif dengan terapi nitrogliserin 3 dosis sublingual.

Anda mungkin juga menyukai