Anda di halaman 1dari 4

1. Bagaimana hubungan dengan riwayat keluarga SKA ?

Ada hubungannya , karena riwayat keluarga termasuk salah satu faktor resiko
konvensional terjadinya PJK.
Faktor resiko yang dapat diubah : merokok, obesitas, diabetes melitus, aktifitas fisik,
dll
Faktor resiko yang tidak dapat diubah : Usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, ras

2. Bagaimana pengaruh usia dan jenis kelamin dengan kondisi Tn.Ali ?


usia rentan terjadi PJK : >40 tahun
banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan, hal ini dikaitkan dengan hormon
estrogen yang dimiliki perempuan dan juga berhubungan dengan kebiasaan
merokok pada laki-laki.

3. Apa saja indikasi pasien dirawat ?


Penyakit jantung koroner yang tidak stabil, sudah terjadi obstruksi total pada
pembuluh darah, dan terjadi peningkatan kadar Troponin T.

DD
1. Dari segi nyeri dada (ditabel)
Diantaranya yang mengancam nyawa sehingga patut di wspadai adalah : diseksi
aorta, edema paru, emboli paru, tension pneumothoraks
2. Dari segi hasil EKG
- varian normal dari early repolarisasi variant (ERV)
- Perikarditis akut
gejalanya demam dan nyeri dada yang menjalar ke bahu kiri dan kadang ke
lengan kiri. Nyerinya menyerupai serangan jantung, tetapi pada perikarditis akut
nyerinya akan bertambah buruk jika berbaring, batuk atau bernapas dalam.
- Sindrom brugada

Diagnosis Banding dari sindrom koroner akut:


a. Mengancam jiwa dan perlu penanganan segera : diseksi aorta, perforasi ulkus peptikum atau
saluran cerna, emboli paru, tension pneumothorax
b. Non-iskemik: miokarditis, perikarditis, kardiomiopati hipertrofik, sindrom Brugada, sindrom Wolf-
Parkinson-White, angina vasospastik
c. Non kardiak: nyeri bilier, ulkus peptikum, ulkus duodenum, pleuritis, refluks gastroesofaeal
(GERD), nyeri otot dinding dada, serangan panik, dan gangguan psikogenik
1. Definisi
Sindrom koroner akut merupakan suatu kumpulan gejala klinis iskemia miokard yang terjadi
secara tiba-tiba akibat kurangnya aliran darah ke miokard berupa angina, perubahan segmen
ST pada elektrokardiografi (EKG) 12 lead, dan peningkatan kadar biomarker kardiak. SKA
terdiri dari tiga kelompok yaitu angina pektoris tidak stabil/ APTS (unstable angina (UA)),
non-ST-segmen elevation myocardial infarction (NSTEMI), dan STsegmen elevation
myocardial infarction (STEMI)
2. Epidemiologi
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian terbanyak diseluruh dunia. Pada
tahun 2012, penyakit jantung iskemia bertanggung jawab terhadap sekitar 7,4 juta kematian
diseluruh dunia. Berdasarkan data American Heart Association (AHA) pada tahun 2003
dilaporkan sekitar 71,3 juta penduduk Amerika menderita penyakit jantung dan
menyebabkan sebanyak 1 juta kematian.
Studi oleh Global Registry of Acute Coronary Events (GRACE) yang melibatkan populasi
pasien di Amerika Serikat (AS) menemukan 38% penderita SKA mengalami STEMI sedangkan
Euro Heart Survey on ACS-II (EHS-ACS-II) melaporkan sebanyak 47% pasien dengan STEMI.
Kejadian SKA meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dimana didapatkan insiden yang
tinggi pada laki-laki sampai usia 70 tahun. Wanita yang telah mengalami menopause selama
15 tahun memiliki resiko yang sama dengan laki-laki untuk mengalami SKA (Kleinschmidt,
2006, Canto, Kiefe, et al., 2011).
Angka mortalitas penyakit kardiovaskular (KV) di Indonesia mengalami peningkatan setiap
tahunnya, mencapai angka 30% pada tahun 2004 dibandingkan sebelumnya hanya sekitar 5
% pada tahun 1975. Data terakhir dari National Heart Survey , menunjukkan bahwa penyakit
serebrokardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Studi kohort
selama 13 tahun di tiga daerah di provinsi Jakarta menunjukkan bahwa PJK merupakan
penyebab utama kematian di Jakarta. Data registri dari Jakarta Acute Coronary Syndrome
(JAC) dari tahun 2008-2009 mencatat sebanyak 2013 orang menderita SKA, dimana
sebanyak 654 orang mengalami STEMI (Dharma, Juzar, et al., 2012).
3. Etiologi
a. faktor risiko yang dapat diubah (modifiable):
- merokok
- tekanan darah tinggi
- hiperglikemia
- kolesterol darah tinggi
- pola hidup
b. faktor risiko yang tidak dapat diubah (nonmodifiable)
- umur
- gen
- suku/ras
4. Patofisiologi
SKA merupakan suatu nekrosis miokard yang disebabkan oleh karena robekan sampai
sumbatan mendadak aliran darah koroner. Hal ini sebagian besar disebabkan ruptur plak
aterom yang kemudian dilanjutkan dengan proses vasokonstriksi, reaksi inflamasi, trombosis
dan embolisasi. Luasnya nekrosis miokard tergantung pada; lokasi dan lamanya waktu
sumbatan berlangsung, luasnya area miokard yang diperdarahi pembuluh darah tersebut
dan ada tidaknya pembuluh kolateral. Pada SKA tanpa elevasi segmen ST terjadi perubahan
segmen ST dan atau gelombang T berupa depresi segmen ST atau gelombang T yang
inverted sedangkan elevasi segmen ST biasanya terdapat oklusi total pada arteri koroner.
5. Diagnosis awal
- Keluhan nyeri dada yang khas
- Elevasi segmen ST yang menetap pada EKG
- Enzim jantung yang meningkat sebagai pertanda adanya nekrosis miokard( CKMB,
Troponin)
6. Prognosis
Prognosis tergantung daerah jantung yang terkena, beratnya gejala, ada tidaknya
komplikasi.

Beberapa cara stratifikasi risiko telah dikembangkan dan divalidasi untuk


SKA. Beberapa stratifikasi risiko yang digunakan adalah TIMI (Thrombolysis In
Myocardial Infarction) (Tabel 4), dan GRACE (Global Registry of Acute Coronary
Events) (Tabel 6), sedangkan CRUSADE (Can Rapid risk stratification of Unstable
angina patients Suppress ADverse outcomes with Early implementation of
the ACC/AHA guidelines) digunakan untuk menstratifikasi risiko terjadinya
perdarahan (Tabel 8). Stratifikasi perdarahan penting untuk menentukan
pilihan penggunaan antitrombotik.
Tujuan stratifikasi risiko adalah untuk menentukan strategi penanganan
selanjutnya (konservatif atau intervensi segera) bagi seorang dengan NSTEMI.

Stratifikasi risiko TIMI ditentukan oleh jumlah skor dari 7 variabel yang masing masing
Setara dengan 1 poin. Variabel tersebut antara lain adalah usia =65 tahun, =3 faktor risiko,
stenosis koroner =50%, deviasi segmen ST pada EKG, terdapat 2 kali keluhan angina dalam
24 jam yang telah lalu, peningkatan marka jantung, dan penggunaan asipirin dalam 7 hari
terakhir. Dari semua variabel
yang ada, stenosis koroner =50% merupakan variabel yang sangat mungkin
tidak terdeteksi. Jumlah skor 0-2: risiko rendah (risiko kejadian kardiovaskular
<8,3%); skor 3-4 : risiko menengah (risiko kejadian kardiovaskular <19,9%); dan
skor 5-7 : risiko tinggi (risiko kejadian kardiovaskular hingga 41%). Stratifikasi
TIMI telah divalidasi untuk prediksi kematian 30 hari dan 1 tahun pada berbagai
spektrum SKA termasuk UAP/NSTEMI.
jantung, dan penggunaan asipirin dalam 7 hari terakhir. Dari semua variabel
yang ada, stenosis koroner =50% merupakan variabel yang sangat mungkin
tidak terdeteksi. Jumlah skor 0-2: risiko rendah (risiko kejadian kardiovaskular
<8,3%); skor 3-4 : risiko menengah (risiko kejadian kardiovaskular <19,9%); dan
skor 5-7 : risiko tinggi (risiko kejadian kardiovaskular hingga 41%). Stratifikasi
TIMI telah divalidasi untuk prediksi kematian 30 hari dan 1 tahun pada berbagai
spektrum SKA termasuk UAP/NSTEMI.
Klasifikasi GRACE (Tabel 6) mencantumkan beberapa variabel yaitu usia, kelas
Killip, tekanan darah sistolik, deviasi segmen ST, cardiac arrest saat tiba di ruang
gawat darurat, kreatinin serum, marka jantung yang positif dan frekuensi
denyut jantung. Klasifikasi ini ditujukan untuk memprediksi mortalitas saat
perawatan di rumah sakit dan dalam 6 bulan setelah keluar dari rumah sakit.
Untuk prediksi kematian di rumah sakit, pasien dengan skor risiko GRACE =108
dianggap mempunyai risiko rendah (risiko kematian <1%). Sementara itu,
pasien dengan skor risiko GRACE 109-140 dan >140 berturutan mempunyai
risiko kematian menengah (1-3%) dan tinggi (>3%). Untuk prediksi kematian
dalam 6 bulan setelah keluar dari rumah sakit, pasien dengan skor risiko GRACE
=88 dianggap mempunyai risiko rendah (risiko kematian <3%). Sementara itu,
pasien dengan skor risiko GRACE 89-118 dan >118 berturutan mempunyai
risiko kematian menengah (3-8%) dan tinggi (>8%).

Stratifikasi risiko berdasarkan kelas Killip merupakan klasifikasi risiko


berdasarkan indikator klinis gagal jantung sebagai komplikasi infark miokard
akut dan ditujukan untuk memperkirakan tingkat mortalitas dalam 30 hari
(Tabel 7). Klasifikasi Killip juga digunakan sebagai salah satu variabel dalam
klasifikasi GRACE.

Perdarahan dikaitkan dengan prognosis yang buruk pada NSTEMI, sehingga


segala upaya perlu dilakukan untuk mengurangi perdarahan sebisa mungkin.
Variabel-variabel yang dapat memperkirakan tingkat risiko perdarahan mayor
selama perawatan dirangkum dalam CRUSADE bleeding risk score, antara
lain kadar hematokrit, klirens kreatinin, laju denyut jantung, jenis kelamin,
tanda gagal jantung, penyakit vaskular sebelumnya, adanya diabetes, dan
tekanan darah sistolik. Dalam skor CRUSADE, usia tidak diikutsertakan sebagai
prediktor, namun tetap berpengaruh melalui perhitungan klirens kreatinin.
Skor CRUSADE yang tinggi dikaitkan dengan kemungkinan perdarahan yang
lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai