Keunggulan ASI sebagai nutrisi bayi telah banyak dipelajari dan dibuktikan oleh para
peneliti sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ASI eksklusif
untuk bayi sampai berumur 6 bulan dan kemudian dilanjutkan bersama makanan
pendamping ASI sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Meskipun demikian angka
menyusui eksklusif di Indonesia menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007 baru mencapai 32% dan pula, bayi yang dilahirkan di fasilitas
kesehatan cenderung diberi susu formula.
Bab ini akan mengemukakan alasan medis yang dapat diterima untuk memberi susu
formula pada bayi baru lahir yaitu beberapa situasi khusus dimana ASI memang tidak
boleh diberikan, atau susu formula diperlukan sementara atau diperlukan tambahan
susu formula disamping pemberian ASI. Namun sekali lagi, setiap keputusan pemberian
susu formula terutama pada neonatus sampai usia 6 bulan, perlu dipertimbangkan
keuntungannya dibandingkan dengan kerugian yang mungkin timbul dikemudian hari.
2. Maple syrup urine disease, pada penyakit ini tubuh tidak dapat mencerna jenis
protein leusin, isoleusin dan valine. Bayi tidak boleh mendapat ASI atau susu bayi
biasa, dan memerlukan formula khusus tanpa leusin, isoleusin dan valine.
Volume lambung BKB kecil dan motilitas saluran cerna lambat sehingga asupan ASI
tidak optimal. Untuk merangsang produksi ASI, diperlukan isapan yang baik dan
pengosongan payudara. Refleks mengisap bayi prematur kurang / belum ada, akibatnya
produksi ASI sangat tergantung pada kesanggupan ibu memerah.
Beberapa penelitian klasik antara lain oleh Lucas dan Schanler telah membuktikan
manfaat ASI pada bayi prematur, akan mengurangi hari rawat, menurunkan insidensi
enterokolitis nekrotikans (EKN) dan menurunkan kejadian sepsis lanjut, hal hal yang
sangat bermakna untuk perawatan BKB kecil di Indonesia. Sehingga perlu diusahakan
memberi kolostrum (perah) terutama pada perawatan bayi di hari hari pertama.
Untuk mengatasi masalah nutrisi selanjutnya, setelah ASI prematur berubah menjadi ASI
matur dianjurkan penambahan penguat ASI (HMF atau human milk fortifier, saat ini
belum tersedia secara meluas di Indonesia). Penguat ASI adalah suatu produk
komersial berisi karbohidrat, protein dan mineral yang sangat dibutuhkan bayi kurang
bulan. HMF yang proteinnya berasal dari susu sapi, biasanya dicampurkan dalam air
susu ibu bayi sendiri . Bila tidak tersedia penguat ASI, pemberian susu prematur dapat
dibenarkan terutama untuk bayi prematur yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari
32 minggu atau berat lahir kurang dari 1500 gram. Apabila terdapat alergi terhadap susu
sapi sebaiknya susu formula yang diberikan adalah susu formula yang telah dihidrolisis
sempurna. Schanler menemukan pemberian HMF pada ASI donor kurang bermanfaat
mungkin karena prosedur pemanasan yang harus dilalui. Selanjutnya, bila bayi sudah
stabil, susu prematur dapat diberikan dengan Alat Bantu Laktasi (Lact Aid /
Suplementer) untuk melatih bayi belajar mengisap.
Bagi ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan, peraturan rumah bersalin / rumah sakit
serta sikap dan dukungan petugas kesehatan sangat mempengaruhi keberhasilan
mereka menyusui di kemudian hari. Apabila secara rutin diberikan informasi dan
motivasi kepada ibu hamil, diberi kesempatan untuk inisiasi menyusu dini, kemudian
didukung dan dibantu mempraktekkan teknik menyusui yang benar selama ibu dirawat,
kemungkinan ibu akan berhasil menyusui eksklusif sehingga tambahan pengganti ASI
tidak diperlukan .
1. segera setelah lahir bayi disusui tanpa jadwal, dan jaga kontak kulit
dengan ibu agar tidak hipotermi (untuk mengatasi hipotermi bayi
memerlukan banyak energi)
2. gula darah plasma hanya diukur bila ada risiko atau ada gejala
hipoglikemia dan sebaiknya diukur sebelum minum / umur bayi 4-6 jam.
3. dibenarkan memberi suplemen ASI perah atau susu formula bila gula
darah < 2.6 mmol (40 mg/dl) dan diulang 1 jam setelah minum ASI.
mencukupi, penambahan susu formula dikurangi dan akhirnya dihentikan.
4. bila gula darah tetap tidak meningkat ikuti tata laksana penanganan
hipoglikemi sesuai panduan rumah sakit.
2. Bayi yang secara klinis menunjukkan gejala dehidrasi (turgor/ tonus kurang,
frekuensi urin < 4x setelah hari ke-2, buang air besar lambat keluar atau masih
berupa mekonium setelah umur bayi > 5 hari).
4. Hiperbilirubinemia pada hari-hari pertama, bila diduga produksi ASI belum banyak
atau bayi belum bisa menyusu efektif. Kuning karena ASI (breastmilk jaundice),
bila bilirubin melebihi 20 . 25 mg/dL pada bayi sehat. Anjuran untuk membantu
diagnosis dengan menghentikan ASI 1-2 hari sambil sementara diberi susu
formula. Bila bilirubin terbukti menurun, ASI dimulai kembali.
5. Lain-lain: bayi terpisah dari ibu, bayi dengan kelainan kongenital yang sukar
menyusu langsung (sumbing, kelainan genetik). Dapat kita simpulkan, bahwa
pada kasus-kasus di atas suplemen susu formula hanya diberikan sampai
masalah teratasi sambil bayi terus disusui. Setelah itu ibu dan bayinya harus
dibantu dan didukung agar bayi tetap mendapat ASI eksklusif.
Catatan:
2. Pemeriksaan kadar gula darah jam-jam pertama kelahiran tidak diperlukan pada
bayi cukup bulan sehat.
B. Kondisi ibu
2. Bila ibu dan bayi dapat diberikan obat-obat ARV (Anti Retroviral)
dianjurkan menyusui eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan dan
dilanjutkan menyusui sampai umur bayi 1 tahun bersama dengan
tambahan makanan pendamping ASI yang aman.
3. Bila ibu dan bayi tidak mendapat ARV, rekomendasi WHO tahun 1996
berlaku yaitu ASI eksklusif yang harus diperah dan dihangatkan sampai
usia bayi 6 bulan dilanjutkan dengan susu formula dan makanan
pendamping ASI yang aman.
2. Ibu penderita HTLV (Human T-lymphotropic Virus) tipe 1 dan 2 Virus ini juga
menular melalui ASI. Virus tersebut dihubungkan dengan beberapa keganasan
dan gangguan neurologis setelah bayi dewasa. Bila ibu terbukti positif, dan syarat
AFASS dipenuhi, tidak dianjurkan memberi ASI.
2. Virus herpes simplex type 1 (HSV-1): kontak langsung mulut bayi dengan luka di
dada ibu harus dihindari sampai pengobatannya tuntas
3. Ibu sakit berat sehingga tidak bisa merawat bayinya misalnya psikosis, sepsis,
atau eklamsi
1. Ibu yang merokok, peminum alkohol, pengguna ekstasi, amfetamin dan kokain
dapat dipertimbangkan untuk diberi
susu formula, kecuali ibu menghentikan kebiasaannya selama menyusui.
4. Rasa sakit yang hebat ketika menyusui yang tidak teratasi oleh intervensi
seperti perbaikan pelekatan, kompres hangat maupun obat.
Kesimpulan
Kecuali pada keadaan khusus, bayi cukup bulan sehat tidak memerlukan tambahan susu
formula asalkan bayi diberi kesempatan untuk segera menyusu dan tidak dipisahkan
dari ibunya.
Bila dianggap perlu, harus diingat bahwa tujuan pemberian tambahan susu formula
adalah memberi nutrisi bayi sementara masalah diatasi.
Proses menyusui dan menyusu antara ibu dan bayi perlu dinilai oleh seseorang yang
memahami manajemen laktasi dan bila perlu berikan intervensi.
Di rumah sakit, sebaiknya ada informed consent bila hendak memberi tambahan susu
formula. Alasan pemberian, jumlah, cara pemberian dan jenis formula harus ditulis
lengkap dan jelas.