Anda di halaman 1dari 3

Sindrom Koroner Akut ( SKA)

A. Definisi SKA
Sindrom koroner akut merupakan suatu kumpulan gejala klinis iskemia miokard
yang terjadi secara tiba tiba akibat kurangnya aliran darah ke miokard berupa angina,
perubahan segmen ST pada elektrokardiografi (EKG) 12 Lead dan peningkatan kadar
biomarker kardiak, SKA terdiri dari tiga kelompok yaitu angina pektoris tidak stabil / APTS
(unstable angina (UA), non-ST-segmen elevation myocardial infarction (NSTEMI), dan ST-
segmen elevation myocardial infarction (STEMI).
(Kumar and Cannon,2009).
Pasien dikatakan mengalami UA apabila tidak ditemukan peningkatan biomarker
kardiak didarah beberapa jam setelah onset awal nyeri dada iskemia. Presentasi klinis UA
dapat berupa angina saat istirahat ( biasanya berlangsung >20 Menit ), onset baru suatu
angina yang berat, dan pola angina crecendo ( mengalami peningkatan dalam hal intensitas,
durasi, atau kombinasinya ). Pada NSTEMI iskemia yang terjadi cukup berat menyebabkan
kerusakan miokard sehingga terjadi pelepasan penanda nekrosis miokard ( Troponim T/I
spesifik kardiak, atau fraksi Creatinin Kinase Myocardial Band ( CKMB ) namun belum
memberikan gambaran perubahan EKG berupa elevasi segmen ST, sedangkan pada STEMI
terjadi infark pada daerah miokard yang luas sehingga memberikan gambaran elevasi segmen
ST pada EKG disertai suatu pelepasan penanda nekrosis miokard.
(Grech and Ramsdale, 2003, Kumar and Cannon, 2009, O’Gara, Kushner, et al, 2013)
Guidelines dari European Society of Cardiology ( ESC ) tahun 2012 mendefinisikan
IMA sebagai kondisi dimana terdapat bukti nekrosis miokardial pada pasien yang
menunjukkan gambaran klinis iskemia miokard yang akut. Deteksi infark miokard
berdasarkan adanya peningkatan biomarker kardiak yaitu CKMB dan atau troponin di atas
nilai normal dengan salah satu kondisi berikut : Keluhan iskemia, adanya perubahan segmen
ST dan atau gelombang T atau adanya gambaran left bundle branch block ( LBBB ), adanya
gelombang Q pada rekaman EKG, gambaran abnormalitas pergerakan dinding regional, dan
identifikasi adanya trombus intrakoroner dengan angiografi atau autopsi.
(Thygesen, S. Alpert, et al, 2012)
B. Epidemiologi SKA
Penyakit Jantung koroner merupakan penyebab kematian terbanyak diseluruh dunia.
Pada tahun 2012, penyakit jantung iskemia bertanggung jawab terhadap sekitar 7,4 Juta
kematian diseluruh dunia. Berdasarkan data American Heart Association ( AHA ) pada tahun
2003 dilaporkan sekitar 71,3 Juta penduduk Amerika menderita penyakit jantung dan
menyebabkan sebanyak 1 juta kematian. Studi oleh Global Registry of Acute coronary Events
( GRACE ) yang melibatkan populasi pasien di Amerika Serikat ( AS ) menemukan 38%
penderita SKA mengalami STEMI sedangkan Euro Heart Survey on ACS-II ( EHS-ACS-II )
melaporkan sebanyak 47% pasien dengan STEMI. Kejadian SKA meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, dimana didapatkan laki-laki sampai usia 70 tahun. Wanita yang telah
mengalami menopause selama 15 tahun memiliki resiko yang sama dengan laki-laki untuk
mengalami SKA
( Kleinshmidt, 2006, Canto, Kiefe, et al, 2011 )
Angka mortalitas penyakit kardiovaskuler (KV) di Indonesia mengalami peningkatan
setiap tahunnya, mencapai angka 30% pada tahun 2004 dibandingkan sebelumnya hanya
sekitar 5% pada tahun 1975. Data terakhir dari National Heart Survey, menunjukkan bahwa
penyakit serebro kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di Jakarta Acute
Coronary Syndrome (JAC) dari tahun 2008-2009 mencatat sebanyak 2013 orang menderita
SKA, dimana sebanyak 654 orang mengalami STEMI
(Dharma, Juzar, et al, 2012)

C. Faktor- factor risiko SKA


Sekitar 80% pasien dengan infark miokard akut (IMA) dilaporkan memiliki
setidaknya 1 dari factor risiko major, termasuk diantaranya merokok, dyslipidemia,
hipertensi, diabetes mellitus (DM), dan obesitas abdomen. Faktor resiko major dari SKA
diantaranya adalah sebagai berikut (Eponiene, Zaliaduonyte-Peksiene, et al, 2014) :
1. Peningkatan umur
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Dislipidemia
4. Diabetes Melitus
5. Merokok
6. Hipertensi
7. Obesitas
Boundi and Ali (2008) mengklasifikasikan factor resiko PJK menjadi : factor
resiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga
sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu : merokok, hipertensi, diabetes
mellitus, obesitas, hiperkolestrolemia, diet tinggi lemak jenuh dan factor hemostatic.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), faktor risiko PJK yang
ikut berperan menyebabkan kematian adalah tingginya tekanan darah (13% dari
kematian global), diikuti oleh konsumsi tembakau (9%). Peningkatan gula darah
(6%), rendahnya aktivitas fisik (6%) dan kelebihan berat badan atau obesitas (5%).
(Cepoinene,et al 2013).
D. Patofisiologi SKA
Secara umum regional IMA disebabkan karena terjadinya thrombosis pada
lesi plak aterosklerotik culprit, penyebab lain yang termasuk sangat jarang terjadi
diantaranya adalah diseksi arteri coroner dan penekanan myocardial bridges. Plak
aterosklerotik yang terganggu pada arteri coroner akan menstimulasi agregasi platelet
dan formasi trombus. Trombus ini akan menyebabkan terjadinya oklusi pada
pembuluh darah sehingga mengurangi perfusi ke miokard (Libby and Simon, 2001).
Di masa terdahulu, para peneliti beranggapan bahwa penyempita pembuluh
darah coroner adalah akibat dari penebalan plak yang merupakan penyebab primer
berkurangnya aliran darah sehimgga terjadi iskemia, namun data terbaru saat ini
mendukung bahwa rupture dari plak yang tidak stabil dan rapuh yang berkaitan
dengan perubahan proses inflamasi merupakan penyebab dari keadaan ini. Berbagai
studi dengan teknik pengambilan gambar in vivo pada manusia serta keberhasilan
terapi antitrobotik dan fibrinolitik pada SKA menguatkan peranan thrombosis
terhadap patomekanisme SKA (Apple, Pearce, et al 2007, Libby and Simon, 2001,
Libby, 2001)

Anda mungkin juga menyukai