Anda di halaman 1dari 8

Induksi DMBA dalam Karsinogenesis kelenjar Payudara Pratista Patologi

Puspita Eka Wuyung

Induksi DMBA dalam Karsinogenesis Kelenjar Payudara


Puspita Eka Wuyung ABSTRAK
Departemen Patologi Anatomik Kanker payudara merupakan hasil interaksi antara perubahan
Fakultas Kedokteran genetik dan faktor lingkungan. Proses transformasi sel epitel
Universitas Indonesia kelenjar payudara menjadi ganas dikenal sebagai karsinogenesis.
Proses ini terjadi secara bertahap dan pada setiap tahap melibat-
kan serangkaian mutasi pada sejumlah gen regulator maupun
supresor. DMBA merupakan karsinogen kimia yang berperan
sebagai inisiator maupun promotor. DMBA dimetabolisme mem-
bentuk proximate dan ultimate carcinogen atau metabolit akhir
yang paling poten untuk membentuk DNA adduct. melalui aktivasi
enzim sitokrom P450, selain itu dapat menyebabkan stres oksidatif
dan membuat lesi pada basa DNA. Aktivitas karsinogenik senyawa
ini melalui biotransformasi menjadi senyawa yang lebih poten untuk
menimbulkan berbagai lesi yang terjadi pada kelenjar payudara
tikus. Peran DMBA pada karsinogenesis payudara telah dibuktikan
baik secara epidemiologi maupun laboratorium. Karsinogen kimia
DMBA merupakan model yang baik untuk mempelajari sus-
ceptiblility, biologik dan molekuler karsinogenesis payudara pada
binatang percobaan.

Kata kunci: DMBA, karsinogenesis, sitokrom P450,

PENDAHULUAN
Kurang lebih 20-30% kasus kanker payudara diturunkan
1,2
atau familial dan 70-80% lainnya sporadik. Pada kanker payudara
sporadik dihasilkan akibat akumulasi mutasi gen pada sel somatik
secara bertahap dan tidak dapat diperbaiki. Mutasi ini dapat
mengaktifkan onkogen dan menginaktifkan gen penekan tumor, di
mana gen-gen ini turut berperan dalam proliferasi, apoptosis,
diferensiasi, molekul adhesi sel, faktor angiogenik serta gen lain
2
yang terlibat dalam invasi dan metastasis. Kanker payudara
merupakan hasil interaksi antara perubahan genetik dan faktor
lingkungan. Proses transformasi sel epitel kelenjar payudara
1
menjadi ganas dikenal sebagai karsinogenesis.
Faktor lingkungan turut berperan dalam karsinogenesis,
diantaranya karsinogen kimia. Karsinogen kimia dianggap sebagai
inisiator dan/atau promotor yang dapat menyebabkan kanker, salah
satunya adalah hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH). 7,12-
dimethyl-benz[a]anthracene (DMBA) merupakan salah satu kelom-
pok PHA, terdapat pada asap rokok, polutan air, makanan yang
diasap. Induksi PHA, termasuk DMBA dapat menyebabkan efek
toksik pada hati akibat stres oksidatif dan produksi metabolit
3
karsinogen. PHA akan dimetabolisme menjadi senyawa metabolit
aktif, diantaranya epoksida diol serta radikal bebas. Epoksida diol
dan radikal bebas dapat mengikat DNA membentuk DNA adduct
4
pada tahapan karsinogenesis.
DMBA merupakan karsinogen kimia yang lengkap selain
berperan sebagai inisiator dapat pula berperan sebagai promotor.
Induksi karsinogen ini dapat menyebabkan stres oksidatif dan
membuat lesi pada basa DNA teroksidasi membentuk DNA adduct.

44 Vol. 5 No. 1 Januari 2016


Induksi DMBA dalam Karsinogenesis kelenjar Payudara Pratista Patologi
Puspita Eka Wuyung

Peran DMBA sebagai promotor seperti halnya lasi perubahan genetik, diantaranya berbagai
5
TPA (12-O-tetradecanoylphorbol-13-acetate). amplifikasi onkogen (cmyc, erbB2) dan mutasi
Banyak penelitian mengacu pada hasil pene- atau hilangnya gen penekan tumor (p53).
litian di atas, menggunakan DMBA untuk meng- Kehilangan fungsi protein penekan tumor pada
induksi stres oksidatif pada tikus dan organ sel normal dapat terjadi melalui peristiwa mutasi
hati. Sedangkan secara in vivo, DMBA meng- gen pada sel somatik atau germline. Lokus gen
induksi ekspresi onkogen yang berperan penekan tumor terletak pada kromosom 16q dan
sebagai regulator atau suppressor. DMBA 17P, yang tampaknya menjadi patognomonik
menginduksi ekspresi onkogen c-myc dan H-ras untuk perkembangan sebuah subtipe histologis
pada limpa, paru, timus dan kelenjar getah tertentu. Ada banyak jumlah kelainan yang telah
bening setelah 6 dan 12 jam perlakuan, selain diidentifikasi pada tingkat molekuler yang sesuai
itu induksi ekspresi gen suppressor p53 terjadi dengan model dari tahapan karsinogenesis
6 11
setelah 6 jam perlakuan. kanker payudara.
Induksi kimia untuk menghasilkan
kanker pada hewan percobaan, secara luas
dapat digunakan sebagai model karsinogenesis
payudara pada manusia. Model ini digunakan
untuk mempelajari potensi agen kimia, hormon,
lingkungan dan faktor diet dalam inisiasi,
promosi dan pencegahan karsinogenesis payu-
dara. Kelenjar payudara pada beberapa strain
tikus susceptible terhadap karsinogen kimia,
khususnya tikus strain Sprague-Dawley. Selain
itu neoplasma yang terbentuk mirip dengan
7,8,9
manusia.
DMBA merupakan karsinogen yang
poten dalam menginduksi berbagai lesi yang
terjadi pada kelenjar payudara tikus. Adeno-
karsinoma payudara yang terbentuk hasil
induksi karsinogen kimia, khususnya DMBA.
Karsinogen kimia DMBA merupakan model yang
baik untuk mempelajari susceptiblility, biologik
dan molekuler karsinogenesis payudara pada Gambar 1. Tahapan karsinogenesis pada kanker
10 11
binatang percobaan. Tujuan penulisan ini payudara.
untuk mempelajari metabolisme dan peran
DMBA dalam karsinogenesis, khususnya kelen- Terdapat 3 tahapan pada karsinogen-
12,13
jar payudara. esis, yaitu: inisiasi, promosi dan progresi.
Inisiasi neoplastik sel epitel kelenjar payudara
1. Karsinogenesis Kelenjar Payudara terjadi melalui mutasi somatik yang berkaitan
Kanker payudara merupakan hasil dengan rangsangan tanpa penghambat, agak-
interaksi antara perubahan genetik dan faktor nya berkaitan dengan hormon, faktor pertum-
lingkungan. Proses transformasi sel epitel kelen- buhan non endokrin, zat kimia karsinogenik, hal
14
jar payudara menjadi ganas dikenal sebagai ini dapat menimbulkan proliferasi outonom.
1,2 Pada tahap ini senyawa karsinogen berperan
karsinogenesis. Penyimpangan morfologik
epitel payudara pada proses karsinogenesis sebagai inisiator baik secara langsung atau
secara berurutan dapat terlihat sebagai hiper- mengalami metabolisme terlebih dahulu mem-
plasia epitel, hiperplasia atipik, karsinoma in situ bentuk senyawa yang lebih aktif dan menye-
serta karsinoma invasif (lihat gambar 1). Proses babkan mutasi pada DNA. Tahap promosi
ini terjadi secara bertahap dan pada setiap berlangsung dipengaruhi oleh bahan yang
tahap melibatkan serangkaian mutasi pada bersifat sebagai promotor, pada kanker payu-
2 dara salah satu diantaranya adalah status
sejumlah gen regulator.
Berdasarkan analisis sitogenetika dan hormonal pada usia reproduktif. Kombinasi
genetika molekuler menunjukkan bahwa per- tahap inisiasi-promosi dapat dianggap untuk
kembangan tumor payudara melibatkan akumu- memantapkan mutasi. Promotor merangsang
proliferasi klonal pada sel yang telah diinisiasi.

45 Vol. 5 No. 1 Januari 2016


Induksi DMBA dalam Karsinogenesis kelenjar Payudara Pratista Patologi
Puspita Eka Wuyung

Interaksi tahap inisasi dan promosi dapat terlihat terbentuk mulai minggu ke 4 sampai minggu ke
19
sebagai lesi proliferatif non-invasif. Perubahan 15 setelah induksi terakhir. Sedangkan pene-
menetap terbentuk bila proliferasi klonal sel litian yang dilakukan oleh Wibowo AE et al
neoplasma terjadi autonom tanpa menggunakan (2010), memperlihatkan induksi DMBA dua kali
inisiator dan promotor. Selanjutnya diikuti per-minggu sebanyak 11 kali pada tikus betina
dengan tahap progresi di mana sekelompok galur Spague dawley dengan dosis 20 mg/kg
tumor epitel ganas dapat menginvasi jaringan berat badan, diperoleh insiden tumor sebesar
2,12,13
sekitar dan cenderung bermetastasis. 74% dengan nilai multiplisitas turmor rata-rata
20
sebanyak 2 nodul per ekor.
2. Karsinogen DMBA Tumor payudara dapat terbentuk men-
DMBA atau 7,12-dimethylbenz(α)antrhacene capai 100% pada tikus virgin yang diberi DMBA
merupakan salah satu karsinogenik yang poten, secara oral. Waktu induksi yang terbaik ketika
tergolong ke dalam hidrokarbon aromatik poli- tikus berumur 30-55 hari, karena pada saat ini
siklik (PAH) dan memiliki struktur yang mirip terminal end buds pada kelenjar payudara
15
dengan estrogen. Struktur kimia senyawa sedang aktif berproliferasi. Kelenjar payudara
tersebut mempunyai tiga atau lebih cincin pada beberapa galur tikus susceptible terhadap
aromatik yang saling berikatan dan dua subtitusi karsinogen dalam menginduksi kanker, diantara-
gugus metil yang terletak pada atom C7 dan nya Spague dawley dan wistar, sehingga tikus
C12. Struktur cincin aromatik tersebut merupa- dapat dijadikan model yang baik untuk mem-
8,9
kan struktur yang khas dimiliki oleh PAH (lihat pelajari karsinogenesis.
Gambar 2).
3. Metabolisme DMBA membentuk karsi-
nogen yang poten
DMBA merupakan senyawa prokarsinogenik,
aktivitas karsinogenik senyawa ini terjadi melalui
biotransformasi menjadi senyawa yang lebih
poten untuk menghasilkan karsinogenesis.
DMBA dimetabolisme membentuk proximate
dan ultimate carcinogen melalui aktivasi enzim
sitokrom P450. Proximate carcinogen merupa-
kan metabolit antara yang akan mengalami
metabolisme lebih lanjut membentuk ultimate
carcinogen atau metabolit akhir yang paling
poten untuk membentuk DNA adduct. Hal ini
Gambar 2. Struktur 7,12-dimethylbenz(α)antrhacene
merupakan proses awal terjadinya tahapan
21,22
(DMBA) dengan 4 cincin aromatik dan dua substitusi inisiasi pada karsinogenesis.
metil yang terletak pada atom C7 dan C12.
16 Terdapat beberapa jalur metabolisme
senyawa karsinogen ini, diantaranya: (i) satu-
DMBA dapat menginduksi tumor pada elektron hasil oksidasi oleh sitokrom P450 dan
kulit mencit, kanker payudara dan nekrosis luas peroksidase akan membentuk kation radikal
pada kelenjar adrenal tikus. Peran DMBA pada PAH yang dapat bereaksi dengan DNA untuk
karsinogenesis payudara telah dibuktikan baik menghasilkan adduct baik stabil maupun yang
secara epidemiologi maupun laboratorium. Pem- tidak stabil/depurinisasi, (ii) pembentukan meta-
berian oral DMBA telah terbukti dapat memicu bolit bay region epoxy-dihydrodiol bersifat elek-
17,18 trolifik dapat berinteraksi dengan DNA, menye-
terjadinya kanker payudara pada tikus.
Keberhasilan terjadinya kanker payudara hasil babkan terjadi tumorigenesis, dan (iii) oksidasi
induksi karsinogen dapat dipengaruhi oleh metabolit trans-dihydrodiol oleh aldo-ketoreduk-
beberapa faktor, diantaranya dosis, frekwensi tase menghasilkan katekol, siklus redoks ini
induksi, umur pada awal induksi, keadaan akan menghasilkan spesies oksigen reaktif
reproduksi, hormon, diet dan lainnya. (ROS). Kelebihan produksi ROS terjadi selama
Hasil penelitian Meiyanto et al (2007), aktivasi metabolit DMBA, dapat menyebabkan
dengan dosis 20 mg/kg BB sebanyak 10 kali kerusakan oxidatif pada struktur dan fungsi
induksi insidensi tumor sampai minggu ke 14 DNA, protein dan lipid yang berkontribusi pada
23,24
mencapai 100%. Pada penelitian ini tumor transformasi neoplastik.

46 Vol. 5 No. 1 Januari 2016


Induksi DMBA dalam Karsinogenesis kelenjar Payudara Pratista Patologi
Puspita Eka Wuyung

Jalur metabolisme DMBA menjadi deoksiadenosin (dA) atau deoksiguanosin (dG)


senyawa intermediate reaktif melalui aktivasi pada DNA menjadi bentuk adduct yang stabil.
enzim sitokrom p-450, yaitu dengan terbentuk- Adenin(A) dan guanin(G) adalah dua basa DNA
nya epoksida dihidrodiol dan kation radikal. yang paling rentan terhadap serangan nukleofilik
28
Sebagian besar karsinogenik hidrokarbon, yang berasal dari karsinogen PAH. Interaksi ini
termasuk 7,12-DMBA dimetabolisme oleh Cyto- (DNA adduct) dapat menginduksi mutasi pada
chrome P-450 (enzim CYPs) dan microsomal gen-gen penting sehingga menyebabkan inisiasi
24
epoxide hydrolase (mEH) menjadi dua metabolit kanker. Sedangkan kation radikal akan
yaitu metabolit elektrofilik dan metabolit yang mengikat N7 atau C8 purin menjadi bentuk
mampu membentuk DNA adduct. Enzim CYPIAI adduct yang tidak stabil akibat depurinisasi, hal
dan CYPIBI ini diekspresikan baik dalam hati ini menjadikan sisi tersebut kehilangan purin
4
dan payudara, di mana kedua enzim ini dapat atau apurinik (AP).
diinduksi oleh DMBA. Induksi ekspresi gen yang
menghasilkan enzim CYP1A1 diperantarai oleh
reseptor spesifik yang terletak di sitosol, yaitu
reseptor hidrokarbon aril (AHR). Reseptor ini
merupakan bagian dari protein yang dapat
mengikat sitosolik dengan kontaminan ling-
kungan, seperti senyawa hidrokarbon aromatik
polisiklik (PAH) dan senyawa turunan halogen
25
lainnya.
AHR terletak di sitosol membentuk
kompleks protein, yang terdiri dari dua heat-
shock protein (Hsp-90) dan berinteraksi dengan
co-chaperone p23 dan protein immunophillin
22
seperti XAP2 atau AIP. Bila terjadi ikatan
antara AHR dengan ligan seperti B [a] P atau
hasil sampingan industri seperti 2,3,7,8-tetra-
Gambar 3. Reseptor hidrokarbon aril (AHR) berikatan
chlorodibenzo-p-dioxin (TCDD), maka kompleks
dengan ligannya dan mengaktifkan gen-gen penghasil
AHR berdisosiasi dengan protein XAP2, p23 dan enzim phase I dan II yang berperan dalam meta-
HSP90, selanjutnya bertranslokasi ke inti. Di inti bolisme.
25

AHR membentuk heterodimer dengan protein


lain, yaitu aryl hydrocarbon nuclear translocator
(ARNT). Heterodimer ini mengikat sekuen
regulator yaitu AhREs (Aryl hydrocarbon res-
ponse elements), XREs (Xenobiotic response
elements) atau DREs (Dioxin response ele-
ments), yang terletak di wilayah promotor gen
target AHR seperti CYP1A1 dan CYP1A2,
selanjutnya memicu ekspresi gen CYPA1 dan
25,26
CYPA2 (lihat Gambar 3).
Langkah awal yang penting dalam
karsinogenesis, DMBA adalah oksidasi ikatan
rangkap oleh sitokrom P450 menjadi DMBA-3,4 Gambar 4 . Skema metabolisme DMBA menjadi
27
oksida, selanjutnya diikuti dengan hidrolisis ultimate carcinogen yang poten.
epoksida oleh enzim mikrosomal epoksid
hidrolase (mEH) menjadi metabolit proximate Terbentuknya adduct pada basa nukleo-
carcinogen yaitu DMBA-3,4-diol. Metabolit ini tida DNA dapat menyebabkan mutasi, dapat
nantinya akan dioksidasi oleh CYP1A1 atau disebabkan karena kesalahan perbaikan DNA
CYP1B1 menjadi metabolit ultimate carcinogenic atau kesalahan ketika replikasi DNA pada lesi-
yaitu DMBA-3,4-diol-1,2 epoxide (Gambar 4).
4,27 lesi yang tidak dapat diperbaiki. Cincin lain yang
Epoksida dihidrodiol akan mengikat mengalami hidroksilasi dan hidroksilasi metil
gugus amino ekosiklik purin DNA secara akan menghasilkan senyawa metabolit tidak
kovalen dengan gugus amino eksosiklik aktif yang tidak dapat berikatan dengan DNA.

47 Vol. 5 No. 1 Januari 2016


Induksi DMBA dalam Karsinogenesis kelenjar Payudara Pratista Patologi
Puspita Eka Wuyung

4. Pembentukan kation radikal pada meta- DMBA pada tikus berkaitan dengan stres
bolisme DMBA oksidatif dan perubahan patologik pada organ
Pembentukan kation radikal PAH disebabkan hati. Aktivasi metabolik DMBA menjadi senyawa
karena penghapusan satu elektron akibat oksi- perantara yaitu 3,4-dihidrodiol dan detoksifikasi
dasi pada sistem elektron π dari molekul. pada tahap awal metabolisme terjadi di organ
Radikal kation yang elektrofilik dapat berinte- hati. Perubahan patologik yang terjadi berhu-
raksi dengan nukleofilik di makromolekul seluler. bungan dengan durasi dan dosis DMBA dengan
Kation radikal PAH juga dapat dihasilkan total dosis 20 mg. Mekanisme hepatotoksik
dengan cara elektrokimia ataupun enzimatik terjadi karena produksi radikal bebas yang
menggunakan enzim P450 (gambar 5). Metabo- ditandai dengan berkurangnya enzim glutation
lisme karsinogen akan menghasilkan dua- intraseluler, selain itu terdapat peningkatan
elektron hasil oksidasi hidrokarbon polisiklik kerusakan peroksidase pada semua dosis
30
yang berasal dari katalisasi oleh enzim mono- perlakuan yang diinduksi DMBA. Selain itu
oxygenase yang menggabungkan oksigen peningkatan stres oksidatif akibat induksi DMBA
dalam pembentukan proximate carcinogen, berhubungan dengan penurunan aktivitas
merupakan prekursor elektrofilik ultimate. Selain spesifik MnSOD terutama pada jaringan tumor
itu mekanisme lain tanpa proses metabolisme payudara dibandingkan pada darah. Penurunan
intervensi transfer oksigen, dengan melibatkan aktivitas spesifik MnSOD ini berhubungan pula
bioaktivasi oleh satu-elektron hasil oksidasi dengan derajat histopatologik, kadar asam
hidrokarbon polisiklik membentuk kation radikal, sialat, MDA, senyawa karbonil dan aktivitas
31
sebagai bentuk elektrofilik dan ultimate carci- katalase.
24,29
nogen.
Pertama kali kation radikal diusulkan 5. Perubahan genetik pada induksi DMBA
oleh Wilk et al. sebagai bentuk aktif BP, DMBA, Sekitar 5% kejadian kanker payudara manusia
dan 3-MC. Oksidasi BP, DMBA, dan 3-MC berkaitan dengan faktor pewarisan gen, sedang-
menghasilkan satu-elektron yang akan mem- kan sisanya dianggap sporadik. Berdasarkan
bentuk dimer atau tetramer hidrokarbon dengan penelitian epidemiologik maupun laboratorik
kation radikal sebagai produk antaranya. Satu- kejadian kanker payudara dapat dikaitkan
elektron yang terbentuk hasil dari oksidasi dengan diet dan pengaruh lingkungan lainnya,
merupakan mekanisme utama karsinogenesis termasuk paparan karsinogen. Walaupun efek
hidrokarbon, contohnya pada karsinogenesis di paparan karsinogen dalam memicu terjadinya
kelenjar payudara, situs apurinik DNA terbentuk gangguan terhadap kontrol pertumbuhan sampai
dari kedua aryl dan aralkyl-DNA adducts. Pem- saat ini masih diteliti. Analisis sitogenetika
bentukan kation radikal elektrofilik pada aktivasi maupun molekuler dari kanker payudara me-
metabolisme DMBA melibatkan transfer satu nunjukkan pada perkembangan tumor melibat-
elektron untuk memberikan produk yang kan berbagai akumulasi perubahan genetik,
29
mengandung atom oksigen tambahan. diantaranya amplifikasi onkogen, mutasi atau
kehilangan gen tumor supresor
DMBA merupakan agen mutagenik,
kemampuan metabolit DMBA sebagai ultimate
carcinogen dapat membentuk DNA adduct,
salah satunya menyebabkan mutasi somatik
pada onkogen H Ras-1 yang terletak pada
kodon 12, 13 dan 61. Mutasi ini mengakibatkan
basa G atau A digantikan oleh nukleotida yang
lain. Transisi basa A menjadi T mengakibatkan
mutasi pada kodon-61 onkogen H-ras pada
tumor kelenjar payudara tikus. Mutasi ini dapat
menyebabkan kanker payudara dan kulit, serta
Gambar 5. Pembentukan radikal kation PHA dengan dapat menjadi salah satu faktor dalam patogen-
cara elektrokimia ataupun enzimatik menggunakan 21,32
24
esis DMBA untuk menginduksi tumor.
enzim P450. Kejadian papiloma kulit akibat induksi
DMBA dan TPA pada mencit yang tidak memiliki
Penelitian lain yang dilakukan -/-
gen H-ras (H-ras ) berkurang, karena pada
Shumkovska et al memperlihatkan induksi

48 Vol. 5 No. 1 Januari 2016


Induksi DMBA dalam Karsinogenesis kelenjar Payudara Pratista Patologi
Puspita Eka Wuyung

mencit ini tumor tetap dapat berkembang 6. Gambaran histologi payudara hasil
dengan mengaktifkan mutasi pada lain, yaitu induksi DMBA
gen K-ras pada proses karsinogenesis. Hasil ini DMBA dapat digunakan sebagai model untuk
menunjukkan bahwa aktivasi gen H-ras ber- kanker payudara pada tikus, karena model
tanggung jawab untuk inisiasi tumor pada tikus karsinogenesis ini mirip dengan kelainan
wild type, namun aktivasi gen H-ras bukanlah payudara pada manusia. Beberapa alasan yang
prasyarat mutlak untuk tumorigenesis akibat mendukung penggunaan tikus untuk model
induksi DMBA/TPA, karena aktivasi gen K-ras karsinogenesis ini, diantaranya: kelenjar payu-
dapat menggantikan fungsi gen H-ras pada dara tikus menunjukkan kerentanan yang tinggi
karsinogenesis mencit defisiensi H-ras (Tabel untuk mengembangkan neoplasma, sebagian
33
1). besar neoplasma yang terbentuk menyerupai
Perubahan regulasi pada tumor payu- penyakit pada manusia, khususnya adeno-
dara akibat induksi DMBA, diantaranya pening- karsinoma payudara. Inisiasi karsinogenesis
katan ekspresi AhR, c-myc, cyclin D1, dan hiper- terjadi terutama pada duktal-lobular terminal
fosforilasi protein retinoblastoma (Rb). Aktivitas unit. Selain itu kedua lesi molekuler yang
DMBA sebagai agen genotoksik dan mutagenik dihasilkan mirip.
diperlihatkan dengan meningkatnya regulasi Hormone-dependent adenocarcinoma
AhR dalam menginduksi CYP1B1, yang ber- merupakan tipe tumor payudara umumnya, yang
peran dalam metabolisme dan aktivasi DMBA terbentuk hasil dari induksi karsinogen kimia
9
menjadi ultimate carcinogen (DMBA-3,4-diol-1,2- seperti DMBA dan N-methyl-N-nitrosourea.
epoxide). Peningkatan regulasi AhR dapat me- Klasifikasi histopatologi diperlukan untuk menen-
ningkatkan ekpresi NF-κB oleh induksi stres tukan tipe tumor yang berdampak pada intepre-
oksidatif. Selain itu DMBA dapat meningkatkan tasi data eksperimen. Beberapa klasifikasi
prolyl isomerase (Pin1), berfungsi sebagai signal histopatologi yang digunakan diantaranya
integrator dalam regulasi β-catenin, c-myc, Registry of Industrial Toxicology Animal-Data/
cyclin D1 dan NF-κB. NF-κB dapat menghambat RITA classification (IARC publications 133),
jalur apoptosis pada beberapa kanker. Dari meliputi adenokarsinoma, adenokarsinoma yang
beberapa hasil penelitian memperlihatkan karsi- berasal dari fibroadenoma, hiperplasia, fibro-
nogen lingkungan seperti DMBA dalam waktu adenoma, tumor campuran jinak dan tumor
10,34
lama dapat menyebabkan perubahan pada jalur campuran ganas. Dias et al menggunakan
pertumbuhan dan apoptosis yang menjadi dasar klasifikasi Scarff-Bloom-Richardson untuk meng-
18
tumorigenesis kelenjar payudara. intepretasi tumor yang terbentuk hasil induksi
DMBA. Selain itu Russo et al mengklasifikasikan
Table 1. Mutasi gen Ras pada kanker kulit hasil berdasarkan asal jaringan dan sifat biologik
33 9
induksi DMBA. tumor.
Mutant Total
Genotype Histology gene and Mutationa
Amino acid
number Jumlah tumor per hewan percobaan,
substitution
codon tested
Wild-type Papilloma H-ras 61 CAACTA Gln-Leu 16
masa laten dan tipe tumor dipengaruhi oleh
Papilloma H-ras 61 CAACGA Gln-Arg 1 usia, riwayat reproduksi, lingkungan hormon dari
Carcinoma H-ras 61 CAACTA Gln-Leu 1
Total 18 tikus pada saat paparan karsinogen maupun diet
H-ras(+/-) Papilloma
Papilloma
H-ras 61
H-ras 61
CAACTA
CAATTA
Gln-Leu
Gln-Leu
18
1
dan dosis karsinogen yang diberikan. Kejadian
Papilloma H-ras 61 CAACAT Gln-His 1 tumor jinak dan ganas yang terbentuk, 24
Papilloma H-ras 13 GGCCGC Gly-Arg 1
Papilloma H-ras 61 CAACAT Gln-His 1 minggu setelah induksi DMBA pada tikus Wistar
Papilloma
Carcinoma
H-ras 13
H-ras 61
GGCGCG
CAACAT
Gly-Ala
Gln-His
1
1
sebanyak 60% dengan ukuran berkisar antara 2
Total 24 sampai 55 mm. Pada penelitian ini gambaran
H-ras(-/-) Papilloma no muta-
tionb 8 histopatologi tumor mengacu pada kriteria WHO
Papilloma
Papilloma
K-ras 13
K-ras 61
GGCCGC
CAACTA
Gly-Arg
Gln-Leu
7
2
(World Health Organization), sedangkan sistem
Papilloma K-ras 12 GGTGTT Gly-Val 2 grading mengacu pada klasifikasi Scarff-Bloom-
Papilloma K-ras 13 GGCGCG Gly-Ala 1
Papilloma K-ras 12 GGTTGT Gly-Cys 1 Richardson. Tumor jinak yang dihasilkan
Total
Carcinoma K-ras 13 GGCCGC Gly-Arg 1
22
sebanyak 35, sedangkan ganas 56, dengan
a. The indicated sequences correspond to the codons. Bold letters are berbagai gambaran histologi, seperti duktal
nucleotides involved in the mutation
b. No mutations were detected in codon 12, 13 or 61 of K-ras or N-ras genes karsinoma invasif, ductal carcinoma in situ
(DCIS), hiperplasia glandular, hiperplasia atipik,
fibroadenoma, dan papiloma intraduktal (lihat
Tabel 2). Nodul jinak atau ganas pada tumor

49 Vol. 5 No. 1 Januari 2016


Induksi DMBA dalam Karsinogenesis kelenjar Payudara Pratista Patologi
Puspita Eka Wuyung

payudara ini dapat dijumpai pada individu yang fication in vivo. Free Radic Biol Med. 1995:
10
sama maupun berbeda. 19; 373-80.
6. Budàn F, Varjas T, Nowrasteh G, Prantner
Tabel 2. Klasifikasi histology tumor payudara jinak I, Varga Z, Ember A, et al. Early Modification
10
dan ganas pada tikus. of c-myc, Ha-ras and p53 expressions by
N %
Malignant mammary tumors
chemical carcinogens (DMBA, MNU). In
Invasive ductal carcinoma 51 91,07 vivo. 2009; 23: 591-8
DCIS 3 3,57 7. Costa I, Solanas M, Escrich E. Histo-
Tipe histology lain 2 5,36
Benign disorders of the mammary glands
pathologic Characterization of Mammary
Glandular hyperplasia 24 68,57 Neoplastic Lesions Induced With 7,12
Atypical hyperplasia 7 20,00 Dimethylbenz(a)anthracene in the Rat A
Fibroadenoma 3 8,57
Intraductal papiloma 1 2,86
Comparative Analysis With Human Breast
Tumors. Arch Pathol Lab Med. 2002; 126:
Walaupun adenokarsinoma payudara 915-27.
tikus hasil induksi karsinogen kimia dan 8. Russo IH, Russo J. Developmental stage of
adenokarsinoma manusia memiliki beberapa the rat mammary gland as determinant of its
persamaan morfologi, namun terdapat beberapa susceptibility to 7,12-dimethylbenz[a]anthra-
perbedaan struktur dan prilaku agresifitas tumor. cene. J Natl Cancer Inst. 1978; 61(6):1439-
Seperti beberapa laporan menunjukkan karsino- 49. (abstract)
ma payudara paling sering berkembang pada 9. Russo J and Russo IH. Atlas and histologic
tikus memperlihatkan gambaran cribriform atau classification of tumors of the rat mammary
papillar, menunjukkan pola pertumbuhan yang gland. J Mammary Gland Biol and Neo-
non-invasif atau mikroinvasif atau rendahnya plasia, 2000; 5(2): 187-200.
insiden metastasis. Sedangkan pada manusia 10. Dias M, Sousa CE, Franca B, Patricio J,
memperlihatkan gambaran morfologi karsinoma Oliveira C. Benign and malignant mammary
duktal invasif dengan pola pertumbuhan infiltratif tumors induced by DMBA in female Wistar
dan metastasis. Selain itu ada lesi spesifik pada rat. Eur J Gynaec Oncol. 1999; 20(4); 285-8.
manusia, seperti penyakit Paget, karsinoma 11. Beckmann MW, Niederacher D, Schnürch
meduler, dan karsinoma lobular tidak dijumpai HG, Gusterson BA, Bender HG. Multistep
pada tikus.
18 carcinogenesis of breast cancer and tumour
heterogeneity. J Mol Med. 1997; 75: 429-39.
DAFTAR PUSTAKA 12. Cotran RS. Neoplasma. In: Cotran RS,
1. Agnantis NJ, Fatouros M, Arampatzis I, Kumar V, Robbins SL (editors). Robbins.
th
Briasoulis E, Ignatiadou EV, Paraskevaidis Pathology Basic. 8 ed. Philadelphia: WB
E, et al. Carcinogenesis of Breast Cancer: Saunders Company; 2010.p.133-74.
Advances and Applications. Gastric Breast 13. Tjarta A. Neoplasia Dalam: Pringgoutomo S,
Cancer. 2004; 3(1):13-22 Himawan S, Tjarta A (editor). Patologi I
2. Kenemans P, Verstraeten RA, Verheijen (Umum) 1 ed. Jakarta: Sagung Seto;
RHM. Oncogenic pathways in hereditary 2002.p.171-234.
and sporadic breast cancer. Maturitas. 14. Davis DL, Bradlow HL, Wolff M, Woodruff
2004;49:34-43. T, Hoel DG and Anton-Culver H. Medical
3. DiGiovanni J and Juchau MR. Biotransfor- Hypothesis: Xenoestrogens As Preventable
mation and bioactivation of 7,12 dimethyl- Causes of Breast Cancer. Environ Health
benz[a]anthracene (7,12 DMBA). Drug Perspect.1993;101(5): 372-77.
Metab Rev. 1990; 11: 61-101. (abstract) 15. Lenoir V, Canonico MBY, Perrin MH, Martin
4. Melendez-Colon VJ, Luch A, Seidel A and A, Scholler R, et al. Preventive and curative
Baird WM. Formation of Stable DNA effect of melatonin on mammary carcinogen-
Adducts and Apurinic Sites upon Metabolic esis induced by dimethylbenz[a]anthracene
Activation of Bay and Fjord Region in the female Sprague-Dawley rat. Breast
Polycyclic Aromatic Hydrocarbons in Human Cancer Res. 2005; 7: R470-6.
Cell Cultures. Chem Res Toxicol. 16. Sigma-Aldrich. 2007. 7,12-Dimethylbenz[α]
2000;13:10-7. anthracene.http://www.sigmaaldrich.com,
5. Frenkel K, Wei L, Wei H. 7,12-dimethylbenz accessed on Jan 7, 2012.
[a]anthracene induces oxidative DNA modi-

50 Vol. 5 No. 1 Januari 2016


Induksi DMBA dalam Karsinogenesis kelenjar Payudara Pratista Patologi
Puspita Eka Wuyung

17. Barros ACSD, Muranaka ENK, Mori LJ, wider roles in cancer progression and Pre-
Pelizon CHT, Iriya K, Giocondo G, et al. vention. BMC Cancer. 2009; 9(187): 1-17.
Induction of experimental mammary carcino- 26. Puga A, Ma C, Marlowe JL. The aryl hydro-
gen in rat with 7,12 dimethybenz(a)anthra- carbon receptor cross-talks with multiple
cene. Rev Hosp Clin Fac Med S Paulo. signal transduction pathways. Biochem
2004;59(5):257-61. Pharmacol. 2009; 77(4): 713-22.
18. Currier N, Solomon SE, Demicco EG, 27. Gao J, Lauer FT, Mitchell LA, Burchiel SW.
Chang DLF, Farago M, Ying H, et al. Microsomal Expoxide Hydrolase Is Required
Oncogenic signaling pathways activated in for 7,12-Dimethylbenz[a]anthracene
DMBA-induced mouse mammary tumors. (DMBA)-Induced Immunotoxicity in Mice.
Toxicol Pathol. 2005; 33:726-37, Toxicol Sci. 2007; 98(1): 137-44.
19. Meiyanto E, Tasminatun S, Susilowati S, 28. Bigger CAH, Strandberg J, Yagi H, Jerina
Murwanti R dan Sugiyanto. Efek kemo- DM, Dipple A. Mutagenic specificity of a
preventif ekstrak etanolik Gynura pro- potent carcinogen, benzo[c]phenanthrene
cumbens (Lour), Merr pada karsinogenesis (4R,3S)-dihydrodiol (2S,1R)-epoxide, which
kanker payudara tikus. Majalah Farmasi reacts with adenine and guanine in DNA.
Indonesia,2007; 18(3): 154-61. Proc Natl Acad Sci. 1989; 86: 2291-5.
20. Wibowo AE, Sriningsih, Wuyung PE, 29. Lehner AF, HornJ, FlesherJW. Formation of
Ranasasmita R. The influence of DMBA radical cations in a model for the metabolism
(7,12-dimethyl-benz-[a]anthracene) regimen of aromatic hydrocarbons. BBRC. 2004;
in the development of mammae carcinogén- 322: 1018-23.
esis on Sprague dawley female rat. The 30. Shumkovska JD, Veenman L, Ristoski T,
International Seminar Chemoprevention for Leschiner S, Gavish M. Stress and patholo-
Health Promotion and Beauty Yogyakarta, gical signs in rat liver after DMBA exposure
October 9, 2010. decreases in binding capacity of the
21. Dandekar S, Sukumar S, Zaeld H, Yuong mitochondrial 18 kDa translocator protein
LJT, Cardiff RD. Spesific Activation of The accompany oxidative. Toxicol Pathol. 2010;
Cellular Harvey-ras Oncogen in Dimethil- 38: 957-68.
benzantracene-Induced Mouse Mammary 31. Wanandi SI. Aktivitas spesifik enzim
Tumors, MCB, 1986; l 6(11): 4104-8. manganase superoxide dismutase (MnSOD)
22. Miyata M, Kudo G, Lee YH, Yang TJ, pada karsinogenesis payudara tikus yang
Gelboin HV, Fernandez-Salguero P, et al. diinduksi DMBA (7,12-dimethylbenz(a)
Targeted disruption of the microsomal anthracene). 2010 (in press).
epoxide hydrolase gene. Microsomal 32. Hochwalt AE, Solomon JJ, Garte SJ. Me-
epoxide hydrolase is required for the chanism of H-ras oncogene activation in
carcinogenic activity of 7,12-dimethylbenz mouse squamous carcinoma induced by an
[a]anthracene. J Biol Chem. 1999; 274(34): alkylating agent. Cancer Res. 1988; 48: 556-
23963-8. 8.
23. Kumar MNV R, Vadhanam MV, Horn 33. Ise K, Nakamura K, Nakao K, Shimizu S,
J,Flesher J W and Ramesh C. Formation of Harada H, Ichise T, et al. Targeted deletion
Benzylic-DNA Adducts Resulting from 7,12- of the H-ras gene decreases tumor
Dimethylbenz[a]anthracene in Vivo. Chem. formation in mouse skin carcinogenesis.
Res. Toxicol. 2005 ;18: 686-91. Onco-gene. 2000; 19: 2951-6.
24. Xue W, Warshawsky D. Metabolic activation 34. Marxfeld H. Gene expression profiling of
of polycyclic and heterocyclic aromatic spontaneous and induced mammary
hydrocarbons and DNA damage: A review. tumours of the rat. Thesis, in the Field of
Toxicol Appl Pharmacol. 2005; 206: 73-93. Pathology at the University of Veterinary
25. Androutsopoulos VP, Tsatsakis AM and Medicine Hannover. 2005.
Spandidos DA. Cytochrome P450 CYP1A1:

51 Vol. 5 No. 1 Januari 2016

Anda mungkin juga menyukai