Anda di halaman 1dari 21

KELOMPOK 1

PROMOSI KESEHATAN
KANKER
1. ALFHY
2. HAMUDI
3. IDA AYU SANTI
4. RIA ANDJARWATI

CHEMOPREVENTIO
N
 Judul : Kemoprevensi: Strategi Pencegahan Kanker Primer

 Pernulis : Judith J. Smith, Patricia Tully, Rose Mary Padberg

 Journal : Seminars in Oncology Nursing, 21(4), 243–251.


https://doi.org/10.1016/j.soncn.2005.06.009
PENDAHULUAN

 Strategi pencegahan kanker primer secra umum


meliputi pelaksanaan program promosi
keseahatan/program pendidikan pencegahan
resiko dengan tujuan programnya penghentian
merokok, perlindungan kulit, pengendalian berat
badan, aktivitas fisik dan masalah diet.
 Chemoprevention: secara umum kemoprevensi
adalah penggunakan agen farmakologis untuk
mencegah terjadinya penyakit. Kemoprevensi
kanker didefinisikan sebagai penggunaan senyawa
alami atau sintetis untuk mencegah, menekan atau
membalikan perkembangan invasif dari
karsinoma
 Tujuan utama kemoprevensi fase 1 adalah untuk menetapkan dosis teraman dengan toksisitas
minimal atau tidak ada toksisitas. Mencakup obat kokinetik untuk mengevaluasi interaksi obat,
FASE UJI COBA distribusi jaringan dan metabolisme.
CHEMOPREVENTIO Fase IIa dan IIb dilakukan untuk menetapkan aktivitas biologis agen. Fase IIa mengevaluasi
penilaian intermediate endpoint yang berfungsi sebagai pengganti insiden kanker. fase IIb sebagai
N studi yang lebih definitif yang digunakan untuk mengkonfirmasi dalam uji coba fase sebelumnya
 Fase III implementasi uji coba kepada manusia/responden
STUDY POPULATIONS

 Studi kemoprevensi adalah individu yang tampak sehat, tetapi


yang mungkin sehat yang memiliki risiko terkena kanker karena
paparan karsinogenik atau kerentanan genetik. Termasuk individu
yang memiliki perilaku gaya hidup berisiko tinggi, kondisi
premalignant (oral leukoplakia, bornchial dysplasia) atau
sebelumnya terlah dirawat dan sembuh dari penyakit malignancy
dan berapa pada peningkatan risiko untuk berkembangnya
kekambuhan atau tumor primer kedua/second primary tumor
CHEMOPREVENTIVE AGENTS
Secara umum calon agen dikalsifikasikan ke dalam dua
katergori besar blocking carcinogens dan suppressing
agent/agen penekan.
 Blocking agen adalah senyawa yang menghambat fase
awal karsinogenesis melalui mekanisme yang mengubah
metabolisme obat enzim, menjebak senyawa penghasil
kanker yang bertindak dengan aktivator karsinogen dan
radikal oksigen bebas serta mengubah fungsi
peningkatan dalam perbaikan DNA.
 Suppressing agen menghambat evolusi pre neo plastic
sell ke invasive carcinoma pada tahapan lanjut dari
karsinogenesis
ENDPOINTS

 Identification of appropriate study endpoints is a


 Such endpoints are clinical, histologic, biochemical,
major focus in chemoprevention research. Cancer
incidence is considered to be the gold-standard and molecular biomarkers that measure normal
definitive chemoprevention endpoint and is evaluated biological processes, subtle changes in
in large, randomized, phase III studies. carcinogenesis, or pharmacologic responses to a
chemoprevention agent
CHEMOPREVENTION CLINICAL
TRIALS : BREAST
uji coba fase 3 placebo controled
 Breast Cancer Prevention Trial (BCPT). :
untuk menilai efek tamoxifen pada wanita dengan risiko tinggi terkena
kanker payudara. Studi randomized 13.3888 wanita pre dan post
menopause dengan risiko tinggi kanker payudara menerima tamoxifen
20mg dan selective esterogen receptor modular (SERM) atau placebo.
Temuan menunjukan 49% lebih sedikit terdiagnosis kanker payudara
invasif dg menggunakan tamoxifen dibandingan kelompok placebo.
Namun tamoxifen berpotensi memiliki efek samping yang mengancam
jiwa seperti kanker endomatrium, emboli paru dan trombosis vena dalam.
FDA menyetuji taxoxiden 1998 untuk pengurangan risko kanker
payudara.
 Study of Tamoxifen and Raloxifene. :menilai
apakah raloxifene memiliki resiko
manfaat serta mengurangi efek samping dibandingkan dengan tamoxifen.
Hasil studi diharapkan pada awal pertengahan 2006
CHEMOPREVENTION CLINICAL
TRIALS :PROSTATE
 prostate cancer prevention trial: penelitian fase 3 dirancang untuk
mengevaluasi efektivitas finasteride 5mg/hari untuk pencegahan kanker
prostat pada pria. Finasteride adalah agen digunakan untuk mengobati pasien
dengan BPH dengan mengurangi kadar dihidrosterteron hormon pada pria
yang mempengaruhi pertumbuhan prostat. 1994-1997, 18.882 responden
ddengan palcebo dan finasteride. 2003 percobaan dihentikan karena termuan
yang jelas bahwa finasteriade berhasil mengurnagi insiden kanker prostate
 Selenium and vitamin E cancer prevenion trial (SELECT): fase III dilakukan
untuk mengetahui jika selenium dan vitamin E dapat mengurangi risiko
perkembangan kanker prostat. 35.534 pserta di tahun 2001 hingga 2004.
Mengevaluasi suplemen harian selenian 20ug, vitamin e 400mg, kombinasi
dari kedua agen atau placebo. Laki laki afrika-amerika usia 50 tahun keatas.
Studi oleh NPC: nutrisional prevention of cancer trial peserta yang menerima
suplemen selenium hariun untuk pencegahan kanker kulit memiliki penurunan
risiko kanker prostate sebesar 63%. Dan ATBC alpha tocopherol beta carotene
cancer prevention melaporkan peserta yang menerima suplemen harian Vit E
mengalami penurunan 36% dalam kejadian kanker prostate
CHEMOPREVENTION CLINICAL
TRIALS : LUNG
 ATBC dilakukan oleh National Cancer Institur dan The national publec health
institue finlandia 1985 sampai 1993. 29.133 perokok pria. Tujuan untuk mengevaluasi
suplemen B carotene 20mg/hari (perkusor vit A) dan a tocopherol 50mg.hari (ventuk
dari vit E) bila dikonsumsi sendniri atau dalam kombinasi atau plasebo setiap hari
selama 5-8 tahun oleh individu risiko tinggi untuk kanker paru-paru. Hasil menunjukan
dosis tinggi b carotene tidak berkhasiat dna justru dapat berbahya bagi perokok. Vit E
tidak berpengaruh pada kejadian kanker paru-paru. Vit e menunjukan 32% lebih
sedikit kasus kanker prostat dan 41% lebih sedikit kematian akibat kanker prostat.
 Carotene and retinol efeeficacy trial (CARET) 1996 menemukan bahwa bahaya b
carotene dan perokok aktif dalam studi ATBC. Dalma percobaan 18.314 peserta
perokok pria dan wanita, mantan perokok dan pekerja yang terpapar asbes. Dialkukan
pemberiakn b carotens 30mg dan retinyl palmitate 25000 IU (vit A) di bandingkan
dengan placebo. Hasil menunjukan 28% terjadi peningkatan insiden kanker paru dan
17% lebih tinggi tingkat kematian dengan suplemen b carotene. Percobaan dari ATBC
dan Caret dpaat diketahui b karoten memeliki efek co carcinogenic yang beraktivasi
bioactivatesi prakarsinogen dengan sap tembakau yang menempatkan pada
peningkatan risiko kanker paru-paru serta informasi tersebut dapat mencegah
penelitian b caroten dalam studi fase 3 selanjutnya
CHEMOPREVENTION CLINICAL
TRIALS : HEAD AND NECK
 isotretinion. Studi acak/randomized, double blind, placebo
sebanayk 103 individu yang telah bebas penyakit setelah
pengobatan kanker kepala dan leher pada tahun 1983-1990.
Tujuanya untuk mengevaluasi isotretinoin 50 to 100mg.hari
dan placebo selama 12 bulan, dengan mengidentifikasi
kekambuhan atau perkembangan secondary tumor. Hasil
menunjukan tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok
namun kelompok dengan pemebrian isotretinion memiliki lebih
sedikit sendary primary tumor 4% dibandingkan kelompok
placebo 24%. Meskipun hasilnya pemebrian isotretinion dapat
mencegah secondary primer tumor faktanya 33% kelompok
isotretinoin tidak dapat meneylesaikan terapi karena toksisitas
CHEMOPREVENTION CLINICAL
TRIALS : SKIN
 Nutritional prevention of Cancer (NPC). 1983 dan 1991
randomized, double bline place dengan selenium 200ug per
hari. Tujun menguji hipotesis bahwa suplementasi selesium
bisa mengurangi risiko kanker kulit nonmelanoma yang
berulang (basal cell and squamous cell carsinoma) 1.312
peserta do US pada th 1997 hasil menunjukan suplementasi
selenium tidak signifikan mempengaruhi kejadian kanker kulit
nonmelanomatous. Hasil laporan pada tahun 2002 selenium
menunjukan hasil tidak signifikan terhadp kanker paru-paru,
tidak signifikan menurunkan kanker kolorektal, pada tahun
2005 dilaporkan kanker mortaility yang berulang 41%, total
insiden kanker berkurang 25 % dan insiden kanker prostate
berkuang 52% masih menunjukan signidikan dalam kelompok
selenium
CHEMOPREVENTION CLINICAL
TRIALS : SKIN
 celecoxib.familial adenomatous polyposis (FAP). Studi acak/randomized, double blind, placebo
dengan kemoprevensi mengevaluasi efek celecoxib (celebrex, pfizer, inc, new york, ny), obat
antiinflamasi nonsteorid (NSAID) COX 2 inhibitor pada adenomatous colorectal polyps pada
individu dengan familial adematous polyposis (FAP) pada tahun 1996 dan 1998 sebanyak 77
peserta dg diagnosis FAP menerima celecoxib 100mg 2x ssehari, 400mg sx sehari, dan placebo
selama 6 bulan. Hasil menunjukan individu dengan celecoxib 400 mg 2x sehari memiliki efek
signifikan perkembangan ademoma kolorektor dengan penurunan 28% rata-rata polip
kolorektal dan 30.7% pengurban bebab polip (ukuran diameter polip). Hasil untuk celecoxib
100mg 2xsehari dan plasebo tidak menunjukan signifikansi pengurangan jumlah polip atau
polyp burden. Juni 2000 FDA setuju untuk celecoxib sebagai obat tambahan untuk individu
dengan FAP.
 adenoma prevention with celecoxib (APC) sebagai pencegahan ademoma dengan menentukan
kemanjutan dilakuakn penelitian 2000 pria dan wanita usia 30 lebih diberikan 200 mg atau 400
mg celecoxib 2x sehari atau placebo selama 3 tahun. Tahun 2000 dan 2002 seharusnya selesai
2005 namun dihenditkan oleh independen data and safety monitoring board karena
menunjukan sekitar 2,5 kali lipat terjadi insiden peningkatan risiko kardiovaskuler fatal dan non
falat. Selanjutnya FDA meminta produsen celecoxib untuk merivisi perlabelasn dengan
menyertkan kotak peringatan peningkatan risiko kejadian kardiovaskuler.
NURSING IMPLICATIONS

 Cancer chemoprevention is a dynamic and complex  At the earliest protocol development phase nurses make
division of oncology. Developing science and valuable contributions to the development of essential
technology advance new chemopreventive agents into protocol components related to the feasibility and
appropriateness of recruitment and retention plans, data
clinical trials, where nurses play an integral role
monitoring plans, informed consent documents,
within the research team. Nurse involvement at all
comprehensive case report forms, and plans for
phases of protocol development and implementation communication among the team members
has been shown to be effective for the successful
 During the conduct of a trial, nurse study coordinators are
completion of a study.
responsible for the education of potential study participants,
recruitment and retention, informed consent, protocol
adherence, agent accountability, toxicity management, data
management, quality assurance, and
CHEMOPREVENTION 249 data analysis.
CONCLUSION

 A great deal of work is ahead before cancer chemoprevention may find its way into mainstream medicine as standard
care for the general population. An enhanced interdisciplinary and collaborative effort among academic institutions,
federal agencies, industry, scientists, principal investigators, nurses, and other health care professionals is needed to drive
the field of cancer chemoprevention forward and help to secure a cancer-free future
EFFECTS OF NURSING INTERVENTIONS PLANNED WITH THE HEALTH PROMOTION MODELS
ON THE BREAST AND CERVICAL CANCER EARLY DETECTION BEHAVIORS OF THE WOMEN

 Penulis : Fatma Ersin, PhD, Zuhal Bahar, PhD


 Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk memastikan perilaku wanita diatas 40
tahun melakukan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
 Metode : Sampel penelitian terdiri dari 100 wanita, 50 di antaranya merupakan
kelompok eksperimen dan 50 diantaranya merupakan kelompok kontrol. Desain
penelitian menggunakan quasi-eksperimental. Menggunakan Form Informasi terkait
Sosial-Demografi, Previous Behaviors, Health Belief Model Scale, Self-Efficacy
Scale and the Healthy Lifestyle Behaviors Scale II-Health Responsibility Subscale.
Intervensi : SBE, CBE and mammography
 Jurnal : International Journal of Caring Sciences, January– April 2017
Volume 10, Issue 1, Page 421
PENDAHULUAN
 Kanker payudara dan kanker serviks merupakan masalah penting dalam kesehatan masyarakat dan kemungkinan
bertahan hidup meningkat ketika didiagnosis dini. Metode yang paling efektif melindungi/mempromosikan
kesehatan dan mengurang imorbiditas dan mortalitas akibat kanker payudara dan kanker serviks adalah melakukan
diagnosis dini. Namun, studi tentang perilaku diagnosis dini kanker payudara dan kanker serviks pada wanita telah
menunjukkan bahwa perilaku diagnosis sejak dini tidak cukup.
 Studi mengungkapkan bahw perilaku kesadaran untuk melakukan diagnosis dini kanker payudara dan serviks
harus dibangkitkan dan intervensi keperawatan yang didukung oleh model keperawatan harus terstruktur dan
diimplementasikan agar perilaku ini menjadi teratur

KERANGKA TEORI
 Model Keyakinan Kesehatan (HBM) : membangun kerangka konseptual perilaku kesehatan dan
meningkatkan perilaku diagnosis kanker payudara dan kanker serviks sejak dini
 Model Promosi Kesehatan (HPM) : memberikan petunjuk dalam praktik untuk mempromosikan
kesehatan, dipercaya bahwa perilaku sebelumnya dan tanggung jawab kesehatan berpengaruh dalam
perilaku individu.
HASIL

 Domain Persepsi Wanita tentang Diagnosis Dini Kanker Payudara dan Kanker Serviks

Persepsi tentang persepsi motivasi kesehatan, manfaat diagnosis, dan efikasi diri pada kelompok
eksperimen secara statistik lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol
 Domain Perilaku Wanita tentang Diagnosis Dini Kanker Payudara dan Kanker Serviks

Dalam penelitian ini, tingkat perilaku wanita dikelompok eksperimen setelah intervensi adalah 84%
sementara dalam kelompok kontrol adalah 12%.
 Domain Tanggung Jawab Kesehatan Wanita

Ketika kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibandingkan, terjadi peningkatan perilaku gaya
hidup sehat pada skala perilaku kesehatan sub-dimensi tanggung jawab kesehatan dalam kelompok
eksperimen pasca intervensi dan perbedaan di antara kedua kelompok telah ditemukan bermakna.
KESIMPULAN

Perubahan positif yang terjadi pada persepsi, perilaku, serta tanggung jawab
pada wanita dalam melakukan deteksi dini kanker payudara dan serviks
menunjukkan efisiensi intervensi keperawatan berdasarkan Health Believe
Model dan Health Promotion Model. Menerapkan intervensi ini secara
general penting dilakukan untuk menjaga kinambungan perubahan positif
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

 Smith, J. J., Tully, P., & Padberg, R. M. (2005). Chemoprevention: A primary cancer
prevention strategy. Seminars in Oncology Nursing, 21(4), 243–251. https://
doi.org/10.1016/j.soncn.2005.06.009
 Ersin, F., & Bahar, Z. (2017). Effects of nursing interventions planned with the health
promotion models on the breast and cervical cancer early detection behaviors of the
women. International Journal of Caring Sciences, 10(1), 421

Anda mungkin juga menyukai