Anda di halaman 1dari 2

Nama Anggota Kelompok :

Elza Widyaningrum (1041911051)


Shinta Anugrah Jaya (1042211163)
Ulya Rizqiyana (1042211175)

Farmakogenetik
Pengobatan Kanker Payudara
Farmakogenetik adalah studi tentang variabilitas respons obat yang dikaitkan
dengan faktor keturunan pada populasi yang berbeda. Farmakogenetik adalah system penilaian
pengenalan pola berdasarkan variasi genetik dan untuk seleksi cepat individu yang beresiko
mengalami efek samping serius setelah menghadapi faktor lingkungan atau obat. Agar
mendapat khasiat dari farmakogenetik ini kita juga bisa menghemat biaya dan dapat
menghasilkan keuntungan dalam melayani semua populasi yang ada (Roses, 2001).
Farmakogenetik dalam terapi kanker itu digunakan berdasarkan status atau profil genetik
dari sel kanker. Kanker payudara adalah kanker yang menduduki peringkat yang cukup tinggi di
Indonesia. Kanker payudara yang beresiko tinggi ditentukan dengan beberapa marker prognostik
seperti ekspresi gen reseptor hormon estrogen atau progesteron, status limfonodi dan amplifikasi
gen Her-2. Yang dimana Her-2 ini merupakan biologis atau antibodi yang disetujui oleh
regulator untuk penggunaan terapi pada penderita tumor yang memiliki hasil positif terhadap
protein Her-2. Mutasi DNA pada gen p53 memiliki nilai prognostik dan jugaa prediktif pada
kanker payudara (Suyanto, dkk, 2008).
Sebagian besar pengujian farmakogenetik dalam onkologi dilakukan untuk memprediksi
kemanjuran obat, dan ada banyak contoh implementasi klinis yang berhasil dari biomarker ini.
Onkologi adalah bidang di mana farmakogenetik paling banyak digunakan dalam praktik klinis.
Meskipun kebutuhan dan hambatan utama penerapan farmakogenetik dalam onkologi
serupa dengan bidang lain, kanker memiliki keunikannya sendiri. Misalnya, deteksi DNA bebas
tumor yang bersirkulasi, juga disebut biopsi cair, merevolusi cara perkembangan dan
evolusi tumor dipantau dan pengobatan yang dipersonalisasi diterapkan (Gonzaleza, dkk, 2016).
p53 ini merupakan suatu protein yang dikode oleh suatu gen TP53 atau p53. p53
ini berfungsi untuk indksi apoptosis, mengontrol dan menghentikan siklus sel, berperan pula
dalam perbaikan DNA, dan menghambat angiogenesis. Mutasi gen p53 ini menyebabkan
hilangnya fungsi penekan tumor. Sebgaian besar mutasi gen ini teralokasi pada daerah
pengikatan DNA dan kurang lebih 90% mutasi yang terjadi berupa missense point mutation
(Suyanto, dkk, 2008).
Mutasi p53 ini dijumapai pada sekitar 35% kasus kanker payudara. Pasien kanker
payudara dengan mutasi p53 memiliki survival rate yang buruk dibandingkan pasien yang tidak
memiliki mutasi p53. Sejumlah penelitian menunjukkan ada korelasi anatra mutasi gen p53
dengan respon terhadap kemoterapi yang bersifat genotoksik. Gabungan obat untuk
kemoterapi yang biasa digunakan adalah anti metabolit, anti-topoisomerase dan alkylating
agent, pasien tanpa mutasi gen p53 bia mengalami kekambuhan atau pemburukan tapi hanya
sekitar 8% (Suyanto, dkk, 2008).
Pemberian kemoterapi genotoksik yang diberikan dengan dosis tinggi pada kasus kanker
payudara juga akan menyebabkan sel kanker dan mutasi gen p53 lebih sensitive. Pada umumnya
kemoterapi genotoksik diberikan dalam rentang waktu yang lama. Jika kemoterapi genotoksisk
diberikan secara intensif maka bisa menimbulkan kerusakan DNA yang terlampau berat
dan akhirnya mengakibatkan sel dengan mutasi gen p53 masuk ke siklus pertumbuhan
dengan mengalami keguncangan mitosis yang mematikan (Suyanto, dkk, 2008).
Kemoterapi taxane menunjukkan kecenderungan efek respon yang lebih baik pada pasien
kanker mutasi p53. Karena secara umum golongan kemoterapi taxane ini bekerja dengan
menginduksi prematur mitosis. Dan pada kondisi p53 termutasi, sel kehilangan fungsi p53 untuk
melakukan penghentian siklus pertumbuhan. Akibatnya sel mutasi p53 lebih sensitif dan rentan
untuk menjalani mitosis yang akhirnya terjadi kematian sel (Suyanto, dkk, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Roses, A D. 2001. Farmakogenetik. Genetika Molekuler Manusia. Vol. 10, No. 202261–2267.
Oxford University Press.

Suyanto P Y, Ahmad R. Utomo, Ferry Sandra. 2008. Mutasi Gen p53 : Faktor Prediktif Kangker
Payudara. Indonesian Journal Of Cancer. Vol 4 (138-143). Jakarta.

Gonzáleza X G, Teresa Cabaleiroa, María José Herreroa, Howard McLeod, and Luis A. López-
Fernández. 2016. Clinical implementation of pharmacogenetics. De Gruyter. 31(1): 9–16.
Spain : Drug Metabol Pers Ther.

Anda mungkin juga menyukai